Anda di halaman 1dari 16

MODUL 3

FARMAKOKINETIKA SEDIAAN ORAL

I. Tujuan Percobaan

Dapat mengetahui dan mehamahi prinsip dan cara menentukan profil


farmakokinetika sediaan oral pada tikus.

II. Prinsip Percobaan


Menentukan profil farmakokinetika oral yang meliputi tahapan eliminasi
(k), waktu paruh (t½), tetapan laju absorbs (ka), kadar obat maksimal dalam darah
(Cpmax), Volume distribusi (Vd) dan Waktu maksimal obat dalam darah (Tmax),
yang dilakukan dengan menggunakan sediaan eliksir parasetamol serta diberikan
melalui rute oral.
III. Teori Dasar
1. Farmakokinetika Sediaan Oral
Farmakokinetika adalah studi dan karakterisasi rangkaian peristiwa
absorbsi, distribusi, metabolisme dan esksresi (ADME obat). Absorbsi
berhubungan dengan pengambilan obat dan tempat pemberiannya ke dalam
sirkulasi sistemik. Distribusi menunjukkan transfer obat dari darah ke cairan
eekstravaskular dan jaringan.Metabolisme berhubugan dengan transformasi
enzimatik/ biokimia obat menjadi produk metabolit, dan ekskresi adalah eliminasi
akhir obat dari tubuh melalui urin, feses, keringat dan lain-lain. (Ansel,2006).

Rute penghantaran ekstravaskular, terutama pendosisan oral merupakan cara


pemberian obat yang penting dan populer. Lebih lanjut penghantaran obat
ekstravaskular dirumitkan oleh variabel-variabel yang ada pada site absorbs,
terutama kemungkinan degradasi obat dan perbedaan inter dan intrapasien yang
bermakna dalam laju dan jumlah absorbsi. ABsorbsi obat sistemik dari saluran
cerna atau dari berbagai site ekstravaskular lain bergantung pada:

1) Sifat fisika kimia obat


2) Bentuk sediaan yang digunakan
3) Anatomi fisiologi site absorbs (Shargel, 2012)
Sebagian besar model farmakokinetika menganggap absorbsi mengikuti
orde ke satu, kecuali apabila anggapan absorbsi orde nol memperbaiki model
secara bermakna atau telah teruji dengan percobaan. Model absorbsi order kesatu
menganggap suatu masukan melintasi dinding usus orde kesatu dan eliminasi dari
tubuh juga orde kesatu.

Model ini menerapkan absorbsi obat oral dalam larutan atau bentuk sediaan
melarut dengan cepat seperti tablet, kapsul dan suppositoria. Disamping itu obat-
obat yang diberikan im dan subkutan dapat digambarkan dengan orde kesatu.
Persamaan model kompartemen orde kesatu adalah:

𝐹𝐾𝑎𝐷𝑜
Cp=𝑉𝑑(𝐾𝑎−𝐾) (e-kt- e-kat)

2. Parameter Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek
tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni absorpsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi (Ganiswara, 2007).

Model farmakokineik merupakan model matematika yang menggambarkan


hubungan antara dosis dan konsentrasi obat dalam setiap individu. Parameter dari
model menggambarkan faktor-faktor yang dipercaya penting dalam penentuan
observasi dai konsentrasi atau efek obat Parameter tersebut antara lain parameter
primer yang terdiri dari volume distribusi (Vd); klirens (Cl); dan kecepatan
absorbsi (Ka), parameter sekunder terdiri dari kecepatan eliminasi (K); dan waktu
paruh (t1/2), serta parameter parameter turunan. (Aiache, 1993)

Volume distribusi (Vd) menunjukkan volume penyebaran obat dalam tubuh


dengan kadar plasma tatau serum. Vd tidak perlu menunjukkan volume
penyebaran obat yang sesungguhnya ataupun secara anatomik, tetapi hanya
volume imajinasi dimana tubuh dianggap sebagai satu kompartemen yang terdiri
dari plasma atau serum, dan Vd menghubungkan jumlah obat dalam tubuh dengan
kadarnya dalam plasma atau serum. (Setiawati, 2005)
Klirens suatu obat adalah suatu ukuran elimnasi obat dari tubuh
mempermasalahkan mekanisme prosesnya. Umumnya jaringan tubuh atau organ
dianggap sebagai suatu kompartemen cairan dengan volum terbatas dimana obat
terlarut di dalamnya (Shargel, 2005).

