Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

REKAYASA PROSES PANGAN

Disusun Oleh:
KELOMPOK 8
Adelia Dwi Artini H0916001
Aulia Ghina N. H0916013
Ferrari Julian M. H0916034
Harifa Alfiatu R H0916043
Nabila Ayuningtyas H0916061
Nur Istiqomah H0916066
Zenita Mulya A. H0916088

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
ACARA III
DESTILASI

A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Rekayasa Proses Pangan Acara III “Destilasi” ini
adalah :
1. Mahasiswa mampu memisahkan suatu senyawa dalam suatu sampel dengan
metode destilasi sederhana
2. Mahasiswa mampu memahami proses yang berlangsung pada saat destilasi

B. TINJAUAN PUSTAKA
Destilasi adalah suatu metode pemisahan Hukum Raoult berdasarkan
perbedaan titik didih. Untuk membahas destilasi perlu dipelajari proses
kesetimbangan fasa uap-cair; kesetimbangan ini tergantung pada tekanan uap
larutan. Hukum Raoult digunakan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi
pada proses pemisahan yang menggunakan metode destilasi, menjelaskan bahwa
tekanan uap suatu komponen yang menguap dalam larutan sama dengan tekanan
uap komponen murni dikalikan fraksimol komponen yang menguap dalam
larutan pada suhu yang sama (Armid, 2009).
Proses distilasi merupakan salah satu cara untuk memisahkan komponen
dalam larutan yang berbentuk cair atau gas dengan mendasarkan pada perbedaan
titik didih komponen yang ada di dalamnya. Dasar dari pemisahan dengan
distilasi adalah jika suatu campuran komponen diuapkan maka komposisi pada
fase uap akan berbeda dengan fase cairnya. Untuk komponen yang memiliki titik
didih lebih rendah maka akan didapatkan komposisi yang cenderung lebih besar
pada fase uapnya, uap ini diembunkan dan dididihkan kembali secara
bertingkat–tingkat maka akan diperoleh komposisi yang semakin murni pada
salah satu komponen. Pada beberapa campuran komponen, untuk komposisi,
suhu dan tekanan tertentu tidak memenuhi kecenderungan tersebut, artinya jika
campuran tersebut dididihkan maka komposisi fase uapnya akan memiliki
komposisi yang sama dengan fase cairnya, keadaan ini disebut kondisi azeotrop,
sehingga campuran pada kondisi ini tidak dapat dipisahkan dengan cara distilasi
biasa (Abassato, 2007).
Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali uap
tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana
tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan
kembali disebut destilat. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik
didihnya, dan memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari
zat cair lainnya yang mempunyai perbedaan titik didih cairan murni. Pada
destilasi biasa, tekanan uap di atas cairan adalah tekanan atmosfer (titik didih
normal). Untuk senyawa murni, suhu yang tercatat pada termometer yang
ditempatkan pada tempat terjadinya proses destilasi adalah sama dengan titik
didih destilat (Sahidin, 2008).
Maksud dan proses destilasi adalah untuk memisahkan etanol dari
campuran etanol air. Untuk larutan yang terdiri dari komponen-komponen yang
berbeda nyata suhu didihnya, destilasi merupakan cara yang paling mudah
dioperasikan dan juga merupakan cara pemisahan yang secara thermal adalah
efisien. Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada 100ºC dan etanol mendidih
pada sekitar 77ºC. Perbedaan dalam titik didih inilah yang memungkinkan
pemisahan campuran etanol air. Prinsip: jika larutan campuran etanol air
dipanaskan, maka akan lebih banyak molekul etanol menguap dari pada air. Jika
uap-uap ini didinginkan (dikondensasi), maka konsentrasi etanol dalam cairan
yang dikondensasikan itu akan lebih tinggi dari pada dalam larutan aslinya
(Harahap, 2003).
Destilasi air merupakan salah satu cara untuk memisahkan minyak atsiri
dari dalam bahan. Pada metode ini, bahan yang didestilasi akan kontak langsung
dengan air mendidih. Sebelum rimpang jeringau didestilasi, rimpang terlebih
dahulu diubah dalam bentuk chipsuntuk mempermudah dalam proses destilasi.
Permintaan akan minyak jeringau ini sangat luas yaitu dari bidang industri
makanan, farmasi, kecantikan maupun industri parfum (Prisca, 2014).
Destilasi merupakan metode yang paling populer, digunakan secara luas,
dan cost-effective untuk memproduksi minyak esensial di seluruh dunia.
Destilasi tanaman aromatik secara sederhana menggunakan penguapan atau
membebaskan minyak dari membran sel tanaman dengan adanya kelembaban,
dengan menerapkan suhu yang tinggi dan kemudian mendinginkan campuran
uap untuk memisahkan minyak dari air berdasarkan ketidakbercampuran dan
densitas minyak esensial dengan air (Caroline, 2011).
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia
untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih
yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk
memperoleh senyawa murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran akan
menguap saat mencapai titik didih masing-masing (Walangare, 2013).
Metode destilasi yang umum digunakan dalam produksi minyak atsiri
adalah destilasi air dan destilasi uap-air. Karena metode tersebut merupakan
metode yang sederhana dan membutuhkan biaya yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan destilasi uap. Namun belum ada penelitian tentang
pengaruh kedua metode destilasi tersebut terhadap minyak atsiri yang
dihasilkan. Minyak atsiri dalam tanaman aromatik diselubungi oleh kelenjar
minyak, pembuluh–pembuluh, kantung minyak atau rambut granular. Sebelum
diproses, sebaiknya bahan tanaman dirajang (dikecilkan ukurannya) terlebih
dahulu. Namun dalam proses destilasi tradisional pada umumnya ukuran bahan
yang digunakan tidak seragam, karena proses pengecilan ukurannya hanya
melalui proses penghancuran sederhana (Tri, 2012).

