Disusun Oleh:
Kelompok Meja lipat
DESTYA PRASETYO ( 21216139 )
DANIEL NADEAK ( 21216107 )
BOY SIBURIAN ( 21216351 )
FERDY SUHARDI ( 21216254 )
ADE IVAN ( 21216179 )
REFALDI AL YASIR ( 21216347 )
RENDY ANDRADA ( 21216271 )
CHOIRUL FAJRI ( 21216180 )
AMIRUDIN ( 21216341 )
ANDREYANA ( 21216247 )
IKHSANNUDIN ( 21216283 )
KELAS : A4
Disusun oleh
NAMA NIM
DESTYA PRASETYO 21216139
DANIEL NADEAK 21216107
BOY SIBURIAN 21216351
FERDY SUHARDI 21216254
ADE IVAN 21216179
REFALDI AL YASIR 21216347
RENDY ANDRADA 21216271
CHOIRUL FAJRI 21216180
AMIRUDIN 21216341
ANDREYANA 21216247
IKHSANNUDIN 21216283
Konsep
Kemudahan o + + o -
perawatan
Tabel 1.2 Seleksi Konsep Tahap Pertama dengan Metode Pugh (lanjutan)
Konsep
perancangan + o o o o
Efisiensi o o o o o
komponen
Desain yang o + o o o
kokoh
Material o o + o o
yang ringan
dan kuat
Safety + o o o +
Efisiensi o o o o o
fungsi
Ukuran o o o o o
Cost + + o o o
Jumlah (+) 3 3 2 0 1
Jumlah (-) 0 0 0 0 1
Jumlah (o) 6 6 7 9 7
Nilai akhir 3 3 2 0 0
Peringkat 1 2 3 4 5
Lanjutkan Ya Ya Ya Gabung Gabung
Dari penilaian konsep menggunakan metode Pugh, diperoleh bahwa konsep yang
terpilih adalah Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3 sedangkan Gambar 4 dan 5 akan
digabungkan untuk akan diperbaiki. Langkah selanjutnya adalah melakukan
seleksi konsep untuk menentukan konsep akhir. Penentuan konsep akhir
menggunakan cara memberikan beban pada masing-masing opsional dan
penyeleksian ini kembali menggunakan fokus grup yang sama dengan grup
penyeleksi pertama. Cara penyeleksian ke dua ini dengan cara memberikan bobot
seperti pada survey tingkat kepentingan. Berikut ini adalah contoh kuisioner untuk
menentukan konsep akhir, hasil pengumpulan data, dan hasil penilaian konsep.
Perawatan 3 3 4 5
Perancangan 3 4 5 5
Komponen 3 3 4 4
Efisiensi 3 3 3 3
Ukuran 3 3 3 3
Cost 3 3 3 3
Tabel 1.4 Hasil data penilian konsep
Desain konsep
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4
Kriteria Beban Rati Rati Rati Rati
ng ng ng ng
Perawatan 10% 4 0,4 3 0,3 3 0,3 5 0,5
Perancangan 15% 4 0,6 3 0,45 3 0,45 3 0,45
Komponen 5% 3 0,15 3 0,15 4 0,2 3 0,15
Desain kokoh 15% 4 0,6 4 0,6 3 0,45 4 0,6
Material 15% 4 0,6 3 0,45 3 0,45 4 0,6
ringan dan
kuat
Safety 10% 4 0,4 3 0,3 3 0,3 4 0,4
Efisiensi 10% 3 0,3 3 0,3 3 0,3 4 0,4
fungsi
Ukuran 5% 3 0,15 3 0,15 3 0,15 3 0,15
Cost 15% 4 0,6 3 0,45 3 0,45 3 0,45
Total nilai 3,8 3,45 3,05 3,5
peringkat
Lanjutkan ya tidak tidak Tidak
?
Dari hasil penilaian konsep di atas, dapat dilihat bahwa Gambar 1 lebih unggul
dari pada Gambar 2,3 dan 4, maka Gambar 1 keluar sebagai konsep akhir dari
produk Meja lipat.
F. Pengujian Konsep
Pengujian konsep mempunyai tujuan mengetahui minat dari pelanggan untuk
mendapatkan produk meja lipat ini saat beredar di pasaran. Survey ini dilakukan
terhadap 100 responden, mengingat sudah cukup banyaknya survey yang dilakukan
sebelumnya, maka konsep akhir ini dapat dikatakan telah mewakili kebutuhan-
kebutuhan yang telah teridentifikasi. Pembagian kuisioner dilakukan untuk
mengetahui dan menguji konsep yang sudah diseleksi. Survei ini dilakukan
untuk mengetahui apakah pelanggan mau membeli produk tersebut atau tidak, dan
seberapa ingin mereka membeli produk tersebut bila produk tersebut sudah berada
di pasaran.