Area Under Curve (AUC) adalah permukaan di bawah kurva/ grafik yang
menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai fungsi dari waktu. AUC
dapat dihitung secara matematis dan merupakan ukuran untuk bioavaibilitas suatu
obat. AUC dapat digunakan untuk membandingkan kadar masing-masing plasma
obat bila penentuan eliminasinya tidak mengalami perubahan (Tjay dan Raharja,
2002).

3. Paracetamol
Parasetamol atau asetaminophen, N-asetil-4Aminofenol (C8H9NO2),
dengan BM 151,16 dan mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101,0% C8H9NO2. Pemerian hablur atau serbuk hablur berwarna putih tidak
berbau dan rasa pahit. Kelarutan dalam 70 bagian air dan 7 bagian etanol (95%) P
dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P, larut dalam larutan alkalihidroksida. Khasiat dan kegunaan yaitu
analgetikum, antipiretikum.

Farmakokinetika dari parasetamol: paracetamol di absorpsi cepat dan


sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai
dalam waktu 1⁄2 jam dan waktu paruh plasma antara 1-3 jam. Dalam plasma, 25%
parasetamol terikat protein plasma. Obat ini di metabolisme oleh enzim mikrosom
hati. Sebagian parasetamol (80%) dikonjugasi dengan asam glukuronat dan
sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat (Wilmana & Gan, 2008).

4. Spektrofotometri UV Vis
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometri menghasilkan sinar dan
spektrum dengan panjang gelombang dan fotometri adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometri
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang (Khopkar, 1990: 325).

Spektroskopi UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang


menggunakansumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dan sinar tampak dengan
menggunakan instrumen spektrofotometer. Prinsip dari spektrofotometer UV-Vis
adalah penyerapan sinar tampak untuk ultra violet dengan suatu molekul dapat
menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari tingkat energi dasar (ground state)
ketingkat energi yang paling tinggi (excited stated). Pengabsorbsian sinar ultra
violet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi
elektron bonding, akibatnya panjang absorbsi maksimum dapat dikolerasikan
dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul. (Sumar hendayana. 1994 : 155)

Spektrofotometri ultravoilet dan cahaya tampak berguna pada penentuan


struktur molekul organik dan pada analisa kuantitatif. Spektrum elektron suatu
molekul adalah hasil transmisi antara dua tingkat energi elektron pada molekul
tersebut (Creswell, 2005: 26).

Spektroskopi UV – VIS adalah tekhnik analisis spektroskopi yang


menggunakan sumber radiasi elektromagnetik dan sinar tampak dengan
mengunakan instrumen. Spektrofotometri adalah penyerapan sinar tampak untuk
ultraviolet dengan suatu molekul yang dapat menyebabkan eksitasi molekul dan
tingkat dasar ke tingkat energi yang paling tinggi (Sumar, 1994:135)

Panjang gelombang cahaya UV-VIS dan sinar tampak jauh lebih pendek
dari pada panjang gelombang radiaatsi inframerah. Satuan yang digunakan untuk
menentukan panjang gelombang ini adalah monokromator (1 nm = 10-7 cm).
Spektrum tampak sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah) sedangkan
spektrum UV adalah 100 – 400 nm (Day and Underwood, 2002:788).

