Ekonomi Tanah
I. PENDAHULUAN
BISNIS PROPERTI
NEGARA-NEGARA DI ASIA.
Hal lain yang juga dapat memperlihatkan akan pentingnya aspek ekonomi dalam suatu
penilaian lahan adalah adanya suatu pernyataan yang terdapat dalam sebuah Jurnal
dari Singapura yang ditampilkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
• Q : What could affect the value of a property?
• A : Essentially, the value of a property is determined by the current and expected
demand and supply of units. These two elements determined by the prevailing
and forecasted economic conditions of the country. When economic growth is
good, interest rates are low, values push up.
While these factors largely determine the general pricing levels, more precise
values are determined by location, the quality of the neighborhood, easy
access to amenities, the quality, design, size, tenure of the building and
internal fixtures.
Gambar 3
Konsep Hukum
Ada berbagai macam hak yang melekat diatas lahan, hak-hak tersebut antara lain:
- Hak kepemilikan
- Hak menempati
- Hak penggunaannya
- Hak istimewa
- Hak agunannya
- Hak keuntungannya
- Hak pewarisannya
- Hak penambangan dan pengeborannya
- Hak penjualannya
- Hak menyewakannya.
Gambar 4 memperlihatkan adanya berbagai hal yang melekat pada hak kepemilikan,
misalnya : dapat dijaminkan, dapat dijual atau disewa, dapat dibangun dsbnya.
Gambar 5
Aliran Benda dan Pendapatan Dalam Satu Ekonomi pada gambar 7 ini
merupakan bagan alir yang masih sangat sederhana karena belum
membicarakan keterlibatan pihak-pihak lain seperti pemerintah dan luar negeri.
Hal lain yang juga dapat terlihat pada gambar 7 ini adalah pihak rumah tangga
menerima barang dan jasa sementara pihak perusahaan menjual barang dan
jasa. Di sisi yang lain pihak rumah tangga atau individu menjual tanah, tenaga
kerja dan modal kepada pihak perusahaan. Sebaliknya pihak perusahaan
memberi pengeluaran berupa gaji, sewa dan bunga, tergantung dari jenis
kegiatan usahanya.
Pada gambar 8, jelas terlihat bahwa pihak individu atau rumah tangga
mensupply faktor produksi yang terdiri dari tanah, tenaga kerja dan modal yang
merupakan permintaan (demand) dari pihak perusahaan, sedangkan dari pihak
perusahaan mensupply produk pasar berupa barang dan jasa.yang merupakan
permintaan (demand) dari pihak individu atau rumah tangga. Pada gambar 8 ini
sudah terlihat adanya keterlibatan pihak pemerintah yang akan
mengkoordinasikan seluruh perputaran aliran benda dalam satu ekonomi (The
Circular flow of the economy).
Selain pihak pemerintah, pada gambar 8 ini juga sudah terlihat adanya badan
keuangan tempat menabung dana individu atau rumah tangga yang tersisa
Gambar 9
Gambar 10 memperlihatkan penerapan dari the circular flow of the economic dalam
bisnis properti. Gambar tersebut memperlihatkan bagaimana memulai bisnis atau
menciptakan lapangan pekerjaan di bidang properti. Dalam gambar diperlihatkan
Gambar 11
3. Siklus kota dan daerah perkotaan (urban area and city cycles)
Gambar 12
Pada gambar 13 dapat terlihat adanya siklus murni dan siklus didalam siklus. Juga
adanya istilah Peak, recession, Through dan revival. Demikian juga pada gambar
tersebut terlihat adanya grafik demand dan supply yang saling kejar mengejar. Dan
menurut pakar ekonomi, grafik –grafik tersebut tidak akan pernah bertemu, sekalipun
terlihat ada pertemuan pada titik tertentu. Hal ini dikarenakan tidak pernah ada data
yang akurat mengenai jumlah permintaan dan penawaran dan juga tidak pernah ada
ketentuan kapan pengusaha diperintahkan untuk tidak berproduksi atau konsumen
untuk berhenti membeli.
