Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN”

OLEH :

KELOMPOK III

 NURHAEDI
 WA ODE FIRDA SASMITA DARWIN
 NURUL YAOMIL ANGREINY
 INTAN PERMATASARI RACHMAN

KELAS C

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan
Kewarganegaraan yang berjudul "Pendidikan dan Kebudayaan", serta sholawat
dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Tujuan penulisan Makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam menyelesaikan makalah ini kami banyak
menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan
penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu, terutama Ibu
Immawati Nur Aisyah Rivai selaku dosen mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang telah memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.
Semoga Allah SWT berkenan mencatatnya sebagai amal shaleh.

Kami berharap adanya penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya


bagi penyusun, umumnya bagi pembaca.Tak lepas dari kekurangan, kami sadar
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurnaa. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dengan
iringan doa semoga makalah ini bisa bermanfaat dalam pengembangan pendidikan
dan wacana berpikir kita .

Samata, 5 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……..……………………………………………………… i

Daftar isi…………….……………………………………………………… ii

BAB I ( PENDAHULUAN )

A. Latar Belakang ……………………………….………… ……… 1

B. Rumusan Masaalah ……………………………………..……….. 2

BAB II ( PEMBAHASAN )

A. Pendidikan di Indonesia ……………….………………….…….. 3


B. Pasal-Pasal Mengenai Pendidik …………………..………….…. 4
C. Hubungan Pasal Undang-Undang Dasar 1945 dengan Pendidikan
di Indonesia …………………………………………………….…. 5
D. Tentang Pasal 32 UUD 1945 .................................................... 7
E. Pengembangan Kebudayaan Indonesia ................................................ 10
F. Budaya Bangsa Jauh dari Semangat UUD 1945......................... 11

BAB III ( PENUTUP )

A. Kesimpulan …………………………………………………… 13
B. Saran …………………………………………………..… ……14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kurangnya kualitas pendidikan kita di Indonesia bukanlah


hal yang baru, hal ini dapat dilihat di media elektronik maupun media surat
kabar bahkan dilihat secara langsung fenomena yang terjadi disekitar,
dimana banyak masyarakat indonesia yang tidak bisa melanjutkan sekolah
karena faktor ekonomi. Hal ini menjadi penyebab utama anak tidak
melanjutkan sekolah. Beban biaya masuk sekolah yang tidak terjangkau oleh
keluarga kurang mampu menjadi salah satu sebab mereka memilih tidak
sekolah. Faktor malas menjadi penyebab kedua. ''Kemalasan'' anak
disebabkan oleh sulitnya akses sekolah, terutama di berbagai pedesaan
pegunungan. Kemalasan juga dipengaruhi faktor lingkungan, orang tua, dan
sulitnya sarana transportasi.

Hal ini tidak sesuai dengan Undang-Undang 1945 pasal 31 dan


amandemen tertulis yang tercantum bahwa Setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan dan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ini membuktikan bahwa
tanggung jawab pemerintah atau negara sangatlah besar, karena bertanggung
jawab atas kemajuan bangsa ini. Secara jelas telah dinyatakan bahwa Hak
atas pendidikan merupakan salah satu Hak Asasi Manusia, dan hal tersebut
telah tercantum di Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 sebagai
jaminan yang diberikan oleh Negara kepada warga Negara. Oleh karena
itulah yang melatarbelakangi penyusun dalam membahas permasalahan ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan kurangnya pendidikan di Indonesia?
2. Apa saja Pasal yang mengenai pendidikan?
3. Bagaimana hubungan pasal tersebut dengan masih kurangnya
pendidikan di Indonesia?
4. Apa pokok pernyataan yang dirumuskan dalam pasal 32 UUD 1945?
5. Bagaimana realisasi Pasal 32 UUD 1945 dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara?
6. Apa upaya pemerintah dalam usaha memelihara budaya nasional
Indonesia dalam konteks kekinian?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan di Indonesia

Proses pendidikan yang diselenggarakan dan dilaksanakan suatu bangsa


dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan watak atau kepribadian
bangsa, memajukan kehidupan bangsa dalam berbagai bidang
kehidupannya, serta mencapai tujuan nasional bangsa yang bersangkutan,
itulah yang disebut dengan sistem pendidikan nasional. Pendidikan selalu
berubah dan berkembang secara progresif. Pendidikan juga bisa
dikatakan sebagai suatu sistem. Dalam pengertian umum, yang dimaksud
dengan sistem adalah suatu kesatuan utuh yang saling terkait dari bagian-
bagiannya untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan
yang telah ditentukan. Secara teoritis suatu sistem pendidikan terdiri dari
komponen-komponen atau bagian-bagian yang menjadi inti dari proses
pendidikan.