Radiasi ultraviolet maupun radiasi cahaya tampak berenergi lebih tinggi dari
pada radisi inframerah absorbsi cahaya UV atau visibel mengakibatkan transmisi
elektromagnetik yaitu promosi elektron-elektron dan orbital keadaan dasar
yang berenergi rendah ke orbital keadaan terdesitasi berenergi lebih tinggi transisi
ini memerlukan 40 – 300 kkal/mol. Energi yang terserap selanjutnya terbuang
sebagai cahaya atau tersalurkan melalui reaksi kimia misalnya isomerisasi atau
reaksi –reaksi radiasi lain (Day and Underwood, 2002: 189).

IV. Alat dan Bahan


4.1. Alat :
1. Sonde
2. Timbangan Analitik
3. Spektrofotometri UV
4. Alat Sentrifuga
4.2. Bahan :
1. Larutan NaOH 0,1 N 10%
2. Larutan Metanol
3. Lap
4. Tabung penampung darah
5. Tikus
6. Sampel darah tikus

V. Prosedur

5.1. Pembuatan Sediaan Suspensi Parasetamol


Dibuat sediaan suspensi parasetamol 125 mg/mL yang mengandung CMC
Na0,5%, propilenglikol 0,2% dan sirupus simplex ad 25 ml
5.2. Pembuatan Kurva Baku Parasetamol
Disiapkan larutan induk parasetamol dengan melarutkan 10 mg dari tiap
bahan dalam 10 mL NaOH 0,1 N 10%, lalu dibuat larutan parasetamol dengan
konsentrasi 3,5,7,9, dan 11 mg/mL (absorban yang baik antara 0,2 – 0,8), lalu
diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum parasetamol yaitu
258 nm.
5.3. Pemberian Obat Pada Tikus
Tikus dipuasakan terlebih dahulu selama kurang lebih 5 jam, tikus
diberikan sediaan parasetamol oral dengan dosis setara dengan 500 mg (dosis
manusia), lalu dihitung kesetaraan dosis untuk tikus dengan faktor konversi
0,018 untuk tikus 200 gram.
5.4. Pengambilan Darah
Diambil sampel darah dari bagian ekor tikus sebanyak 0,5 ml/1 mL pada
15; 30; 60; 90 dan 120 menit setelah pemberian obat, lalu disentrifugasi
menggunakan tabung sentrifuga pada kecepatan 4000 rpm selama 15 menit,
bagian supernatan dipipet sebanyak 0,5 mL dan diencerkan dengan 0,5 mL
campuran metanol : asam asetat 1% (80 : 20), lalu disentrifuga kembali pada
kecepatan 4000 rpm selama 15 menit, diambil 0,5 mL supernatan dan
ditambah 0,5 mL NaOH 0,1 N 10%, lalu dianalisis menggunakan
spektrofotometri UV, selanjutnya dihitung kadar parasetamol dalam sampel.

