Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH KEPEMIMPINAN OTORITER TERHADAP STRES KERJA

KARYAWAN

ARDHIANITA IFTITAH RIZQY


201710230311071

Prodi Psikologi, Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi


Universitas Muhammadiyah Malang

Abstrak
Kepemimpinan otoriter merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang sering ditemukan
pada suatu perusahan swasta maupun pemerintahan. Setiap atasan dalam suatu lembaga
swasta maupun pemerintahan menggunakan kepemimpinan otoriter. Sebagian dari mereka
sengaja memakai sistem otoriter, tapi sebagian lagi lebih kepada kepribadian yang cenderung
tegas dan keras. Setiap perusahaan memiliki karyawan yang sebagian besar tidak menyukai
sistem otoriter. Karena, hal tersebut membuat karyawan tidak nyaman sehingga muncullah
hal-hal yang tidak diinginkan seperti stres ataupun perasaan terbebani sehingga tidak tercapai
tujuan yang diinginkan oleh perusahaan.
Kata Kunci: Kepemimpinan otoriter, stres kerja, karyawan

Abstract
Authoritarian leadership is a leadership style which is often found in a private company or
government. Every supervisor in a private or government agencies using authoritarian
leadership. Most of them happen to use authoritarian system, but some are more to the
personality tends to firm and hard. Every company has employees who mostly do not like the
authoritarian system. Because it makes the employee uncomfortable so comes the unwanted
things like stress or feeling overwhelmed so do not achieve the desired goals by the company.
Keywords: Authoritarian leadership, work stress, employees
PENDAHULUAN akan muncul ketidakpuasan terhadap
pekerjaan yang mengakibatkan
Latar Belakang munculnya beban dan rasa stress yang
Saat ini kita melihat bahwa berkepanjangan karena memikirkan
terdapat banyak sekali kasus-kasus yang masalah pekerjaan tersebut. Hal ini cukup
terjadi tentang PHK dalam suatu menarik perhatian manager perusahaan.
perusahan. Hal ini sering kali disebabkan Karena, pada umumnya karyawaan
oleh berbagai hal. Setiap perusahaan diupayakan untuk mendapatkan
memiliki peraturan masing-masing kenyamanan di tempat kerjanya. Namun,
termasuk dalam hal PHK. Manager dalam dengan adanya stres dari karyawan, maka
suatu perusahaan akan berusaha manager perusahaan mencari apa yang
sebagaimana caranya agar meningkatkan menyebabkan karyawan tersebut
pekerjaan karyawan di perusahaannya. merasakan stress. Selain itu, akan muncul
Perusahaan memiliki banyak kebijakan pula beban terhadap pekerjaan karyawan.
dalam hal menyikapi kinerja karyawan. Hal ini tentu harus diselesaikan dengan
Jika memang karyawan tersebut sudah cara mengetahui faktor-faktor apa saja
sangat menyita perhatian manager, maka yang mempengaruhi kedua hal yang
akan muncul kebijakan dari perusahaan, muncul ini.
seperti PHK dan lain sebagainya.