Gambar 1.7 Kuisioner
= 0,2 + 0,075
= 0,275
Dengan ini responden kemungkinan atau tidak akan membeli, karena nilai
probabilitasnya kurang dari 0,5
1.6. Kesimpulan
A. Hasil dari menentukan desain produk yang dipilih berdasarkan pada metode pugh
yaitu maka Gambar 1 keluar sebagai konsep akhir dari produk Meja lipat dengan
deskipsi produk Produk meja lipat ini dapat digunakan oleh sebagainya, karena
meja lipat ini berbuat dari bahan kayu yang menggunakan penyangganya besi,
produk ini dapat mengefesiensi ruangan yang sangat sempit karna luas meja ini
tidak terlalu panjang maupun lebar. Keunggulan meja ini dapat dilipat keatas
maupun kebawah, jadi kalau meja mau di bersihin itu mudah dan tidak terlalu ribet
pemakaian nya.
B. Nilai probabilitas konsumen membeli produk dengan desain terpilih
P = Fdefinitely x Cdefinitely + Fprobably x Cprobably
= 0,2 + 0,075
= 0,275
LAMPIRAN
Hasil ini saya rekap dari semua 100 kuisioner yang sudah di sebarkan ke semua
responden, dan akan melampirkan hanya 20 kuisioner untuk laporan kali ini.
Persaingan pasar yang ketat mengharuskan suatu perusahaan manufaktur untuk terus
melakukan perubahan dan perbaikan dalam sistem produksinya untuk menjaga
eksistensi produknya agar selalu diminati oleh konsumen. Perkembangan suatu
perusahaan manufaktur dapat diketahui dengan melihat peningkatan kinerja dan
produksi dari waktu ke waktu. Hal tersebut dapat dicapai apabila perusahaan
melakukan perbaikan sistem produksi secara berkesinambungan dan terus menerus
sehingga dapat memperkecil pemborosan waktu dan bahan baku. Perbaikan sistem
produksi yang berkesinambungan diperlukan untuk menciptakan nilai lebih bagi
konsumen dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit.
Keterbatasan sumber daya merupakan salah satu kendala yang pasti dihadapi oleh
perusahaan manufaktur dalam setiap elemen produksi. Hal tersebut merupakan
pendorong agar suatu perusahaan manufaktur terus melakukan perbaikan sistem
produksi secara berkesinambungan supaya dapat selalu memproduksi produk yang
unggul baik dari segi harga, kualitas, fleksibilitas, dan waktu sehingga dapat bersaing
dengan produk dari perusahaan lainnya.
Efektifitas dari lini perakitan sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hal tersebut.
Metode kerja bukanlah satu - satunya aspek yang dilihat untuk mengetahui efektifitas
dari suatu lini perakitan tetapi juga melihat keseimbangan lini perakitannya.
Kelancaran dalam proses produksi merupakan keinginan dari semua perusahaan
manufaktur, untuk mewujudkan hal tersebut beberapa perusahaan melakukan
berbagai cara untuk menyeimbangkan lini perakitannya.
Lini perakitan merupakan hal yang tidak asing di dalam industri manufaktur seperti
elektronik, tekstil, atau furnitur. Namun, bottleneck sering terjadi karena lini
perakitan sulit mendapatkan keseimbangan sehingga dapat menyebabkan banyak
pemborosan seperti waktu tunggu, work in process (WIP), dan kelebihan produksi
(overproduction). Penyeimbangan lini perakitan dapat membantukan mengalirkan
penumpukan material atau Work In Process yang menghambat di dalam lini
perakitan dengan meminimalkan (atau meniadakan) buffers antara elemen – elemen
kerja pada proses produksi (Canh et al., 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, lini perakitan perusahaan masih
mengalami ketidakseimbangan antara satu stasiun kerja dengan stasiun kerja lainnya
sehingga terjadi penumpukan material di tengah lini perakitannya. Hal itu dapat
dilihat dari jumlah produksi yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan jumlah
produksi harian yang cukup besar terjadi setiap harinya. Salah satu penyebab hal
tersebut karena terjadi penumpukan beberapa part assembly di stasiun kerja welding
yang belum selesai dikerjakan sehingga proses perakitan di stasiun kerja assembly
terhambat. Target produksi yang ingin dicapai oleh unit ini memiliki target yang
cukup tinggi.
