Disusun oleh:
Laras Hanum Istiningtias 030.12.147
Ade Kurnia Cornellis B. 030.14.002
Fandy Setiawan 030.14.062
Klemensius Devin S. 030.14.111
Nabila 030.14.131
Zahra Ayu Handayani 030.14.205
Pembimbing:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat-Nya kita dapat
menyelesaikan makalah mengenai ilmu kesehatan dan keselamatan kerja yang
berjudul “Occupational Chemical Hazard In Gasoline Station”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas dan sebagai syarat
mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan dan Keselamatan
kerja. Dalam kesempatan ini, kita ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan penyelesaian
makalah, terutama kepada:
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
i
DAFTAR GAMBAR
i
BAB I
PENDAHULUAN
Zat benzena, dapat memberikan efek yang buruk terhadap kesehatan dan
keselamatan pekerja, walaupun dalam jumlah yang sedikit. Zat ini merupakan
cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah larut, mudah terbakar
dengan potensi karsinogenik yang sangat tinggi.1
Paparan terhadap bahan kimia yang terdapat pada SPBU telah menjadi
penelitian dari beberapa ahli lingkungan dan okupasional di seluruh dunia
karena merupakan suatu kontaminan yang memiliki potensi berbahaya terkait
dengan kemungkinan menyebabkan penyakit, seperti leukemia mieloid dan
leukemia limfoblastik. Data dari National Cancer Institute of Brasil
menunjukkan bahwa benzene, Toluene dan xylene adalah kontaminan yang
menimbulkan risiko kanker tertinggi. Toksisitas benzena tidak tidak tergantung
pada rute masuk ke dalam organisme, meskipun jalur utamanya adalah
pernapasan, saluran pencernaan dan kulit. Paparan terhadap bahan kimia tersebut
dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti sakit perut, mulas dan
pencernaan yang buruk; alergi dan kulit gatal, terutama pada tangan; perubahan
dalam sistem saraf pusat seperti pusing.1
1
Pada sebuah studi yang dilakukan di Sokoto, Nigeria dinyatakan hanya
41% dari pekerja SPBU memiliki pengetahuan yang cukup tentang besarnya
risiko yang dihadapi selama bekerja, keadaan yang lebih buruk dapat didapatkan
pada pekerja di Thailand, yang memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
bahaya ini hanya mencapai 34.1%. Dalam studi tersebut juga disebutkan bahwa
hanya sebanyak 71.4% dari para pekerja SPBU yang tahu bahwa mereka harus
memakai APD (alat pelindung diri) saat bekerja. Hal yang menajdi alasan utama
para pekerja idak memakai APD adalah tidak disediakannya barang tersebut dari
pengelola SPBU, hal yang sedikit berbeda terjadi di Thailand, para pekerja
disana tidak memakai APD karena tidak nyaman saat dipakai.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bensin
Pompa bensin dapat menimbulkan bahaya yang signifikan bagi
manusia. Ketika orang mengisi tangki gasnya, bahan bakar diesel atau
bensin mungkin menetes dari nozzle ke tanah, dan uap mungkin bocor dari
tangki gas terbuka ke udara. Hal ini dapat menyebabkan polusi udara dan
polusi tanah.4
Polusi udara tercipta saat bahan bakar menguap, mengeluarkan asap
beracun, dan saat kendaraan bermotor berjalan. Polusi tanah dapat terjadi
ketika bahan bakar yang tumpah ke tanah menumpuk dan meresap ke tanah
dan air tanah. Ini dapat mencemari air sumur setempat. Pipa atau tangki
bawah tanah yang berkarat atau bocor juga dapat melepaskan kontaminan
ke area di sekitarnya.4,5
Sifat bensin adalah sangat mudah terbakar, mengandung bahan kimia
berbahaya, diantaranya termasuk benzene, yang diketahui dapat
menyebabkan kanker. Uap bensin mengandung senyawa organik yang
mudah menguap, yang membahayakan kesehatan manusia dan berkontribusi
terhadap polusi ozon. Selain itu, kendaraan bermotor yang berjalan
menghasilkan karbon monoksida dan partikel. Adanya kebocoran bahan
bakar dari tangki penyimpanan bawah tanah dapat mencemari air tanah.4
2.1.1 Komposisi bensin
Didalam bensin terdapat komponen-komponen zat kimia, antara lain
senyawa hidrokarbon dan senyawa alkohol. Komposisi dari bensin antara
lain benzene, toluena, etilbenzene, xilen, Methyl-tertiary Buthyl Ether
(MTBE), Tertiary-Amyl Methyl Ether (TAME), etanol, dan Hexana. Zat-zat
tersebut sudah beberapa yang ditelti dan menyebabkan bahaya bagi
kesehatan manusia, seperti benzene yang menyebabkan karsinogen, zat
tersebut diberikan kode A1. Untuk zat yang bersifat A3 atau zat yang
karsinogen terhadap binatang. Bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogen
3
pada binatang percobaan pada dosis relatif tinggi, pada jalan yang
ditempuh,lokasi, tipe histologik atau mekanisme yang kurang sesuai dengan
pemaparan terhadap tenaga kerja yang terpapar, zat yang masuk dalam
kelompok A3 adalah ethyl-benzene dan MTBE. Untuk zat yang bersifat A4
atau Tidak diklasifikasikan karsinogen terhadap manusia. Tidak cukup data
untuk mengklasifikasikan bahan-bahan ini bersifat karsinogen terhadap
manusia ataupun binatang, zat yang masuk dalam kelompok ini adalah
ethanol, Toluene dan xilen.