C. METODOLOGI
1. Alat
a. Erlenmeyer
b. Hot Plate
c. Klem holder
d. Kondensor
e. Labu dasar bulat
f. Labu leher tiga
g. Statif
h. Termometer
2. Bahan
a. Air atau Es Batu
b. Air
c. Batu Didih
3. Cara Kerja
Pemasangan alat destilasi dengan benar

100 ml air susu Pemasukan ke dalam labu destilasi

2 potong pecahan cawan


Penambahan
porselen

Air Pengaliran melalui kondensor sebagai media pendinginan

Pemanasan

Pengamatan kenaikan temperatur pada termometer

Pencatatan suhu dan waktu pada saat tetesan kondesat pertama

Pengamatan sampai tidak ada kondensat yang menetes

Pencatatan volume destilat yang tertampung

Gambar 3.1 Diagram Alir Destilasi Air Susu


D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Destilasi atau penyulingan adalah metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali kedalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. sedangkan zat yang memiliki
titik didih yang lebih tinggi akan mengembun dan akan menguap apabila telah
mencapai titik didihnya. Metode ini termasuk unit operasi kimia jenis
perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada
suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya
(Fatimura, 2014). Menurut Walangare et al. (2013), ada beberapa jenis dari
destilasi, yaitu destilasi sederhana, destilasi bertingkat, destilasi azeotrop,
destilasi uap, dan destilasi vakum.
1. Destilasi sederhana: teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau
lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh.
2. Destilasi bertingkat (fraksionasi): Sama prinsipnya dengan destilasi
sederhana, hanya destilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor
yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang
memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan.
3. Destilasi azeotrop: memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau
lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya
digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut atau
dengan menggunakan tekanan tinggi.
4. Destilasi uap: istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran
air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap
air ke dalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah
menjadi uap pada temperatur yang lebih rendah dari pada dengan
pemanasan langsung.
5. Destilasi vakum: memisahkan dua komponen yang titik didihnya sangat
tinggi, motode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan
permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi
rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak
perlu terlalu tinggi.
Sampel yang digunakan adalah susu, alkohol, madu, dan teh. Susu
merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi karena unsur-
unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh seperti calsium, phosfor, vitamin A,
vitamin B, dan riboflavin yang tinggi. Susu memiliki titik didih sebesar 100,160C
(Saleh, 2004). Titik didih larutan alkohol (etanol murni) sebesar 780C,
sedangkan titik didih air yaitu 1000C (Fahmi dkk., 2014). Titik didih air teh
yakni 690C lebih kecil dari titik didih air yang berarti air lebih mudah menguap
daripada air teh (Chin et al., 2013). Madu memiliki titik didih sekitar 85-900C
tergantung jenis madu yang dihasilkan (Christiyanti, 2012).
Pemisahan secara destilasi pada prinsipnya adalah metode pemisahan
yang didasarkan adanya perbedaan titik didih antara komponen-komponen yang
akan dipisahkan (Ibrahim dan Sitorus., 2013). Fungsi mengetahui titik didih
masing-masing sampel ialah untuk mengetahui tingkat kemurnian sampel,
dimana semakin murni sampel maka akan semakin mudah untuk diuapkan.
Selain itu, untuk memudahkan proses destilasi, dimana semakin rendah titik
didih suatu komponen semakin mudah komponen tersebut terpisah dari
campurannya sebagai uap (Mujiburohman, 2004).
Proses Distilasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk
memisahkan komponen dalam larutan yang berbentuk cair atau gas dengan
mendasarkan pada perbedaan titik didih komponen yang ada di dalamnya. Suatu
campuran dapat dipisahkan dengan destilasi untuk memperoleh senyawa murni.
Senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap saat mencapai titik didih
masing-masing (Abassato, 2007).
Beberapa teknik destilasi telah dikembangkan untuk pekerjaan-
pekerjaan preparatif di laboratorium dan industri, sebagai contoh adalah
pemurnian alkohol, pemisahan minyak bumi menjadi fraksi-fraksinya dan
pembuatan minyak atsiri. Destilasi sering dimanfaatkan dalam memisahkan
minyak atsiri dari dalam bahan. Pada metode ini, bahan yang didestilasi akan
kontak langsung dengan air mendidih. Sebelum rimpang jeringau didestilasi,
rimpang terlebih dahulu diubah dalam bentuk chips untuk mempermudah dalam
proses destilasi. Permintaan akan minyak atsiri ini sangat luas yaitu dari bidang
industri makanan, farmasi, kecantikan maupun industri parfum
(Prisca, 2014). Dalam upaya peningkatan kualitas minyak atsiri, pemurnian
minyak atsiri diperlukan dengan menggunakan proses distilasi fraksionasi, yaitu
proses distilasi dengan memperhatikan titik didih setiap komponen
penyusunnya. Dalam kolom distilasi fraksionisasi, komponen penyusun yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu baru kemudian
disusul oleh komponen yang memiliki titik didih yang lebih tinggi. Contoh lain
yang menggunakan sistem distilasi adalah adalah pemurnian alkohol, industri
minyak, pembuatan bir, pemisahan air dan methanol, industri petrokimia, proses
coal tar, industri minyak wangi. Pemanfaatan sistem distilasi ini tersebar luas
dari sistem sederhana di industri kecil sampai dengan industri besar seperti
minyak dan gas bumi. Alat penting dalam sistem penyulingan adalah kolom
distilator, namun dari pengamatan yang ada, alat‐alat ini hanya dilengkapi
dengan indikator proses yang sederhana. Indikator proses ini menjadi bagian
yang penting dalam kualitas alat dan kualitas proses produksi. Indikator proses
ini antara lain adalah indikator temperatur, indikator tekanan dan indikator
ketinggian cairan. Indikator proses yang ada saat ini adalah manual dan bersifat
analog dan hanya dapat dibaca sewaktu‐waktu.
Komponen utama system distilasi minyak atsiri adalah boiler, tangki
distilator, kondensor, separator. Dalam system tersebut bagian yang menjadi
perhatian berkaitan dengan akuisisi data temperature adalah temperature steam
masuk distilator, didalam kondensor, temperature air pendingin. Rentang antara
20-130 derajat celcius. Proses distilasi terjadi dalam kolom distilasi yang
digunakan untuk memisahkan komponen-komponencair, dua atau lebih.
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom
fraksinasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang
berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan
untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat dibawahnya. Semakin ke atas,
semakin tidak volatile cairannya.
Proses fraksinasi juga dapat dilakukan dengan pemanasan secara
kontinyu, pada titik didih tertentu komponen dengan titik didih yang lebih
rendah akan lebih dahulu menguap misalnya komponen A, kemudian
dikondensasikan menjadi kondensat A, sementara pemanasan terus berlangsung
, jika komponen A tersebut sudah habis maka temperature akan terus naik sampai
ttik didih komponen B, kemudian dikondensasikan menjadi kondensat B dan
seterusnya. Dengan menggunakan proses ini dengan mengganti penampung
kondensat, akan diperoleh komponen yang berbeda-beda dengan
memperhatikan titik didihnya (Arman, 2014).
Destilasi adalah suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen dalam
suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didih dengan panas sebagai tenaga
pemisahnya. Proses destilasi memerlukan beberapa persyaratan pokok yaitu
komposisi uap harus berbeda dengan komposisi cairan yang berada dalam
keseimbangan dan kedua komponen dalam titik didih ini mempunyai titik didih
yang berbeda. Destilasi termasuk pemisahan menurut dasar operasi diferensial.
Kecepatan perpindahan massa tergantung pada luas permukaan bidang atau
antarfase uap dengan fase cairan yang saling mengadakan kontak. Oleh karena
itu, kesempatan kontak antara kedua fase tersebut harus terjadi, sehingga
distribusi komposisi kedua fase sempurna dan akan mendapatkan effisiensi