Merupakan waktu kedatangan antara dua produk yang telah selesai dirakit.
Apabila waktu produksi dan target produksi telah ditentukan, maka waktu siklus
dapat diketahui dari hasil bagi waktu produksi dan target produksi. Dalam
mendesain keseimbangan lintasan produksi untuk sejumlah produki tertentu,
waktu siklus harus sama atau lebih besar dari waktu operasi terbesar yang
merupakan penyebab terjadinya bottle neck (kemacetan) dan waktu siklus juga
harus sama atau lebih kecil dari jam kerja efektif per hari dibagi dari jumlah
produksi per hari, yang secara matematis dinyatakan sebagai berikut
Dimana:
CT : waktu siklus
Dimana:
K : jumlah stasiun kerja
CT : waktu siklus
Menetapkan satu atau lebih elemen kerja pada sebuah stasiun kerja dengan total
waktu stasiun kerja (STi) yang mendekati atau sama dengan CT dan tidak
melebihi CT. Jika STi telah melebihi CT, maka elemen kerja terkait ditugaskan
ke stasiun berikutnya. Kemudian langkah ini diteruskan sampai semua elemen
kerja sudah ditempatkan pada suatu stasiun kerja.
indikator berikut:
Yaitu rasio antara waktu yang digunakan dengan waktu yang tersedia.
Keseimbangan lintasan yang baik adalah jika efisiensi setelah
diseimbangkan lebih besar dari efisiensi sebelum diseimbangkan.
Dimana:
CT : waktu siklus
SI digunakan untuk mengukur tingkat waktu tunggu relatif dari suatu lini
perakitan. Semakin mendekati nol nilai SI suatu lini perakitan, hal tersebut
mengindikasikan lini perakitan tersebut semakin seimbang, karena
pembagian beban kerja semakin merata.
Dimana:
BD merupakan rasio antar waktu idle dalam lini perakitan dengan waktu
yang tersedia. Penurunan BD suatu lini perakitan mengindikasikan
bahwa lini perakitan yang terbentuk memiliki keseimbangan yang lebih
baik.
Dimana:
CT : waktu siklus
Elemen Kerja (Work Element): bagian dari seluruh kegiatan kerja dalam
suatu proses perakitan. n sebagai jumlah elemen kerja yang diinginkan
untuk melengkapi suatu perakitan, dan i adalah jumlah elemen kerja i
dalam suatu proses. Catatan bahwa 1 ≤ i ≤ n.
3) Waktu Siklus (Cycle Time [CT]): waktu maksimum yang digunakan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan pada masing-masing work station.
4) Station Time (ST): jumlah waktu performansi yang diperlukan oleh elemen
kerjapada stasiun kerja.
2.5.Pembahasan
A. Precedence Diagram
Diketahui precedence diagram perakitan produk X seperti terlihat pada Gambar
3. Pada kasus ini, akan dilakukan penyeimbangan lini perakitannya.
Elemen kerja:
1) Pengukuran
2) Pemotongan besi
3) Pemotongan kayu
4) Pengelasan
1) Pengukuran
Yaitu untuk mengukur benda kerja besi dan kayu yang mana bahan ini akan
di buat untuk membuat produk meja lipat,
2) Pemotongan besi
Memotong besi pada produk kamu menggunakan mesin gerinda, dimana kita
supaya mendapat waktu yang efisien,
3) Pemotongan kayu
Memotong besi pada produk kamu menggunakan mesin gerinda, dimana kita
supaya mendapat waktu yang efisien,
4) Pengelasan
Pada bahan besi kita supaya las, supaya besi ini bentuk nya sesuai apa yang
di minta oleh konsumen,
5) Pembuatan lubang baut
Produk meja ini agar di buatkan lubang, supaya nanti konsumen membeli nya
tidak usah membuat lagi dan tinggal di pasang,
6) Pengampelasan
Pengempelasan ini berfungsi untuk supaya produk meja lipat halus dan tidak
ada yang kasar lagi permukaan nya,
7) Pendempulan
Pendempulan ini berfungsi untuk supaya produk meja lipat tetep awet jangka
panjang,
8) Pengecatan
Pengecatan ini berfungsi untuk supaya produk meja lipat kelihatan indah dan
bagus,
9) Packing
Packing ini berfungsi untuk supaya produk meja lipat tetap rapih saat di pack
an dan di simpan dalam gudang.