Menurut Ruvendi (2005) prilaku
Di Indonesia sendiri terdapat pemimpin atau gaya kepemimpinan
banyak sekali perusahaan swasta yang merupakan salah satu faktor penting yang
sangat mengedepankan kenyamanan dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Hal
karyawan sehingga karyawan dapat ini adalah sebuah tanggung jawab
bekerja dengan baik dan tidak terganggu. pimpinan perusahaan karena itu pimpinan
Selain itu, perusahaan di Indonesia telah harus dapat melihat gaya kepemimpinan
banyak memahami bagaimana menyikapi mana yang efektif dalam menjalankan
karyawan. Namun ada juga karyawan operasionalnya sehari-hari. Menurut
yang melaporkan akan adanya peraturan As’ad M (2004) pemimpin yang efektif
serta sikap yang kurang mengenakan dari akan dapat menjalankan fungsinya
atasan mereka. Sehingga, hal tersebut dengan baik, tidak hanya ditunjukkan dari
yang memicu munculnya sikap yang tidak kekuasaan yang dimiliki tetapi juga
diharapkan dari karyawan. Banyak ditunjukkan pula oleh perhatian
karyawan yang merasa tertekan sehingga pemimpin terhadap kesejahteraan,
kepuasan karyawan terhadap pemimpin maka secara otomatis karyawan akan
dan peningkatan kualitas karyawan, nyaman dan lebih bersemangat dalam
terutama sikap mengayomi yang bekerja. Namun, jika di tempat kerja
ditunjukkan untuk menguatkan kemauan karyawan bertemu dengan teman-teman
karyawan dalam melaksanakan tugas yang tidak saling mendukung atau malah
untuk mencapai sasaran organisasi. saling menjatuhkan serta adanya sikap
Kepuasan bawahan menunjukkan sikap otoriter dari atasan, maka karyawan akan
dan perilaku bawahan pada pemimpin merasa tidak nyaman sehingga
mereka. Seseorang yang puas akan pekerjaannya terganggu sampai akhirnya
melakukan hal yang positif dan di-PHK oleh atasannya karena menurut
membantu pemimpin dalam mencapai atasan kryawan tersebut sudah tidak dapat
tujuan organisasi, sedangkan jika tidak diandalkan untuk mencapai tujuan
puas akan bersikap negatif dan tidak organisasi.
membantu pemimpin dalam mencapai
tujuan organisasi. Sehingga, jika
karyawan tidak mndapatkan kepuasan Tujuan
kerjanya maka secara tidak langsung
1. Untuk mengetahui apakah ada
karyawan tersebut akan merasa tertekan,
pengaruh antara kepemimpinan
kemudian akan muncullah beban kerja
otoriter atasan terhadap stres kerja
dan stres kerja.
dan beban kerja karyawan
Pada suatu perusahaan banyak 2. Untuk mengetahui apakah ada
terdapat karyawan yang malas bekerja pengaruh antara kepemimpinan
ataupun malas datang ke kampus tepat otoriter atasan terhadap beban
waktu, hal tersebut juga merupakan kerja karyawan.
dampak dari kepemimpinan otoriter dari
atasan mereka. Sebagian besar bahkan
hampir semua karyawan pasti Solusi
menginginkan kenyamanan di tempat Dalam hal ini atasan tidak bisa
kerja, hal tersebut sangat tergantung pada terlalu disalahkan. Atasan bersikap
situasi dan kondisi di tempat kerja. Jika otoriter tersebut telah dipikirkan sebaik-
teman-teman di tempat kerja saling baiknya. Kebanyakan dari atasan
mendukung serta atasan juga selalu bermaksud agar karyawan tidak
memberikan motivasi kepada karyawan, memandang remeh terhadap peraturan-
peraturan yang telah ditetapkan di mencoba mempengaruhi tingkah laku
perusahan tersebut. Selain itu, atasan juga orang lain seperti apa yang ia lihat.
berpikir, jika tidak bersikap tegas dan Berhasil atau gagalnya suatu
keras maka karyawan juga tidak akan perusahaan sebagian besar ditentukan
serius dengan tugas-tugas mereka di oleh kepemimpinan.