2.1.2 Bahan kimia berbahaya di SPBU dan Bahaya Penyakit yang Ditimbulkan
a. BTEX ( benzene, Toluene, ethylbenzene, xylen)
a. Benzene
4
ditemukan pada industri perminyakan, tetapi juga ditemukan pada pabrik
pembuatan plastik, nilon, serat sintetik, dan juga sering dipakai dalam
pembuatan karet, pelumas, cat, detergen, rokok dan pestisida. 6,7
Benzene memiliki sifat fisik berupa cairan yang tidak berwarna,
memiliki bau khas, mudah menguap, mudah terbakar. Memiliki titik
didih 80 oC dan titik nyala -11 oC. Sifat Kimia dari benzene yaitu mudah
terbakar dengan menghasilkan banyak jelaga, benzene bersifat non polar
yang masih dapat sedikit larut dalam air, tetapi karena memiliki berat
jenis yang lebih ringan dibanding air, maka benzene akan mengambang
diatas air. Uap dari benzene memiliki vapor pressure yang lebih tinggi
dibanding udara, sehingga zat ini bersifat lebih mudah menguap.
Benzene merupakan zat yang memiliki sifat karsinogenik. 6,7
5
pada sistem saraf, kurangnya suplai oksigen ke otak, pusing, denyut
jantung yang cepat, sakit kepala, tremor, kebingungan dan juga pingsan.
Paparan benzena secara kronis dapat menyebabkan penurunan produksi
sel darah benzena juga dapat sampai ke sumsum tulang dan merusak
produksi sel-sel darah sehingga orang yang terpapar benzene dapat
mengalami penyakit-penyakit yang berkaitan dengan penurunan produksi
sel-sel darah di sumsum tulang. 9
Pengukuran udara ambien (ambient air monitoring) dan
pengukuran bahan biologis (biological monitoring) dapat dilakukan
untuk mengetahui adanya paparan benzene. Beberapa penelitian
mengindikasikan hubungan kuantitas antara paparan benzene secara
inhalasi dengan trans, trans-Muconic Acid (ttMA) sebagai biomarker
terhadap paparan benzene. trans, trans-Muconic Acid (ttMA) merupakan
metabolit minor dari benzene yang dapat digunakan sebagai indikator
biologi untuk paparan benzene. 9
Farmakokinetik dari benzene adalah sebagai berikut:
Absorpsi:
benzene dapat diabsorpsi oleh paru
Distribusi:
setelah masuk ke dalam tubuh, benzene akan tersimpan dalam jaringan
lemak dan beberapa akan disimpan dalam sumsum tulang
Metabolisme dan Eksresi:
b. Toluene (C6H5CH3)
Cairan tidak bewarna, berbau manis, mudah menguap, titik didih
110,6oC, titik lebur -95oC, tekanan uap 28,4 mmHg pada 25oC, tidak
larut dalam air, merupakan zat yang mudah menguap. Toluene sering
digunakan sebagai pelarut dalam dunia industri. Selain sebagai
komponen bensin, Toluene juga ditemukan pada tinta, cat, lem, cat kuku,
karet dan zat pembersih. 10
Paparan Toluene melalui inhalasi maupun kontak langsung
dengan kulit. Efek pada kesehatan yang ditimbulkan antara lain iritasi
pada saluran pernafasan, pencernaan, mata dan kulit, gangguan sistem
7
saraf pusat, ginjal, dan hati. Uap yang dihasilkan dapat mengiritasi mata
dan saluran pernapasan bagian atas, menyebabkan pusing, sakit kepala,
gangguan pernapasan. Cairannya bersifat mengiritasi mata dan
menyebabkan kulit kering. Jika teraspirasi, maka dapat menyebabkan
batuk, tersedak, dan edema paru. Jika tertelan menyebabkan muntah,
diare, dan penurunan fungsi respirasi. Efek dosis rendah terhadap
kesehatan manusia tidak diketahui. Manusia yang terpapar toluena
tingkat tinggi di udara dalam waktu singkat dapat menunjukkan depresi
sistem saraf pusat (kelelahan, pingsan, dan koma). Orang dengan paparan
jangka pendek toluena pada tingkat yang lebih tinggi dari standar udara
tempat kerja telah menunjukkan kinerja yang buruk pada tes kognitif,
gangguan neurobehavioral, dan iritasi mata dan saluran pernapasan
bagian atas (ATSDR, 2000). 11,12,13
8
Penyalahgunaan inhalan pelarut kronis, biasanya melibatkan
toluena dan hidrokarbon volatil lainnya, telah mengakibatkan kerusakan
otak permanen dan demensia (Filley et al., 2004). Paparan kerja kronis
pada tingkat yang melebihi standar tempat kerja telah merusak
pendengaran dan kemungkinan penglihatan warna (Lomax et al., 2004).
