IMUNISASI BCG
Oleh :
Anggita Devi Perwari (1910104115)
KELAS D
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISIYAH YOGYAKARTA
2020
SAP PRAKTIK KLINIK
A. IDENTITAS
1. Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi dan Balita
2. Program Studi : DIII Kebidanan
3. Kode/Bobot SKS : MW2105 /4 sks
4. Semester : IV (Empat)
5. Elemen Kompetensi : Bayi
6. Jenis Kompetensi : Utama
7. Waktu Kuliah : 1 x 10 Menit
8. Pokok Bahasan : Imunisasi BCG
9. Hari/tanggal : Kamis, 10 Februari 2020
B. STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa mampu mengaplikasikan keterampilan dalam kegiatan asuhan kebidanan pada
bayi khususnya dalam melakukan imunisasi dasar sesuai dengan prosedur yang tertuang
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi.
C. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu melakukan praktek pemberian imunisasi BCG sesuai prosedur.
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui BST mahasiswa mampu:
1. Menentukan lokasi penyuntikan imunisasi BCG pada bayi dengan benar dan tepat
2. Menentukan alat-alat untuk penyuntikan imunisasi BCG dengan benar dan lengkap
3. Melakukan penyuntikan imunisasi BCG sesuai dengan prosedur
F. DESKRIPSI MATERI
1. Lokasi penyuntikan imunisasi BCG
2. Alat-alat untuk penyuntikan imunisasi BCG
3. Langkah-langkah penyuntikan imunisasi BCG sesuai prosedur
G. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN
Bed Site Teaching (BST)
H. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Pasien
2. 1 set peralatan imunisasi BCG
Bersih Steril Non Steril Obat
Celemek Spuit 1 ml/0,05 ml Bengkok Vaksin BCG
Masker spuit 5 ml Safety Box Pelarut BCG
kapas air hangat DTT Tempat sampah
infeksius
Sarung tangan/handscoon Tempat sampah
non infeksius
J. PENILAIAN
1. Jenis
a. Formatif
2. Bentuk
a. Performance test (mini cex)
K. SUMBER BELAJAR
Hamidin. 2014. Imunisasi Alami untuk Anak. Jogjakarta: Saufa Kemenkes RI.
Hanum M. 2013. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada Balita.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Lisnawati. 2014. Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Jakarta: Trans Info Media
Marmi K, R. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Purnamaningrum &Yuliasti Eka. 2011. Buku Saku Penuntun Imunisasi Dasar.
Yogyakarta: Fitramaya.
Yogyakarta, Februari 2020
Dosen Pengampu Mahasiswa
Yogyakarta.........................................
Keterangan
* = jika tidak tepat mahasiswa dinyatakan tidak lulus
0 = tidak dilakukan sama sekali
1 = dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Jumlah total
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Nilai = 60
x 100
Nilai ≥ 70, mahasiswa dinyatakan lulus
2 Menyiapkan alat :
- Vaksin BCG
- Pelarut BCG
- Spuit 0.05 ml/ 1 ml
- Spuit 5 ml
- Kapas air hangat/ DTT
- Sarung tangan
- Masker
- Bengkok
- Safety box
Tempat : aman, nyaman dan menjaga
privacy
3 Mencuci tangan
A. Latar Belakang
Pengembangan Program Imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah
dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional Universal Child
Immunization (UCI) pada akhir 1990. Tujuan program imunisasi dalam komitmen
internasional (ultimate goal) adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi tetanus
neonatorum (ETN), serta reduksi campak, yang akan dicapai pada tahun 2000.
Sedangkan target UCI 80-80-80 merupakan tujuan antara (intermediate goal) berarti
cakupan imunisasi untuk BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis B, harus mencapai
80% baik di tingkat nasional, propinsi, kabupaten bahkan di setiap desa.
Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat, ini terbukti
dengan menurunnya angka kesakitan dan angka kematian bayi. Angka kesakitan bayi
menurun 10% dari angka sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi menurun 5%
dari angka sebelumnya menjadi 1,7 juta kematian setiap tahunnya di Indonesia.
