AMBLYOPIA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Student Project
yang dilaksanakan pada bulan Juni 2019. Student Project ini berjudul “Amblyopia”.
Student Project ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Student Project
Amblyopia ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Student Project ini.
Penulis juga menyadari bahwa Student Project ini masih jauh dari sempurna,
namun demikian, penulis tetap berharap semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi yang
berkepentingan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Tujuan penulisan student project ini sejalan dengan rumusan masalah diatas yaitu
agar dapat mengetahui lebih jauh mengenai definisi, angka kejadian, faktor risiko,
gejala dan tanda, klasifikasi, patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan serta
prognosis dari amblyopia.
4
5
Dari penelitian yang dilakukan Faghihi et al, dari 2739 sampel yang ditetiliti,
dengan usia berkisar antara 29,5 sampai 17,5 tahun didapatkan prevalensi penderita
amblyopia sekitar 4,6% dari total populasi. Prevalensi terendah didapatkan pada
kelompok usia 5-15 tahun yaitu sebesar 2,24% dan prevalensi tertinggu didapatkan
pada kelompok usia 55-65 tahun sebesar 7.14%. dan didapatkan dengan persentase
yang rendah pada orang dengan kondisi sosial ekonomi yang baik.6
1. Pengangkatan Katarak
Katarak yang dapat menyebabkan amblyopia harus segera dioperasi, tidak perlu
ditunda-tunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3 bulan pertama
kehidupan, sangat penting dilakukan agar penglihatan kembali pulih dengan optimal.
2. Koreksi Refraksi
Bila amblyopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka dapat
diterapi dengan kacamata atau lensa kontak. Ukuran kaca mata untuk mata amblyopia
diberi dengan koreksi penuh dengan penggunaan sikloplegia. Bila dijumpai myopia
tinggi unilateral, lensa kontak merupakan pilihan, karena bila memakai kacamata
akan terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk. 17
3. Oklusi dan Degradasi Optikal
Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 dan merupakan terapi pilihan,
yang keberhasilannya baik dan cepat, dapat dilakukan oklusi penuh waktu (full time)
atau paruh waktu (part-time). Oklusi full- time pada mata yang lebih baik adalah
oklusi untuk semua atau setiap saat kecuali 1 jam waktu berjaga.(Occlusion for all or
all but one waking hour), arti ini sangat penting dalam pentalaksanaan amblyopia
dengan cara penggunaan mata yang ”rusak”. Biasanya penutup mata yang digunakan
adalah penutup adesif (adhesive patches) yang tersedia secara komersial. 17 Oklusi
part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari, akan memberi hasil sama dengan
oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya tergantung dari derajat
amblyopia.
Metode lain untuk penatalaksanaan amblyopia adalah dengan menurunkan
kualitas bayangan (degradasi optikal) pada mata yang lebih baik hingga menjadi lebih
buruk dari mata yang amblyopia, sering juga disebut penalisasi (penalization).
Sikloplegik (biasanya atropine tetes 1% atau homatropine tetes 5%) diberi satu kali
dalam sehari pada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat berakomodasi dan kabur
bila melihat dekat dekat.17
1. Anisometropia
Terdapat perbedaan kekuatan refraksi pada mata kedua mata. Perbedaan tajam
penglihatan antara mata kiri dan kanan dapat memengaruhi penglihatan
binocular.
2. Strabismus
Suatu kondisi dimana kedua mata tidak bergerak ke arah yang sama dimana
salah satu mata dapat bergerak ke luar atau ke dalam.
3. Strabismic Anisometropia
Suatu kondisi dimana seseorang menderita strabismus yang terkait dengan
anisometropia.
4. Visual Deprivation
Amblyopia yang dihasilkan dari tidak digunakan atau stimulasi yang kurang
pada retina. Kondisi ini dapat unilateral atau bilateral.
5. Lesi Organik
Suatu kondisi dimana terjadi abnormalitas structural pada optic nerve.
2.9 Prognosis
Penatalaksanaan amblyopia sangat efektif bila dilakukan pada masa awal
kehidupan.20 Visus normal dapat tercapai bila penatalakasanaan dimulai pada usia
sebelum 5 tahun. Seiring pertambahan usia, kemungkinan tercapainya visus normal
akan semakin berkurang. Penatalaksanaan pada rentang usia 5 hingga 10 tahun hanya
akan menghasilkan kesembuhan parsial. Pasien amblyopia yang tidak diterapi tidak
dapat membaik dengan sendirinya. Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan
terapi amblyopia yaitu jenis amblyopia, usia pasien, dan tingkat keparahan amblyopia
saat terapi dimulai.21 Efek jangka panjang bila penatalaksanaan amblyopia tidak
dilakukan dapat menyebabkan penurunan akuitas visual unilateral dan berlanjut
meningkatkan risiko gangguan visual bilateral. Suatu studi berbasis populasi
menemukan bahwa di antara orang-orang dengan amblyopia, kejadian gangguan
visual bilateralnya adalah 1,75 / 1000, dibandingkan dengan insiden keseluruhan
kebutaan orang dewasa yang lebih rendah yaitu 0,66 / 1000. Studi pertama pada pasien
amblyopia yang menerima terapi dilakukan oleh Pediatric Eye Disease Investigator
Group dan ditemukan bahwa 75% anak-anak berusia dibawah 7 tahun dengan terapi
amblyopia mencapai akuitas visual 20/30 atau lebih baik dimana peningkatan akuitas
visual akan bertahan dalam jangka panjang.20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Amblyopia adalah penurunan ketajaman penglihatan, walaupun sudah diberi
koreksi yang terbaik. Hal ini dapat terjadi unilateral ataupun bilateral. Amblyopia
disebabkan oleh pengalaman penglihatan abnormal yang dihasilkan dari salah satu hal
diantaranya strabismus, anisometropia, isometropia, dan kekurangan stimulus. Untuk
penglihatan yang baik dibutuhkan media refraksi yang harus jernih dan bayangan pada
kedua mata harus terfokus. Bila bayangan kabur pada salah satu mata atau bayangan
tidak sama pada kedua mata, maka jaras penglihatan tidak dapat berkembang dengan
baik atau bahkan memburuk sehingga bergantung pada mata yang lebih dominan
untuk melihat. Amblyopia ditandai dengan menurunnya tajam penglihatan, hilangnya
sensitivitas kontras, mata mudah mengalami fiksasi eksentrik, adanya anisokoria, dan
daya akomodasi menurun. Gejala yang harus diperhatikan adalah menggosok mata
berlebihan, menyipitkan mata, memiringkan kepala, serta kelopak mata yang turun.
Amblyopia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yaitu amblyopia strabismik,
amblyopia anisometropik, amblyopia isometropia, dan amblyopia deprivasi.
Amblyopia bisa menyebabkan beberapa komplikasi diantaranya anisometropia,
strabismus, visual deprivation,dan lesi organic. Langkah – langkah penatalaksanaan
amblyopia meliputi pengangkatan katarak, koreksi refraksi, oklusi, dan degradasi
optikal. Apabila dilakukan tindakan terapeutik lebih cepat, maka akan semakin besar
pula peluang keberhasilannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
11