Dalam penelitian pada hewan, paparan toluena prenatal mengganggu
pertumbuhan janin dan perkembangan tulang, dan perubahan
perkembangan perilaku pada keturunannya (ADSDR, 2000; Jones dan
Balster, 1997). Studi epidemiologis terhadap pekerja yang terpajan
toluena (atau toluena bersama dengan pelarut lain) belum menunjukkan
peningkatan risiko kanker, dan penelitian pada hewan belum
menunjukkan peningkatan insiden tumor (IARC, 1999). IARC
menetapkan bahwa toluena tidak dapat diklasifikasikan sehubungan
dengan karsinogenisitas manusia. EPA AS telah menetapkan air minum
dan standar lingkungan lainnya untuk toluena. 11,12,13
Dalam monitoring kadar Toluene, kadar Toluene dalam darah
dapat mencerminkan paparan yang belum lama terjadi. Menemukan
jumlah toluena yang terukur dalam darah tidak menyiratkan bahwa
tingkat toluena menyebabkan efek kesehatan yang buruk. Studi
biomonitoring toluena darah dapat memberikan nilai referensi kepada
dokter dan pelaku kesehatan masyarakat sehingga mereka dapat
menentukan apakah orang telah terpapar toluena dengan kadar yang lebih
tinggi daripada kadar yang ditemukan pada populasi umum. 11,12,13
c. Ethyl benzene
Ethylbenzena atau Phenylethane merupakan senyawa alkyl
aromatic yang sering diproduksi dalam bentuk styrene. Senyawa
ethylbenzena memiliki sifat cair, berat molekul 106.16 g/mol , titik didih
136oC, titik leleh -95oC, warna bening, dan tidak mudah terbakar.
Ethylbenzena tergolong senyawa karsinogenik, Dalam sehari-hari sering
digunakan sebagai pelarut, bagian komponen minyak tanah maupun
bensin.15
9
Menurut Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor PER.13/MEN/X/2011 tentang nilai ambang
batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja, nilai ambang batas
senyawa Ethylbenzena ialah 100 ppm. Paparan ethylbenzena dapat
melalui kontak langsung kulit, mata, maupun inhalasi ke saluran
pernafasan. Gangguan yang dapat ditimbulkan antara lain iritasi mata,
kulit, saluran pernafasan, dan kerusakan sistem saraf pusat. 15
10
maka zat tersebut akan dimetabolisme di hepar. Setelah dimetabolisme
di hepar, maka zat zat tersebut akan diekresikan di urine dengan
komposisi metabolit terbanyaknya adalah mandelic acid (65-70%) dan
phenylglyoxylic acid (20-25%). 16
b. MTBE
Methyl tertiary—buthyl ether (MTBE) adalah senyawa kimia
yang diproduksi oleh reaksi kimia methanol dan isobutylene. MTBE
adalah salah satu dari kelompok bahan kimia yang dikenal sebagai
"oksigenat" karena mereka meningkatkan kandungan oksigen bensin dan
berfungsi sebagai booster oktan dalam bensin. Sifat fisik dari MTBE
adalah berbentuk cair, tidak berwarna, memiliki bau khas (anesthetic-like
odor). Titik didihnya berada pada 131°F dan titik nyala nya berada pada
18°F. Pada suhu kamar, MTBE adalah cairan yang mudah menguap,
mudah terbakar, dan tidak berwarna yang mudah larut dalam air. MTBE
diproduksi dalam jumlah banyak dan hampir secara eksklusif digunakan
17,18,19
sebagai aditif bahan bakar dalam bensin.
MTBE dalam bensin
MTBE telah digunakan dalam bensin pada tingkat rendah sejak
1979 untuk menggantikan timbal yang terdapat pada tetraethyl-lead
yang berfungsi sebagai penambah oktan. Pada tahun 2005, Kongres
mengeluarkan Undang-Undang Kebijakan Energi yang menghapus
persyaratan oksigenat untuk bensin yang diformulasi ulang atau
reformulated gasoline (RFG). Pada saat yang sama, Kongres juga
melembagakan standar bahan bakar terbarukan. Sebagai tanggapan,
MTBE mulai dihapuskan dan mulai mencampur bahan bakar dengan
etanol. Menurut Data Survei RFG EPA (Environmental Protection
Agency), MTBE belum digunakan dalam jumlah yang signifikan di
daerah dengan penggunaan RFG sejak 2005. Penurunan serupa dalam
penggunaan MTBE juga telah diamati di daerah dengan penggunaan
bensin konvensional. 17
11
Oksigen membantu bensin membakar lebih sempurna,
mengurangi emisi knalpot berbahaya dari kendaraan bermotor. Dalam
satu hal, oksigen mencairkan atau memindahkan komponen bensin
seperti aromatik (mis., Benzena) dan belerang. Di sisi lain, oksigen
mengoptimalkan oksidasi selama pembakaran. Sebagian besar penyuling
telah memilih untuk menggunakan MTBE di atas oksigenat lain terutama
karena karakteristik campurannya dan karena alasan ekonomi 18
Efek MTBE bagi manusia
MTBE dapat masuk melalui inhalasi, kontak kulit, dan secara
digestif. MTBE ditemukan di beberapa sumber air, terutama di daerah
perkotaan dengan tangki penyimpanan bensin bawah tanah yang bocor.
MTBE juga telah terdeteksi di udara dekat beberapa fasilitas bahan
bakar, di udara kota-kota di mana MTBE masih digunakan dalam bensin,
dan di udara di sekitar pompa bensin ketika orang-orang mengisi bahan
bakar kendaraan mereka. Orang dapat terpapar MTBE dengan menghirup
udara yang terkontaminasi dan minum air yang terkontaminasi. 18
Mayoritas penelitian terkait kesehatan manusia yang dilakukan
hingga saat ini di MTBE berfokus pada efek yang terkait dengan
penghirupan bahan kimia. Sampai saat ini, kelompok peninjau ahli
independen yang telah menilai risiko kesehatan inhalasi MTBE misalnya,
Penilaian Antar Lembaga Bahan Bakar Oksigen, belum menyimpulkan
bahwa penggunaan MTBE Bensin yang dioksigenasi mengancam
kesehatan masyarakat. Namun, para peneliti memiliki data yang terbatas
tentang dampak kesehatan bila tertelan MTBE. Kantor Air EPA telah
menyimpulkan bahwa data yang tersedia tidak memadai untuk
memperkirakan risiko kesehatan potensial MTBE pada tingkat paparan
rendah dalam air minum tetapi data tersebut mendukung kesimpulan
bahwa MTBE adalah karsinogen manusia yang potensial pada dosis
tinggi. Pekerjaan terbaru oleh EPA dan peneliti lain diharapkan dapat
membantu menentukan lebih tepat potensi dampak kesehatan dari MTBE
dalam air minum.18
12
US Enviromental Protection Agency (EPA) meninjau informasi
efek kesehatan yang tersedia pada MTBE dalam pedoman air minum
1997 dan memutuskan bahwa ada informasi yang tidak cukup untuk
memungkinkan EPA untuk membuat estimasi kuantitatif untuk risiko
kesehatan dan dengan demikian tidak akan menetapkan batas penasehat
kesehatan. Bahwa kemungkinan yang sangat minimal jika MTBE dalam
air minum akan menyebabkan efek kesehatan yang merugikan pada
konsentrasi antara 20 dan 40 ppb atau di bawah. 17,18
Dalam memonitor kadar MTBE, Studi menunjukan bahwa
biomonitoring bermanfaat dan dapat diandalkan bahkan pada paparan
tingkat rendah. Urine-MTBE adalah biomarker yang sensitif dan spesifik
untuk paparn uap bensin karena tidak dipengaruhi oleh kebiasaan
merokok, beda dengan benzene. Diantara biomarker benzene, U-B
memiliki spesifisitas namun juga sensitif terhadap paparan okupasional
(akibat perkerjaan) dan juga kebiasaan merokok
13
2.2. Hasil penelitian
14
22
Egypt pembanding) DNA, MN, Dead formation dan kematian sel
Cell) dari leukosit perifer pada
pekerja gasoline station
• Umur, merokok dan durasi dari
paparan tidak memiliki
hubungan yang bermakna
dengan parameter genotoksik
ini
4 Fardani Irmasari. Surabaya Cross- Kadar Toluena 2015 Kadar Toluene di Udara
10
Sectional di Udara Lingkungan Kerja Berkorelasi
Lingkungan Terhadap kadar Asam Hipurat
Kerja dan kadar Urine
Asam Hipurat
Urine Pada tingkat paparan ethylbenzena
yang mencapai 1000 ppm akan
mengiritasi mata dan kulit.