Apabila Imunisasi dasar belum pernah diberikan pada usia yang seharusnya
tetapi belum mencapai usia 8 tahun, perlu diberikan 4 dosis DPT (1-3 berselang 1-2
bulan dan yang ke-4 diberikan enam bulan kemudian). Apabila umur anak sudah
menginjak lebih dari 8 tahun, dapat diberikan Td (ADT=adult), vaksin difteri untuk
dewasa), sebagai pengganti DT yang diberikan 3 dosis intrval 1-2 bulan dengan booster
TD maupun TT sepuluh tahun kemudian.
Pemerintah juga berencana melakukan tiga tahap kampanye imunisasi campak
dan polio selama tahun 2009-2011. Kampanye polio dan campak tahap pertama
dilaksanakan tanggal 6-24 Oktober di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera
Utara dan Maluku Utara. "Untuk tahap pertama di tiga provinsi, nanti semua akan
dapat. Penetapan prioritas ini dilakukan berdasar cakupan imunisasi dan hasil
surveilans. Tahun 2010, kampanye serupa tahap kedua akan dilakukan di Maluku,
Papua Barat, Sumatra Barat, Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Nusa
Tenggara Timur dan Banten. Kampanye tahap ketiga akan dilakukan di semua provinsi
yang ada di pulau Kalimantan dan Sulawesi.
Selama masa kampanye, masyarakat yang memiliki anak berusia di bawah lima
tahun diminta membawa anak-anak mereka ke pos-pos pelayanan imunisasi yang ada
di puskesmas, posyandu dan sarana kesehatan lain untuk mendapatkan vaksinasi polio
oral dan suntikan vaksin campak. Kegiatan itu diharapkan dapat mencegah munculnya
kasus baru penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi hingga saat ini kejadian
penyakit tersebut masih ditemui dan bahkan menimbulkan kejadian luar biasa di
beberapa daerah.
Pada hakekatnya masalah imunisasi tidak luput dari perhitungan untung rugi.
Dengan imunisasi anak pasti dapat mencapai keuntungan bukan kerugian. Keuntungan
pada imunisasi tidak terlihat dalam bentuk materi.Mungkin pula secara langsung
dirasakan. Anak yang tidak mendapat imunisasi mempunyai resiko tinggi terjangkit
penyakit infeksi dan menular. Penyakit ini mungkin menyebabkan ia cacat seumur
hidup, gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak bahkan dapat berakhir dengan
kematian.
D. Kontraindikasi
1. Anak yang sakit kulit atau infeksi kulit ditempat penyuntikan.
2. Anak yang telah menderita penyakit TBC.
3. Adanya penyakit berat dan menahun seperti eksim, furunkulosis.
4. Anak yang menunjukkan mantoux positif
5. Menderita infeksi HIV
6. Sedang meminum obat imunosupresi atau sedang mendapat radioterapi
7. Menderita penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe
8. Menderita gizi buruk
9. Menderita demam tinggi.
E. Efek Samping
1. Reaksi Normal
Setelah 2-3 minggu pada tempat penyuntikan akan terjadi pembengkakan kecil
berwarna merah kemudian akan menjadi luka dengan diameter 10 mm. Hal ini
perlu diberitahukan kepada ibu agar tidak memberikan apapun pada luka tersebut
dan diberikan atau bila ditutup dengan menggunakan kain kasa kering dan bersih.
Luka tersebut akan sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan parut (scar) dengan
diametr 5-7 mm.
2. Reaksi Berat
Kadang-kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat/abces yang lebih luas
atau pembengkakan pada kelenjar limfe pada leher atau ketiak.
3. Reaksi yang lebih cepat
Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses pembengkakan
mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak tersebut sudah mendapat
imunisasi BCG atau kemungkinan anak tersebut telah terinfeksi BCG.
Hal tersebut juga dijelaskan Al-Qur’an Surat Al-Baqorah ayat 195, yang berbunyi :
Artinya :
“Dan infakkanlah hartamu dijalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri)
kedalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
Maksud dari ayat diatas adalah bahwa Allah secara tegas mengingatkan kita
untuk tidak membiarkan atau menjerumuskan diri kedalam kebinasaan secara sia-sia,
dimana kita sebagai umatnya harus menjaga dan memelihara kesehatan dengan
mengupayakan berbagai tindakan preventif, seperti menghindari makan berlebih,
membiasakan hidup sehat dan melakukan vaksinasi atau imunisasi agar tidak terkena
penyakit tertentu.