Anda di halaman 1dari 21

Viskositas

Disusun Oleh:

Wanti Madalena (13040049)

Yulianti (13040050)

Yuni Widyastuti (13040051)

Semester III B

Dosen : Okpri Meiyla M.Farm.,Apt


Matakuliah : Kimia Fisika

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH TANGERANG


Jl. Raya Serang KM 14,5 Cikupa-Tangerang Telp. (021) 59411324

Website : www.stfm.ac.id
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan berbagai macam nikmat
dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Viskositas” ini dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Makalah kimia fisika tentang Viskositas ini telah kami susun sedemikian rupa
tentunya dengan bantuan berbagai macam pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan
dan hambatan selama proses pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepeda semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini sebagai salah satu syarat standar kelulusan nilai bagi matakuliah kimia fisika.

Namun tidak terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, kami mengundang para
pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita sekalian.

Tangerang, November 2014

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................ ii

Bab I Pendahuluan ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................ 2

Bab II Pembahasan.................................................................................... 3

2.1 Pengertian Viskositas................................................................. 3


2.2 Konsep Viskositas...................................................................... 3
2.3 Teori Dasar Viskositas................................................................ 5
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Viskositas............................ 7
2.5 Sifat alir Viskositas..................................................................... 8
2.6 Pengukuran Viskositas................................................................ 10
2.7 Contoh soal Viskositas dan Pembahasan.................................... 13
2.8 Penerapan Viskositas.................................................................. 15

Bab III Penutup.......................................................................................... 17

3. 1 Kesimpulan................................................................................. 17
3. 2 Saran........................................................................................... 17

Daftar Pustaka............................................................................................ iii

ii
Bab I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan
antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-
gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair
(viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat
cair. Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut
fluida yang tertentu maka tegangan geser berbanding lurus dengan viskositas.
Suatu zat memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang dimasukkan
kedalamnya mendapat gaya tekanan yang diakibatkan peristiwa gesekan antara
permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh, apabila kita
memasukkan sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah batu tersebut mula-mula
turun dengan cepat kemudian melambat hingga akhirnya sampai didasar zat cair. Bola
kecil tersebut pada saat tertentu mengalami sejumlah perlambatan hingga mencapai
gerak lurus beraturan. Gerakan bola kecil menjelaskan bahwa adanya suatu
kemampuan yang dimiliki suatu zat cair sehingga kecepatan bola berubah. Mula-mula
akan mengalami percepatan yang dikarenakan gaya beratnya tetapi dengan sifat
kekentalan cairan maka besarnya percepatannya akan semakin berkurang dan
akhirnya nol. Pada saat tersebut kecepatan bola tetap dan disebut kecepatan terminal.
Hambatan-hambatan dinamakan sebagai kekentalan (viskositas). Akibat viskositas
zat cair itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup drastic terhadap
kecepatan batu.
Aliran viskos, dalam berbagai masalah keteknikan pengaruh viskositas pada
aliran adalah kecil, dan dengan demikian diabaikan. Cairan kemudian dinyatakan
sebagai tidak kental (invicid) atau seringkali ideal dan diambil sebesar nol. Tetapi jika
istilah aliran viskos dipakai, ini berarti bahwa viskositas tidak diabaikan.
Untuk benda homoogen yang dicelupkan kedalam zat cair ada tiga kemungkinan
yaitu, tenggelam, melayang, dan terapung.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan viskositas ?


2. Bagaimana konsep viskositas ?
3. Apa dasar teori viskositas ?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas ?
5. Bagaimana cara mengukur viskositas ?
6. Apa saja yang merupakan pengaplikasian dari viskositas ?

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui dan memahami pengertian viskositas dengan baik.


2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas.
3. Mengetahui aplikasi viskositas dalam kehidupan sehari-hari.

2
Bab II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Viskositas

Viskositas adalah ketahanan aliran suatu cairan (fluida) pada pengaruh tekanan
atau tegangan. Viskositas cairan dapat dibandingkan satu sama lain dengan adanya
koefisien viskositas (𝜂). Koefisien viskositas adalah gaya tangensial per satuan luas
yang dibutuhkan untuk mempertahankan perbedaan kecepatan alir. Cairan tertentu
mempunyai aliran lebih cepat daripada cairan yang lainnya. Sebagai contoh, air
mempunyai laju alir yang lebih cepat dibandingkan dengan minyak, gliserin, maupun
etilen glikol. Fenomena yang lain adalah jika masing-masing benda tersebut
ditempatkan pada gelas yang berbeda, dan saling diaduk, maka etilen glikol akan
berhenti lebih cepat daripada air.