Sedangkan pada tingkat mencapai
2.000 ppm dapat mengiritasi berat
mata, kulit dan mucosa hidung.
Pada percobaan tikus yang terkena
ethylbenzena 1000 mg/m3,
senyawa tersebut ditemukan di
organ bagian otak, hati, dan ginjal
5 Jianping Yang, Bagian Cross N= 71 Pajanan MTBE April – • Karena paparan yang didapatkan
QinzhiWei, Selatan, Sectional sampel dan NAFLD September pada subyek cenderung rendah,
Xiaochun Peng, Tiongkok 2014 studi ini tidak dapat melihat
Xiaowu Peng, hubungan paparan MTBE yang
15
Jianhui Yuan, tinggi dengan NAFLD
Dalin Hu 23 • Karena studi ini bersifat cros
sectional, sehingga tidak bisa
menunjukan efek paparan jangka
panjang dari MTBE.
6 Federica Rota, Milan Case- N= 179 Pajanan benzene Temuan pada studi ini hanya
Anastasia Conti, Control orang dan MTBE sebagian mendukung hasil
Laura Camp, (89 cases, 90 terhadap observasi sebelumnya, yang
Chiara Favero, controls) Epigenetic dan mengkaitkan paparan benzen
Laura Cantone, Transcriptional dengan hipometilasi DNA dan
ValeriaMotta, Modifications in menekankan kompleksitas regulasi
Elisa Polledri, Repetitive retroelemen dalam respon terhadap
RosaMercadante, Elements benzene dan zat kimia lain yang
Giorgio Dieci, terkait dalam bensin.
Valentina Bollati
and Silvia
Fustinoni 24
7 Giuseppe De Parma Cross- N= 102 Biomarker April – Mei Studi menunjukan bahwa
Palma, Diana Sectional petugas terhadap paparan 2008 biomonitoring bermanfaat dan
Poli, Paola SPBU MTBE dan dapat diandalkan bahkan pada
Manini, Roberta Benzene paparan tingkat rendah
Andreoli, Paola
Mozzoni, Diantara biomarker benzene, U-B
Pietro Apostoli memiliki spesifisitas namun juga
and Antonio sensitif terhadap paparan
Mutti 25 okupasional (akibat perkerjaan)
dan juga kebiasaan merokok.
16
8 Tunsaringkarn T. Bangkok, Cross- N= 46 Hubungan April – Juni Pajanan toluena pada darah
Suwansaksri J. Thailand Sectional pekerja pajanan toluena 2019 berhubungan positif dengan
Ketkaew P. SPBU dalam darah peningkatan kerusakan kromosom
Siriwong W 26 dengan pada limfosit.
genotoksisitas
SCE adalah biomarker sitogenetik.
17
BAB III
PENGENDALIAN BAHAYA KIMIA PADA PEKERJA GAS STATION
instansi atau perusahaan dalam mencapai tujuan agar para pekerja di instansi
menimbulkan cedera dan penyakit akibat kerja sebagai tujuan awal dari suatu
perusahaan. Sehingga suatu perusahaan minyak dan gas harus mengenal dari
kesehatan.
Potensi bahaya kimia, yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-
bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk
potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke
dalam tubuh. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh dapat melalui:
dapat menyebabkan efek yang bersifat akut, kronis atau kedua-duanya. Adapun
potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan kimia dapat berupa, korosi,
18
memerlukan langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat risiko/bahaya-nya
menuju ke titik yang aman. Hierarki pengendalian tersebut antara lain ialah
A. Zat Benzene
Tanda-tanda Bahaya
depresi sistem saraf pusat (SSP), aritmia jantung, dan akhirnya sesak
napda dan juga kegagalan pernapsan jika pajanan berada tingkat yang
mematikan.
signifikan dari pajanan dalam jangka pendek dan jangka panjang adalah
Selain itu tiga jenis efek terhadap sumsum tulang karena pajanan benzene
19
yaitu depresi sumsum tulang yang mengarah terjadinya anemia aplastic,
1. Eliminasi
Pertama yaitu eliminasi penggunaan benzene, hal ini sudah dapat
diterapkan walaupun belum maksimal yakni mengurangi penggunaan
benzene, saat ini kandungan benzene yang digunakan pada bensin adalah
1%.
2. Substitusi
Dalam mengganti/substituti bahan yaitu dengan cara mengganti
penggunaan benzene dengan zat Toluene, cyclohexane, atau keton yang
memiliki efek buruk bagi kesehatan yang lebih rendah dibandingkan
dengan benzene.