tempat kerja. Secara umum, kepemimpinan
Tetapi di sisi lain, karyawan merasa adalah kemampuan untuk
sangat tertekan dengan sikap otoriter dari mempengaruhi suatu kelompok agar
atasan tersebut. Mereka akan merasa tidak bergerak ke arah tercapainya tujuan
bisa berekspresi di tempat kerja. perusahaan. Kepemimpinan berbeda
Sehingganya mereka menjadi malas dari manajemen, tujuan dari
datang ke tempat kerja. Hal ini manajemen yaitu manyangkut hal-hal
menyebabkan tempat kerja tersebut yang mengatasi kerumitan. Sedangkan
menjadi sepi dari karyawan sehingga kepemimpinan menyangkut tentang
tujuan perusahaanpun tidak tercapai. hal mengatasi perubahan. (Halim,
Apabila karyawan menganggap 2002)
sikap otoriter pemimpin tersebut adalah Kepemimpinan juga dapat diartikan
cambuk untuk mereka agar terus sebagai proses seseorang yang
semangat bekrja tepat waktu dan tidak mempengaruhi serta memberikan
main-main dalam bekerja, maka situasi di contoh kepada orang lain agar bekerja
tempat kerjapun menjadi lebih nyaman lebih baik dan giat terutama dalam hal
dan tidak tertekan. Segala sesuatunya menyelesaikan tugas-tugas penting.
akan selalu baik dan sesuai yang Dari pengertian tersebut, maka
diharapkan apabila selalu ada pemikiran pemimpin yang biasa disebut Team
positif di setiap selanya. leader mempunyai tanggung jawab
atas tiga hal yaitu pencapaian tugas,
membangun dan mempertahankan tim
KAJIAN TEORI serta mengembangkan setiap individu.
(Mangkunegara, 2009)
1. Kepemimpinan Otoriter
Timbulnya motivasi diakibatkan
Brewer E (2003) mengatakan
oleh 2 faktor yakni faktor internal dan
bahwasanya gaya kepemimpinan ialah
faktor eksternal. Faktor internal dalam
aturan tingkah laku yang digunakan
hal ini yaitu faktor yang keluar atau
oleh seseorang ketika orang tersebut
tibul dari diri sendiri sedangakn faktor
eksternal yaitu faktor yang timbul dari menjadi nudah marah tidak dapat
luar diri seperti halnya pemimpin atau rileks. (McNeese, 1996)
atasan serta rekan kerja. Dapak selanjutnya bahwa stres
(Wahyosumidjo, 2001) yang tidak teratasi pasti akan
Kepemimpinan otoriter yaitu berpengaruh terhadap kinerja. Hanya
pemimpin yang bertindak diktator saja hal ini ada beberapa yang perlu
pada bawahannya. Dalam hal ini, mendapatkan perhatian, yaitu :
bawahan tidak bisa membantah (Robbin, 1996)
ataupun memberikan sekedar saran 1. Stres dapat berpengaruh negatif
terhadap atasnnya, segala bentuk terhadap kinerja
keputusan ada pada atasan. (Yulk, Setiaap orang memiliki cara untuk
1994) menghilangkan stres berbeda-
Kemudian, karyawan juga beda. Ada orang yang sangat kuat
berkewajiban untuk mengerjakan apa dalam menghadapi stres. Oleh
yang telah diperintahkan oleh atasan, karena itu, dapat mengatasi stres
tanpa ada penolakan sedikitpun. tersebut dengan dirinya sendiri.
Bawahan harus mengikuti dan Tetapi, banyak juga orang yang
menjalankan perintah yang telah lemah dalam menghadapi stres.
diberikan oleh atasan. Bawahan harus Orang yang seperti ini bisa
patuh dan setia terhadap peraturan. berdampak pada kondisi mental,
(Parlinda, 2007) emosional serta kelelahan fisik.
Sehingga dapat berdampak negatif
2. Stres Kerja terhadap prestasi kerja di tempat
Stres yang sangat mendasasr dapat kerja. Diperjelas oleh Brewer E.
mengancam kemampuan seseorang (2003) bahwasanya stres tingkat
utuk menghadapi lingkungan . sebagai tinggi dan rendah dapat
hasilnya, pada diri para pegawai menurunkan prestasi kerja.