2.2 Konsep Viskositas

Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Viskositas atau kekentalan sebenarnya merupakan gaya
gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul
yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida fluida tersebut
mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik
menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh
tumbukan antara molekul (Bird, 1993).
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya,
fluida yang lebih kental biasanya lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli,
madu, dan lain-lain. Hal ini bisa dibuktikan dengan menuangkan air dan minyak
goreng diatas lantai yang permukaannya miring. Pasti hasilnya air lebih cepat
mengalir dari pada minya goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu fluida juga
bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair
tersebut. Misalnya ketika ibu menggoreng ikan di dapur, minyak goreng yang

3
awalnya kental, berubah menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin
tinggi suhu suatu zat gas, semakin kental zat gas tersebut.
Perlu diketahui bahwa viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida rill (rill =
nyata). Fluida rill / nyata adalah fluida yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari,
seperti air sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida rill berbeda dengan fluida ideal.
Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya
model yang digunakan untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida
ideal ini yang kita pakai dalam pokok bahasan fluida dinamis) (Bird, 1993).
Satuan system internasional (SI) untuk koifisien viskositas adalah Ns/m2 = Pa.S
(pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk SI koifisien viskositas
adalah dyn.s/cm2 = poise (p). Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipoise (cP).
1 cP = 1/1000 p. satuan poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Prancis
yaitu Jean Louis Marie Poiseuille.
1 poise = 1 dyn. s/cm2 = 10-1 N.s/m2
Fluida adalah gugusan molukel yang jarak pisahnya besar, dan kecil untuk zat
cair. Jarak antar molukelnya itu besar jika dibandingkan dengan garis tengah molukel
itu. Molekul-molekul itu tidak terikat pada suatu kisi, melainkan saling bergerak
bebas terhadap satu sama lain. Jadi kecepatan fluida atau massanya kecapatan volume
tidak mempunyai makna yang tepat sebab jumlah molekul yang menempati volume
tertentu terus menerus berubah (while, 1988).
Fluida dapat digolongkan kedalam cairan atau gas. Perbedaan-perbedaan utama
antara cair dan gas adalah :
a. Cairan praktis tidak kompersible, sedangkan gas kompersible dan seringkali harus
diperlakukan demikian.
b. Cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai permukaan-permukaan bebas,
sedangkan agar dengan massa tertentu mengembang sampai mengisi seluruh
bagian wadah tempatnya (While, 1988).

2.3 Teori Dasar Viskositas

1. Hukum Stokes

Jika sebuah bola kecil bergerak dalam fluida yang viskositasnya nol, maka
garis-garis arusnya akan membentuk pola simetris. Tekanan disembarang titik
pada permukaan bola yang searah dengan gerak bola sama dengan tekanan

4
disembarang titik berlawanan arah dengan gerak bola sehingga resultan gaya pada
bola itu nol.
Pada fluida kental jika bola kecil dijatuhkan , akan timbul hambatan berupa
gaya gesek ( f ) pada bola. Besar gaya gesek itu mempengaruhi jari-jari bola r,
kecepatan relatif pada fluida v, dan koefisien viskositas fluida 𝜂 sesuai
persamaan:

η𝐴𝑣
𝑓= = 𝑘η𝑣
𝐿

Dengan k = A/L yang menyatakan bentuk geometri benda. Untuk bola nilai k =
6𝜋𝑟. Dengan demikian, persamaan diatas menjadi:

f =6𝜋𝜂𝑟𝑣

Persamaan ini pertama kali dikemukakan oleh Sir George Stoke tahun 1945

dan dikenal dengn Hukum Stokes.