3. Pengendalian teknis
Upaya yang dapat dilakukan adalah menambah ventilasi pada
lingkungan kerja.
4. Pengendalian administratif
Pemeriksaan Kesehatan
20
No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Jika pada pemeriksaan kesehatan secara berkala ini ditemukan
kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan kesehatan pada tenaga kerja
maka pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki
kelainan-kelainan tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin
terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk menunjang
agar pemeriksaan kesehatan berkala ini mencapai sasaran yang luas,
maka pengurus dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan diluar
perusahaan
Prosedur Keselamatan
faktor fisika dan kimia di tempat kerja. Standar Nasional Indonesia tahun
2005 (SNI 2005) yang mengacu pada Surat Ederan Menteri Tenaga Kerja
kimia di tempat kerja dengan jumlah jam kerja 8 jam per hari atau 40 jam
per minggu, dan paparan terhadap zat tersebut harus berada di bawah NAB
tersebut.
21
dengan gas kromatografi menggunakan detector ionisasi sinar, Flame
air, tanah, makanan, asap rokok dan minyak bumi dan produk minyak
Umumnya adsorben yang digunakan adalah resin TenaxR, silica gel dan
organic lainnya pada udara ambien. Batas deteksi adalah 800 µg/m3.
22
Benzena di tempat kerja dapat diukur dengan instrument portable
endapan dan makanan diisolasi melalui metode Purge and Trap, yang
terjebak pada zat pengabsorbsi seperti TenaxR atau arang aktif, kemudian
diikuti oleh desorpsi termal. Sensitivitas dari metode ini dapat mendeteksi
pada konsentrasi rendah dalam satuan mg/liter (IPCS EHC 150, 1993).
lain seperti asap rokok, bensin dan bahan bakar jet serta asapnya.
Durasi kerja
yang teridentifikasi pada tubuh pekerja diperoleh dari pekerja lebih dari 1
23
tahun, selain itu juga penelitian ini menyatakan hasil dimana benzene
terpapar benzene kadar rendah (30 ppm) dan menurunkan tingkat sirkulasi
B. Zat Toluene
Tanda-tanda Bahaya
Gejala akut yang dapat timbul akibat terpapar zat Toluene adalah
mual, pusing, depresi. Sedangkan gejala kronis yang dapat timbul berupa
1. Pengendalian teknis
upaya yang dapat dilakukan adalah menambah ventilasi pada
lingkungan kerja.
2. Pengendalian administratif
Pemeriksaan Kesehatan
Prosedur Keselamatan
oleh Agent for Toxic Substance and Disease Registry (ATSDR) sebesar
2 ppm (7,6 mg/m3) untuk pajanan akut, 1 ppm (3,8 mg/m3) untuk
24
pajanan kronik dan masih jauh di bawah NAB yang ditetapkan oleh
berikut:
Volume injeksi: 5 µl
berikut:
25
2. Karbon aktif yang sudah mengandung Toluene dibawa ke
dalam larutan CS2 yang akan mengekstrasi Toluene yang terdapa dalam
Chromatography.
ionitation detector.
Durasi kerja
Sedangkan untuk pajanan lifetime digunakan nilai default (30 tahun untuk
kawasan yang bebas asp rokok, dilarang menyalakan telepon genggam dan
C. Zat Xylene
Tanda-tanda Bahaya
Xilen merupakan zat yang iritatif pada mata, kulit dan mukosa.
Pada dosis tinggi xilen memiliki efek sedasi. Pemaparan jangka panjang
26
terhadap xilen akan menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Efek
1. Pengendalian teknis
Upaya yang dapat dilakukan adalah menambah ventilasi pada
lingkungan kerja.
2. Pengendalian administratif
Pemeriksaan Kesehatan
i.d. × 6-mm o.d. Bagian depan mengandung 100 mg arang dan bagian
yang diterima pekerja dan disesuaikan dengan batas TLV dan TWA yang
diijinkan.
D. Zat Etil-benzene
Tanda-tanda Bahaya
27
Etil-benzena merupakan zat yang iritatif pada kulit dan mukosa.
Paparan akut maupun kronik dari etil benzene menyebabkan efek sedasi,
ginjal dan testis. Efek karsinogenik dari etil benzen pada manusia belum
3. Pengendalian teknis
Upaya yang dapat dilakukan adalah menambah ventilasi pada
lingkungan kerja.
4. Pengendalian administratif
Pengukuran dan monitoring etilbenzene
yang diterima pekerja dan disesuaikan dengan batas TLV dan TWA yang
diijinkan.
kawasan yang bebas asp rokok, dilarang menyalakan telepon genggam dan
Tanda-tanda Bahaya
Gejala yang timbul akibat paparan zat MTBE antara lain ganggguan
1. Pengendalian teknis
Upaya yang dapat dilakukan adalah menambah ventilasi pada
lingkungan kerja.
