Anda di halaman 1dari 58

PEDOMAN PENGELOLAAN

VAKSIN

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I


DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN
TAHUN 2009
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
615.37
Ind Indonesia.Departemen Kesehatan . Direktorat Jenderal
p Bina kefarmasian dan Alat Kesehatan
Pedoman Pengel0laan vaksin. -- Jakarta :
Departemen Kesehatan RI, 2009.

1. Judul I. IMMUNIZATION 2. VACCINES


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan rahmat dan karunia-Nya, buku pedoman Pengelolaan
Vaksin telah dapat diselesaikan sesuai rencana.

Pedoman Pengelolaan vaksin ini dapat menjadi salah satu buku


panduan dalam melaksanakan pengelolaan vaksin baik di tingkat
Kabupaten/Propinsi maupun Pusat. Rangkaian kegiatan utamanya
menyangkut aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
distribusi·,pencatatan dan pelapora,serta evaluasi dan monitoring

Kami menyampaikan penghargaan yang tinggi dan ucapan


terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan penyusunan buku pedoman pengelolaan vaksin.

Saran dan masukan dari semua pihak sangat kami harapkan


demi untuk penyempurnaan buku pedoman ini.

Jakarta, 2009
Direktur Bina Obat Publik Dan
Perbekalan Kesehatan
<..._

Drs. H.Purwadi.Apt.. MM.,


ME
NIP.195712171985021001

ii Pedoman Pengelo/aan Vaksin


SAMBUTAN
DIREKTUR J EN DERAL PENGENDALIAN PENYAKIT &
PENYEHATAN LINGKUNGAN

Assalamualaikum Warakhmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S'WT karena atas


limpahan rahmat hidayah dan karunia-Nya, Pedoman Pengelolaan
Vaksin telah dapat diselesaikan

Pengelolaan vaksin merupakan bagian dari kualitas pelayanan.


Indikator kualitas pengelolaan vaksin yang baik ditandai dengan tidak
terjadi kekosongan vaksin,suhu yang terjaga, tidak ada vaksin rusak
dan belum melampaui tanggal kadaluarsa. Untuk itu
diperlukan adanya pedoman yang dapat dijadi kan panduan bagi
pengelola vaksin di pusat,Provinsi, Kab/kota dan puskesmas serta
jaringannya.

Dengan telah disusunnya pedoman ini,diharapkan pengelolaan


vaksin baikdi kabupaten/kota, Propinsi maupun Pusat menjadi lebih
terarah dan dapat dijadikan dasar untuk menyamakan gerak dan
langkah dalam memberdayakan nstitusi pengelola vaksin,sehingga
dapat menjamin ketersediaan vaksin yang bermutu di setiap daerah
dan tujuan program imunisasi untuk melindungi masyarakat
Indonesia dari berbagai pe!nyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi dapat terwujudkan.

Kami berharap dengan diterbitkannya Buku Pedoman


Pengelolaan Vaksin ini, maka komitmen semua pihak akan dapat
terus meningkatkan Pengelolaan Vaksin di setiap Unit Pelayan
Kesehatan dalam menghadapi berbagai kendala di Daerah.
Penerbitan buku Pedoman Pengelolaan vaksin ini diharapkan
nantinya dapat membantu para pelaksana pengelolaan vaksin di
daerah serta membantu Pimpinan/Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi/kabupaten/kota melaksanakan tugas pengawasan melekat
maupun fungsional terhadap penyelenggaraan pengelolaan vaksin di
daerah masing-masing

Pedoman Pengelolaan Vaksin


Akhirnya Kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada semua pihak atas bantuan dan perhatian yang telah
diberikan dalam rangka penyusunan Pedoman Pengelolaan Vaksin
ini.

Jakarta, 2009
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit
& Penyehatan Lingkungan

Prof. ctr.Tjandra Yoga Aditama S.p.P (K.MARS1DTM&H1 DTCE)


NIP 195509031980121001

iv Pedoman Pengelolaan Vaksin


KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
BI
NA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPKES RI
NOMOR : HK.03.05/IV/ 506/09

TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN VAKSIN


DIREKTUR JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPKES RI
Menimbang : a. bahwa untuk menjaga ketersediaan va.ksin yang
bermutu di unit pelayanan kesehatan pemerintah,
pengelolaan vaksin perlu dilaksanakan secara
efektif dan efisien;
b. bahwa untuk menjamin terlaksananya
pengelolaan vaksin dengan tepat, tertib, akurat
dan sesuai sasaran,perlu disusun pedoman;
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan butir b
tersebut diatas perlu ditetapkan Keputusan
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan tentang Pedoman Pengelolaan vaksin .