Gambar Hukum Stokes


Perhatikan gambar diatas. Sebuah bola jatuh bebas dalam fluida dalam bejana.
Gaya-gaya yang bekerja padanya adalah gaya berat w, gaya apung Fa, dan gaya
gesek akibat viskositas f.
Ketika bola dijatuhkan, bola bergerak dipercepat, tetapi beberapa saat
kemudian kecepatannya menurun akibat adanya gesekan. Gaya berat yang
menarik bola ke bawah besarnya tetap karena nilai g tetap. Akibatnya pada suatu
saat bola mencapai keadaan setimbang sehingga bola bergerak dengan kecepatan
tetap. Kecepatan bola yang tetap pada keadaan setimbang itu disebut kecepatan
terminal.

5
Pada kecepatan terminal, resultan gaya yang bekerja pada bola sama dengan
nol. Secara sistematis besar kecepatan terminal dapat ditentukan berdasarkan
persamaan berikut:
Σ𝐹𝛾 = 0

Fa + f = w

𝜌f 𝑉m g + 6πη𝑟𝑣 = mm g

𝜌f 𝑉𝑚 g + 6πη𝑟𝑣 = 𝜌b 𝑉m g

6πη𝑟𝑣 = 𝑉m (𝜌b − 𝜌f )

3
Diketahui volume bola, Vm = 𝜋𝑟 3 , maka persamaan tersebut dapat
4
dituliskan
3
6πη𝑟𝑣 = g 𝜋𝑟 3 (𝜌b − 𝜌f )
4

2g𝑟 2
𝑣= (𝜌b − 𝜌f )
9𝜂

Perlu diingat, v diukur dengan m/s atau dalam Stokes, 1 Stoke adalah 1 cm2/s,
1 centistoke (cSt) = 10-6 m2/s. Dimana 1 Stoke = 100 centistokes.
Viskositas cairan yang partikelnya besar dan berbentuk tak teratur lebih tinggi
daripada yang partikelnya kecil dan bentuknya teratur. Semakin tinggi suhu suatu
cairan, semakin kecil viskositasnya. Pernyataan ini dapat dijelaskan dengan teori
kinetik. Tumbukan antara partikel yang berbentuk bola atau dekat dengan bentuk
bola adalah tumbukan elastik atau hampir elastik. Namun, tumbukan antara
partikel yang bentuknya tidak beraturan cenderung tidak elastik. Dalam tumbukan
tidak elastik sebagian energi translasi diubah menjadi energi vibrasi dan
akibatnya partikel menjadi lebih sukar bergerak dan cenderung berkoagulasi.
Efek suhu mirip dengan efek suhu pada gas. Koefisien viskositas juga kadang
secara singkat disebut dengan viskositas dan diungkapkan dalam N s m-2
2. Hukum Poiseuille

Fluida ideal dapat mengalir melalui pipa yang bertingkat tanpa ada gaya, tetapi
untuk fluida kental diperlukan perbedaan tekanan antar ujung pipa untuk menjaga

6
kesinambungn aliran. Banyaknya cairan yang mengalir persatuan waktu melalui
penampang melintang berbentuk silinder berjari-jari r, yang panjangnya l, selain
ditentukan oleh beda tekanan pada kedua ujung juga ditentukan oleh viskositas
dan luas penampang. Hubungan tersebut dirumuskan oleh Poiseuille yang
dikenal Hukum Poiseuille:

𝜋 𝑟 4 (𝑃1−𝑃2)
V=
8𝜂𝐿

2.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Viskositas

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas antara lain:


1. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas
akan turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan
partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan
menurun kekentalannya.
2. Konsentrasi Larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan
konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.
Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula.
3. Berat molekul Solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan
adanya solute yang berat akan menghambat atau member beban yang berat pada
cairan sehingga manaikkan viskositas.
4. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.
5. Ikatan Hidrogen
Cairan dengan ikatan hidrogen yang kuat mempunyai viskositas lebih tinggi
karena peningkatan ukuran dan massa molekul. Sebagai contoh, gliserol dan asam

7
sulfat mempunyai viskositas yang lebih tinggi daripada air karena adanya ikatan
hidrogen yang lebih kuat.

2.5 Sifat alir Viskositas

1. Sistem Newton
Semakin besar viskositas suatu cairan, akan semakin besar gaya per satuan
luas (shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu perbedaan
dengan kecepatan antara dua bidang cairan yang di pisahkan oleh jarak yang
sangat kecil (rate of shear tertentu). Oleh karena itu, rate of share harus
berbanding langsung dengan shearing stress.
2. Sistem Non-Newton
Non-Newtonian bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti persamaan aliran
Newton ; disperse heterogen cairan dan padatan larutan seperti koloid, emulsi,
ampert cair, salep, dan produk-produk serupa. Jika bahan-bahan non-Newton
dianalisis dalam suatu viscometer putar dan hasilnya diplot, diperoleh berbagai
kurva konsistensi yang menggambarkan adanya tiga kelas aliran, yakni: plastis,
pseudoplastis, dan dilatan.
Ada 3 jenis tipe aliran dalam amper Non-Newton, yaitu: Plastis,
Pseudoplastis, dan Dilatan.

a. Aliran Plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu
shearing stress (atau akan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut
diekstrapolasikan ke sumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan
sebagai harga yield. Cairan plastis tidak akan mengalir sampai shearing stress
dicapai sebesar yield value tersebut. Pada harga stress di bawah harga yield
value, zat bertindak sebagi bahan amper (meregang lalu kembali ke keadaan
semula, tidak mengalir).
Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang
tersuspensi dalam ampert pekat. Adanya yield value disebabkan oleh adanya
kontak antara partikel-partikel yang berdekatan (disebabkan oleh adanya
gaya van der Waals), yang harus dipecah sebelum aliran dapat terjadi.
Akibatnya, yield value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi. Makin
banyak ampert yang terflokulasi, makin tinggi yield value-nya. Kekuatan
8
friksi antar partikel juga berkontribusi dalam yield value. Ketika yield value
terlampaui (shear stress di atas yield value), amper plastis akan menyerupai
amper newton.

b. Aliran Pseudoplastis
Aliran pseudoplastis ditunjukkan oleh beberapa bahan farmasi yaitu gom
alam dan sisntesis seperti ampert cair dari tragacanth, natrium ampert, metil
selulosa, dan natrium karboksimetil selulosa. Aliran pseudoplastis
diperlihatkan oleh polimer-polimer dalam larutan, hal ini berkebalikan
dengan amper plastis, yang tersusun dari partikel-partikel tersuspensi dalam
emulsi. Kurva untuk aliran pseudoplastis dimulai dari (0,0) , tidak ada yield
value, dan bukan suatu harga tunggal.

Viskositas aliran pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of


shear. Rheogram lengkung untuk bahan-bahan pseudoplastis ini disebabkan
adanya aksi shearing terhadap molekul-molekul polimer (atau suatu bahan
berantai panjang). Dengan meningkatnya shearing stress, molekul-molekul
yang secara normal tidak beraturan, mulai menyusun sumbu yang panjang
dalam arah aliran. Pengarahan ini mengurangi tahanan dari dalam bahan
tersebut dan mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada tiap shearing
stress berikutnya.
c. Aliran Dilatan
Aliran dilatan terjadi pada ampert yang memiliki presentase zat padat
terdispersi dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk
mengalir (viskositas) dengan meningkatnya rate of shear. Jika stress
dihilangkan, suatu amper dilatan akan kembali ke keadaan fluiditas aslinya.
Pada keadaaan istirahat, partikel-partikel tersebuat tersususn rapat
dengan volume antar partikel pada keadaan minimum. Tetapi jumlah
pembawa dalam ampert ini cukup untuk mengisi volume ini dan membentuk
ikatan lalu memudahkan partikel-partikel bergerak dari suatu tempat ke
tempat lainnya pada rate of shear yang rendah. Pada saat shear stress
meningkat, bulk dari system itu mengembang atau memuai (dilate). Hal itu
menyebabkan volume antar partikel menjadi meningkat dan jumlah pembawa
yang ada tidak cukup memenuhi ruang kosong tersebut. Oleh karena itu
hambatan aliran meningkat karena partikel-partikel tersebut tidak dibasahi

9
atau dilumasi dengan sempurna lagi oleh pembawa. Akhirnya suspense
menjadi pasta yang kaku.

2.6 Pengukuran Viskositas

Viskometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur besar viskositas suatu
larutan untuk cairan dengan viskositas yang berbeda dengan kondisi aliran. Prinsip
kerja viscometer yaitu semakin kental suatu cairan maka semakin besar gaya yang
dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu.

Adapun macam-macam viskometer antara lain:

1. Viscometer Torsi
Rumus R = µA dipakai pada silinder konsentris.
2. Viskometer Kapiler/Ostwald
Pada viscometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh
sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah
tertentu cairan (misalnya 10 cm3, bergantung pada ukuran viscometer) dipipet
kedalam viscometer. Cairan kemudian dihisap melalui labu pengukur dari
viscometer sampai permukaan cairan lebih tinggi daripada batas a. cairan
kemudian dibiarkan turun ketika permukaan cairan turun melewati batas a,
stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati tanda batas b, stopwatch
dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara a dan b
dapat ditentukan. Tekanan ρ merupakan perbedaan antara kedua ujung pipa U dan
besarnya disesuaikan sebanding dengan berat jenis cairan (Respati,1981).
3. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar Bob dan
dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengan-tengah. Kelemahan
viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan gesekan yang
tinggi disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penemuan
konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebebkan bagian tengah zat yang
ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Bird, 1993).
4. Viscometer Cone dan Plate

10
Cara pemakaiannya adalah sampel yang ditempatkan di tengah-tengah papan,
kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh
motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser didalam ruang sempit
antara papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar (Bird, 1993).
5. Viscometer hoppler
Pada viskometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah
bola logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya
gravitasi akan jatuh melalui medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya),
dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum.
Kecepatan maksimum akan tercapai bila gravitasi sama dengan fictional
resistance medium (Bird,1993).

Penentuan viskositas dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode Ostwald
dan metode bola jatuh.
1. Metode Ostwald
Metode ini ditentukan berdasarkan Hukum Poiseuille menggunakan alat
viskometer Ostwald. Penetapannya dilakukan dengan cara mengukur waktu yang
diperlukan untuk mengalirnya cairan dalam pipa kapiler dari a ke b. Sejumlah
cairan yang akan diukur viskositasnya dimasukkan kedalam viskometer. Cairan
kemudian diisap dengan pompa sampai dibatas a. Cairan di biarkan mengalir ke
bawah dan waktu diperlukan dari a ke b dicatat menggunakan stopwatch.
Viskositas dihitung menggunakan persamaan Poiseuille:

𝜋 𝑟4 t
𝜂=
8 𝑉𝐼

11
Gambar Viskometer Ostwald
t adalah waktu yang diperlukan cairan bervolume V yang mengalir melalui
pipa kapiler dengan panjang l dan jari-jari r. Tekanan P merupakan perbedaan
tekanan aliran kedua ujung pipa viskometer. Untuk dua cairan yang berbeda
dengan pengukuran alat yang sama diperoleh hubungan:

𝜂1 𝜋𝑃1 𝑟 4 𝑡 8 𝑉𝐼 𝑃1 𝑡1
= 𝑥 =
𝜂2 8 𝑉𝐼 𝜋𝑃2 𝑟 4 𝑡 𝑃2 𝑡2

Karena tekanan berbanding lurus dengan kerapatan cairan (d), maka berlaku:

𝜂1 𝑑1 𝑡1
=
𝜂2 𝑑2 𝑡2

2. Metode Bola Jatuh


Penentuan ini berdasarkan hukum Stokes. Bola dengan rapatan d dan jari-jari
r dijatuhkan kedalam tabung berisi cairan yang akan ditentukan viskositasnya.
Waktu yang diperlukan bola untuk jatuh melalui cairan dengan tinggi tertentu
kemudian dicatat dengan stopwatch. Gaya berat yang menyebabkan bola turun
kebawah sebesar:

4
𝐹𝑤 = 𝜋𝑟 3 (𝑑𝑏 − 𝑑𝑐 ) g
3

12
Dimana db dan dc masing-masing kerapatan bola dan cairan sedangkan g
adalah percepatan gravitasi.
Selain itu bekerja gaya gesek yang arahnya keatas sebesar:

𝐹g = 6 𝜋 𝜂 𝑟 𝑣

Pada keadaan setimbang, Fw=Fg sehingga

2 𝑟 2 g(𝑑𝑏 − 𝑑c )
𝜂=
9V

Gambar Viskositas Bola Jatuh

Apabila digunakan metode perbandingan dua cairan berlaku:

