PENGETAHUAN BAHAN
Emulsi
Disusun Oleh:
Harifa Alfiatu Rochmaniyah
H0916043
Kelompok 2
A. Tujuan
Tujuan praktikum Ilmu Pengetahuan Bahan Acara III Emulsi ini
adalah :
1. Menentukan tipe emulsi suatu bahan pangan
2. Mempelajari pengaruh pemanasan dan penambahan santan terhadap
kestabilan emulsi susu murni, susu UHT, santan murni dan santan kemasan
B. Metodologi
1. Alat
a. Gelas preparat dan gelas penutup
b. Gelas ukur 100 ml
c. Hot plate
d. Mikroskop
e. Pipet tetes
f. Tabung kuvet
g. Tabung reaksi
2. Bahan
a. Larutan methylen blue
b. Margarin
c. Mayones
d. Mentega
e. Santan kemasan
f. Santan murni
g. Susu murni
h. Susu UHT
i. Whipped cream
3. Cara Kerja (Flowchart)
a. Penentuan Tipe emulsi
1 = oil (globula
Oil in
Whipped lemak pada susu
7 water
Cream UHT)
(o/w)
Pebesaran 40 x 10 2 = water
1 = water
Water
2 = oil (globula
8 Mayones in oil
lemak pada
(w/o)
Perbesaran 40 x 10 mayones)
1 = oil (globula
Oil in
Susu lemak pada susu
9 water
UHT UHT)
(o/w)
2 = water
Perbesaran 40 x 10
1 = oil (globula
Oil in
Santan lemak pada santan
10 water
Kemasan kemasan)
(o/w)
Perbesaran 40 x 10 2 = water
1 = oil (globula
Oil in
lemak pada
14 Mentega water
mentega)
(o/w)
2 = water
Perbesaran 40 x 10
1 = oil (globula
Oil in
Whipped lemak pada
15 water
Cream whipped cream)
(o/w)
2 = water
Perbesaran 40 x 10
1 = water
Water
2 = oil (globula
16 Mayones in oil
lemak pada
(w/o)
mayones)
Perbesaran 40 x 10
Sumber: Laporan Sementara
Pada percobaan kali ini dilakukan pengamatan tipe emulsi berbagai
jenis bahan. Bahan yang digunakan yaitu margarin, mayones, mentega,
whipped cream, susu UHT, susu murni, santan kemasan dan santan murni.
Bahan-bahan tersebut diteteskan satu per satu pada gelas preparat kemudian
diberi 1 tetes indikator methylen blue dan ditutup dengan gelas penutup
kemudian diamati tipe emulsinya dengan mikroskop.
Menurut Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Berbagai Tipe Emulsi
Berbagai Jenis Bahan ini sampel whipped cream, susu UHT, susu murni,
santan kemasan, mayones shift 2 dan santan murni memiliki tipe emulsi oil
in water (o/w) yang ditandai dengan adanya globula-globula minyak berada
di dalam medium air, di mana globula lemak merupakan fase diskontinyu
sedangkan medium air merupakan medium pendispersi. Pada mikroskop
diperoleh hasil bahwa globula minyak berwarna putih transparan sedangkan
air berwarna biru. Hal ini telah sesuai dengan teori Rybak (2013) dimana
susu dan krim adalah emulsi minyak dalam air yang paling terkenal, di yang
globular lemak susu terdispersi dalam fase air yang mengandung protein
susu, laktosa, garam dan mineral. Gelembung lemak distabilkan oleh
surfaktan alami yaitu lipoprotein membran, fosfolipid dan kasein
teradsorpsi. Emulsi O / W makanan lain adalah kopi whiteners, mayones,
whipped cream dan salad dressing. Menurut Tangsuphoom (2009), santan
adalah emulsi minyak dalam air yang terbentuk dari ekstrak air endosperma
padat kelapa. Emulsi itu relatif tidak stabil karena ukuran tetesan besar dan
sifat pengemulsi kelapa yang buruk protein yang teradsorpsi pada
antarmuka air-minyak
Menurut Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Berbagai Tipe Emulsi
Berbagai Jenis Bahan ini Sampel margarin, mayones shift 1 dan mentega
memiliki tipe emulsi water in oil (w/o). Hal ini ditandai dengan adannya
globula-globula air yang berada dalam minyak, di mana air merupakan fase
diskontinyu, sedangkan medium minyak merupakan medium pendispersi.