Gambar 14
Hal lain yang juga dibahas dalam topik ini adalah kaitan antara siklus bisnis pada
umumnya dengan siklus bisnis properti yang dapat dilihat pada gambar 15. Siklus-
siklus tersebut diperlihatkan seperti sebuah jam. Terlihat bahwa ketika jarum jam
menunjuk pada angka 12 pada siklus bisnis pada umumnya itu menandakan bahwa
keadaan nilai properti pada suatu negara sedang berada pada level (tingkat) tertinggi,
sementara pada siklus bisnis properti kondisi seperti itu disebut sebagai boom market.
Menjadi pertanyaan adalah kapan saat yang tepat seorang investor membeli properti
atau memutuskan untuk berinvestasi pada properti? Apakah ketika kondisi sedang
boom market atau pada saat kondisi bisnis properti mengalami resesi? Pertanyaan ini
dapat terjawab pada gambar 17.
Sedangkan untuk melihat kaitan antara kondisi ekonomi makro dikaitkan dengan
dampaknya pada bisnis properti dapat terlihat pada gambar 16.
Gambar 17
Gambar 21
Frekuensi penerbangan pada suatu kota berpengaruh pada nilai lahan di kota
itu. Hal ini terlihat jelas pada gambar 21. Pada gambar tersebut terlihat bahwa
kota tertinggi yang memiliki frekuensi penerbangan tertinggi adalah kota New
York, London dan Tokyo, demikian juga rate kamar Hotel tertinggi berada pada
kota-kota tersebut, sehingga nilai lahannya juga menjadi tinggi permeter
persegi. Bila dilihat lebih teliti lagi, ternyata kota Jakarta belum termasuk dalam
hitungan sebagai kota yang berfrekuensi penerbangan tinggi di dunia ini.
Sementara gambar 22 memperlihatkan bahwa Indonesia termasuk sebagai
salah satu negara berpenduduk terbesar, khususnya Jakarta dan sekitarnya
termasuk terpadat di dunia. Pertanyaannya adalah; Indonesia tergolong negara
kaya atau miskin? Karena bila mengacu pada frekuensi penerbangan dan nilai
Gambar 22
Gambar 23
Pada bagian ini dibahas mengenai berbagai jenis studi ekonomi tanah dan
karakternya. Ada jenis studi yang khusus dilakukan untuk kepentingan publik
atau pemerintah sedangkan ada juga studi ekonomi tanah yang khusus
diperuntukan bagi kepentingan pihak swasta atau privat.
Feasibility Study
Studi kelayakan atau feasibility study adalah analisis yang bertujuan untuk
mengetahui apakan suatu proyek atau program dapat sukses atau berhasil
dilaksanakan. Masing-masing lahan memiliki studi kelayakan yang sifatnya
spesifik. Ketepatan hasil analisis tergantung pada keberhasilan menyelesaikan
pengembangan yang diusulkan.
Pada umumnya penilai menganggap suatu analisa berhasil bila analisa
tersebut menyatakan suatu pengembalian yang cukup terhadap modal yang
diinvestasikan untuk menarik investor (penanam modal) swasta mewujudkan
pengembangan tersebut. Studi ini hampir selalu menampilkan perhitungan atas
kemungkinan pengembalianj investasi terhadap lahan yang akan
dikembangkan.
Studi ini secara tidak langsung juga menyatakan keharusan untuk
menampilkan studi pemasaran (marketability study) sebagai bagian dari studi
kelayakan dengan tujuan mengetahui jenis pengembangan yang bagaimana
yang layak untuk dikembangkan atas suatu lahan dan pengembalian seperti
apa yang diharapkan dari jenis pengembangan tersebut. Hal ini
Marketability Study
Studi ini mengenai penentuan target market suatu jenis properti. Setiap studi
seperti ini menganalisa kemungkinan adanya permintaan dan pasokan pada
saat sekarang dan akan datang. Jadi dapat dikatakan studi ini juga melibatkan
market study.