𝜂1 (𝑑1 − 𝑑𝑐1 )𝑡1


=
𝜂2 (𝑑2 − 𝑑𝑐2 )𝑡2

2.7 Contoh soal Viskositas dan Pembahasan

1. Sebuah bola baja berjari-jari 2 mm dijatuhkan ke dalam wadah berisi gliserin.


Ketika kecepatan gerak bola tetap, bola menempuh jarak 10 cm dalam waktu 2 s.
jika massa jenis baja 8,5 × 10−3 kg/m3 dan massa jenis gliserin 1,32 × 10−3
kg/m3, tentukanlah koefisien gliserin !
Pembahasan:
Diketahui: r = 2 mm = 2 × 10−3 m 𝜌b = 8,5 × 10−3 kg/m3
s = 10 cm = 10-1 m 𝜌f = 1,32 × 10−3 kg/m3
13
t=2s g = 10 m/s2
Ditanya: 𝜂 = ... ?
s 1×10−1 m
Jawab: 𝑣= = = 0,5 × 10−1 = 5 × 10−2 m/s
t 2s
Koefisien viskositas gliserin diperoleh:
2 gr2
𝜂= (𝜌b − 𝜌f )
9𝑣
2(10 m/s2 )(2×10−3 m3 )2
= (8,5 × 10−3 kg/m3−1,32 × 10−3 kg/m3)
9(5×10−2 m/s)

= 1,28 kg/ms
= 1,28 Pa s
2. Sebuah bola aluminium berjari-jari 2mm dijatuhkan bebas ke dalam cairan yang
mempunyai kerapatan 800 kg/m3. Dari percobaan didapatkan bahwa kelajuan
terbesar yang dicapai bola adalah 14 m/s. Jika kerapatan bola 2700 kg/m3 dan
percepatan gravitasi 9,8 m/s2, tentukan koefisien viskositas cairan.
Pembahasan:
Diketahui: r = 2 mm = 2 × 10−3 m db = 2700 kg/m3
g = 9,8 m/s2 dc = 800 kg/m3
𝑣 = 14 m/s
Ditanya: 𝜂 = ... ?
2 𝑟 2 g(𝑑𝑏 −𝑑c )
Jawab: 𝜂=
9V
2
2(2×10−3 m) (9,8 m/s2 )(2700 kg/m3 −800 kg/m3 )
𝜂=
9(14m/𝑠)

2(4×10−6 m)(9,8 m/s2 )(1,9×103 kg/m3 )


𝜂=
126 m/s

(7,6×10−3 kg/m2 )(9,8 m/s2 )


𝜂=
63 m/s

(74,48×10−3 kg/m s)
𝜂=
63
𝜂 = 1,18 kg/m s
𝜂 = 1,18 Pa s

14
3. Dalam viskometer Ostwald air membutuhkan waktu 25 detik untuk mengalir
melalui batas atas dan bawah, sedangkan cairan A membutuhkan waktu 38 detik.
Kerapatan air dan cairan masing-masing adalah 0,9982 dan 0,78945 kg/L. Jika
viskositas air adalah 1,005 cP, hitung viskositas cairan !

Pembahasan:

Diketahui: t 𝑎𝑖𝑟 = 25 s d𝑎𝑖𝑟 = 0,9982 kg/L

t𝐴 = 38 s d𝐴 = 0,78945 kg/L

𝜂𝑎𝑖𝑟 = 1,005 cP

Ditanya: 𝜂𝐴 = ... ?

𝜂𝑎𝑖𝑟 d𝑎𝑖𝑟 . t𝑎𝑖𝑟


Jawab: =
𝜂𝐴 d𝐴 . t𝐴

1,005 cP (0,9982 kg/L)(25 s)


=
𝜂𝐴 (0,78945 kg/L)(38 s)

(1,005cP)(0,78945 kg/L)(38 s)
𝜂𝐴 =
(0,9982 kg/L)(25 s)

(1,005cP)(30)
𝜂𝐴 =
25
30,15 cP
𝜂𝐴 =
25
𝜂𝐴 = 1,206 cP

2.8 Penerapan Viskositas

1. Dalam bidang farmasi, dalam pembuatan emulsi, lotion, pasta, penyalut tablet,
dan lain-lain. Selain itu, digunakan juga untuk karakterisasi produk sedian
farmasi (dosage from) sebagai penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch.
Semisolid ditetapkan pada, penyebaran dan pelekatan pada kulit pemindahan
wadah, kemampuan zat padat untuk bercampur dengan cairan-cairan, untuk
melepaskan obat dari basisnya. Pada bentuk padat diterapkan pada aliran serbuk
dari corong kelubang cetakan tablet atau kapsul dan pada pengemasan sebuk atau
granul, proses–proses ini sering diterpkan pada kapasitas produk alat dan efisiensi
pemerosesan.

15
2. Aplikasi dari viskositas adalah pelumas mesin. Pelumas mesin ini biasanya kita
kenal dengan nama oli. Oli merupakan bahan penting bagi kendaraan bermotor.
Oli yang dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin kendaraan berbeda-beda karena setiap
tipe mesin kendaraan membutuhkan kekentalan yang berbeda-beda. Kekentalan
ini adalah bagian yang sangat penting sekali karena berkaitan dengan ketebalan
oli atau seberapa besar resistensinya untuk mengalir. Sehingga sebelum
menggunakan oli merek tertentu harus diperhatikan terlebih dahulu koefisien
kekentalan oli sesuai atau tidak dengan tipe mesin. Memilih dan menggunakan oli
yang baik dan benar untuk kendaraan bermotor merupakan langkah tepat untuk
merawat mesin dan peralatan kendaraan agar tidak cepat rusak dan mencegah
pemborosan. Masyarakat umum beranggapan bahwa fungsi utama oli hanyalah
sebagai pelumas mesin. Padahal oli memiliki fungsi lain, yakni sebagai
pendingin, pelindung karat, pembersih dan penutup celah pada dinding mesin.
Sebagai pelumas mesin oli akan membuat gesekan antar komponen didalam
mesin bergerak lebih halus dengan cara masuk kedalam celah-celah mesin,
sehingga memudahkan mesin untuk mencapai suhu kerja yang ideal.
3. Mengalirnya darah dalam pembuluh darah vena.
4. Proses penggorengan ikan (semakin tinggi suhunya, maka semakin kecil
viskositas minyak goreng).
5. Mengalirnya air dalam pompa PDAM yang mengalir kerumah-rumah kita.

16
Bab III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

1. Viskositas adalah ketahanan aliran suatu cairan (fluida) pada pengaruh tekanan
atau tegangan. Viskositas cairan dapat dibandingkan satu sama lain dengan
adanya koefisien viskositas (𝜂) dibaca “eta”.
2. Satuan system internasional (SI) untuk koifisien viskositas adalah Ns/m2 =
Pa.S (pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk SI koifisien
viskositas adalah dyn.s/cm2 = poise (p). Viskositas juga sering dinyatakan
dalam sentipolse (cP). 1 cp = 1/1000 p.
3. Semakin kental suatu fluida semakin besar viskositasnya, begitupun jika fluida
tersebut terlalu cair maka viskositasnya semakin kecil.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas yaitu suhu, konsentrasi larutan,
berat molekul solute, tekanan, dan ikatan hidrogen.
5. Viskositas dapat diukur dengan 2 (dua) metode yaitu metode Ostwald dan
metode bola jatuh.
6. Aplikasi dari viskositas yaitu berperan dalam pembuatan emulsi, lotion, pasta,
penyalut tablet, pelumas mesin atau oli, mengalirnya darah dalam pembuluh
darah vena, proses penggorengan ikan (semakin tinggi suhunya, maka semakin
kecil viskositas minyak goreng), mengalirnya air dalam pompa PDAM yang
mengalir kerumah-rumah kita.

3. 2 Saran

1. Pembahasan materi viskositas amat sempit, sehingga tidak banyak terdapat


pada materi di kelas. Hal ini menjadikan mahasiswa harus lebih aktif mencari
pembahasan dari luar kelas.
2. Viskositas sangat berhubungan dengan materi fluida sehingga kami memberi
saran kepada mahasiswa untuk mempelajari serta memahami terlebih dahulu
materi fluida.

17
Daftar Pustaka

http://wiwitwidya27p.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-fisika-viskositas-
teknik.html

http://www.ilmukimia.org/2013/02/teori-viskositas-cairan.html

Yas, Ali. 2013. Fisika 2 untuk SMA Kelas XI. Edisi kedua. Quadra

iii

Anda mungkin juga menyukai