muncul dan berkembang berbagai 2. Stres dapat berpengaruh
macam gejala stres yang dapat posotif terhadap kinerja
mengganggu pelaksanaan kerja. Pada tingkatan tertentu, stres
Orang yang mengalami stres bisa juga diperlukan. Kalangan ahli
menjadi nervous dan merasakan berpendapat bahwa, apabila
kekhawatiran kronis, mereka sering tidak ada stres dalam
pekerjaan, maka pegawai
merasa tidak adanya tantangan menimbulkan frustasi, konflik,
dalam bekerja., yang kegelisahan dan rasa bersalah
mengakibatkan prestasi kerja yang merupakan tipe-tipe dasar
menjadi kurang baik. Namun, stres (Robbins, 2008)
sebaliknya dengan adanya Indikasi-indikasi atau
stres, maka pegawai akan gejala-gejala individu yang
merasa perlu mengerahkan mengalami stres di tempat
segala kemampuannya untuk kerjanya antara lain (Sugiono,
berprestasi dengan sebanyak- 2004):
banyaknya, dengan demikian 1. Bekerja melewati batas
dapat menyelesaikan tugas kemampuan
dengan baik. Pada gilirannya, 2. Sering terlambat masuk kerja
situasi seperti ini dapat 3. Ketidakhadiran
menghilangkan salah satu 4. Kesulitan membuat keputusan
sumber stres. 5. Kesalahan yang agak banyak
6. Kelalaian dalam
Stres bisa saja terjadi pada menyelesaikan tugas
setiap individu kapanpun 7. Meluapakan janji yang telah
waktunya, karena stres merupakan dibuat dan kegagalan diri
bagian dari kehidupan manusia sendiri
yang tidak dapat manusia hindari. 8. Kesulitan berhubungan dengan
Manusia akan cenderung orang lain
merasakan stres apabila ia kurang 9. Risau tentang kesalahan yang
mampu menyesuaikan antara telah dibuat
keinginan dengan kenyataan yang 10. Menunjukkan gejala fisik
ada, baik kenyataan yang ada di seperti pada alat pencernaan,
dalam dirinya maupun diluar. tekanan darah yang cukup
(Melitza, 2009) tinggi, radang kulit, radang
Segala macam bentuk stres pernafasan.
pada dasarnya diakibatkan oleh Selain hal diatas, tingkat
kurangnya pengertian manusia keberhasilan seseorang dalam
akan keterbatasan dirinya sendiri. menyelesaikan pekerjaannya
Ketidakmamouan untuk melawan disebut dengan istilah “Level
keterbatasan inilah yanag akan of Performance”. Pada
umumnya orang yang Cara yang dapat dilakukan oleh
memiliki Level of manajemen untuk memperbaiki
Performance yang tinggi stres kerja karyawan tersebut yaitu
sering disebut sebagai orang perbaikan seleksi personil dan
yang produktif, sebaliknya penempatan kerja, penggunaan
orang yang levelnya tidak penetapan tujuan yang realistis,
mencapai standar atau kurang perancangan ulang pekerjaan,
maka sering disebut sebagai peningkatan keterlibatan pegawai
yang tidak produktif atau dan perbaikan komunikasi
berperformance rendah. organisasi.
(Sirajuddin, 2008)
Adapun pengukuran stres 3. Kepuasan Kerja
kerja dapat dilakukan dengan Setiap orang yang bekerja pasti
beberapa bagian, antara lain : menginginkan adanya rasa puas
(Sirojuddin, 2008) terhadap pekerjaan yang telah
a. Konflik kerja dikerjakan. Karena kepuasan kerja
b. Beban kerja dapat mempengaruhi kinerja yang
c. Karakteristik dimiliki oleh seorang karyawan.
