Anda di halaman 1dari 7

REFERAT

SYNDROME CUSHING

Disusun oleh :
Manggar Cithamartani G0007208
Mariska Rizqiana Dewi G0006202
Nunung Perwitasari G0006130

Pembimbing :
Dr. dr. Sugiarto, Sp.PD-FINASIM

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2011
HALAMAN PENGESAHAN

Referat ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu


Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Referat ini telah disetujui dan dipresentasikan pada :

Hari :
Tanggal :

Oleh:
Manggar Cithamartani G0007208
Mariska Rizqiana Dewi G0006202
Nunung Perwitasari G0006130

Mengetahui dan menyetujui


Pembimbing Referat :

Dr. dr. Sugiarto, Sp.PD-FINASIM

2
I. PENDAHULUAN
Organ endokrin adalah salah satu faktor pengendali metabolisme
yang paling penting. Organ-organ tersebut menghasilkan zat yang
bersifat kimiawi yang mengawasi kesehatan tubuh. Salah satunya
adalah kelenjar adrenal yang merupakan gabungan dua kelenjar
dengan asal dan fungsi yang berbeda. Kedua bagian tersebut
membentuk korteks dan medula adrenal. Korteks adrenal
menghasilkan banyak hormon steroid, dan yang terpenting adalah
kortisol, aldosteron, dan androgen, sedangkan medula adrenal
menghasilkan katekolamin. Penyakit-penyakit kelenjar adrenal
menyebabkan endokrinopati seperti syndrome cushing, penyakit
Addison, hiperaldosteronisme, dan sindrom hyperplasia adrenal
kongenital.
Syndrome Cushing adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
efek metabolik gabungan dari tingginya kadar glukokortikoid
(kortisol) dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat
terjadi secara spontan atau karena pemeberian dosis farmakologik
senyawa-senyawa glukokortikoid. (Sylvia A. Price; Patofisiolgi, Hal.
1088)
Dalam satu juta penduduk terdapat kurang 0,7-2,4% penderita
syndrome cushing per tahunnya. Syndrome Cushing yang disebabkan
oleh tumor adrenal atau hipofisis banyak terjadi pada wanita
dibandingkan pada pria (5:1). Penyakit ini banyak terjadi pada umur
25 dan 40 tahun.
Karena seringkali terlambat disadari dan dapat menimbulkan
suatu kegawatdaruratan, kami ingin membahas mengenai syndrome
cushing.

II. PATOGENESIS

3
ACTH berlebihan yang dihasilkan dalam keadaan ini menyebabkan
rangsangan yang berlebihan terhadap sekresi kortisol oleh korteks
adrenaldan disebabkan oleh penekanan pelepasan ACTH hipofisis;
Kadar ACTH yang tinggi pada penderita ini berasal dari neoplasma
dan bukan dari kelenjar hipofisisnya;
Sejumlah besar neoplasma dapat meyebabkan sekresi ektopik ACTH;
Jenis sidrom cushing yang disebabkan oleh sekresi ACTH yang
berlebihan hipofisis atau ektopik, seringkali disertai hiperpigmentasi.
Hiperpigmentasi disebabkan oleh sekresi peptida yang berhubungan
dengan ACTH dan kerusakan bagian-bagian ACTH yang memiliki
aktivitas melanotropik. Pigmentasi terdapat pada kulit dan selaput lendir.

III. GEJALA
 Berat badan naik, terutama di sekitar perut dan punggung bagian atas;
 Kelelahan yang berlebihan;
 Otot terasa lemah;
 Muka bulan (moon face);
 Edema (pembengkakan) kaki;
 Tanda merah/pink pada kulit bagian paha, pantat, dan perut;
 Depresi;
 Periode menstruasi pada wanita yang tidak teratur;
 Osteoporosis spinal atau fraktur spontan vertebra.

IV. TANDA-TANDA
Banyak tanda dan gejala sindrom cushing, karena kerja glukokortikoid.
Mobilisasi jaringan ikat suportif perifer menyebabkan kelemahan otot
dan kelelahan, osteoporosis, striae kulit, dan mudah terjadi perdarahan di
bawah kulit. Osteoporosis bisa menyebabkan kolapsnya korpus vertebra
dan tulang lain. Peningkatan glokonogenesis hati dan resistensi insulin
dapat mentebakan gangguan toleransi glukosa. Hiperkortisolisme
memicu penumpukan jaringan adipose di tempat-tempat tertentu,
khususnya di wajah bagian atas ( menyebabkan moonface), daerah antara

4
kedua tulang belikat (buffalo hump) dan mesenteric (obesitas badan).
Alasan distribusi penumpukan adipose pada tempat tertentu belum di
ketahui, tetapi berhubungan dengan resistensi insulin dan atau
peningkatan kadat insulin. Wajah tampak pletorik, tanpa disertai
peningkatan kadar sel darah merah. Hipertensi sering terjadi dan bisa
dijumpai perubahan emosional, mudah tersinggung dan emosi labil. Pada
wanita peningkatan kadar androgen adrenal dapat menyebakan timbulnya
jerawat, hirsutis, oligomenore atau amenore.(harrison)
Akibat kelebihan kadar steroid dapat menimbulkan gejala dan tanda
yang tidak dapat dibedakan dari gejala dan tanda sindrom metabolik,
misalnya obesitas, hipertensi dan diabetes sehingga kurang membantu
dalam diagnosis hiperkortisolisme. (EUROPEAN JOURNAL OF
ENDOCRINOLOGY (2010) Cushing’s syndrome guideline). Sebaliknya
tanda – tanda mudah terjadi perdarahan, striae yang khas, miopati, dan
virilisasi ( meskipun tidak sering) lebih khas pada sindom cushing.
Pada sindrom cushing iatrogenik kadar kortisol plasma dan urin
meningkat. Kadang – kadang hipokalemia, hipokloremia dan alkalosis
metabolik dijumpai terutama dengan produksi ACTH ektopik.(harrison).