Dari precedence diagram diatas kita membuat tabel elemen kerja sebagai berikut:
Elemen Kolom
Elemen 1 I
Elemen Kolom
Elemen 2 dan 3 II
Elemen 4 III
Elemen 5 IV
Elemen 6 dan 7 V
Elemen 8 VI
Elemen 9 VII
B. Elemen Kerja dan waktu
Pada kasus ini jumlah waktu elemen kerja dihitung dengan menggunakan rumus:
∑ Ti = 37
1−1
Pada kasus ini jam kerja efektif per hari adalah 8 jam (480 menit) dan terdapat 48
produk yang harus diproduksi per hari, dapat juga T max dari nilai waktu yang
paling tinggi yaitu 7. Sehingga pembatas untuk waktu siklus yaitu antara Ti max
≤ CT ≤ , yaitu 7 ≤ CT ≤ 10.
1 0 7
2 1 2
3 1 3
4 3 4
5 4 2
6 5 5
7 5 4
8 7 6
9 8 4
II 2 2 5 12
3 3
III 4 4 4 16
IV 5 2 2 18
V 6 5 9 27
7 4
VI 8 6 6 33
VII 9 4 4 37
E. Penugasan Elemen Kerja pada Stasiun Kerja sesuai Target cycle time
Setelah mempelajari tabel 2.4 secara seksama langkah berikutnya adalah
memindahkan elemen-elemen antar stasiun kerja untuk mendapatkan
keseimbangan yang lebih baik pada stasiun-stasiun kerja. Kemungkinan
perpindahan terlihat pada tabel berikut:
2 2
II 3 3 9 1
4 4
5 2
III 6 5 9 1
7 4
IV 8 6 10 0
9 4
37
a. Efisiensi lini (LE) = x 100%
40
37
= x 100%
40
= 92,5 %
b. Smoothness index (SI) = √ 12 + 12 + 12 + 02
= √3
= 1,73
2.6. Kesimpulan
a. berapa nilai efesiensi yang dihasilkan dari penyeimbangan lini perakitan
37
Efisiensi lini (LE) = x 100%
40
37
= x 100%
40
= 92,5 %
b. nilai smoothing index yang dihasilkan dari penyeimbangan lini perakitan
Smoothness index (SI) = √ 12 + 12 + 12 + 02
= √3
= 1,73
LAMPIRAN
MODUL 3
MICROMOTION STUDY
Pekerjaan yang dilakukan seorang pekerja atau operator dalam membuat suatu
produk biasanya terdiri dari beberapa elemen-elemen gerakan kecil. Gerakan-
gerakan tersebut pada umumnya dapat menimbulkan faktor-faktor yang
menyebabkan kelelahan. Seseorang dalam melakukan pekerjaan seringkali
melakukan aktivitas yang tidak perlu. Faktor lain yang menyebabkan seseorang
mengalami jenuh adalah lingkungan kerja yang tidak kondusif, sehingga membuat
seseorang menjadi tidak nyaman dan efektifitas pekerjaan menjadi menurun.
Dari berbagai faktor yang tidak selaras diatas, maka perlu adanya perbaikan dalam
melakukan gerakan kerja dengan cara menganalisis setiap gerakan dan lingkungan
kerja yang seharusnya tidak perlu ditimbulkan. Untuk memudahkan menganalisis
terhadap gerakan-gerakan tersebut perlu dikenal dahulu gerakan-gerakan dasar
yang membentuk kerja tersebut. Guna melaksanakan maksud ini, maka Frank B.
Gilberth beserta istrinya Lilian Gilberth telah berhasil menciptakan simbol/kode
dari gerakan-gerakan dasar kerja yang dikenal dengan nama THERBLIG. Di sini
mereka menguraikan gerakan-gerakan kerja ke dalam 17 gerakan dasar guna
mendapatkan rangkaian gerakan yang lebih efisien.
Perbaikan kegiatan kerja dapat dilakukan dengan cara menganalisis setiap gerakan
dan lingkungan kerja yang seharusnya tidak ditimbulkan. Micromotion study dapat
digunakan untuk membantu menganalisis perbaikan kerja, karena micromotion
study mempelajari tentang pengukuran waktu baku work factor system melalui
gerakan kerja. Sehinggga dapat menaikkan jumlah produksi dan dapat menghemat
waktu kerja.
Modul micromotion study ini, kita melakukan pembongkaran terhadap otoped.
Modul ini digunakan untuk menganalisis gerakan perakitan dan pembongkaran
sehingga nanti dapat menentukan waktu baku sebuah aktivitas kerja. waktu baku
tersebut yang nantinya dapat digunakan dalam menentukan tingkat produktivitas
kerja.