2. Pengendalian administratif
28
Prosedur Keselamatan
air dari rilis UST. Namun, tidak ada rangkaian peraturan yang dapat
mencegah semua rilis. Bahkan dengan peraturan yang paling ideal, akan
Durasi kerja
Sedangkan untuk pajanan lifetime digunakan nilai default (30 tahun untuk
29
Rambu, Poster, Label
kawasan yang bebas asp rokok, dilarang menyalakan telepon genggam dan
akan berkurang. Masker akan menyaring udara yang dihirup dan zat
macam antara lain alat pelindung pernapasan, alat pelindung tangan, alat
pelindung kaki, alat pelindung mata dan alat pelindung muka. Sementara
alat pelindung diri (APD) yang cocok untuk pekerja operator SPBU
30
adalah menggunakan kacamata (Safety googles), menggunakan masker
dari pengaruh gas, debu, uap ataupun udara yang terkontaminasi di tempat
1. Air-purifyng repirators
paparan (inhalasi) debu, uap, mist, fumes, asap dan fog. Alat ini dipakai
terutama apabila toksisitas zat kimia yang terpapar dan kadar dalam
31
c. Mechanical filter respirator
(debu, asap, fume) dan aerosol cair (mist, fog) melalui berbagai
Fume filter
Alat ini tidak dilengkapi dengan filter dan absorbent. Alat ini
pekerjaan
32
a. Gloves, adalah sarung tangan biasa
tinju)
Alat-alat yang digunakan untuk melindungi kaki dari benda-benda jatuh, dan
Alat pelindung mata dan muka digunakan untuk melindungi mata ataupun muka
33
BAB IV
KESIMPULAN
Pekerja SPBU berkaitan erat dengan zat zat kimia , terutama zat -zat
kimia yang terdapat dalam bensin. Di dalam bensin dapat ditemukan zat-zat
kimia antara lain benzene, Toluene, etilbenzene, xylen (BTEX), MTBE dan
beberapa zat kimia lainnya. Zat zat ini menimbulkan bahaya (hazard) bagi
pekerja SPBU tersebut. Zat tersebut dapat masuk ke tubuh pekerja, bisa melalui
inhalasi, tertelan / ingesti, ataupun kontak langsung dengan kulit. Bahaya yang
ditimbulkan oleh zat tersebut dapat bersifat akut ataupun secara kronik, dan
setiap zat memiliki dampak ataupun efeknya masing masing terhadap kesehatan.
Contoh dari dampak yang bersifat akut antara lain iritasi, sementara yang
Dampak zat-zat ini sudah banyak diteliti oleh beberapa peneliti yang
dampak paparan dari benzene terhadap sel darah, dampak paparan benzene
pelindung diri
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Rocha LP. Cezar-Vaz MR. Almeida MCVd. Bonow CA. Silva MSd
Costa VZD. Use Of Personal Protective Equipment By Gas Stations
Workers: A Nursing Contribution. Text Context Nursing, Florianópolis,
2014. 23(1):193-202
available at: http://www.index-f.com/textocontexto/2014pdf/e23-193.pdf
accessed date: 07 November 2019
2. Nneka OC. Mansur OO. Godwin JG. Jessica TA. Edzu UY. Knowledge
of occupational hazards and safety practices among petrol station
attendants in Sokoto metropolis, Sokoto State, Nigeria. JOHE. 2017; 6
(3). 122-7.
Available at: http://johe.rums.ac.ir/article-1-226-en.pdf accessed date: 07
November 2019
3. Kurniawan A. Perlindungan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada
Pekerja Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (Spbu) Di Kota
Pekanbaru. JOM Fakultas Hukum. 2016. 3 (1) . 1-13.
Available at: https://media.neliti.com/media/publications/115043-ID-
perlindungan-keselamatan-dan-kesehatan-k.pdf accessed date: 08
November 2019
4. De Palma G. Poli D. Manini P. Andreoli R. Mozzoni P. Apostoli P. Mutti
A.Biomarkers of exposure to aromatic hydrocarbons and methyl tert-
butyl ether in petrol station workers. Biomarkers, 2012; 17(4): 343–51
5. Rota F. Conti A. Campo L.Favero C. Cantone L. Motta V. Polledri E.
Mercadante R. Dieci G. Bollati V. Fustinoni S. Epigenetic and
Transcriptional Modifications in Repetitive Elements in Petrol Station
Workers Exposed to Benzene and MTBE. Int. J. Environ. Res. Public
Health.2018. 15; 735
6. National Center for Biotechnology Information. Benzene. US National
Library of Medicine, Department of Human and Health Service.