Kepuasan kerja adalah sikap dan
Biasanya orang-orang yang stres perasaan senang ataupun tidak
mencari cara untuk mengelola stres seorang karyawan dalam
mereka. Ada beberapa cara untuk melaksanakan pekerjaannya.
mengelola stres yaitu : (Sunarni dkk Veni, (Syamsuddin, 2006)
2007) Kepuasan kerja juga dapat
1. Pendekatan Individual diartikan sebagai bentuk kesesuaian
Strategi yang dapat dilakukan antara harapan seorang karyawan
yaitu dengan melaksanakan dengan keuntungan yang telah ia
teknik-teknik manajemen waktu, dapatkan dari pekerjaannya tersebut.
meningkatkan latihan fisik, Ada beberapa indikator kepuasan
pelatihan pengenduran (relaksasi) kerja karyawan, diantaranya :
dan perluasan jaringan dukungan (Syamsuddin, 2006)
sosial. 1. Kepuasan terhadap pekerjaannya
2. Pendekatan Organisasional sendiri, setiap pekerjaan yang
dilakukan oleh seorang karyawan
tentunya akan dapat menghasilkan kondusif dan nyaman sehingga
motivasi dan prestasi kerja karyawan menjadi semangat
karyawan. Seorang karyawan akan dalam bekerja.
merasa puas terhadap 5. Kepuasan terhadap rekan kerja,
pekerjaannya apabila pekerjaan komunikasi yang berjalan dengan
tersebut dianggap penting dan baik antar sesama karyawan
memiliki manfaat. mampu meningkatkan kepuasan
2. Kepuasan terhadap pemberian gaji, kerja dalam diri setiap individu.
hal ini tidak hanya mencakup
nominal gaji yang didapatkan,
namun lebih kepada kepuasan 4. PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)
seorang karyawan pada kebijakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
administrasi penggajian, seperti adalah pengakhiran hubungan kerja
adanya berbagai macam karena adanya hal-hal tertentu yang
tunjangan, serta kepuasan mengakibatkan atasan pada suatu
terhadap kenaikan gaji. perusahaan mengakhiri hubungan
3. Kepuasan trerhadap promosi, kerja dengan pekerjanya. (Rivai,
promosi bisa dinggapsebagai 2010)
bentuk imbalan yang diberikan PHK terjadi karena pengunduran
oleh pihak perusahaan terhadap diri, pemberhentian oleh perusahaan
prestasi kerja yang telah atau habis masa kontrak.
dihasilkan oleh seorang karyawan. Penyebab Hubungan Kerja Berakhir
4. Kepuasan terhadap atasan, yang menurut Undang-Undang yaitu
dimaksud dalam hal ini adalah didalam Pasal 61 Undang-Undang
kepuasan seorang karyawan No.13 tahun 2003 mengenal kenaga
terhadap gaya kepemimpinan kerja, perjanjian kerja dapat berakhir
atasan. Hal ini memiliki pengaruh apabila :
yang sangat besar terhadap 1. Jangka waktu atau kontrak kerja
kepuasan kerja karyawan. Gaya telah berakhir
kepemimpinan yang diharapkan 2. Adanya putisan poengadilan atau
oleh karyawan yaitu, pemimpin penetapan lembaga penyelesaian
yang mengutamakan kinerja perselisihan hubungan industria
karyawan, yang menciptakan yang telah mempunyai kekuatan
lingkungan tempat terja menjadi hukum yang tetap
3. Adanya keadaan atau kejadian lembaga yang yang memiliki peraturan
tertentu yang dicantumkan dalam kedisiplinan yang sangat keras atau biasa
perjanjian kerja, peraturan disebut kepemimpinan otoriter. Dalam hal
perusahaan, atau perjanjian kerja ini, tak jarang kita menemui karyawaan-
bersama yang dapat menyebabkan karyawan yang putus asa terhadap tempat
berakhirnya hubungan kerja. kerjanya. Hal ini cenderung disebabkan
Jadi, PHK banyak terjadi juga apabila oleh tidak adanya kepuasan kerja yang
kinerja karyawan sudah sangat menurun, didapatkan oleh keryawan tersebut.
sehingga banyak pekerjaan-pekerjaan Seperti kita ketahui bersama bahwasanya
yang terabaikan. Hal ini karena banyak kepuasan kerja dapat dilihat dari berbagai
karyawan yang merasa tidak nyaman di sisi, terdapat 2 sisi yang sangat
tempat kerja karena kepemimpinan berpengaruh besar terhadap kepuasan
otoriter dari atasan. kerja karyawan yaitu kepuasa kerja
terhadap pimpinan atau atasan dan
PEMBAHASAN kepuasan kerja terhadap rekan kerja.
