Torsi Dan Ruptur Kista Ovarium
Torsi Dan Ruptur Kista Ovarium
Kista ovarium disebut juga kistoma ovarii, yaitu suatu kantong abnormal
berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam indung telur
(ovarium). Dengan istilah lain kista ovarium adalah tumor neoplastik jinak
ovarium yang bersifat kistik.
Gambaran klinis :
ANATOMI
1
sel telur dan hormon-hormon yang akan mengatur fungsi organ
reproduksi.
Setiap bulan, selama siklus menstruasi, sel telur dilepaskan dari salah
satu ovarium dalam suatu proses yang disebut sebagai ovulasi. Telur
tersebut melakukan perjalanan sepanjang tuba fallopi menuju uterus.
Ovarium juga merupakan sumber utama penghasil hormone estrogen dan
progesterone. Hormon-hormon juga berperan dalam berkembangnya
organ seks sekunder wanita, seperti payudara, bentuk tubuh, dan rambut
dibeberapa lokasi tubuh, dan juga dapat mengontrol siklus menstruasi dan
kehamilan.
Salah satu bagian ovarium yang penting adalah yang berada di dalam
cavum peritonei dilapisi oleh epitel kubik silindrik, disebut epitelium
germinativum. Dibawah epitel ini terdapat tunika albuginea dan
dibawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel primordial. Pada
wanita diperkirakan terdapat banyak folikel. Tiap bulan satu folikel,
kadang-kadang dua folikel, berkembang menjadi folikel de graaf. Folikel-
folikel ini merupakan bagian ovarium yang terpenting, dan dapat
ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam, dan pula
dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi oleh
suatu lapisan sel-sel saja sampai folikel de graaf yang matang. Folikel
yang matang ini terisi likuor folikuli yang mengandung estrogen, dan siap
untuk berovulasi.
2
Gambar 2. Ovarium dan folikel-folikel dalam berbagai tingkat
perkembangan.
Klasifikasi
A. Tumor non-neoplastik
1. Tumor akibat radang
2. Tumor lain
a) Kista folikel
b) Kista korpus luteum
c) Kista lutein
d) Kista inklusi germinal
e) Kista endometrium
f) Kista Stein-Leventhal
B. Tumor neoplastik jinak
1. Kistik
3
a) Kistoma ovarii simpleks
b) Kistoma ovarii serosum
c) Kistoma ovarii epidermoid
d) Kista dermoid
2. Solid
a) Fibroma, Leiomioma, Fibriadenoma, Papiloma, Angioma
b) Tumor Brenner
c) Tumor sisa adrenal
4
kubik. Berhubungan dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi
(putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak. Diduga
bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum, yang
kehilangan epitel kelenjarnya berhubungan dengan reseksi
ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera
diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada
keganasan.
5
Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai
potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar. Kelenjar-kelenjar
menjadi kista-kista baru, yang menyebabkan kista menjadi
multilokuler. Jika terjadi robekan atau ruptur pada dinding kista,
maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum
rongga perut, dan dengan sifatnya yang menghasilkan sekresi
maka dapat menyebabkan pseudomiksoma peritonei.
6
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin
membedakan gambaran makroskopis kistadenoma serosum
papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan
mikroskopis pun tidak selalu memberi kepastian. Pada
pemeriksaan mikroskopis terdapat dinding kista yang dilapisi
oleh epitel kubik atau epitel torak yang rendah, dengan
sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya.
Karena tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal epithelium), maka bentuk epitel pada papil dapat
beraneka ragam, tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas
epitel bulu getar, seperti epitel tuba. Pada jaringan papiler dapat
ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang
dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya
menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarii serosum
papiliferum, tetapi tidak berarti bahwa tumor itu ganas.
7
d. Kista endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada
dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai
lapisan epitel endometrium. Kista ini, yang ditemukan oleh
Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan
endometriosis ovarii.
e. Kista dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah suatu teratoma kistik yang
jinak dimana struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi
sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi, dan produk glandula
sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih
menonjol daripada elemen-elemen dan mesoderm.
8
tetapi dapat pula merupakan gelondongan seperti
konde/kumparan. Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai
dengan gejala nyeri mendadak diperut bagian bawah. Ada
kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista dengan
akibat pengeluaran isi kista kedalam rongga peritoneum.
Stroma ovarium
Tumor ini terutama terdiri atas jaringan tiroid, dan terkadang dapat
menyebabkan hipertiroid.