3.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
A. Berapa waktu baku yang ada pada proses pembuatan?
3.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
A. mengetahui berapa waktu baku dalam proses pembuatan Meja Lipat
3.4. Landasan Teori
A. Studi Gerakan
Studi gerakan adalah analisa yang dilakukan terhadap beberapa gerakan bagian
badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Seorang tokoh yang telah
meneliti gerakan - gerakan dasar secara mendalam adalah Frank B. Gilberth
beserta istrinya yang menguraikan gerakan ke dalam 17 gerakan dasar atau elemen
gerakan yang dinamai Therblig (Sutalaksana, 1979).
Secara garis besar masing - masing gerakan Therblig dapat didefinisikan sebagai
berikut (Wignjosoebroto, 1995):
1. Mencari.
Mencari adalah elemen dasar gerakan pekerja untuk menentukan lokasi suatu
obyek. Gerakan dimulai pada saat mata bergerak mencari obyek dan berakhir jika
obyek telah ditemukan. Mencari ini termasuk dalam gerakan Therblig yang tidak
efektif.
2. Memilih.
Memilih merupakan elemen gerakan Therblig untuk menemukan atau memilih
suatu obyek diantara dua atau lebih obyek lainnya yang sama. Memilih ini
termasuk dalam elemen gerakan Therblig yang tidak efektif.
3. Memegang (Grasp).
Memegang adalah elemen gerakan tangan yang dilakukan dengan menutup jari-
jari tangan obyek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja. Memegang adalah
elemen Therblig yang diklasifikasikan sebagai elemen gerakan efektif yang
biasanya tidak bisa dihilangkan tetapi dalam beberapa hal dapat diperbaiki.
4. Menjangkau / Membawa Tanpa Beban (Transport Empty).
Menjangkau adalah elemen gerakan Therblig yang menggambarkan gerakan
tangan berpindah tempat tanpa beban atau hambatan (resistance) baik gerakan
yang menuju atau menjauhi obyek. Gerakan ini diklasifikasikan sebagai elemen
Therblig yang efektif dan sulit untuk dihilangkan secara keseluruhan dari suatu
siklus kerja.
5. Membawa Dengan Beban (Transport Loaded).
Membawa merupakan elemen perpindahan tangan, hanya saja disini tangan
bergerak dalam kondisi membawa beban (obyek). Elemen gerak membawa
termasuk Therblig yang efektif sehingga sulit untuk dihindarkan.
6. Memegang untuk Memakai (Hold).
Elemen ini terjadi jika elemen memegang obyek tanpa menggerakan obyek
tersebut. Elemen memegang untuk memakai adalah elemen kerja yang
tidakefektif yang bisa dihilangkan dengan memakai alat bantu untuk
memegangobyek.
7. Melepas (Release Load).
Elemen ini terjadi pada saat operator melepaskan kembali terhadap obyek yang
dipegang sebelumnya. Elemen gerak melepas termasuk elemen therblig yang
efektif yang bisa diperbaiki.
8. Mengarahkan (Position).
Mengarahkan adalah elemen gerakan therblig yang terdiri dari menempatkan
obyek pada lokasi yang dituju secara tepat. Elemen gerak ini termasuk Therblig
yang tidak efektif, sehingga untuk itu harus diusahakan untuk dihilangkan.
9. Mengarahkan Awal (Pre-Position).
Mengarahkan awal adalah elemen gerakan efektif Therblig yang mengarahkan
obyek kesuatu tempat sementara sehingga pada saat kerja mengarahkan obyek
benar-benar dilakukan maka obyek tersebut dengan mudah dapat dipegang dan
dibawa kearah tujuan yang dikehendaki.
10. Memeriksa (Inspect).
Elemen ini termasuk dalam langkah kerja untuk menjamin bahwa obyek telah
memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Elemen ini termasuk elemen
Therblig yang tidak efektif.
11. Merakit (Assembly).
Merakit adalah elemen gerakan Therblig untuk menghubungkan dua obyek atau
lebih menjadi satu kesatuan. Elemen ini merupakan elemen Therblig yang efektif
yang tidak dapat dihilangkan sama sekali tetapi dapat diperbaiki.
12. Mengurai Rakit (Disassembly).
Disini dilakukan gerakan memisahkan atau mengurai dua obyek tergabung satu
menjadi obyek-obyek yang terpisah. Ini termasuk gerakan therbligh yang efektif.
13. Memakai (Use).
Memakai adalah elemen gerakan efektif Therblig dimana salah satu atau kedua
tangan digunakan untuk memakai/mengontrol suatu alat untuk tujuan-tujuan
tertentu selama kerja berlangsung.