VI. Data Pengamatan dan Perhitungan


6.1 Perhitungan
6.1.1 Larutan Induk Paracetmol (1000 ppm)
µg µg
1000 x 10 mL = 10.000 ⁄10mL
mL
6.1.2 Larutan stok paracetamol (100 ppm) 10 mL
V1 . N1 = V2 . N2
10 mL . 100 ppm = V2 . 1000 ppm
V2 = 1 mL ad 10 mL
6.1.3 Larutan Seri (10 mL)
1. 3 ppm
10 mL . 3 ppm = V2 . 100 ppm
V2 = 0,3 mL
2. 5 ppm
10 mL . 5 ppm = V2 . 100 ppm
V2 = 0,5 mL
3. 7 ppm
10 mL . 7 ppm = V2 . 100 ppm
V2 = 0,7 mL
4. 9 ppm
10 mL . 9 ppm = V2 . 100 ppm
V2 = 0,9 mL
5. 11 ppm
10 mL . 11 ppm = V2 . 100 ppm
V2 = 1,1 mL
Methanol : asam asetat= 0,25 mL : 0,25 mL
6.1.4 Absorbansi vs Faktor Pengali
1. 0,137 x 4 = 0,548
2. 0,147 x 4 = 0,588
3. 0,224 x 4 = 0,896
4. 0,105 x 4 = 0,42
5. 0,083 x 4 = 0,332
6.1.5 Cp
y = a + bx
1. 0,548 = -0,0055 + 0,0421x
0,548 + 0,0055 = 0,0421x
0,5535 = 0,0421x
x = 13,15
2. 0,588 = -0,0055 + 0,0421x
0,588 + 0,0055 = 0,0421x
0,5935 = 0,0421x
x = 14,10
3. 0,896 = -0,0055 + 0,0421x
0,896 + 0,0055 = 0,0421x
0,9015 = 0,0421x
x = 21,41
4. 0,42 = -0,0055 + 0,0421x
0,42 + 0,0055 = 0,0421x
0,4255 = 0,0421x
x = 10,11
5. 0,332 = -0,0055 + 0,0421x
0,332 + 0,0055 = 0,0421x
0,3375 = 0,0421x
x = 8,02
6.1.6 In CExp
a=3 antiIn = 20,09 = B
b = -0,0076 = Ke
r = -1
1. Waktu 15 menit
y = a – bx
= 3 – 0,0076 (15)
= 3 – 0,114 = 2,89
2. Waktu 30 menit
y = a – bx
= 3 – 0,0076 (30)
= 3 – 0,228 = 2,77
3. Waktu 60 menit
y = a – bx
= 3 – 0,0076 (60)
= 3 – 0,456 = 2,54
6.1.7 Cres
1. Waktu 15 menit
Cres = Cexp – Cp
= 17,99 – 13,15
= 4,84
2. Waktu 30 menit
Cres = Cexp – Cp
= 15,96 – 14,10
= 1,86
3. Waktu 60 menit
Cres = Cexp – Cp
= 12,68 – 21,41
= 8,73
6.1.8 Regresi In Cres dan t
a = 2,54 AntiIn 12,68 = A
b = -0,064 = Ka
r = -1
6.1.9 Konversi Dosis
Dosis manusia = 500 mg
BB Tikus = 248 g
Konversi dosis = 500 x 0,018 = 9 mg
9 mg
Dosis = x 248 g = 11,16 mg
200 g
5 mL
Dosis yang diberikan = x 11,16 mg = 0,48 mL
120 mg

6.1.10 Parameter Farmakokinetik


Ka
In ( )
K
1. tmax =
Ka−K
0,064
In ( )
0,0076
=
0,064−0,0076
In 8,42
=
0,06
2,13
= = 35,5 menit
0,06
In 2
2. t ½ a =
Ka
0,693
= =10,83 menit
0,064
In 2
3. t ½ e =
Ke
0,693
= =91,18 menit
0,0076
4. Cp max = B.e−Ktmax - A.e−Katmax
= 20,09 . e−0,0076.35,5 – 12,68 e−0,064.35,5
= 20,09 . e−0,27 – 12,68 e−2,27
= 20,09 . 0,76– 12,68 . 0,10
= 15,27 – 1,27
= 14

5. Vd
Ka.D0
A =F
Vd (Ka−K)
0,064 . 11,16
12,68 =1
Vd (0,064−0,0076)
0,71
12,68 =1
Vd (0,06)
0,71
Vd =1
12,68 (0,06)

0,71
Vd =1 = 0,93mL
0,76

6.2 Data Pengamatan


6.2.1 Tabel Kurva Baku Paracetamol

Konsentrasi (ppm) absorbansi

3 0.12
5 0.208
7 0.288
9 0.37
11 0.46
6.2.2 Tabel Perhitungan

waktu absorbansi Abs X F.p Cp (ppm) Ln Cp Ln Cp Exp Cp Exp C Res Ln C Res

15 0.137 0.548 13.15 2.58 2.89 17.99 4.84 1.58


30 0.147 0.588 14.1 2.65 2.77 15.96 1.86 0.62
60 0.224 0.896 21.41 3.06 2.54 12.68 8.73 2.17
90 0.105 0.42 10.11 2.31
120 0.083 0.332 8.02 2.08

