Disusun Oleh :
Kelompok
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tahu merupakan produk kedelai yang paling penting di Negara Asia karena dapat
memenuhi kebutuhan gizi protein masyarakat (Estiasih, 2005). Menurut Suprapti (2005),
tahu merupakan sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi masyarakat dan hampir
setiap hari dijumpai dalam menu keluarga. Tahu merupakan makanan yang terbuat dari
kedelai yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, dan zat-zat mineral seperti kalium,
pospor, magnesium, serta vitamin B (Kastyanto, 1999).
Tahu merupakan makanan yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia karena
rasanya enak, mudah dibuat, dapat diolah menjadi berbagai bentuk masakan, harganya
murah, serta mengandung protein tinggi. Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang
kedelai yang difermentasikan dan diambil sarinya. Dasar pembuatan tahu adalah melarutkan
protein yang terkandung dalam kedelai dengan menggunakan air sebagai pelarutnya. Setelah
protein tersebut larut, diusahakan untuk diendapkan kembali dengan penambahan bahan
pengendap sampai terbentuk gumpalan-gumpalan protein yang akan menjadi tahu. Protein
yang terdapat dalam biji kedelai merupakan jenis protein globular yang terlarut dalam air,
untuk mendapatkan protein tersebut biasanya di lakukan penghancuran biji kedelai dan
penambahan air untuk melarutkan proteinnya. Lalu di saring untuk memisahkan protein
terlarut dengan komponen lain. Proses pembuatan tahu menggunakan prinsip koagulasi.
Prinsip koagulasi adalah mengubah sifat protein dari sifat larut menjadi tidak larut dengan
cara mengubah pH hingga mencapai titik isoelektrik.
Tahu sebagai salah satu produk olahan dari kedelai merupakan sumber protein yang
sangat baik sebagai bahan substitusi bagi protein susu, daging dan telur karena jumlah protein
yang dikandungnya serta daya cernanya yang tinggi. Tahu merupakan salah satu bahan
pangan yang mudah rusak karena mengandung kadar air dan protein yang tinggi. Proses
pengolahan tahu melibatkan banyak bahan dan alat sehingga dibutuhkan suatu sistem
penjaminan keamanan pangan yang disebut analisis bahaya dan pengendalian titik kritis
(hazard analysis critical control point/HACCP) di industri tahu.
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar kami memahami konsep mengenai
pengawasan mutu meliputi yang meliputi HACCP serta mengetahui penerapan dari
pengawasan mutu tersebut dalam industri tahu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tahu
Tahu yang baik adalah tahu yang tidak cepat mengalami kerusakan yang dapat
menurunkan nilai gizi yang rendah bahkan sampai tahu tidak memenuhi syarat sebagai
makanan, misalnya tahu cepat menjadi basi, tahu cepat menjadi bau yang tidak sedap
(Estiasih, 2005).
a) Proses Pembuatan Tahu (Suprapti, 2005)
Proses pembuatan tahu pada umumnya adalah :
a. Menimbang kedelai kuning sebanyak 1 kg
b. Mencuci dan rendam semalam
c. Mencuci lagi sambil diremas-remas sehingga kulit ari terlepas dan dipisahkan dari
kedelai
d. Menghancurkan dengan penambahan air panas, dilakukan sampai 8 liter air panas
e. Menyaring dengan kain saringuntuk mengekstraksi protein kedelai
f. Mengekstraksi yang diperoleh dididihkan selama 30 menit atau sampai bau languh
ilang
g. Mendinginkan sampai suhu turun menjadi 85oC dan masukan salah satu
bahan penggumpal asam cuka 4% , 100 mL/1liter susu kedelai, CaSO4 1%, 250 mL/1 liter
susu kedelai
h. Mengaduk per lahan-lahan untuk menghomogenkan bahan penggumpal
i. Setelah protein mulai menggumpal biarkan mengendap
j. Membuang air biang, gumpalan protein dimasukan ke dalam ceta k a n tahu dilapisi
kain kasa. Atur kain kasa dengan rapi untuk memudahkan pengepressan. Beri
pemberat untuk memadatkan gumpalan protein tahu.
k. Setelah dingin, keluarkan tahu dari alat cetakan
l. Memotong tahu yang dihasilkan sesuai dengan ukuran yang diinginkan
m. Merebus tahu yang dihasilkan (dapat ditambahkan kunyit/garam/pengawet yang
dijinkan penggunaannya)
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Tahu
(Sumber : Suprapti, 2005)
2.2. Kedelai
Bahan baku tahu adalah biji kedelai kuning yang kulit bijinya berwarna kuning pada
irisan keping bijinya. Syarat mutu biji kedelai yang digunakan untuk mendapatkan tahu
dengan kualitas baik memiliki beberapa syarat antara lain (Kastyanto, 1999):
1. Bebas dari sisa tanaman
2. Biji kedelai tidak luka atau bebas serangan hama dan penyakit
3. Biji kedelai tidak memar atau rusak
4. Kulit biji tidak keriput
2.3 HACCP
HACCP adalah suatu pendekatan dalam pengendalian resiko terfokus pada proses
pengolahan makanan. Sedangkan secara umum, HACCP adalah suatu system yang
mengidentifikasi bahaya spesifik yang mungkin timbul dan cara pencegahan untuk
mengendalikan bahaya tersebut.
Tujuan HACCP secara umum adalah meningkatkan kesehatan masyarakat dengan
cara mencegah atau mengurangi kasus keracunan dan penyakit melalui makanan.