14. Kelambatan yang Tidak Terhindarkan (Unavoidable Delay).
Kondisi ini diakibatkan oleh hal-hal diluar kontrol dari operator dan merupakan
interupsi terhadap proses kerja yang sedang berlangsung.Ini termasuk gerakan
therbligh yang tidak efektif.
15. Kelambatan yang Dapat Dihindarkan (Avoidable Delay).
Kegiatan ini menunjukan situasi yang tidak produktif yang dilakukan oleh
operator sehingga perbaikan/penanggulangan yang perlu dilakukan lebih
ditujukan kepada operator sendiri tanpa harus merubah proses kerja lainnya.Ini
termasuk gerakan therbligh yang tidak efektif.
16. Merencanakan (Plan).
Elemen ini merupakan proses mental dimana operator berhenti sejenak bekerja
dan memikir untuk mentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan.Ini
termasuk gerakan therbligh yang tidak efektif.
17. Istirahat untuk Menghilangkan Lelah (Rest to Overcome Fatigue).
Elemen ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja akan tetapi berlangsung secara
periodik. Ini termasuk gerakan therbligh yang tidak efektif.
B. Analisis Kerja dan Prinsip Ekonomi Gerakan
1. Analisa Kerja
Menurut Sritomo Wignjosoebroto (1995), terdapat dua metode yang termasuk
dalam penetapan waktu baku dengan data waktu gerakan (predetermined motion
timesystem) yaitu sistem faktor kerja (work-factor system) dan metode
pengukuran waktu (methods-time measurement).
2. Prinsip Ekonomi Gerakan
Menurut Ralph Barnes (1980) terdapat 3 prinsip dalam ekonomi gerakan, yaitu:
a. Gerakan yang berhubungan dengan tubuh manusia
b. Gerakan yang berhubungan denganperaturan tata letak tempat kerja
c. Gerakan yang berhubungan dengan perancangan peralatan
Masing-masing prinsip gerakan ekonomi tersebut memiliki spesifikasi gerakan
sebagai berikut: Gerakan yang berhubungan tubuh manusia dan gerakannya :
a. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri secara bersamaan.
b. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur secara bersamaan kecuali
sedang istirahat.
c. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris
dan berlawanan arah gerakannya.
d. Gerakan tubuh atau tangan sebaiknya dihemat dan memperhatikan alam atau
natural dari gerakan tubuh atau tangan.
e. Sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk membantu
pekerjaannya, pemanfaatan ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam
bekerja.
f. Gerakan yang patah-patah bayak perubahan arah akan memperlambat
gerakan tersebut.
g. Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan teliti dari pada
gerakan yang dikendalikan.
h. Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan jika memungkinkan
irama kerja harus mengikuti irama alamiah bagi si pekerjanya.
i. Usahakan sesedikit mungkin gerakan mata.
Prinsip-prinsip ekonomi gerakan berhubungan dengan pengaturan tata letak
tempat kerja:
a. Sebaiknya diusahakan agar peralatan dan bahan baku dapat diambil dari
tempat tertentu dan tetap.
b. Bahan dan peralatan diletakan pada tempat yang mudah, cepat dan enak
untuk dicapai atau dijangkau.
c. Tempat penyimpanan bahan yang dirancang dengan memanfaatkan prinsip
gaya berat akan memudahkan kerja karena bahan yang akan diproses selalu
siap di tempat yang mudah untuk diambil. Hal ini menghemat tenaga dan
biaya.
d. Objek yang sudah selesai penyalurannya dirancang menggunakan
mekanisme yang baik.
e. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa
sehingga gerakan–gerakan dilakukan dengan urutan terbaik.
f. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga alternatif
berdiri dan duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan suatu hal yang
menyenangkan.
Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan peralatan:
a. Tangan sebaiknya dapat dibedakan dari semua pekerjaan bila penggunaan
dari perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakkan dengan kaki dapat
ditingkatkan.
b. Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian agar mempunyai lebih dari satu
kegunaan.
c. Peralatan sebaiknya sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam
pemegangan dan penyimpanannya.
d. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri, misalnya seperti
pekerjaan mengetik, beban yang didistribusikan pada jari harus sesuai
dengan kekuatan masing-masing jari.
e. Roda tangan, palang dan peralatan yang sejenis dengan itu sebaiknya diatur
sedemikian sehingga badan dapat melayaninya dengan posisi yang baik dan
dengan tenaga yang minimum.