Pengaruh kepemimpinan otoriter Banyak karyawan yang merasa tidak
terhadap stres kerja karyawan nyaman dengan keadaan di tempat kerja
Setiap karyawan yang melamar hanya karena dua hal diatas.
pekerjaan pada suatu perusahaan pasti Kepemimpinan atasan yang
meiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai, cenderung otoriter, menyebabkan
seperti ingin mendapatkan penghasilan karyawan tidak termotivasi untuk lebih
yang dapat membantu perekonomiannya. berprestasi dalam pekrjaan, hal ini malah
Pada sebagian besar perusahaan mengakibatkan kemalasan terhadap
menerapkan sistem yang disebut dengan karyawan bahkan tak jarang banyak
kedisiplinan. Kedisiplinan merupakan karyawan yang sudah tidak ingin bekerja
sesuatu yang selalu kita temui dimana lagi. Gaya kepemimpinan memang sangat
saja, baik itu di sekolah, kantor bahkan berpengaruh terhadap kepuasan kerja
ada sebagian kecil orang tua yang karyawan. Setiap karyawan
menerapkan kedisiplinan untuk anak-anak menginginkan atasan yang memotivasi
mereka di rumah. Kedisiplinan selalu mereka dengan baik, memiliki aturan-
dapat dipahami oleh semua kalangan aturan yang mengikat di tempat kerja
termasuk karyawan di suatu perusahaan, namun tidak seakan membunuh
namun pada masa sekarang ini,banyak karyawan. Karena, hal tersebut hanya
kita temui perusahaan-perusahaan atau akan membuat karyawan merasakan stres
terhadap pekerjaan. Karena mereka tidak akan tercapai tujuan perusahaan
berpikir jika mereka melakukan suatu yang telah direncanakn sejak awal.
pekerjaan yang sedikit salah pasti akan Maka dari itu setiap perusahaan
dimarahi habis-habisan oleh atasan haruslah memiliki sistem kepemimpinan
mereka, tidak hanya itu mereka bahkan yang dapat memotivasi karyawan, yang
takut untuk sekedar berpapasan dengan dapat menciptakan iklim yang nyaman di
atasan mereka. Hal ini tentu sangat tidak tempat kerja, sehingga karyawan
diinginkan oleh setiap karyawan. Tak bersemangat dalam membantu perusahaan
jarang banyak karyawan yang untuk mencapai tujuan perusahaan.
menunjukkan perilaku negatif di tempat
kerja sehingga berdampak pada tujuan
perusahaan yang telah lama diimpikan. KESIMPULAN
Karyawan merasa tidak puas Berdasarkan pembahasan terhadap
dengan apa yang telah ia kerjakan teori-teori diatas, maka dapat ditarik
dikarenakan situasi di tempat kerja yang kesimpulan bahwasanya kepemimpinan
seperti itu. Ditambah dengan adanya otoriter sangat berpengaruh terhadap stres
rekan kerja yang tidak saling mendukung kerja karyawan. Karyawan tidak akan
dan tidak menjalin komunikasi yang baik mengalami stres dalam pekerjaannya jika
dengan karyawan lainnya, sehingga atasan di tempat kerja tidak bersifat
karyawan tersebut merasa tidak nyaman otoriter. Salah satu cara agar tercipta
kemudian merasa terbebani dan akhirnya kinerja yang baik dalam perusahaan
muncullah stres terhadap dirinya yang apabila setiap pemimpin atau atasan
mengakibatkan karyawan ini tidak lagi selalu memberikan motivasi terhadap
bersemangat untuk bekerja, sering tidak karyawannya. Kemudian, adanya
masuk bahkan ada yang ingin komunikasi yang baik antara rekan kerja
mengundurkan diri. Jika karyawan telah di tempat kerja. Dengan begitu akan
merasa tidak puas dengan apa yang ia tercipta perasaan senang dalam bekerja
dapatkan di kantor maka hal-hal negatif sehingga tidak akan meyebabkan adanya
seperti keterlambatan, ketidakhadiran ketidakpuasan kerja terhadap karyawan.