Mengingat 1. Undang - undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 2009
Nomor 144);
2. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4437);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007
tentang Kewenangan Pemerinta h da n
Kewenangan propinsi sebagai Daerah Otonom
(lembaran Negara R
I
Tahun 2007 Nomor 82);
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik ndonesia
Nomor 1575/Menkes/SK/XI/ 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;

Pedoman Pengelolaan Vaksin iii


5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
922/Menkes/SK/X/2008 tentang Pedoman Teknis
Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang
Kesehatan Antara Pemerintah,Pemerintah Daerah
Provinsi Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

MEMUTUSKAN
Menetapkan

Pertama KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA


KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
TENTA NG PEDOMAN PENGELOLAAN
VAKSI N
Kedua Pedoman Pengelolaan Vaksin sebagaimana
terdapat dalam lampiran Keputusan ini,
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Ketiga Pedoman Pengelolaan vaksin ini hendaknya


dipergunakan sebagai acuan bagi Pusat,Propinsi,
Kabupaten/ Kota dalam melaksanakan
Pengelolaan vaksin.

Keempat Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan dengan ketentuan apabila kemudian
hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan
diadakan erbaikansebagaimana mestinya.

'Ditetapkan di : J a k a rt a
Pada tanggal
Direktur Jenderal
\ Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

-
Dra. Kustantinah, A&t, M.App.Sc
NIP. 19511227 198 03 2001

iv Pedoman Pengelolaan Vaksin


TIM PENYUSUN
PEDOMAN PENGELOLAAN VAKSIN

Daftar Kontributor

1. Oiah Owiningsih, ST, MP : Dinkes Prov. Jawa Barat


2. Ora, WahyuI
ndah Widowati,Apt : Dinkes Prov.Jawa Tengah
3. Ors. M. Aritzaidi,Apt :Oinkes Prov. Jawa Timur
4. Ora.Corinda Mei Duma S, Apt :Dinkes Prov.Sumatera Utara
5. Evarianti,Amel. Farm :Dinkes Prov.Sumatera Barat
6. Ahmad Husairi :Dinkes Prov.Kalimantan Timur
7. Nuryana, S.Si,Apt : Dinkes Prov. Kalimantan Barat
8. Ora.Nur Oaonah, Apt, M.Kes : Dinkes Prov.Sulawesi Selatan
9. Ors. Djonny Matali,Apt : Oinkes Prov. Sulawesi Utara
10. Khairidia Rahmi,S.Si,Apt : Dinkes Prov.Kepulauan Riau
11. Syahrita : Dinkes Prov. NAO
12. Tiarman Apriza, S.Si,Apt : Dinkes Prov.Sumatera Selatan
13. Sudarmi,S.Si,Apt, MPH : Dinkes Prov. Maluku Utara
14. Ors. Tan Ryan Ricardo, Apt,M.Kes : Oinkes Prov. Maluku
15. Ora. Ratna Tunjung Luih,Apt, M.ScPH : Dinkes Prov. NIB
16. Jum Aidil, S.SI,Apt : Dinkes Prov. Bengkulu
17. Ora. Lusia Ang,Apt : Dinkes Prov.Papua
18. Ors. H. Purwadi,Apt, MM, ME : Direktorat Bina Oblik dan Bekkes
19. dr.Sulistya Wibavya J : Ditjen P2PL
20. Kuncahyo, SKM, MA : Oitjen P2PL
21. Ors.M. Taufik S, Apt, MM : Direktorat Bina Oblik dan Bekkes
22. Ora. Hidayati Mas'ud, Apt : Direktorat Bina Oblik dan Bekkes
23. Hasnil Randa Sari,S.Si,Apt : Direktorat Bina Oblik dan Bekkes
24. Ora.Mindarwati,Apt :Direktorat Bina Oblik dan Bekkes
25. Myta Suzana, S.Si,Apt :Direktorat Bina Oblik dan Bekkes
26. Much Abadi,S.Si,Apt :Oirektorat Bina Obiik dan Bekkes
27. Ahadi Wahyu Hidayat, S.Sos : Direktorat Bina Oblik dan Bekkes
28. O.R.Pamuncak PP :Direktorat Bina Oblik dan Bekkes
29. Mumiati :Direktorat Bina Oblik dan Bekkes
30. Venny Vemissa, S.Si,Apt :Sesditjen Binfar dan Alkes

PedomanPenge/ofaan
Pedoman Vaksin viiv
Penge/olaanVaksin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


SAMBUTAN .................................................................................. ii
SK ...................................................................................................... iv
TIM PENYUSU N ...................................................................... vii
DAFTAR ISi ................................................................................ viii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................... 1