pemisahan yang tinggi. Proses destilasi bisa berjalan dengan baik jika faktor-
faktor yang mempengaruhi destilasi seperti kondisi umpan, sifat dari camuran,
karakteristik kolom, Jenis kolom (plate,packed ), jenis tray, besaran-besaran
lainnya (laju uap naik, laju cairan turun/reflux, luas permukaan kontak antara
fasa gas dan cair, dan effisiensi perpindahan massa) diperhatikan
(Fatimura, 2014).
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Destilasi Susu Segar Shift 1
No. Pengamatan Hasil Pengamatan
1 Sampel awal Susu segar
2 Warna sampel Putih
3 Volume sampel 100 ml
4 Suhu larutan mendidih 100oC
5 Suhu dan waktu kondensasi pertama 100oC dan menit ke- 54
6 Suhu konstan 101oC
7 Volume destilasi 6 ml
8 Warna destilasi Bening
9 Rendemen 6%
Sumber: Laporan Sementara
Berdasarkan Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa sampel susu segar yang
semula berwarna putih setelah didestilasi menghasilkan warna destilat yang
bening. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan.
Warna putih dari susu merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula
lemak dan partikel koloidal dari casein dan calsium phosphat. Warna kuning
adalah karena lemak dan karoten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari susu
maka susu akan menunjukkan warna kebiru Sampel didestilasi pada suhu
konstan 101oC dan sudah mulai mendidih pada suhu 100oC (Wakhidah, 2017).
Hal ini sesuai dengan teori Navratilova et al. (2006) yang menunjukkan
bahwa titik didih air susu adalah 100,15oC. Perbedaan yang tidak terlalu
signifikan ini dapat diterima karena termometer yang digunakan tidak mencapai
skala desimal sehingga dengan suhu 100oC masih sesuai dengan teori. Sampel
susu segar shift 1 memiliki waktu kondensasi pertama pada menit ke- 54.
Volume sampel susu segar yang didestilasikan sebanyak 100 ml dan hasil akhir
volume destilat sebanyak 6 ml, maka dapat diketahui rendemen sebesar 6%.
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Destilasi Susu Segar Shift 2
No. Pengamatan Hasil Pengamatan
1 Sampel awal Susu segar
2 Warna sampel Putih susu
3 Volume sampel 100 ml
4 Suhu larutan mendidih 100oC
5 Suhu dan waktu kondensasi pertama 101oC dan menit ke-17,13
6 Suhu konstan 100oC
7 Volume destilasi 74 ml
8 Warna destilasi Bening
9 Rendemen 74%
Sumber: Laporan Sementara
Berdasarkan Tabel 3.2 dapat diketahui bahwa sampel susu segar yang
semula berwarna putih susu setelah didestilasi menghasilkan warna destilat yaitu
bening. Menurut Miskiyah (2011) dalam Wakhidah (2017) , warna air susu
adalah dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putih dari susu
merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan partikel
koloidal dari kasein dan kalsium phosphat. Warna kuning yang terlihat pada susu
dihasilkan karena lemak dan caroten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari
susu maka susu akan menunjukkan warna kebiruan. Sampel didestilasi pada
suhu konstan 101oC dan sudah mulai mendidih pada suhu 100oC.
Pada hasil praktikum ini sudah sesuai dengan teori Navratilova et al.
(2006) yang menunjukkan bahwa titik didih air susu adalah 100,15oC. Perbedaan
yang tidak terlalu signifikan ini dapat diterima karena termometer yang
digunakan tidak mencapai skala desimal sehingga dengan suhu 100oC masih
sesuai dengan teori. Sampel susu segar shift 1 memiliki waktu kondensasi
pertama pada menit ke- 17,13. Volume sampel susu segar yang didestilasikan
sebanyak 100 ml dan hasil akhir volume destilat sebanyak 74 ml, maka dapat
diketahui rendemen sebesar 74%.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum Rekayasa Proses Pangan Acara III
”Destilasi” diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia
untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik
didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini
untuk memperoleh senyawa murni.
2. Proses yang berlangsung pada saat destilasi yaitu senyawa yang terdapat
dalam campuran akan menguap saat mencapai titik didih masing-masing,
dimana zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
DAFTAR PUSTAKA