bahkan sampai kepada penyebaran isu Karyawan akan bekerja dengan baik jika
yang tidak benar oleh karyawan tersebut ia puas dengan apa yang telah ia kerjakan
tentang perusahaan. Hal ini sangat dan puas terhadap sikap atasan di tempat
berakibat fatal terhadap perusahaan yakni kerja serta puas dengan adanya rekan
kerja yang saling mendukung dan
memberi motivasi. Jika dalam suatu Terhadap Kinerja Karyawan Pada
perusahaan memiliki situasi seperti ini Perusahaan Daerah Air Minum
maka semua karyawan tidak akan merasa Kota Surakarta. Tesis. Program
stres. Kemudian, akan sangat mudah Pascasarjana Universitas
mencapai tujuan perusahaan yang telah Muhammadiyah Surakarta.
direncanakan. Rivai, V. 2010. Manajemen Sumber daya
Manusia Untuk Perusahaan Dari
Teori ke Praktek. Rajawali Press.
DAFTAR PUSTAKA Makassar.
As’ad, M. 2004. Psikologi Industri, Seri McNeese-S. D. 1996. Increasing
Umum. Sumber Daya Manusia. Employee Productivity, Job
Edisi 4. Liberty, Yogyakarta. Satisfaction, and Organizational
Brewer, E. 2003. The Relationship Commitment “Hospital & Health
Between Job Stress and Job Services Administration, Vo. 41 :
Satisfaction Among Industrial and 2, p. 160-175
Technical Teacher Educators. E- Melitza. T. 2009. Pengaruh Stres Kerja
Journals JVER. Vol. 28 No.2 pp Terhadap Kinerja Karyawan ATC
37-50 Makassar.
Halim. 2002. Analisis Kepemimpinan Robbins, S. P. 1996. Organization
dalam Peningkatan Prestasi Kerja. Theory, Structure, design and
Makassar. Applications. Prentice Hall
Mangkunegara, A.P. 2009. Perencanaan International, Englewood Cliffis.
dan Pengembangan Sumber Daya Robbins S. P. 2008. Perilaku Organisasi.
Manusia. Refika Aditama. Edisi Kesepuluh. Salemba.
Bandung. Jakarta.
Yulk, G. 1994. Leadership in Syamsuddin. 2006. Analisis Pengaruh
Organization Third edition. Karakteristik Individu Terhadap
Prentice-Hall, Inc., New York. Perilaku Kepemimpinan, Kinerja
Wahyosumidjo. 2011. Kepemimpinan Bawahan dan Pertumbuhan
dalam Organisasi. Tarsito. Usaha. Studi Kasus Industri Kecil
Bandung. di Sulawesi Selatan.
Parlinda V. 2007. Pengaruh Sunarni, dkk, Veni. 2007. Pengaruh Stres
Kepemimpinan, Motivasi, Kerja dan Motivasi Kerja
Pelatihan, dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT
Interbis Sejahtera. Jurnal Teknik
Industri. Vol. 7 No. 2 Desember
2007.
Sirajuddin. 2008. Pengaruh Karakteristik
pribadi Kompetensi, Sikap
Kepemimpinan, dan Komunikasi
terhadap Kepuasan, Motivasi dan
Kinerja karyawan BPR di
Sulawesi Selatan.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian
Bisnis. Cet. Ke-6. Alfa Beta.
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai