TE NTAN G
PEMBERLAKUAN PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF
DI RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH BUDI KASIH MAJALENGKA
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSKB Budi Kasih
Majalengka, maka diperlukan landasan kebijakan sasaran keselamatan pasien yang
menjadi prioritas utama.
b. Bahwa agar pelayanan keselamatan pasien di RSKB Budi Kasih Majalengka
dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur RSKB Budi Kasih
Majalengka tentang keselamatan pasien.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam diktum a & b,
perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur RSKB Budi Kasih Majalengka.
Mengingat : 1. UU RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
3. Permenkes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
4. Permenkes RI No. 290 /MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran.
5. Permenkes RI No. 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
6. Panduan Nasional Keselamatan Pasien RS, Depkes RI 2006.
MEMUTUSKAN
Menetapkan: PEMBERLAKUAN PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF DI RUMAH
SAKIT KHUSUS BEDAH BUDI KASIH MAJALENGKA
Kasih Majalengka dilaksanakan oleh Tim Keselamatan Pasien RSKB Budi Kasih
Majalengka.
KEEMPAT : Keputusan ini mengikat seluruh petugas di RSKB Budi Kasih Majalengka.
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Majalengka
Pada tanggal : 01 Agustus 2018
BAB I
DEFINISI
A. Umum.
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana seorang individu
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dengan lambang kata-kata) untuk
merubah tingkah laku orang lain.
Komunikasi efektif adalah proses komunikasi yang baik dan berdampak
sesuai dengan yang diinginkan komunikator. Komunikasi akan berhasil apabila
pesan yang disampaikan oleh komunikator sesuai dengan pengalaman yang pernah
diperoleh komunikan.
Komunikasi harus dilaksanakan dengan terencana, terpola, efektif dan sistematis
agar terhindar dari kesalah pahaman yang dapat menimbulkan masalah, seperti
ketidak puasan pelanggan yang akan mengakibatkan terjadinya permasalahan
hukum.
Komunikasi dengan pasien ataupun keluarga pasien harus dibangun dengan
baik sesering mungkin agar dapat membantu proses penyembuhan. Keluarga pasien
pun perlu diberi edukasi agar mengetahui hal-hal yang terkait dengan kesehatan
sehingga secara tidak langsung RSKB Budi Kasih Majalengka dapat membantu
menciptakan masyarakat yang sehat.
Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik dan berdampak efektif, maka
seluruh karyawan di RSKB Budi Kasih Majalengka harus memiliki nilai-nilai etika
berkomunikasi diantaranya jujur, terbuka, terpercaya, sopan, transparan, empati,
dan memotivasi.
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang Lingkup
1. Komunikasi antar karyawan RSKB Budi Kasih Majalengka di setiap unit kerja
2. Komunikasi kepada pasien
3. Komunikasi kepada keluarga pasien
4. Komunikasi kepada masyarakat RS
5. Komunikasi dalam penerbitan majalah, bulletin dan atau newsletter.
6. Komunikasi pada media online seperti seperti Website, House Journal online, akun
media sosial, dan lain sebagainya.
7. Komunikasi kepada pers
8. Komunikasi kepada stakeholder (pihak-pihak yang memiliki kepentingan seperti LSM,
organisasi masyarakat, rekanan, kolega, dan instansi lain)
9. Komunikasi kepada pemerintah
B. Batasan Operasional
1. Komunikasi adalah sebagai proses dimana seorang individu (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dengan lambang kata-kata) untuk merubah tingkah
laku orang lain.
2. Komunikasi efektif adalah proses komunikasi yang baik dan berdampak sesuai dengan
yang diinginkan komunikator.
3. Komunikator (sender) adalah orang yang melakukan komunikasi dengan orang lain
untuk mengirimkan suatu pesan/informasi kepada orang lain yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak.
4. Komunikan (receiver) adalah orang yang menerima pesan/informasi dari komunikator.
5. Pesan (message) adalah informasi yang disampaikan baik secara langsung maupun
tidak langsung dari komunikator ke komunikan.
6. Media (channel) adalah alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke
komunikan.
C. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
3. Undang-Undang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi
4. Undang-Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers
BAB III
TATA LAKSANA KOMUNIKASI
A. Proses Komunikasi
Proses komunikasi secara umum digambarkan sebagai berikut :
1. Proses pernyataan pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
2. Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, atau
untuk merubah sikap, pendapat, perilaku, baik secara langsung atau tidak langsung.