6.2.3 Kurva Kurva Baku Paracetamol


6.2.4 Kurva Waktu terghadap Cp

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita melakukan percobaan farmakokinetika sediaan
oral. Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami prinsip dan
cara menentukan profil farmakokinetika sediaan oral pada tikus.
Pada praktikum ini obat yang diberikan ke tikus yaitu berupa sediaan elixir
parasetamol karena sediaan elixir parasematol mempercepat proses
biofarmasinya yang dimana langsung ke difusi tidak ada proses disolusi terlebih
dahulu maka pengamatan yang dilakukan juga lebih cepat sehingga
meminimalisir waktu. Kemudian membuat kurva baku parasetamol. Dengan
cara melarutkan 10mg parasetamol dalam 10 ml NaOH 0,1 N, ditambahkannya
NaOH bertujuan untuk melarutkan parasetamol karena parasetamol yang
bersifat asam dan NaOH bersifat basa maka akan membentuk garam dan
terjaidnya netralisasi.
Kemudian dilakukan pemberian sediaan pada tikus secara oral. Sebelum
diberikan sediaan tikus dipuasakan terlebih dahulu untuk menghindari pengaruh
makanan terhadap proses farmakokinetik. Setelah itu, tikus ditimbang untuk
mengetahui bobot dari tikus yaitu 248 gram. Lalu dilakukannya perhitungan
konversi dosis dan volume pemberiaan, bertujuan konversi dosis agar tidak
terjadinya over dosis dan luas permukaan tubuh tikus lebih kecil dibandingkan
dengan manusia. Dosis yang diberikan 11,16 mg dan untuk volume sediaan 0,5
ml.
Setelah itu, dilakukannya pengambilan darah dari tikus melalui ekor tikus
sebanyak 0,5 ml setalah 15, 30, 60, 90, dan 120 menit setelah pemberian obat.
Pengambilan darah dilakukan dengan cara menggunting ujung ekor tikus, tujuan
pengambilan darah melalui ekor karena banyaknya pembuluh darah vena
didaerah ekor. Kemudian setelah darah itu didapat dilakukan sentrifugasi pada
kecepatan 4000rpm selama 15 menit untuk memisahkan supernatan yang
mengandung obat dengan pelet. Kemudian diambil supernatan dan diencerkan
dengan metanol : asam asetat lalu dilalukan sentrifugasi lagi untuk memisahkan
parasetamol dengan protein. Diambil supernatan dan ditambahkan NaOH,
kemudian dilakukan penentuan kadar parasetamol dengan menggunakan
spektrofotometri karena parasetamol mempunyai gugus kromofor dan aromatik.
Spektrofotometri yang digunakan yaitu spektrofotometri UV karena panjang
gelombang maksimum parasetamol ada dalam rentang sinar UV yaitu 258 nm.
Kemudian ditentukan persamaan dan parameter farmakokinetiknya.
Pada sediaan oral (elixir parasetamol) yang diberikan pada tikus terjadi
proses farmakokinetik meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi.
Yang pertama absorpi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya obat ke dalam
tubuh ata menuju ke peredaran tubuh setelah melewati membran biologik.
Penyerapan ini terjadi jika zat aktif dalam bentuk terlarut. Maka dari itu
parasetamol dibuat sediaan elixir agar lebih mudah untuk di absorpsi. Kemudian
terjadinya proses distribusi. Pada tahap ini obat akan disebarkan ke seluruh
bagian tubuh dan kemudian disalurkan ke tempat kerjanya. Lalu terjadinya
proses metabolisme adalah proses perubahan senyawa oabat sehingga lebih
mudah larut dalam air dan biasanya terjadi di dalam hati. Sehingga obata menjadi
aktif dan dieksresikan melalui saluran eksresi. Kemudian yang terakhir oabt di
eksresikan. Eksresi suatu obat dan metabolitnya menyebabkan penurunan
konsentrasi parasetamol didalam tubuh.
Dari hasil pengamatan yang didapat, garfik menunjukkan bahwa sediaan
elixir parasetamol yang diberikan secara oral mengikuti orde ke 1 satu. Pada orde
ke satu dianggap bahwa pada saat diabsorpsi obat tidak sepenuhnya sampai di
saluran sitemik. Parameter yang digunakaan menunjukkan fraksi obat yang
sampai di saluran sistemik adalah F (bioavabilitas). Selain itu ada juga Ka atau
tetapan laju absorpsi obat di gastrointestinal (saluran cerna). Pada data yang
didapat, nilai Ka adalah 0,064. Sedangkan untuk eliminasi faktor yang
berpengaruh adalah tetapan laju eliminasi (K). Nilai K yaitu 0,0076. Metode
yang digunakan adalah metode residual. Metode residual menganggap Ka > K,
harga eksponensial kedua akan menjadi kecil yang tidak bermakna terhadap
waktu, oleh karena itu, dapat dihilangkan. Pada keadaan tersebut, laju absorpsi
obat cepat dan absorpsi dan absorpsi obat dianggap sempurna.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses absorpis obat secara oral
yairu faktor sifat fisikokimia zat aktif, faktor fisiologis atau patofisiologis, faktor
teknologi dan faktor rute pemberian.