C. Work Factor System
Sistem faktor kerja merupakan salah satu sistem dari Predetermined time system
yang paling awal dan secara luas diaplikasikan Sistem ini memungkinkanuntuk
menetapkan waktu untuk pekerjaan-pekerjaan manual dengan menggunakan
data waktu gerakan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Langkah-langkah
yang diambil di sini pertama kali adalah membuat analisa detail setiap langkah
kerja yang ada berdasarkan 4 variabel yang merupakan dasar utama pelaksanaan
kerja (anggota tubuh, kerja perpidahan gerakan, manual kontrol dan
berat/hambatan yang ada) dan mengunakan data faktor kerja sebagai unit
pengukurnya. Langkah berikutnya adalah menentukan waktu baku yang
diperoleh dari Tabel data waktu baku gerakan (Wignjosoebroto, 1995).
Pada Work-factor system, suatu pekerjan dibagi atas elemen-elemen gerakan
standar kerja sebagai berikut : Transport atau reach & move (TRP), Grasp (GR),
Pre-Position (PP), Assemble (ASY), Use (manual, process or machine
time)(US), Diassemble (DSY), Mental Process (MP), dan Release (RL). Dan
simbolsimbol yang digunakan untuk menunjukan anggota tubuh yang
dipergunakan dan faktor-faktor kerja juga distandardkan sebagai berikut :
CONTOH SOAL:
Seorang siswa mendapat tugas untuk menganalisa gerakan dari seorang operator
yang sedang memasang bagian penutup baterai pada boneka dengan MTM-1
(Method Time Measurement-1) melalui kamera video. Dalam rekaman tersebut,
tersedia 4 kotak yang berisi bagian-bagian mainan. Kotak A terletak 14 inch dari
operator dan berisi boneka. Kotak B terletak 14 inch dari operator dan berisi
penutup baterai. Kotak C terletak 12 inch dari operator dan berisi sekrup. Kotak D
terletak 10 inch dari operator dan berisi obeng. Dibutuhkan 4 sekrup untuk
memasang penutup baterai. Agar sekrup terpasang dengan kencang, operator harus
memutar sekrup 7 kali dengan sudut putaran 90⁰. Anda diminta untuk membantu
siswa tersebut dalam menganalisa gerakan dengan menggunakan peta tangan
kanan-kiri dan menghitung waktu baku yang dibutuhkan operator untuk memasang
penutup baterai berdasarkan gerakan-gerakan di bawah ini:
POSTUR KERJA
Gambar 4.4 Range pergerakan lengan atas (a) postur alamiah, (b) posturextension
Gambar 5 Range pergerakan lengan bawah (a) posturflexion60o –100o , (b) postur
alamiah dan (c) postur flexion 100 o +
Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian Health and Safety
Executive, digunakan untuk menghasilkan skor postur sbb :
Gambar 4.7 Standar RULA putaran pergelangan tangan (a) postur alamiah dan
(b) postur putaran pergelangan tangan
Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi yang dilakukan oleh
Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan kisaran tersebut adalah :
Tabel 4.4 Skor rentang postur untuk leher
Gambar 4.8 Range pergerakan leher (a) postur alamiah, (b) postur 10o –20o
flexion, (c) postur 20o atau lebih flexion, (d) postur extension
Keterangan :
Gambar 4.11 Range pergerakan punggung yang diputar atau dibengkokkan (a)
postur alamiah, (b) postur punggung diputar, (c) postur punggung dibengkokkan
Kisaran untuk postur kaki dengan skor postur kaki ditetapkan sebagai
berikut :
+1, jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata.
+1, jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki, dimana terdapat
+2, jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata.
Gambar 4.12 Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang, bobot tersebar merata,
(b) kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata
Rekaman video yang dihasilkan dari postur kelompok B yaitu leher, punggung
(badan), dan kaki diamati dan ditentukan skor untuk masing-masingpostur.
Kemudian skor tersebut dimasukkan ke dalam table B untuk memperoleh skor B.
Tabel 4.7 Skor Postur Kelompok B
Leher Punggung
1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
\
Leher Punggung
1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
Sistem penskoran dilanjutkan dengan melibatkan otot dan tenaga yang digunakan.
Penggunaan yang melibatkan otot dikembangkan berdasarkan penelitian Drury, yaitu
sbb :
+1, jika postur statis (dipertahankan dalam waktu 1 menit) atau penggunaan postur
tersebut berulang lebih dari 4 kali dalam 1 menit.