3. Proses dimana seseorang (komunikator) mengatakan sesuatu (pesan) kepada seseorang
(komunikan), menggunakan saluran tertentu (media) dan dengan efek tertentu
(feedback).
4. Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran
dan perasaan komunikator kepada komunikan.
5. Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua untuk
melancarkan komunikasi karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang
relatif jauh atau jumlahnya banyak.
B. Teknik Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan
sikap (attitu de change) atau perubahan perilaku (behavior change) atau setidaknya
perubahan opini (opinion change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Dalam
komunikasi efektif, proses penyampaian informasi harus tepat waktu, akurat, jelas, dan
mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahpahaman.
Proses komunikasi efektif adalah sebagai berikut :
1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara
lengkap isi pe san tersebut oleh si penerima pesan.
2. Isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh penerima pesan.
3. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.
Lima fondasi membangun komunikasi efektif yaitu :
Berusaha benar - benar mengerti orang lain (emphatetic communication)
Memenuhi komitmen / janji
Menjelaskan harapan
Meminta maaf dengan tulus ketika membuat kesalahan
Memperlihatkan integritas pribadi
3
Faktor-faktor penunjang komunikasi efektif adalah :
a. Faktor komunikan
Seseorang atau sekelompok orang dapat menerima pesan dengan baik, jika
berada dalam kondisi sebagai berikut :
1) Mengerti pesan yang disampaikan, baik itu dari bahasa, dialek dan gaya
bahasa jika diperlukan gunakan bahasa daerah.
2) Menyadari bahwa keputusan sesuai dengan tujuan dan bersangkutan dengan
kepentingan pribadinya.
3) Waktu / timing menerima suatu pesan harus tepat.
4) Sikap, nilai, penampilan harus sesuai dengan norma komunikan.
5) Jenis kelompok komunikan harus diperhatikan.
b. Faktor komunikator
Terdapat dua faktor penting pada diri komunikator agar komunikasi berjalan
efektif yaitu :
1) Kepercayaan pada komunikator (source credibility)
Kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat
tidaknya ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan
dapat meningkatkan daya perubahan sikap. Dengan lebih dikenal dan disenanginya
komunikator oleh komunikan maka lebih besar kecenderungan komunikan untuk
merubah sikap sesuai dengan yang diinginkan komunikator.
2) Daya tarik komunikator (source attractiveness).
Seorang komunikator juga akan mempunyai kemampuan merubah sikap
komunikan dengan menonjolkan atau menampilkan daya tariknya. Misalnya
komunikator menonjolkan kesamaan dirinya dengan komunikan, bersenda gurau
sesuai dengan nilai komunikan, menggiring komunikan ke arah opini yang sama
dan memuaskan sehingga komunikator meraih simpati komunikan. Kesamaan yang
dapat dibangun seperti kesamaan ideologi dan kesamaan demografi.
Kemampuan yang tidak kalah penting adalah kemampuan membaca
pikiran / mema hami kepentingannya, kebutuhannya, kecakapannya,
pengalamannya, kemampuan berpikirnya, kesulitannya, dan sebagainya.
c. Faktor pesan
1) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik
perhatian komunikan.
2) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang
sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyajikan/
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4) Pesan harus menyarankan sesuatu untuk memperoleh kebutuhan sesuai situasi
kelompok komunikan dalam memberikan tanggapan yang dikehendaki.
empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan
definisi berikut:
1) Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien
(aphysician cognitive capacity to understand patient’s needs),
2) Menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (an
affective sensitivity to patient’s feelings),
3) Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya
kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient).
Perintah/Instruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan yang
disam paikan harus ditulis pada berkas rekam medis. dikonfirmasi ulang pada saat
DPJP Visite ins truksi harus dicek kembali oleh DPJP kemudian ditanda tangani
pada kolom cap konfirmasi (stempel “read back”). Apabila dokter DPJP
sedang tidak ada ditempat maka cap konfirmasi dapat ditanda tangani oleh
dokter pengganti yang ditunjuk oleh dokter DPJP.