Pada sampel margarin, setelah diamati ternyata globula minyak berwarna
bening dan medium air berwarna biru dengan tekstur kasar. Hal ini telah
sesuai dengan teori dimana mentega danmargarin adalah tipe emulsi water
in oil, berada pada fasa aqueous yang terdiri dari protein susu, fosfolipid,
gula dan garam, didispersi dalam krim lemak atau minyak. Sedangkan disini
terjadi penyimpangan dimana mayones merupakan oil in water bukan
termasuk water in oil (Rybak, 2013). Kesalahan mayones ini bisa jadi
karena kesalahan praktikan dalam mengamati tipe emulsi.
Pinsip dasar kestabilan emulsi adalah keseimbangan antara gaya
tarik-menarik dan gaya tolak menolak yang terjadi antar partikel dalam
sistem emulsi. Kestabilan berhubungan dengan keseragaman ukuran
molekul fase pendispersi dan fase terdispersinya dengan konfigurasi
terbaik. Apabila gaya tarik menarik dan tolak menolak antar fase dalam
sistem emulsi dapat dipertahankan tetap seimbang atau terkontrol dan
jika kerapatan antara dua fase tinggi, maka partikel-partikel dalam sistem
emulsi dapat dipertahankan agar tidak bergabung sehingga stabilitas
sistem emulsi semakin baik (Sarungallo,2014).
Kestabilan emulsi menunjukan kualitas produk makanan atau
minuman berbasis emulsi dan menunjukkan kemampuan suatu emulsi untuk
melawan terjadinya perubahan sifat dari waktu ke waktu: semakin stabil
emulsi, maka semakin lambat sifat-sifatnya berubah. Ketidakstabilan
emulsi dapat disebabkan oleh banyak hal diantaranya : tidak sesuainya rasio
antara fase minyak dan air; konsentrasi dan pemilihan emulsifier yang salah;
nilai HLB emulsifier yang tidak tepat; ketidakmurnian di dalam fase air,
minyak atau emulsifier; pemanasan yang berlebihan; pembekuan serta
waktu dan kecepatan pencampuran. Faktor-faktor yang mempengaruhi
stabilitas emulsi adalah : 1) Perbedaan berat jenis antara kedua fase, 2)
kohesifase terdispersi, 3) persentase padatan didalam emulsi. 4) temperatur
luar yang ekstrim, 5) ukuran butiran fase terdispersi, 6) viskositas fase
kontinyu 7) muatan fase terdispersi, 8) distribusi ukuran butiran fase
terdispersi. 9) tegangan interfasial antara kedua fase (Wulandari, 2015).
Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi dari tipe M/A
menjadi A/M atau sebliknya. Inversi dapat dipengaruhi oleh suhu, atau
inversi merupakan fungsi suhu. Faktor-faktor yang dapat memecah emulsi
digolongkan dalam pemecahan emulsi secara kimia, contohnya
penambahan zat yang dapat menarik air seperti CaCl, eksikatus dan CaO2.
Sedangkan pecahnya emulsi secara fisika, yaitu kenaikan suhu, dapat
menyebabkan perubahan viskositas, mengubah sifat emulgator dan
menaikkan benturan butir-butir tetesan. Pendingin juga menyebabkan
terpisahnya air dari sistem emulsi, penambahan ganul kasar dan
pengenceran emulsi yang berlebihan (Meybodi, 2014).