1.2 Tujuan ....................................................................................... 2
1.3 Sasaran ................................................................................. 3
1.4 Pengertian ......................................................................... 3

BAB II PENGGOLONGAN DAN JENIS VAKSIN ........................ 5

2.1 Penggolongan Vaksin ...................................................................5


2.2 Jenis Vaksin ............................................................... 6

BAB III PENG ELOLAAN VAKSIN ................................................... 13

3.1 Perencanaan Kebutuhan vaksin Program munisasi ......... 14


3.2 Pengadaan Vaksin ............................................................. 20
3.3 Distribusi ............................................................................21
3.4 Penerimaan Vaksin ............................................................22
3.5 Penyimpanan Vaksin .........................................................24
3.6 Penggunaan / Pemakaian Vaksin .................................. 34
3.7 Penghapusan dan Pemusnahan Vaksin ..............................35

PENUTUP .........................................................................................39
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48

Pedoman Penge/olaan Vaksin 1


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Konsep paradigma sehat di dalam pembangunan kesehatan


adalah, pembangunan kesehatan yang lebih memprioritaskan
upaya promotif dan preventif dibandingkan kuratif dan
rehabilitatif. Program munisasi merupakan salah satu upaya
preventif yang telah terbukti sangat efektif menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian serta kecacatan pada bayi dan
balita.

Vaksin merupakan komponen utama dalam program


imunisasi dimana ketersediaannya harus terjamin sampai ke
sasaran. Sesuai dengan PP 38 tahun 2007 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonomi,
Peraturan Menteri Kesehatan No 1575 tahun 2005 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Depkes, antara lain
menyebutkan bahwa kewenangan pemerintah pusat
menyediakan obat esensial tertentu dan obat sangat esensial
untuk pelayanan kesehatan dasar.Di dalam Daftar Obat Essensial
Nasional (DOEN) vaksin ada dibagian Sistem imun, Obat yang
Mempengaruhi, dengpn 8(delapan) jenis vaksin yakni vaksin
B.C.G, vaksin campak, vaksin hepatitis B rekombinan, vaksin
jerap difteri tetanus (DT), vaksin jerap difteri tetanus pertusis
(DPTHB), vaksin jerap tetanus(tetanus adsorbed toxoid), vaksin
polio,dan vaksin rabies untuk manusia. DOEN merupakan daftar
obat terpilih yang paling dibutuhkan dan yang harus tersedia di
Unit Pelayanan Kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya.

Vaksin merupakan unsur biologis yang memilliki karakteristik


tertentu dan memerlukan penanganan rantai vaksin secara
khusus sejak diproduksi di pabrik hingga dipakai di unit
pelayanan. Penyimpangan dari ketentuan yang ada dapat
mengakibatkan kerusakan vaksin sehingga menurunkan atau

viii Pedoman Pengelolaan Vaksin


bahkan menghilangkan potensi bahkan dapat memberikan
kejadian ikutan pasca imunisasi (KIP!) bila diberikan kepada
sasaran. Kerusakan vaksin akan mengakibatkan kerugian
sumber daya baik dalam bentuk biaya vaksin,maupun biaya-
biaya lain yang terpaksa dikeluarkan guna menanggulangi
masalah KIP! atau kejadian luar biasa (KLB). Karena itu
pengelolaanvaksinmemerlukan penanganan khusus

Dalam konteks pengelolaan obat program kesehatan


keberadaan organisasi pengelola obat tentunya akan
mempengaruhi hubungan kerja antara pengelola program dan
penanggung jawab unit pengelola obat.Keberadaan organisasi
pengelola obat di propinsi/kabupaten/kota diharapkan akan
membantu pengelolaan obat program di propinsi/kab/kota.
Sejalan dengan kebijakan pengelolaan obat terpadu di
kab/kota, maka keberadaan organisasi pengelola obat
merupakan hal mutlak dimana eksistensiorganisasi pengelola
obat akan dapat mendukung tujuan pengelolaan program
vaksin

Agar pengelola obat ,dapat menjalankan tugas mengelola


obat termasuk vaksin diperlukan pedoman yang dapat
membantu para pengelola obat dan program imunisasi di

setiap tingkatan untuk meng elola vaksin secara efektif dan
efisien sehingga dapat mencegah pembekuan dan paparan
panas yang berlebih pada vaksin di wilayah kerja masing-
masing.