1) Populasi masyarakat 9
Untuk daerah sasaran rumah sakit populasi yang ada meliputi
masyarakatumum tanpa mempunyai asuransi, masyarakat dengan peserta
BadanPenyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan yaitu
pesertaex. Jamkesmas, Askes, Jamsostek, dan TNI/Polri), pasien
kesecelakaandengan menggunakan asuransi Jasa Raharja, dan pasien peserta
AsuransiKesehatan lain seperti Garda Medika Asuransi, Asuransi Sinarmas dll
sertaperusahaan-perusahaan swasta yang bekerjasama (PKS) dalam
pelayanankesehatan bagi karyawan.
2) Strategi
3) Isi informasi
KONFIRMASI PERINTAH
KONFIRMASI PERINTAH
2) Baca Perintah/ Instruksi lisan via alat komunikasi/ telepon dan laporan hasil pemeriksaan di
baca ulang/ di eja, waspadai nama-nama obat yang NORUM/ LASA ( Nama Obat Rupa
Sama/ Look Like Sound Like ) seperti :
- Aminophilin 200 mg – Amitriptyline 25 mg
- Acyclovir 200 mg – Acyclovir 400 mg
Perintah/Instruksi lisan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan Nama-nama obat atau
tindakan yang tidak jelas akan di eja dengan ejaan alphabet yang sudah di standarisasi :
A Alfa N November
B Beta O Oscar
C Charlie P Panser
D Delta Q Queen
E Echo R Romeo
F Fanta S Susii
G Giga T Tangga
H Hotel U Unik
I India V ViVi
J Juli W Waru
K Kilo X X-ray
L Lima Y Yoyo
M Mei Z Zoro
3) Konfirmasi ulang Instruksi baik lisan dan via alat komunikasi atau hasil pemeriksaan
dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan
b. Teknik SBAR
Perawat/dokter jaga akan melaporkan kondisi pasien dengan sistem SBAR ( Subjek – Back
ground –Assessment/Diagnosis – Rencana tindak lanjut )
- Subyek yaitu: identitas pasien mencakup nama, umur, tempat dirawat.
- Back ground yaitu: informasi penting tentang apa yang berhubungan dengan kondisi pasien.
- Assesment/Diagnosis yaitu: keadaan saat ini yang menjadi perhatian, diagnosis pasi en
terkini.
- Rencana tindak lanjut yaitu: apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat
ini.
5. Pelaporan hasil pemeriksaan kritis
1) Proses penyampaian hasil pemeriksaan kritis kepada dokter yang merawat pasien.
2) Pelaporan hasil kritis adalah proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang memerlukan
penanganan segera dan harus dilaporkan ke DPJP (dokter yang merawat pasien) dalam waktu kurang
dari satu jam.
3) Perawat menyampaikan hasil kritis ke DPJP (dokter yang merawat pasien), bila tidak bisa di hubungi
maka petugas menghubungi ke dokter dengan kualifikasi yang sama.
4) Perawat yang melaporkan hasil kritis mencatat nama lengkap, tanggal dan waktu.
5) Pelaporan hasil pemeriksaan kritis berupa analisa darah.(Terlampir)
6) Pelaporan hasil pemeriksaan kritis berupa Radiologi, CT-Scan, EKG, dan USG Langsung dilaporkan
pada dokter yang merawat pasien.
7) Pelaporan hasil kritis ditulis pada catatan perkembangan pasien dengan menuliskan nama yang
melapor dan yang menerima pelaporan.
6. Pelaporan pemeriksaan cito
1) Proses permintaan dan penyampaian pemeriksaan tes cito.
2) Pemeriksaan cito adalah pemeriksaan yang harus segera dilakukan dan segera disampaikan hasilnya,
baik hasil normal maupun abnormal misalnya pemeriksaan analisa gas darah, foto thorak dan lain
sebagainya.
7. Alur Pelaporan Nilai Kritis Dari Penunjang
PERAWAT PERAWAT
10
8. Mekanisme Pelaporan Hasil Pemeriksaan Kritis dan Pemeriksaan Cito
1) Pada 15 menit pertama : Perawat harus segera melaporkan pada dokter DPJP, belum berhasil
2) Pada 15 menit kedua : Perawat harus melaporkan pada dokter spesialis yang lain dengan kualifikasi
sama, bila belum berhasil menghubungi ke langkah berikut..
3) Pada 15 menit keempat : Perawat harus melapor dokter Umum, bila belum berhasil menghubungi ke
langkah berikut :
- Kepala Komite medik.
- Direktur.