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Kestabilan Emulsi Susu Murni, Susu UHT,
Santan Murni dan Santan Kemasan
Menit ke-
No Sampel Shift Perlakuan
0 15 30 45 60 75 90
1 Susu Murni - + + + ++ ++ ++
4 Santan Kemasan - - - - - - +
1
5 Susu Murni - - - + + ++ ++
6 Susu UHT - - - - + ++ ++
Pamanasan
7 Santan Murni - - - + ++ ++ +++
9 Susu Murni - - - - + ++ ++
12 Santan Kemasan - - - - - - +
2
13 Susu Murni - - - + + + +
14 Susu UHT - - - - + + +
Pemanasan
15 Santan Murni - + ++ +++ +++ +++ +++
16 Santan Kemasan - - + + ++ ++ ++
C. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara III emulsi
yaitu:
1. Tipe emulsi bahan pangan sampel margarin, mayones, mentega, dan
whipped cream adalah water in oil (w/o) sedangkan susu murni, susu
UHT, susu murni, santan kemasan adalah oil in water (o/w)
2. Sampel yang memiliki stabilitas emulsi tertinggi yaitu pada sampel susu
UHT dan santan instan tanpa pemanasan. Sedangkan sampel yang
memiliki stabilitas emulsi paling rendah adalah pada bahan susu murni
tanpa pemanasan dan santan murni dengan pemanasan dan santan murni
tanpa pemanasan. Pengaruh pemanasan terhadap kestabilan emulsi
adalah semakin lama pemanasan maka emulsi semakin tidak stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Fachry,H.A.R., Serlis Arta Dan Fadma Dewi. 2007. Pengaruh Pemanasan Dan
Derajat Keasaaman Emulsi Pada Pembuatan Minyak Kelapa. Jurnal Teknik
Kimia. 11(1) : 9-16.
Gaman, P.M Dan K.B.Sherrington. 1992. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan
Nutrisi Dan Mikrobiologi. Gadjah Mada Univesrity Press. Yogyakarta.
Hadning, Ingenida. 2011. Formulasi Dan Uji Stabilita Fisik Sediaan Oral Emulsi
Virgin Coconut Oil. Artikel Penelitian Mutiara Medika. 11(2) : 88-100.
Meybodi, N. Mollakhalili, M.A. Mohammadifar, A.R. Naseri. 2014. Effective
Factors on the Stability of Oil-in-Water Emulsion Based Beverage: A
Review. Journal of Food Quality and Hazards Control. 1(1) 67-71.
Raikos, Vassilios. 2010. Effects Of Heat Treatment On Milk Protein Functionality
At Emulsion Interfaces. Journal Of Food Hidrocolloids. 24 (4) : 259-265
Rybak, Olga. 2013. Some Aspects Of The Formation Of Emulsions And Foams In
Food Industry Ukrainian Journal Of Food Science. 1(1) : 41-49.
Saparinto, Cahyo Dan Diana Hidayati. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta
Sarungallo, Zita Letviany., Murtiningrum., Harry Triely Uhi., Mathelda Kurniaty
Roren Dan Aprida Pongsibidang. 2014. Sifat Organoleptik, Sifat Fisik,
Serta Kadar -Karoten Dan -Tokoferol Emulsi Buah Merah (Pandanus
Conoideus). Jurnal Agritech. 34 (2) : 177-183.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Kedokteran.
EGC. Jakarta.
Syukri, Yandi., Freftina Sari Dan Siti Zahliyatul. 2008. Stabilitas Fisik Emulsi
Ganda Virgin Coconut Oil (Vco) Menggunakan Emulgator Span 80 Dan
Tween 40. Jurnal Ilmiah Farmasi. 5 (1) : 33-41.
Tangsuphoom, Nattapol Dan John N. Coupland. 2008. Effect Of Thermal
Treatments On The Properties Of Coconut Milk Emulsions Prepared With
Surface-Active Stabilizers. Journal Of Food Hidrocolloids. 23(1) ; 1792-
1800
Usaid, Adheeb A.S et al. 2014. Emulsion and its Applications in Food Processing
A Review. International Journal of Engineering Research and
Applications. 4(4) : 241-248.
Wulandari, Sri., Budiyanto Dan Evanila Silvia. 2015. Karakteristik Emulsi Minyak
Sawit Merah Dan Aplikasi Quality Function Deployment (Qfd) Untuk
Pengembangan Produk. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 25(2): 136-
142.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar 3.3 Alat dan Bahan Acara Emulsi Gambar 3.4 Susu UHT setelah
pendiaman 90 menit
Gambar 3.5 Susu UHT 0 menit Gambar 3.6 Emulsi Whipped Cream