VIII. Kesimpulan
Sediaan oral elixir parasetamol mengikuti orde ke satu. Pada orde ke satu
dianggap bahwa obat pada saat di absorpsi tidak sepenuhnya masuk ke dalam
saluran sistemik. Proses farmakokinetiknya meliputi absorpsi, distribusi,
metabolisme dan eliminasi (ADME). Parameter farmakokinetikanya meliputi
konstantaa laju absorpsi, konstanta laju eliminasi, fraksi obat terabsorpsi secara
sistemik, dan volume distribusi.
IX. Daftar Pustaka

Aiace, J.M., 1993, Farmasetika 2 Biofarmasi Edisi ke-2, Surabaya: Penerbit Airlangga
Unibersity Press.

Ansel, Howard, C. “Kalkulasi Farmasetik Panduan Untuk Apoteker”. Penerbit Buku


Kedokteran, EGC : Jakarta

Cresswell, Clifford.J. 2005. Analisis Spektrum Senyawa Organik. Bandung: ITB.

Ganiswara,Gan Sulistia, 2009, Farmakologi dan Terapi Edisi 5,Fakultas Kedokteran-


Universitas Indonesia : Jakarta

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press

R.A.Day, Dr Jan Dan Al-Underwood. 2002. Analitik Kimia Kuantitatif.


Jakarta:Erlangga

Setiawati, A., 2005, Farmakokinetik Klinik Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta:
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Shargel, L. 2012. “Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan”. Airlangga


University Press, Surabaya
Sumar, Hendayana. 1994. Kimia Analisis Farmasi. Jakarta: UI Press. Syaputri, Eka
Nurwinda. 2014. Laporan Spektrofotometri UV VIS. Sulawesi Selatan

Tjay, dan Rahardja. (1978). Obat-obat Penting edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Wilmana, P.F., Gan, S., 2008 Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi


Nonsteroid Dan Obat Gangguan Sendi Lainnya, Di Dalam; Farmakologi Dan
Terapi Edisi 5, Jakarta Balai Penerbit FKUI.
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOFARMASI-FARMAKOKINETIKA
MODUL 3
FARMAKOKINETIKA SEDIAAN ORAL

Disusun oleh :
Kiti Doviyanti (10060316113)
Resty Imfyani Sofyan (10060316114)
Reka Rian Wandani (10060316115)
Annida Fathurrohmah (10060316116)
Risa Anggiani (10060316118)
Nurlaeli Siti Asy’syifa (10060316119)
Shift / kelompok : E/2
Tanggal Praktikum : 4 Desember 2019
Tanggal Penyerahan Laporan : 11 Desember 2019
Nama Asisten : Pinondang Kurnia., S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT E


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1441 H / 2019 M

Anda mungkin juga menyukai