3 jika beban (tenaga) lebih dari 10 Kg dialami secara statis atau berulang
Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh bagian A dan B diukur
dan dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudian ditambahkan dengan skor
yang berasal dari table A dan B, yaitu sbb :
Skor A+ skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok A = Skor C
Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok B = Skor D
Setiap kombinasi skor C dan D diberikan rating yang disebut grand skor, yang
nilainya 1 sampai 7. Nilai grand skor diperoleh dari tabel berikut ini :
D
1 2 3 4 5 6 7+
C 1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
Tabel 4.10 Tabel Grand Skor lanjutan
D
1 2 3 4 5 6 7+
C 4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8 5 5 6 7 7 7 7
Setelah diperoleh grand skor, yang bernilai 1 hingga 7 menunjukkan level tindakan
(action level) sebagai berikut :
Action level 1
Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini bisa diterima jika tidak
dipertahankan atau tidak berulang dalam periode yang lama.
Action level 2
Action level 3
Action level 4
PP PP PP PP
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 1 2 2 2 2 3 3 3
2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 4 4
2 1 3 3 4 4 4 4 5 5
2 3 4 4 4 4 5 5 5
3 2 4 4 4 4 4 5 5
3 1 3 3 4 4 4 4 5 5
2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 4 4 4 4 4 5 5 5
4 1 4 4 4 4 4 5 5 5
2 4 4 4 4 4 5 5 5
3 4 4 4 5 5 5 6 6
5 1 5 5 5 5 5 6 6 7
2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
PP PP PP PP
1 2 1 2 1 2 1 2
6 1 7 7 7 7 7 8 8 9
2 8 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel A = 3 + 1 + 2 = 6 Skor C
Dimana;
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
Tabel 4.14 Skor Postur Kelompok B Lanjutan
Leher Punggung
1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 6
Tabel B = 3 + 1 + 0 = 4 Skor D
Dimana;
D
1 2 3 4 5 6 7+
C 1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8 5 5 6 7 7 7 7
Tabel C = 6
Action level 3
2. Pengukuran Kayu
a. Lengan atas bergeraknya 55o berarti pekerja mempunyai skor 2
b. Lengan bawah bergerak 10o berarti pekerja mempunyai skor 3
c. Pergelangan tangan 10o, artinya tidak banyak gerak dan mempunyai skor
2
d. Putaran pergelangan (pp) dia tidak banyak putaran dan mempunyai skor
1
PP PP PP PP
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 1 2 2 2 2 3 3 3
2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 4 4
2 1 3 3 4 4 4 4 5 5
2 3 4 4 4 4 5 5 5
3 2 4 4 4 4 4 5 5
3 1 3 3 4 4 4 4 5 5
2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 4 4 4 4 4 5 5 5
4 1 4 4 4 4 4 5 5 5
2 4 4 4 4 4 5 5 5
3 4 4 4 5 5 5 6 6
PP PP PP PP
1 2 1 2 1 2 1 2
5 1 5 5 5 5 5 6 6 7
2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
6 1 7 7 7 7 7 8 8 9
2 8 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
Tabel A = 4 + 1 + 0 = 5 Skor C
Dimana;
Leher Punggung
1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 6
Tabel B = 3 + 1 + 0 = 4 Skor D
Dimana;
D
1 2 3 4 5 6 7+
C 1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
Tabel 4.19 Tabel Grand Skor Lanjutan
D
1 2 3 4 5 6 7+
C 5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8 5 5 6 7 7 7 7
Tabel C = 5
Action level 3
C. Rekomendasi Perbaikan
Rekomendasi perbaikan dari pekerjaan produksi meja lipat, operator harus
membutuhkan meja kerja agar pekerjaan nya lebih efektif dan tidak terjadi sakit
pada tubuh operatornya.
4.6. Kesimpulan
Kondisi postur kerja operator meja lipat yang melakukan pada proses bekerja dengan
pendekatan metode Rapid Upper Limb Assessment kurang baik, maka di lakukan
perubahan agar supaya postur tubuh tidak terjadi apa-apa.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PP PP PP PP
1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 1 2 2 2 2 3 3 3
2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 4 4
2 1 3 3 4 4 4 4 5 5
2 3 4 4 4 4 5 5 5
3 2 4 4 4 4 4 5 5
3 1 3 3 4 4 4 4 5 5
2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 4 4 4 4 4 5 5 5
4 1 4 4 4 4 4 5 5 5
2 4 4 4 4 4 5 5 5
3 4 4 4 5 5 5 6 6
5 1 5 5 5 5 5 6 6 7
2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
6 1 7 7 7 7 7 8 8 9
2 8 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
Leher Punggung
1 2 3 4 5 6
Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 6
D
1 2 3 4 5 6 7+
C 1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8 5 5 6 7 7 7 7