Teknik mendengar efektif dapat membantu dan memastikan para komunikator mempu nyai
informasi yang akurat. Memastikan bahwa kualitas informasi yang baik tidak hanya merupakan
tantangan dalam komunikasi. Keduanya baik pengirim maupun penerima ingin memastikan bahwa
mereka mempunyai kualitas ketepatan dari informasi yang benar.
11
F. KOMUNIKASI KETIKA TERJADI SERAH TERIMA PASIEN (HAND OVER)
Proses serah terima pasien yang dilakukan di RSKB Budi Kasih mencakup:
a. Proses serah terima pasien antar shift perawat jaga menggunakan buku laporan ruang
rawat inap.
b. Hand over dilakukan di nurse stations dan juga secara berkeliling ke ruang perawatan.
c. Hand over diakhiri dengan adanya penandatangan.
d. Proses serah terima pasien antara rawat inap dan kamar bedah atau sebaliknya,
menggunakan Formulir serah terima Pasien Pre dan Post Operasi.
12
BAB IV
DOKUMENTASI
Dalam melaksanakan komunikasi perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Komunikasi Antar pribadi
Komunikasi dilakukan oleh petugas di unit kerja masing-masing baik antar pegawai, maupun antara
karyawan RSKB Budi Kasih dengan pelanggan.
2. Komunikasi Kelompok Kecil
Kegiatan komunikasi kelompok kecil dilakukan di RSKB Budi Kasih dalam bentuk promosi kesehatan,
pemberian informasi kesehatan, seminar, kuliah, pelatihan dan lain sebagainya. Komunikator dapat
melakukan kegiatan komunikasi tersebut di unit kerja masing-masing, atau berkoordinasi dengan unit
kerja lain untuk menunjang kelancaran kegiatan.
3. Komunikasi berupa edukasi kepada pasien, keluarga pasien dan pelanggan lainnya dilakukan di setiap
unit kerja serta harus berkoordinasi dengan Instalasi Promosi Kesehatan dan Pemasaran agar lebih
terorganisir dan efektif.
4. Komunikasi Kelompok Besar
Kegiatan komunikasi dalam lingkup kelompok besar di RSKB Budi Kasih seperti apel upacara,
peringatan dan perayaan hari-hari besar lainnya harus berkoordinasi dengan Subbagian Humas &
Protokoler serta mendapat persetujuan dari RSKB Budi Kasih.
5. Komunikasi Massa
Kegiatan komunikasi formal dengan organisasi / instansi di luar RSKB Budi Kasih, misalnya
wawancara /sebagai Narasumber di media cetak, media elektronik, dan lain-lain dilakukan dengan
terlebih dahulu berkoordinasi dengan Subbagian Humas & Protokoler.
Ditetapkan di Majalengka
Pada tanggal 01 Agustus 2018
13
Lampiran :
Tabel 1
Background (G) / latar Sebutkan diagnosa dan data klinis pasien (TTV, pemeriksaan
belakang laboratorium, radiologi, dll sesuai kebutuhan) termasuk data terapi
yang sudah diberikan misal :
Situation : “Selamat siang dr....., saya Dian Background : “Pasien tersebut yang sedang
perawat ruang Melati. Saat ini pasien dokter, menderita PPOK kesadaranya menurun, frekuensi
Tn. Heri, 45 th mengalami sesak nafas serius”. nafasnya 40/mnt, dan saturasi O2 70%......”.
Assesment : “Kondisinya semakin lemah dan Recommendation : “dokter apakah pasien perlu
sesak, saya pikir ia mengalami gagal nafas?” dipindah ke ICU......?”.
Tabel 3
Contoh komunikasi SBAR dari petugas penunjang medis kepada dokter / perawat
Sebutkan identitas petugas penunjang Selamat siang, saya Agus petugas laboratorium,
dan ruang / unit. Ceritakan dengan akan memberitahukan hasil pemeriksaan pasien
S
jelas kondisi / situasi yang mau atas nama ....Tgl lahir/umur....No RM..., tadi pagi
dilaporkan pasien tersebut periksa lab trombosit
Tabel 4
Contoh konsensus daftar nilai atau hasil kritis yang segera harus dikomunikasikan
GDS Dewasa : Tinggi > 400 mg/dl Neonatus : tinggi > 325
Gas darah PH tinggi misal > 7,6 Menilai tingkat asidosis / alkalosis
Hemoglobin dewasa Tinggi > 20,0 g/dl Rendah < 7,0 g/dl