Anda di halaman 1dari 3

Tinjauan Pustaka Senyawa Organik

Senyawa organik adalah senyawa yang diperoleh dari makhluk hidup (tanaman, hewan, dan
manusia). Senyawa yang termasuk kelompok ini relatif lebih mudah terurai (terdekomposisi)
dibandingkan senyawa-senyawa lain yang termasuk kelompok senyawa anorganik.
Berdasarkan hasil analisis terhadap senyawa organik menunjukan bahwa senyawa organik
selalu mengandung karbon (C), pada umumnya disertai dengan kandungan hidrogen, dan
kadang-kadang disertai dengan keberadaan beberapa unsur lain, yaitu O, N, S, dan halogen
( Cl, Br, I, dan F). Berdasarkan penemuan tersebut, senyawa organik didefinisi ulang sebagai
senyawa yang berbasis karbon, sehingga senyawa organik dikenal juga sebagai senyawa
karbon. Adapun pembeda senyawa organik dan anorganik adalah senyawa organik
merupakan senyawa hidrokarbon atau turunan hidrokarbon, oleh karena itu senyawa organik
selalu mengandung karbon dan hidrogen (C-LH), kecuali CCl4 yang merupakan turunan dari
CH4. (Sardjono, 2014)

Senyawa organik sangat meliputi bidang yang sangat luas di muka bumi ini diantaranya
material biologis dari tanaman, hewan, dan manusia (Sardjono, 2014). Senyawa organik tidak
hanya senyawa-senyawa organik alam tetapi juga terdapat senyawa-senyawa organik
sintesis. Banyaknya jumlah senyawa organik disebabkan oleh dua faktor, yaitu struktur atom
karbon yang dapat membentuk ikatan kovalen dan kemampuan atom karbon untuk
bergabung dengan atom karbon lain membentuk rantai panjang. Rantai tertutup dan terbuka,
raintai berlingkar, rantai bercabang, dan rantai karbon membentuk jaringan. Ikatan yang
menghubungkan atom karbon yang satu dengan atom karbon yang lain dapat berupa ikatan
tunggal, ikatan rangkap dua, atau ikatan rangkap tiga (Sumardjo, 2019).

Atom karbon merupakan basis senyawa organik. Atom karbon mempunyai empat elektron
valensi. Untuk mencapai konfigurasi elektron yang stabil, seperti konfigurasi elektron gas
mulia, atom karbon memerlukan empat elektron. Oleh karena itu, atom karbon mampu
membentuk empat ikatan kovalen dengan atom karbon maupun dengan atom lain. Keempat
elektron valensi atom karbon bertindak sebagai tangan yang dapat memegang atom-atom
karbon atau unsur lain yang nonlogam (Sumardjo, 2019). Elektron yang dekat dengan nukleus
akan lebih tertarik oleh proton dalam nukleus dibanding elektron yang jauh kedudukannya
terhadap nukleus. Sehingga semakin dekat elektron terhadap nukleus semakin rendah
energinya dan sukar berpindah dalam reaksi kimia (Wardiyah, 2016)

Metode analisis yang diuraikan merupakan metode konvensional yang dapat dilakukan di
laboratorium sederhana dengan alat-alat yang sederhana pula. Metode analisis dibagi menjadi
dua yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. analisis kualitatif merupakan analisis untuk
melakukan identifikasi elemen dan senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata
lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit
yang dituju dalam suatu sampel. sedangkan Analisis kuantitatif adalah analisis untuk
menentukan jumlah (kadar) absolut atau relatif dari suatu senyawa atau elemen yang ada di
dalam sampel (Sudjadi, 2018).

Mengidentifikasi reaksi-reaksi khusus senyawa yang mengandung C, H, dan O dapat dilakukan


dengan metode analisis secara kualitatif dengan teori kromatografi. Teknik kromatografi
merupakan teknik pemisahan yang paling umum dan paling sering digunakan dalam bidang
kimia analisis. Terdapat 3 pendekatan untuk analisis kualitatif diantaranya melakukan
perbandingan antara data retensi solut yang tidak diketahui dengan data retensi baku yang
sesuai pada kondisi yang sama. Dengan cara menggabungkan alat kromatografi dengan
spektometer massa yang akan memberikan informasi data spektra massa solut dengan waktu
retensi tertentu. Dan yang terakhir dengan cara skipping, yaitu menambah sampel yang
mengandung senyawa tertentu yang akan diselidiki dengan senyawa baku pada kondisi
kromatografi yang sama (Sudjadi, 2018).

Ddc5
Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai