Anda di halaman 1dari 2

CERPEN:

BEST FRIEND
Bel berbunyi tanda jam pelajaran akan segera dimulai,aku bergegas menuju kelas.Sebagai ketua
kelas, aku berusaha untuk tetap terlihat baik didepan teman-teman, berharap semua dapat menutupi
kekuranganku.

Disamping menjadi ketua kelas, aku adalah anak yang paling pendiam dikelas, temanku selalu
buku,tempatku selalu perpustakaan.Menutup diri dari mereka yang pernah mencoba untuk peduli.Tapi,
dari sekian banyak yang mencoba peduli hanya seorang yang masih bertahan sampai sekarang.Dia
mencoba segala cara untuk mengedepankanku, dia Silvi.

“Rahma.” Lagi dia memanggilku, aku memutar badan menoleh kebelakang, menatapnya
datar.

“Nanti ke kantin bareng yuk.” Aku hanya diam dan akhirnya menggeleng
menjawabnya.Lagi dan lagi aku lihat dia menghembuskan napas panjang sebelum aku kembali memutar
badan.

*****

Disinilah aku sekarang, perpustakaan.Ruangan yang masih sama dengan kemarin,sepi.Tidak ada
yang dapat mengusikku disini, selama dia belum datang.

Tapi,tidak akan bertahan lama, dia sudah berjalan kearahku, namun aku masih mencoba untuk
tidak menanggapinya.

“Rahma,nih makanan buat kamu.” Silvi menyapa lembut dan mengulurkan tangan
mengeluarkan beberapa roti dan minuman, aku hanya menoleh sekilas dan melanjutkan mencari buku.

“Gak semua harus dipendam sendiri.Semakin kita memendam, semakin tertekan batin
kita.” Aku menoleh sempurna mendengar kalimat yang keluar dari mulut Silvi, yang sekarang menatap
ku lurus.

“Aku siap jadi tempat cerita kamu, aku akan bantu kamu,janji.” Aku hanya diam tidak
merespon.
“Rahma-“

“Tidak semua masalah kita yang harus diketahui orang lain.” Aku memotong kalaimat
Silvi.

“Tapi aku peduli.”

“Terkadang orang hanya ingin tahu, bukan benar-benar peduli.” Aku masih menjawab
datar.

“Coba berbagi sedikit dengan orang lain, semuanya tidak akan seberat ini.” Silvi berkata
lalu memutar tumit meninggalkan aku yang terdiam.

*****

Pagi datang terlalu cepat, hari ini cuaca tidak jauh berbeda dengan suasana
hatiku,mendung.Kata-kata Silvi kemarin membuatku berpikir keras, apa iya dengan mencoba membuka
diri masalahku tidak akan seberat ini?, kalau begitu apa salahnya dicoba?.

“Silvi.” Untuk pertama kali aku memanggilnya selain urusan kelas, ia menoleh.

“Boleh ngomong bentar?” Silvi mengerutkan keningnya lalu dengan cepat


mengangguk.Kami berjalan kataman belakang sekolah , duduk disalah satu bangku yang terdapat disana.

“Ada apa?” Silvi bertanya.

“Aku mau cerita.” Silvi memandangku terkejut sekaligus senang. Maka mengalirlah
cerita antara kami, dan benar, perasaanku lega setelah berbagi cerita dengan Silvi.

Silvi, dia bukan malaikat, tapi bagiku dia adalah sahabat yang memang sengaja dikirim Tuhan
untukku, untuk merubah hidupku. Setelah kejadian itu, aku mulai membiasakan diri untuk lebih terbuka
kepada orang lain, tidak menutupi lagi apa yang selama ini aku tutupi, belajar untuk menerima orang
lain didalam hidupku,dan itu karena Silvi.

Silvi, my best friend.

TAMAT
BY:FIZAH1604.

Anda mungkin juga menyukai