Koriokarsinoma
Tumor ganas ini jarang ditemukan dan untuk diagnosis harus
dibuktikan adanya hormon koriogonadotropin.
Diagnosis
9
c. Pemeriksaan penunjang
- Sondase
Pada kistoma ovarii sondase normal karena tidak ada
pembesaran uterus.
- Ultrasonografi
Tampak gambaran uterus normal, namun tampak massa
pada adneksa, sering bersekat-sekat, atau multilokuler dan
pada kecurigaan keganasan dapat dijumpai gambaran
papiler dan neovaskularisasi.
- BNO-IVP
Pada kistoma ovarii yang besar atau dengan perlekatan
dapat merubah topografi ureter.
Diagnosa Banding
1. Kista mesenterial
Merupakan neoplasma jinak yang bersifat kistik, yang terdapat
pada mesenterium.
10
- Konsistensi bisa kistik atau padat
- Dapat menyebabkan menometrorhargia, demam
- Pada pemeriksaan lab terdapat leukositosis
Komplikasi
a. Torsi
- Terjadi warna biru karena tekanan vena
- Menimbulkan akut abdomen
b. Ruptur
- Menimbulkan perdarahan intra abdominal (dari arteri
Ovarica) sehingga menimbulkan akut abdomen.
- Peritoneum dan rongga abdomen terisi cairan gelatinosa
(Pseudomiksoma Peritonei)
d. Infeksi
- Panas, nyeri, leukositosis, peritonitis
- Defans muscular
e. Keganasan
- 25 % regresi ganas sebagai Cystadenocarsinoma (terjadi
ascites)
Keganasan
11
Penanganan
12
TORSIO KISTA OVARIUM
Secara histologi, kista di ovarium terbagi atas dua bagian besar yaitu;
(1) kista neoplasma ovarium yang berasal dari pertumbuhan neoplastik,
dan (2) kista ovarium fungsional yang diakibatkan oleh gangguan
proses ovulasi normal. Pembedaan kedua jenis kista ini, baik dengan
pencitraan maupun penanda tumor, pada umumnya tidak begitu penting
secara klinis. Kedua jenis kista ovarium tersebut seringkali ditangani
sebagai satu kesatuan klinis. (Hoffman, 2008)
I. MANIFESTASI KLINIS
A. Anamnesa
13
migrasi, radiasi, kualitas, tingkat keparahan, serta faktor yang
memperberat atau memperingan nyeri) harus dapat digali melalui proses
anamnesa. (Close & Tintinalli, 2004)
14
demam yang tidak begitu tinggi yang menandakan sudah terjadinya
proses nekrosis. (Hoffman, 2008)
B. Pemeriksaan Fisik
15
lembut dan hati-hati agar kenyamanan pasien dapat terjaga. Jika kista
ovarium telah menyebabkan peradangan peritonuem, terkadang bisa
ditemukan tanda-tanda rangsang peritoneal, seperti nyeri tekan dan nyeri
lepas. (Close & Tintinalli, 2004; Rapkin & Howe, 2007)
C. Pemeriksaan Penunjang
Keluhan nyeri yang dialami oleh pasien pada kasus torsio kista
ovarium, khususnya pada kasus yang telah mengalami iskemia, memiliki
persamaan dengan keluhan yang terjadi pada kasus-kasus kehamilan
ektopik. Oleh karena itu, pada pasien yang datang dengan keluhan
tersebut dianjurkan untuk dilakukan tes kehamilan agar dugaan kehamilan
ektopik dapat disingkirkan. (Close & Tintinalli, 2004)
16
Beberapa gambaran spesifik kasus torsio ovarium yang dapat
ditemukan pada pemeriksaan adalah ditemukannya gambaran folikel
multipel mengelilingi sebuah ovarium yang mengalami pembesaran
memiliki tingkat keakuratan diagnosa sampai 64 persen. Tanda ini
menggambarkan proses kongesti dan edema yang terjadi di ovarium.