Abassato, Tony Irwanto & Eko Aris Budiarto. 2007. Efisiensi Kolom Sieve Tray
pada Destilasi yang Mengandung Tiga Komponen (Aceton-Alkohol-Air).
Jurnal Nasional. 978-979.
Arman, Muhammad., Agus Prasetya, dan Sihana. 2014. Desain Sistem
Instrumentasi Proses Distilasi Fraksinasi Batch Berbasis Kendali Suhu.
ASEAN Journal of Systems Engineering. 2(2).
Armid. 2009. Penuntun Praktikum Metode Pemisahan Kimia. Unhalu. Kendari.
Caroline. 2011. Pembuatan Minyak Esensial dengan Cara Destilasi. Makalah
Konsep Herbal Indonesia. Depok.
Chin, Fui Seung.., Khim Phin Chong., Atong Markus., dan Nyet Kui Wong. 2013.
The Plyphenols and Alkaloids Content Using Soxhlet and Direct Extation
Methods. World Journal of Agriculture Sciences 9 (3) : 266-270
Christiyanti, Kezia. 2012. Destilasi. Universitas Pasundan. Bandung.
Fahmi, Doni., Bambang Susilo., dan Wahyunanto Agung Nugroho. 2014.
Pemurnian Etanol Hasil Fermentasi Kulit Nanas (Ananas comosus
L.Merr) dengan Menggunakan Distilasi Vakum. Jurnal Keteknikan
Pertanian Tropis dan Biosistem 2 (2): 131-137
Fatimura, Muhrinsyah. 2014. Tinjauan Teoritis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Operasi pada Kolom Destilasi. Jurnal Media Teknik, 11(1): 23-31.
Harahap. 2003. Karya Ilmiah Produksi Alkohol. 6
Ibrahim, Sanusi dan Marham Sitorus. 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Miskiyah. 2011. Kajian Standar Nasional Indonesia Susu Cair di Indonesia. Jurnal
Standarisasi 13(1): 1-7.
Mujiburohman, Muhammad. 2004. Model Matematis Distalasi Larutan Azeotrop
Metode Fixed Adsorptive Distillation. Jurnal Teknik Gelegar 15 : 34-41.
Navratilova, Pavlina., Bohumira Janstova., Petra Glossova., dan Lenka Vorlova.
2006. Freezing Point of Heat-treated Drinking Milk in the Czech Republic.
Czech J. Food Sci. 24(4): 156-163.
Prisca, Violetta Effendi & Simon Bambang Widjanarko. 2014. Distilasi dan
Karakterisasi Minyak Atsiri Rimpang Jeringau. Jurnal Pangan dan
Agroindustri. 2(2) : 1-8.
Sahidin. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Unhalu. Kendari.
Saleh, Eniza. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Sumatera:
USU Digital library.
Tri, Fuki Yuliarto, Lia Umi Khasanah, &R. Baskara Katri Anandito. 2012.
Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Destilasi (Destilasi Air dan Destilasi
Uap-Air) terhadap Kualitas Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis. Jurnal
Teknosains Pangan. 1 (1).
Wakhidah, Nur., Godras Jati M., dan Rohula Utami. 2017. Yoghurt Susu Sapi Segar
dengan Penambahan Ekstrak Ampas Jahe dari Destilasi Minyak Atsiri.
Proceeding Biology Education Conference. 14(1):278-284.
Walangare, K.B.A., A.S.M. Lumenta, J.O. Wuwung, dan B.A. Sugiarso. 2013.
Rancang Bangun Alat Konversi Air Laut menjadi Air Minum dengan Proses
Destilasi Sederhana menggunakan Pemanas Elektrik. Jurnal Teknik Elektro
dan Komputer Unsrat 2(2): 1-11.
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 2.2 Satu set alat destilasi

Gambar 2.3 Pengukuran sampel Gambar 2.4 Penetapan suhu dan waktu
100 ml dengan gelas ukur kondensat pertama
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Rumus :
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑒𝑠𝑡𝑖𝑙𝑎𝑠𝑖
Rendemen : 𝑥 100%
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Perhitungan :
1. Sampel Susu Putih

74 𝑚𝑙
Rendemen : 100 𝑚𝑙 𝑥 100%

: 74%
2. Sampel Madu
80 𝑚𝑙
Rendemen : 100 𝑚𝑙 𝑥 100%

: 80%

Anda mungkin juga menyukai