Hasil dari analisis ini terdiri dari tiga hal, pertama berupa berbagai jenis harga
properti yang dijual atau disewakan, kedua adalah jumlah unit atau besaran
ruang terjual atau tersewa per tahun pada waktu tertentu. Ketiga, mengenai
kondisi khusus dari jenis properti, misalnya masalah keuangannya, teknik
penjualannya, atau penyedia jenis fasilitas hiburan yang dapat mempercepat
penjualan atau sewa. Studi ini lebih kompleks daripada studi pasar, tetapi lebih
ringan bobotnya daripada feasibility study.
Reuse Appraisal
Merupakan kegiatan yang sifatnya menilai kembali sebidang lahan, dimana
penilaian yang dilakukan berdasarkan jenis properti yang akan dibangun baru
di atas lahan tersebut setelah meruntuhkan bangunan yang sudah pernah ada
di atas lahan tersebut.
estimation of value
Nature of viewpoint
use of pre-existing
calculation of rate-
Allocation of costs
Focus on specific
assumed in study
parcel or property
recommendations
Considerations of
Consideration of
absorption rates
different groups
supply-demand
and benefits to
Use of general
non pecuniary
Programmatic
calculation of
multiple uses
contents and
development
of return on
investment
analysis
concept
factors
private owner or
Appraisal yes not always not always yes yes not always no not always no yes
investor
general public or
Cost-benefit
government yes no yes yes no yes no yes yes not always
study
agency
Economic could be any general
yes not always not always not always not always not always not always no us ually not not always
study viewpoint terms
Economic community as a
no NA NA NA no not always not always no NA no
base study whole
Feasibility private owner or
yes us ually not yes yes no yes not always no no yes
study developer
Highest and
private owner of
Best use yes yes no yes no yes not always no no yes
investor
study
Land use detached observer
no yes no no no not always not always not always no no
study or general public
Land
utilization private investor yes yes not always not always no no not always no no yes
study
private owner or
Market study detached yes not always not always no no not always not always no no not always
observed
Marketability private owner of
yes us ually not yes no no yes not always no no yes
study developer
Reuse private owner or
yes no yes yes yes yes yes no no yes
appraisal deve
Sedangkan bentuk struktur kota yang ketiga adalah the sector theory. Pada
struktur kota seperti ini, tidak terlihat adanya commuter zone yaitu zona dimana
para pekerja dipusat kota bertempat tinggal, yang terlihat adalah zona untuk
High Income Housing. Sedangkan struktur kota keempat yaitu ; The Multiple
Nuclei Theory, struktur kota yang terbagi dalam 9 zona, pada zona 1 s/d 5
serupa dengan zona yang terdapat pada struktur kota the sector theory, yang
membedakannya adalah pada zona 6 s/d 9 yaitu terdiri dari; zona Heavy
Manufacturing, Outlying Business District, Residential Suburb dan Industrial
Suburb. Namun secara keseluruhan terdapat kesamaan pada keempat struktur
kota tersebut yaitu adanya zona Central Business District yang terletak dipusat
kota. Zona ini diketahui sebagai zona yang memiliki nilai lahan tertinggi di suatu
kota. Menjadi pertanyaan adalah; seperti apakah struktur kota Jakarta?
Mungkinkah struktur kota Jakarta serupa dengan struktur kota The Multiple
Nuclei Theory? Karena adanya zona perumahan dan zona industri yang
terlepas dari Kota Induk, seperti letak Kota Industri Lippo Cikarang dan Kota
Mandiri Bumi Serpong Damai atau Lippo Karawaci terhadap kota Jakarta?
McKenzie D.J and Richard M.Betts (2006), Essential of Real Estate Economics,, 5fth
Ed, Thomson South-Western, USA.