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah


masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut
masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun
permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:
a. Rendahnya sarana fisik
b. Rendahnya kualitas guru
c. Rendahnya kesejahteraan guru
d. Rendahnya prestasi siswa
e. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan
f. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
g. Mahalnya biaya pendidikan.

Beberapa penyebab kurangnya pendidikan di Indonesia, diantaranya :


1. Cara Berfikir
Bagi orang-orang yang mampu, pendidikan adalah hal yang mudah,
karena mereka mempunyai dana untuk sekolah. Tapi bagaimana
dengan rakyat yang tidak mampu? Kesalahannya, mereka berfikir,
bahwa Ilmu dan pendidikan hanya bisa didapatkan dengan sekolah.
Padahal tidak, ilmu bisa didapatkan dengan membaca, bertanya, dan
menyimpulkan hasil dari suatu pengalaman.

2. Kurangnya Dukungan

Hampir 80% orang yang tidak mampu dan tidak mau sekolah karena
pesimis. Karena kurang dukungan dari orang tua

3. Kurangnya Kesadaran akan Pentingnya Ilmu

Ilmu itu bukan sekedar rumus, hafalan Ilmu itu kunci untuk hidup.
Semua itu butuh ilmu. kalau kita tidak tau caranya makan, kita akan
mati. kalau kita tidak tau caranya berjalan. Yang kita bayangkan,
untuk mendapatkan ilmu itu kita harus serius, konsentrasi. Padahal
tidak, kalau kalian bilang begitu, selama ini kalian belajar karena
terpaksa. Ilmu itu didapatkan karena ada kemauan, kemuan adanya
rasa ingin tahu. Dan ingat, gagal atau kalah itu bukan akhir dari
segalanya.

4. Karena Kurangnya Biaya

Sekarang ini biaya untuk pendidikan itu tidak murah walaupun


pemerintah telah melaksanakan program bebas untuk biaya sekolah.
Tetapi ada saja yang harus kita keluar kan untuk biaya pendidikan

B. Pasal-Pasal Mengenai Pendidikan


Setiap negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi
cita-cita nasional bangsa yang bersangkutan. Cita-cita bangsa Indonesia
dalam pendidikan tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 31
UUD 1945, sebagai dasarnya adalah hasil amandemen UUD 1945 ke IV
(empat). Hasil amandemen UUD 1945 Ke IV ( tahun 2002) yaitu
tentang pendidikan pada pasal 31, berbunyi :
Ayat 1 : Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
Ayat 2 : Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya
Ayat 3 : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa ,yang diatur dengan undang undang
Ayat 4 : Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang –
kurangnya 20 % dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan nasional
Ayat 5 : Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menjunjung tinggi nilai – nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradapan kesejahteraan umat manusia.

C. Hubungan Pasal Undang-Undang Dasar 1945 dengan Pendidikan


di Indonesia

Hal ini sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat (1)


berbunyi:“Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Pasal
31 ayat (2) UUD 1945 mengamanatkan kepada Pemerintah Republik
Indonesia untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Akan tetapi
pada kenyataanya di negara ini masih banyak anak-anak usia sekolah
yang tidak bisa memenuhi wajib belajar 9 tahun.Secara garis besar
kendala yang menyebabkan itu semua adalah biaya pendidikan di Negara
ini yang masih sangat mahal,sehingga banyak masyarakat kalangan
menengah kebawah yang tidak bisa melanjutkan pendidikannya minimal
sampai 9 tahun.
Pasal 31 ayat 2 berbunyi “Setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.”
Ayat ini secara khusus berbicara tentang pendidikan dasar 9 tahun
(tingkat SD dan SLTP), bahwa target yang dikehendaki adalah warga
negara yang berpendidikan minimal setingkat SLTP. Ada dua kata
"wajib" dalam ayat ini yang berimplikasi terhadap pelaksanaan lebih
lanjut program wajib belajar. Di antaranya adalah setiap anak usia
pendidikan dasar (6-15 tahun) wajib bersekolah di SD dan SLTP.
Karena sifatnya wajib, bila tidak, semestinya ada sanksi hukum
terhadap keluarganya dan juga bagi anaknya. Sanksi apa yang
dikenakan kepada mereka, haruslah jelas. Tidak boleh lagi ada alasan
bahwa seorang anak tidak bersekolah karena ia tidak ingin bersekolah
atau keluarganya tidak mampu membiayainya karena pemerintah wajib
membiayainya.
Diakui bahwa saat ini wajib belajar pendidikan dasar cukup
berhasil, paling tidak secara kuantitatif. Di tingkat SD, angka
partisipasi kasar (APK) yaitu rasio antara jumlah seluruh siswa SD
dibandingkan jumlah anak usia 7-12 tahun telah melebihi 100%
(menurut data resmi 110-115%). Akan tetapi, angka partisipasi murni
(APM) yaitu rasio antara jumlah siswa SD umur 7-15 tahun
dibandingkan populasi penduduk umur tersebut sebesar 95%. Artinya,
masih ada sekira 5% anak usia 7-12 tahun yang belum bersekolah yang
jumlahnya sekira 1,2 juta orang, tersebar di seluruh Indonesia. Di
SLTP, angka resmi mencatat APK saat ini telah mencapai 78%. Dalam
ayat 2 ini juga mewajibkan pemerintah untuk membiayai pendidikan
khususnya pada pendidikan dasar.
Pasal 31 ayat 3 berbunyi “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan serta aklaq mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur undang-undang”. Dengan
dicantumkannya kata “meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan yang Maha Esa, serta aklaq mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.” Hal ini berarti lebih mempertegas,
memperkuat dasar, arah dan tujuan pendidikan nasional kita yang
selama ini kata iman dan taqwa dan seterusnya itu hanyalah dimuat
dalam UU sistem pendidikan. Harapan dan tujuan lebih jauh dengan
manusia yang beriman, bertaqwa, dan bermoral adalah bangsa ini akan
dapat mencapai suatu keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Pasal 31 ayat 4 “Pemerintah memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20 % dari anggaran pendapatan dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.”
Mencermati pasal 31 ayat 4 ini rupanya wakil rakyat memiliki
kesadaran dan keinginan yang kuat untuk merombak anggaran
pendidikan yang selama ini berkisar antara 3 sampai dengan 7 %
menjadi sedikitnya 20%. Hal ini belum lagi ditambah tidak konsistenya
pemerintah pusat dan daerah dalam mengimplementasikan pasal 31 ini.
Ternyata sampai sekarang pemerintah pusat maupun
pemprop/pemkab/pemkot termasuk Kalimantan Timur belum dapat
merealisasikan amanat UUD itu. Memang ada sebagian
pemkot/pemkab yang telah mengalokasikan 20 % untuk pendidikan.
Pasal 31 ayat 5 “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan
dan tehnologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk memajukan peradapan serta kesejahteraan umat
manusia ini mencerminkan bahwa iptek mendapatkan prioritas dalam
pendidikan.” Dalam penggunaan ilmu pengetahuan dan tehnologi ini
hendaknya mendasarkan diri pada nilai-nilai agama yang transendental
dan universal untuk kesejahteraan umat manusia dan memajukan
peradapan serta persatuan bangsa.

D. Tentang Pasal 32 UUD 1945


Sejak bangsa ini pertama kali berdiri, aspek kebudayaan langsung
mendapat perhatian khusus dari para pemikir bangsa kala itu. Sebab Indonesia
adalah negara kepulauan yang masyarakatnya terpisah lautan. Kondisi geografis
ini menciptakan keragaman suku dan budaya. Keragaman budaya tersebut harus
dapat dirangkul sebagai budaya nasional Indonesia. Sebelum perubahan, Pasal 32
UUD 45 semula berbunyi “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional
Indonesia”. Ia menjadi bab tersendiri. Setelah amandemen, pasal 32 termasuk ke
dalam bab XIII bertajuk Pendidikan dan Kebudayaan. Bunyinya berubah
menjadi:

(1). Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban


dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.

(2). Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan


budaya nasional.

“ (1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah


peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”

Artinya, negara harus berperan aktif dalam memajukan kebudayaan


nasional Indonesia dengan cara mendirikan lembaga-lembaga yang bertugas
mewujudkan kemajuan tersebut. Misalnya, dengan mengeluarkan Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan
dipimpin oleh Menteri.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai tugas


menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat, serta
pengelolaan kebudayaan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara.

(2). Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai


kekayaan budaya nasional.

Dari pasal tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat Indonesia


merupakan masyarakat dengan keanekaragaman yang kompleks. Masyarakat
dengan berbagai keanekaragaman tersebut disebut masyarakat multikultural.
Multikultural yang bisa diartikan sebagai keanekaragaman atau perbedaan antara
kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lainnya. Masyarakat yang hidup
di daerah tertentu dengan memiliki kebudayaan dan ciri khas yang mampu
membedakan masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Dari adanya
kebudayaan dan ciri khas itulah muncul berbagai macam bahasa daerah yang
dalam UU sebagai kekayaan budaya nasional.

Konsep multikulturalisme tidak dapat disamakan dengan


konsep keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan yang menjadi ciri
khas masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan
keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Ulasan mengenai
multikulturalisme mengharuskan untuk mengulas berbagai permasalahan yang
mendukung ideologi contohnya seperti permasalahan politik, demokrasi, keadilan
penegakkan hukum, kesempatan kerja, HAM, hak budaya komunitas, prinsip-
prinsip etika, moral, dan masih banyak permasalahan lain yang berkaitan dengan
usaha negara dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya seperti yang tertera dalam dasar negara.

Negara mendukung upaya-upaya pelestarian bahasa, salah satunya dengan


mendirikan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang bertugas
melaksanakan pengembangan,pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra
di Indonesia. Saat ini di Indonesia terdapat.

E. Pengembangan Kebudayaan Indonesia

Konstitusi menegaskan bahwa perkembangan budaya itu didasarkan


kepada kekayaan budaya daerah dan pada kesadaran akan keberadaan budaya
ditengah peradaban dunia. Konstitusi juga menyatakan simbol-simbol bangsa dan
negara yaitu Bendera Sang Saka Merah Putih, Lambang Negara Garuda Pancasila
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Simbol-simbol ini mempunyai peran sebagai jangkar atau poros di seputar mana
kebudayaan nasional dikembangkan.

Budaya daerah mempunyai sejarah panjang dan memiliki kearifan dan


keunggulannya masing-masing. Budaya-budaya daerah yang secara sadar
dikembangkan dalam suasana keterbukaan, akan dinamis dan mampu mencari
pengungkapan sesuai dengan lingkungan yang berubah dan sekaligus menjadi
penyumbang bagi pembentukan pola (sistim) kemasyarakatan.

Nilai kemajuan budaya juga akan semakin bertambah dengan adanya


kesadaran berkehidupan ditengah peradaban dunia. Dalam kesadaran itu terjadi
proses saling mempengaruhi dengan budaya luar yang pada gilirannya akan
meninggikan peradaban dan kesadaran atas hakekat kemanusiaan.

Bahasa adalah wujud budaya untuk menyatakan pikiran dan perasaan,


untuk bergaul dan menyesuaikan diri dalam kebersamaan kelompok. Melalui
bahasa, pengetahuan dipelajari dan dikembangkan. Setiap bahasa adalah juga
rekaman perjalanan budaya pengguna bahasa itu. Bahasa daerah yang terpelihara
akan merupakan pendukung bagi pengembangan budaya daerah dan sekaligus
sumber perkayaan bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia yang berakar mula pada bahasa Melayu dari daerah
Riau, Sumatera Timur dan semenanjung Malaya, telah terus bertumbuh, semakin
jauh dari bahasa asalnya. Bahasa Indonesia telah dan sedang sangat diperkaya
oleh bahasa-bahasa daerah dan juga oleh bahasa asing. Sedemikian sehingga
bahasa Indonesia telah menjadi bahasa wilayah lintas etnik (lingua franca
Indonesia) selain juga telah mampu berkembang menjadi bahasa ilmu
pengetahuan. Bahasa Indonesia yang berkembang seperti itu telah dan akan terus
menjadi faktor kuat perekat persatuan bangsa.

F. Budaya Bangsa Jauh dari Semangat UUD 1945


Komersialisasi kebudayaan saat ini mengarah pada perusakan moral
bangsa, merupakan musuh proses humanisasi kebudayaan. Salah satu cara untuk
mengurangi komersialisasi kebudayaan adalah dengan cara tidak menghilangkan
sejarah. Dengan dipahaminya sejarah kembali, mengakibatkan masyarakat
indonesia akan dapat menghargai dan menghormati sesama anak negeri kalau
mereka memberi arti dan makna yang mensejahterakan bagi sesama.
Dalam amandemen pasal 32 UUD 1945 disebutkan sebagai berikut.
“Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah kebudayaan dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budayanya”.
Sayangnya dalam kenyataannya, belum terdapat kebijakan pemerintahan yang
jelas dan konsisten dalam menindaklanjuti kaidah konstitusional dalam
bidang kebudayaan ini.
Rakyat Indonesia yang majemuk pada saat ini, harus berjuang keras untuk
memperoleh dan membela hak-haknya, bukan hanya hak sosial dan hak politik,
tetapi juga hak ekonomi khususnya hak atas tanah ulayatnya serta hak budaya.
Seperti, adanya kecenderungan komersialisasi kebudayaan melalui media massa,
yang secara langsung atau tidak langsung telah merusak moral dan fisik generasi
muda kita.
Kebijakan pemerintah yang terukur dalam membendung
komersialisasi kebudayaan, juga belum ada. Padahal fungsi nilai-nilai budaya
yang diangkat dalam amandemen pasal 32 UUD 1945 mengacu pada nilai budaya
luhur yang jauh dari nilai yang merusak moral bangsa. Dimana fungsi nilai
budaya yang diharapkan adalah sebagai kerangka pemecahan konflik dan
mendorong motivasi hidup.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan adalah suatu proses yang terjadi karena interaksi berbagai
faktor, yang menghasilkan penyadaran diri dan lingkungan sehingga
menampilkan rasa percaya diri dan rasa percaya akan lingkungannya. Di
Indonesia Masalah kurangnya kualitas pendidikan bukanlah hal yang
baru, dapat dilihat di media elektronik maupun media surat kabar
bahkandapat dilihat secara langsung fenomena yang terjadi disekitar,
dimana banyak masyarakat Indonesia yang tidak bisa melanjutkan
sekolah karena alasan biaya. Selain itu kurangnya pendidikan diindonesia
Karena kurangnya cara berfikir,kurangnya dukungan dan kurangnya
kesadaran akan pentingnya ilmu

Salah satu tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia adalah mencerdaskan


kehidupan bangsa yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pasal
31 UUD 1945. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut, termasuk mengamandemen UUD 1945. Setiap upaya tersebut
dimaksud untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Kualitas
pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila dibandingkan
dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain.

Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut


perubahan ke sistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu
bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di
lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-
negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih
dahulu. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya
manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu
membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia
internasional.
B. SARAN

Adapun saran saya sebagai penyusun makalah ini yaitu:


1. Kita sebagai generasi bangsa Indonesia yang kaya akan budaya, sepatutnya kita
mempertahankan budaya lama yang baik sebagai warisan kebudayaan luhur
menjadi karakteristik bangsa kita.
2. kita kembangkan pendidikan kita yang sesuai dengan kebudayaan bangsa untuk
meraih kebudayaan dan peradaban yang cemerlang.
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani. (2009). Kebudayaan Nasional Indonesia dari Segi Gagasan dan


Material. http://andriyani22.blogspot.co.id/. 2 Mei 2016

Tobing, Jakob. (2010). Kebudayaan Menurut Konstitusi : Eksposisi Pasal


32 UUD 45. http://www.leimena.org/id/page/v/185/kebudayaan-menurut-
konstitusi-eksposisi-pasal-32-uud-45. 2 Mei 2016

Arman, Arjenia Tona. (2012). Hakekat Kebudayaan Nasional Menurut


UUD. http://arjeniatona.blogspot.co.id/2012/04/hakikat-kebudayaan-nasional-
menurut-uud.html. 2 Mei 2016

Anda mungkin juga menyukai