V. KRITERIA DIAGNOSIS
Problem diagnostik utama adalah membedakan pasien dengan sindrom
cushing ringan dari hiperkortisolisme fisiologik ringan yang disebut
sebagai pseudo-Cushing. Keadaan ini bisa mempunyai ganbaran sindrom
Cushing, termasuk peninggian kortisol bebas urin, termasuk gambaran
gangguan sekresi kortisol diurnal, dan gangguan supresi kortisol setelah
tes supresi deksametason tengah malam.
Studi paling definitif yang ada untuk membedakan sindrom Cushing
ringan dari sindrom pseudo- Cushing adalah penggunan tes supresi
deksametason diikuti dengan stimulasi CRH ( Cortocotropin Releasing
Hormone). Diagnosis sindrom Cushing bergantung pada kadar produksi
kortisol dan kegagalan menekan sekresi kortisol secara normal bila
diberikan deksametason. Sekali diagnosis ditegakkan, selanjutnya
pemeriksaan dirancang untuk mnentukan etiologi.( harrison).

5
Pengujian skrining lini pertama
1. Uji urinary free cortisol (UFC) 24 jam
Brbeda dengan kadar kortisol dalam plasma yang mengukur kadar kortisol
total, baik yang terikat atau yang tidak, pemeriksaan urin 24 jam tidak
terpengaruh factor – factor yang mempengaruhi kadar globulin pengikat
kortikosteroid.
Karena ada kemungkinan hiperkortisolisme intermiten, jika kecurigaan
tinggi dan hasil pertama adalah normal maka perlu dillakukan pemeriksaan
sebanyak tiga kali. Jika hasil dari tiga kali pemeriksaan adalah normal
maka bukan sindrom Cushing.
Peningkatan kortisol urinary yang lebih ringa dapat terjadi pada
kecemasan kronis, depresi dan alkoholismeyang semuanya dikenal sebagai
pseudo Cushingdan pada kehamilan normal.kortisol urin tidak dapat
mengidentifikasi sindrom Cushing subklinis.
2. Dexamethasone suppression tests (DST) dosis rendah
Uji ini digunakan untuk membedakan sindrom Cushing dari orang normal.
DST dosis rendah malam hari (1 mg) terdiri dari asupan oral 1 mg
deksametason antara jam 11 dan 12, diikuti pengukuran kortisol plasma
puasa antara jam 8 dan jam 9 keesokan harinya.
kriteria awal kadar normal adalah 5 µg/dl (138 nmol/liter). Baru – baru ini
nilai cut – off diturunkan sampai 1,8 µg/dl (50 nmol/liter). Meskipun
demikian spesifitas uji ini terbatas, karena kemungkinana adanya
misklasifikasi pasiem dengan CBG penyakit akut dan kronis atau sindrom
pseudo Cushing. Kadang pada orang sehat juga gagal menekan kadar
kortisol ke nilai tersebut. Pemberian 2 mg DST selama 2 hari adalah cara
lain untuk melakukan tes.

3. Kortisol Salivari pada Tengah Malam


Konsentrasi kortisol dalam saliva berkorelasi dengan kortisol plasma
bebas, terlepas dari kecepatan aliran saliva, dan stabil pada suhu kamar
selama satu minggu. Rentang nilai referensi normal, bergantung pada alat
pemeriksaan dan harus divalidasi pada tiap laboratorium. Tes ini dilakukan
pada penghujung malam sekitar jam 23.00.

Pengujian skrining lini kedua

6
1. Ritme Sirkardian Kortisol Plasma Tengah Malam
Pasien dengan sindrom Cushing sering memiliki konsentrasi serum
kortisol di pagi hari di dalam atau sedikit di ats rentang normal, tetapi tidak
memiliki ritme sirkadian yang normal (7,5 mg/dl, 207 nmol/ L).

2. DST dosis rendah


Dalam DST dosis rendah selama 2 hari, pasien menggunakan
deksametason 0,5 mg oral setiap 6 jam. Urin dikumpulkan untuk UFC
pada 2 hari baseline dan pada hari kedua pemberian deksametason. Atau
sebagai alternatif, kortisol serum diukur pada jam 9 dan 48 jam setelah
dosis pertama. Respon normal meliputi penurunan UFC menjadi kurang
dari 10 mg (27nmol) per 24 jam pada hari kedua pemberian deksametason.
Atau kortisol plasma menjadi kurang dari 1,8 mg/dl (50 nmol/liter), pada
pagi hari setelah dosis terakhir deksametason. (ethical digest,
(EUROPEAN JOURNAL OF ENDOCRINOLOGY (2010) Cushing’s
syndrome guideline))

VI. PENATALAKSANAAN

VII. PROGNOSIS

VIII. RINGKASAN

IX. KEPUSTAKAAN
Wiliam G.H., Dluhy R.G. 2005. Disease of the Adrenal Cortex, in
Harrison’s Principles of Internal Medicine. Vol II ed 16th,.. Boston :
McGraw – Hill. p 2035 – 56.

Guignat L, Bertherat J. 2010. The diagnosis of Cushing’s syndrome: an


Endocrine Society Clinical Practice Guideline. European Journal of
Endocrinology. 163 9–13

Pramono B. 2010. Bahaya Sindroma Cushing. Ethical Digest No.81


November p 23-27.

Anda mungkin juga menyukai