35
Available at: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Benzene,
Accessed date: 02 November 2019
7. National Oceanic and Athmospheric Administration. Benzene. US
Department of Commerce.
Available at: https://cameochemicals.noaa.gov/chemical/2577, accessed
date: 05 November 2019
8. NIOSH. NIOSH Pocket Guide to Chemical Hazard: Benzene. NIOSH.
US.
Available at: https://www.cdc.gov/niosh/npg/npgd0049.html, Accessed
date: 06 November 2019
9. Sipayung LP. Suryanto D. Megawati ER. Korelasi Paparan Benzene
Dengan Gambaran Complete Blood Count Karyawan Spbu X Dan Y.
Jurnal MKMI.2016. 12(2). 82-90
10. Fardani Irmasari. Kadar Toluen di Udara Lingkungan Kerja Berkorelasi
Terhadap kadar Asam Hipurat Urine pada Pekerja Percetakan di
Surabaya. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Surabaya. 2015.
11. Derry Samuel Salim. Laju Transpor Mukosiliar Mukosa Nasal Pada
Petugas SPBU. Junal Kedokteran Diponegoro. Semarang. 2016
12. Redyaksa Drestanta, Awal Prasetyo. Perbedaan Profil SPirometri Pada
Petugas SPBU. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Semarang. 2017
13. Bambang Udji Rianto, Kurniawan Linggawati, Sudarman Kartono. The
Difference of Mucosal Cytology Feature in Gas station Workers
Compared to Non Gas Station workers. Journal of The Medical Sciences.
14. National Center for Biotechnology Information. Toluene. US National
Library of Medicine, Department of Human and Health Service.
Available at: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/1140,
Accessed date: 09 November 2019
15. Evaluation of health hazards by exposure to Ethylbenzene an proposal of
a health-based quality criterion for ambient air. Division of Toxicology
University of Denmark. 2013.
36
16. National Center for Biotechnology Information. Ethyl-Benzene. US
National Library of Medicine, Department of Human and Health Service.
Available at:
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/7500#section=UV-Spectra,
Accessed date: 08 November 2019
17. https://archive.epa.gov/mtbe/web/html/gas.html
18. https://www.cdc.gov/biomonitoring/MTBE_FactSheet.html
19. https://cameochemicals.noaa.gov/chemical/7091
20. National Center for Biotechnology Information. Ethyl-MTBE. US
National Library of Medicine, Department of Human and Health Service.
Available at: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/15413,
Accessed date: 08 November 2019
21. Zamanian Z., Sedaghat Z., Mehrifar Y. Harmful Outcome of
Occupational Exposure to Petrol: Assessment of Liver Function and
Blood Parameters among Gas Station Workers in Kermanshah City, Iran.
IJPVM. 2018. 9.100
22. Salem e., El-garawanI I., Allam H., El-aal BA., Hegazy M. Genotoxic
effects of occupational exposure to benzene in gasoline station workers.
Industrial Health. 2018.56.132–40
23. Yang JP. Wei QZ. Peng XC. Peng XW. Yuan JH. Hu DL. Relationship
between Methyl Tertiary Butyl Ether Exposure and Non-Alcoholic Fatty
Liver Disease: A Cross-Sectional Study among Petrol Station Attendants
in Southern China. Int J Environ Res Public Health. 2016. 23;13(10)
24. Rota F. Conti A. Camp L. Favero F. Cantone L. Motta V. Polledri E. Et
al. Epigenetic and Transcriptional Modifications in Repetitive Elements
in Petrol StationWorkers Exposed to Benzene and MTBE. Int J Environ
Res Public Health. 2018. 12;15(4)
25. De Palma G. Poli D. Manini P. Andreoli R. Mozzoni P Apostoli P. Mutti
A. Biomarkers of exposure to aromatic hydrocarbons and methyl tert-
butyl ether in petrol station workers. Biomarkers. 2012 .17(4):343-51
37
26. Tunsaringkarn T. Suwansaksri J. Ketkaew P. Siriwong W. Blood Toluene
And Genotoxicity In Gasoline Station Workers In Bangkok: A
Preliminary Study. J Health Res. 2011. 25(4): 161-4
27. Budiono, Sugeng A.M. Management Resiko dalam Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Bunga Rampai Hiperkes dan KK Edisi kedua.
Semarang: Universitas Diponegoro. 2011.
28. Suardi, Rudi. Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: PPM. 2013.
29. Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam
Perspektif K3 OHS Risk Management. Jakarta: Dian Rakyat. 2010.
30. Winandar, Aris, Indiraswari. 2016. Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Pekerja SPBU Dengan Penggunaan APD Masker Terhadap
Paparan Zat Benzene Di Kota Langsa 2014. Serambi Saintia Vol IV.
2016.
38