Pedikulum yang terpelintir kemungkinan juga akan memberikan gambaran
yang dikenal dengan sebutan bull’s-eye target, whirlpool, maupun snail
shell. Gambaran tersebut berupa sebuah struktur bulat hiperekhoik
dengan cincin hipoekhoik multipel yang tersusun secara konsentrik ke
bagian dalam. (Hoffman, 2008)
II. MANAJEMEN
17
nekrosis adneksa maupun perdarahan, harus dilakukan pengangkatan
struktur yang mengalami torsio. (Hoffman, 2008)
18
merupakan patokan untuk dilakukannya pengangkatan adneksa. Ovarium
yang berwarna hitam kebiruan menetap bukanlah suatu tanda
patognomonik nekrosis sehingga masih ada kemungkinan ovarium untuk
kembali berfungsi. Cohen et al (1999) melakukan tinjauan ulang terhadap
54 kasus dimana adneksa tetap dipertahankan tanpa memperhatikan
keadaannya pada saat dilakukan detorsi. Mereka melaporkan bahwa
integritas fungsional dan kehamilan berikutnya dapat terjadi pada 95
kasus. Bidar et al (1991) melaporkan bahwa tidak terdapat peningkatan
kejadian infeksi post-operatif pada tindakan yang sama. Namun demikian,
karena nekrosis masih memiliki kemungkinan untuk terjadi, maka setelah
tindakan masih diperlukan pengawasan terhadap demam, leukositosis,
dan tanda-tanda peritoneal. (Hoffman, 2008)
19
korpus luteum dieksisi antara 6-8 minggu, maka dibutuhkan tambahan 2
dosis yang harus diberikan pada 1 dan 2 minggu setelah dosis pertama
diberikan. (Hoffman, 2008)
20
KISTA PECAH
DEFINISI
Kista pecah termasuk dalam salah satu komplikasi dari kista
ovarium, yakni terjadinya peristiwa pecahnya kantung kista yang berisi
cairan atau darah.
MANIFESTASI KLINIS
(A). Anamnesa
1. Nyeri abdomen dapat timbul mendadak ataupun berkembang
perlahan-lahan, tergantung pada jenis kelainan, perdarahan
bertahap atau perdarahan akut, ruptur meendadak Nyeri dapat
terlokalisir pada salah satu kuadran atau menyeluruh pada
abdomen bagian bawah. Rasa iritasi peritoneum dengan cairan
atau darah, rasa nyeri cenderung konstan dan diperhebat oleh
pergerakkan. Nyeri yang berkaitan dengan rupturnya kista folikel
biasanya membaik dalam beberapa jam.
2. Mual dan muntah dapat terjadi segera atau beberapa jam setelah
timbulnya nyeri mendadak.
21
3. Riwayat menstruasi. Pada umumnya tumor ovarium tidak
mengubah pola haid, kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan
hormon. Kelainan dapat terjadi pada wanita hamil maupun tidak
hamil. Perdarahan dari korpus luteum yang ruptur terjadi kapan
saja setelah ovulasi, termasuk pada awal kehamilan. Kemungkinan
ruptur endometrioma harus dipertimbangkan bila pasien
mempunyai riwayat dismenorhea sekunder yang terjadi selama
siklus menstruai sebelumnya.
4. Gejala akibat pertumbuhan tumor. Dapat terjadi gangguan miksi
pada tumor yang tidak seberapa besar tetapi yang terletak didepan
uterus dan menekan kandung kencing. Selain gangguan miksi,
tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi dan edema pada
tungkai. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan,
rasa sesak dan lain-lain.
5. Gejala lainya berupa sinkope atau syok atau kedua-duanya yang
memberi kesan perdarahan intraperitoneum yang hebat ataupun
suatu torsi akut. Sering miksi dan defekasi menunjukkan iritasi
peritoneum. Nyeri pundak memberi kesan iritasi diafragma dari
perdarahan yang hebat atau isi kista yang ruptur.
22
abdomen akut. Robekan kistadenoma musinosum perlengketan
dalam rongga perut.
23
Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing,
apakah tumor solid atau kistik, dapat dibedakan pula antara cairan
dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
2. Foto Roentgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat
adanya gigi dalam tumor. Foto abdomen tegak, terlentang, atau
dekubitus lateral dapat menunjukkan adanya cairan bebas
intraperitoneum.
3. Parasintesis
Pungsi pada ascites berguna untuk menentukan sebab ascites.
Perlu diingat bahwa tindakan tersebut mencemarkan kavum
peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk (bila kista belum
pecah).
24
4. Berikan obat – obatan simptomatik. Jika pasien nyeri berikan
analgetik, bila kembung bisa diberikan ranitidin dan bila mual
muntah dapat diberikan metoclopramide atau domperidone.
5. Siapkan alur transportasi rujukan. Dampingi dengan petugas. Bila
perjalanan jauh maka siapkan peralatan untuk intubasi dan obat –
obat emergensi. Pantau secara berkala airway, breathing, sirkulasi.
6. Sebelum berangkat hubungi pusat rujukan terlebih dahulu agar
dapat mempersiapkan peralatan, petugas dan obat – obatan.
DAFTAR PUSTAKA
25