Kegunaan dari HACCP itu sendiri adalah mencegah penarikan makanan,
meningkatkan jaminan food safety, pembenahan dan pembersihan unit pengolahan produksi,
mencegah kehilangan konsumen, dan meningkatkan kepercayaan konsumen. Proses
penyusunannya HACCP mengikuti 7 prinsip, menurut SNI 01-4852-1998 meliputi:
1. Prinsip 1: Analisis bahaya dan pencegahannya
2. Prinsip 2: Identifikasi Critical Control Points (CCPs) di dalam proses
3. Prinsip 3: Menetapkan batas kritis untuk setiap CCP
4. Prinsip 4: Menetapkan cara pemantauan CCP
5. Prinsip 5: Menetapkan tindakan koreksi
6. Prinsip 6: Menyusun prosedur verifikasi
7. Prinsip 7: Menetapkan prosedur pencatatan (dokumentasi)
Penerapan HACCP harus ditinjau kembali dan dibuat perubahan yang diperlukan jika
dilakukan modifikasi dalam produk, proses atau tahapannya. Penerapan HACCP perlu
dilaksanakan secara fleksibel, dimana perubahan yang tepat disesuaikan dengan
memperhitungkan sifat dan ukuran dari operasi.
Gambar 2. Diagram penerapan HACCP
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembentukan Tim HACCP
Pembentukan tim HACCP merupakan langkah awal dari studi HACCP. Tim HACCP
terbentuk dari berbagai mulitidisiplin, mulai dari Manager, Produksi, quality control, quality
assurance, dan supervisor produksi. Apabilia konsultan tidak tersedia maka diperlukan
konsultan dari luar. Anggota dari tim memiliki tugas untuk melaksanakan pemantauan semua
aspek produksi mulai dari penerimaan barang sampai produk akhir dan distribusi kepada
konsumen.
3.2 Deskripsi Produk
Deskripsi produk ditujukan untuk memberi informasi mengenai produk apa yang
sedang ditelaah mutunya. Deskripsi produk pengawasan mutu mencangkup nama
produk, komposisi, penyimpanan, pengemasan, daya tahan, cara pendistribusian, dan
tujuan distribusi.
Nama Produk : Tahu
Komposisi : Kacang kedelai, mentega, susu murni, garam, bawang putih,
air
Penyimpanan : Suhu ruang, suhu dingin
Pengemasan : Besek, wadah plastik
Daya Tahan : 4 hari
Pendistribusian : Mobil pengiriman
Tujuan Distribusi : Daerah sekitar
Cara Penyajian : Dimasak terlebih dahulu
Konsumsi
Langkah selanjutnya adalah penerapan 7 prinsip HACCP yang didasari dari SNI 01-
4852-1998 mengenai HACCP yaitu :
Pekerja menggunakan
Sanitasi pekerja yang alat pelindung diri,
B : Kontaminasi kurang baik seperti sarung tangan,
pekerja tutup kepala
Pemasakan F : pemasakan
yang meliebihi Suhu dan waktu yang
standar dipakai memasak Menggunakan
terlalu lama thermometer dan
Tahap Bahaya Sumber Bahaya Cara Pencegahan
mengatur waktu
pemasakan
4.1 Kesimpulan
Tahu merupakan salah satu bahan pangan yang mudah rusak karena mengandung kadar
air dan protein yang tinggi. Proses pengolahan tahu melibatkan banyak bahan dan alat
sehingga dibutuhkan suatu sistem penjaminan keamanan pangan yang disebut analisis
bahaya dan pengendalian titik kritis (hazard analysis critical control point/HACCP) di
industri tahu. Bahan baku tahu adalah biji kedelai kuning yang kulit bijinya berwarna kuning
pada irisan keping bijinya. Syarat mutu biji kedelai yang digunakan untuk mendapatkan tahu
dengan kualitas baik memiliki beberapa syarat antara lain:
1. Bebas dari sisa tanaman
2. Biji kedelai tidak luka atau bebas serangan hama dan penyakit
3. Biji kedelai tidak memar atau rusak
4. Kulit biji tidak keriput
Pembentukan tim HACCP merupakan langkah awal dari studi HACCP. Tim HACCP
terbentuk dari berbagai mulitidisiplin, mulai dari Manager, Produksi, quality control, quality
assurance, dan supervisor produksi. Apabilia konsultan tidak tersedia maka diperlukan
konsultan dari luar. Anggota dari tim memiliki tugas untuk melaksanakan pemantauan semua
aspek produksi mulai dari penerimaan barang sampai produk akhir dan distribusi kepada
konsumen. HACCP produk tahu meliputi; pembentukan tim HACCP, deskripsi produk,
identifikasi konsumen, diagram proses, verifikasi alur di tempat, analisis bahaya, penentuan
CCP produk tahu, penentuan batas-batas CCP, tahap pemantauan, tindakan koreksi,
verifikasi, dokumentasi dan pencatatan.
4.2 Saran
Disarankan langkah-langkah untuk HACCP produk tahu benar dan sesuai, agar
tidak ada kesalahan dalam memberikan produk kepada konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 01-4852-1998 Mengenai Sistem Analisa Bahaya
dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) serta Pedoman Penerapannya. Badan
Standardisasi Nasional (BSN), Jakarta.
Sulfaj, A. Sari, A. W. Trianto, F. R. 2012. Pengawasan Mutu Tahu Susu Lembang. Jurusan
Pendidikan Teknologi Agroindustri, Fakultas Teknologi dan Kejuruan Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.