1.2. TUJUAN

a. Umum
Buku pedoman ini dapat digunakan sebagai acuan bagi
pengelola vaksin

2 Pedoman Pengelolaan Vaksin


b. Khusus
Terlaksananya perencanaan dan pengadaan vaksin
yang lebih efektif dan efisien
Terlaksananya penyimpanan dan distribusi vaksin yang
merata dan teratur secara tepat waktu
Terlaksananya penggunaan vaksintepat sasaran
Terlaksananya pencatatan pelaporan yang baik dan
benar

1.3. SASARAN

Pengelola Obat dan Pengelola Program


munisasi pada
I
tingkat Pusat,Provinsi,Kab/Kota, Puskesmas dan
jaringannya.

1.4. PENGERTIAN

Beberapa istilah yang ada dalam pedoman ini mempunyai


pengertian sbb:

a. munisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan


seseorang secara aktif terhadap Penyakit yang Dapat
Dicegah DenganImunisasi (PD31) sehingga bila kelak ia
terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau
sakit ringan.

b. Vaksinadalah suatu produk biologi yang terbuat dari kuman,


komponen kuman yang telah dilemahkan, dimatikan atau
rekayasa genetika dan berguna untuk merangsang
kekebalan tubuh secara aktif.
c. Jenis-jenis vaksin yang dipakai dalam program imunisasi di
ndonesia adalah: BCG, Polio,Campak,Hepatitis B,DPT-HB,
I
DTdanTT

d. Cold box adalah yang digunakan untuk menyimpan dan


membawa vaksin.

Pedoman Penge/olaan Vaksin 3


e. FIFO a rtiny a y a ng da hu Iu m a s uk ha rus
dikeluarkan/digunakan lebih dahulu, FEFO artinya yang
dahulu expired harus dikeluarkan/digunakan lebihdahulu

f. Freeze sensitive vaccine : vaksin yang peka pada paparan


beku ( rusak karena pembekuan) yaitu vaksin DPTHB,
TT,DT, Hepatitis B,DPT-HB

g. Heat Sensitive vaccine :vaksin yang peka terhadap paparan


panas (lebih cepat rusak bila disimpan diatas 8° C) yaitu
polio,campak dan BCG.

h. Heat Stable: istilah terhadap vaksin yang tahan pada suhu


kamar, yaitu vaksin-vaksinhepatitis B,Tr

i. Kotak dingin cair : digunakan untuk menggantikan istilah-


istilah water pack, chilled water pack atau cool pack. Kotak
pendingindibuatdilemari es (refrigerator)

j. Kotak es beku: digunakan untuk menggantikan istilah cold


pack.Kotak beku dibuatdi freezer

k. Lemari es: tempat yang digunakan untuk menyimpan vaksin


dengan suhu +2s/d 0 sc
I. Rantai vaksin: digunakan untuk mengganti istilah cold
chain,yaitu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin
pada suhu dinginyang telah ditetapkan

m.WM ( Vaccine Vial Monitor) adalah alat pemantau paparan


suhu panas, untuk memantau suhu vaksin dalam
perjalanan maupun selama penyimpanan

4 Pedoman Pengelolaan Vaksin


BAB II
PENGGOLONGAN DAN JENIS VAKSIN

2.1. PENGGOLONGAN VAKSI


N

1. Penggolongan berdasarkan asal antigen {Immunization


Essential)

a. Berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan (live


attenuated)
a. Virus :Polio (OPV), Campak, Yellow Fever
b. Bakteri :BCG

b. Berasal dari bibit penyakityang dimatikan (inactivated)


a. Seluruh partikel diambil:
a) Virus PV (injectable/Inactivated
I Polio
Vaccine = Po Iio injeksi),
Rabies
b) Bakteri :Pertusis
b. Sebagian partikel diambil :
a) Murni :Meningococal
b) Gabungan :Hib (Haemofilus nfluenza type B)
c. Rekombinan (rekayasa genetika) :Hepatitis B

2. Penggolongan bei;dasarkan sensitivitas terhadap suhu

a. Vaksin sensistif beku (Freeze Sensitive=FS), yaitu


golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin
dibawah 0°C (beku) seperti:

a. Hepatitis B
b. DPT
c. DPT-HB
d. DT
e. TT

Pedoman Pengelolaan Vaksin 5


b. Vaksin sensistif panas (Heat Sensitive=HS), yaitu
golongan vaksin yang akan rusak terhadap paparan
panas yang berlebihan yaitu :
a. BCG
b. Polio
c. Campak

2.2JENISVAKS1N

Vaksin yang beredar di ndonesia cukup banyak jenisnya, yang


digunakan secara individu oleh dokter atau bidan dalam
imunisasi. Namun sampai saat ini yang baru dimasukkan ke
dalam program imunisasi baru beberapa jenis vaksin. Namun
demikian selain vaksin program imunisasi masih ada vaksin lain
yang juga dapat digunakan oleh program lain di Depkes yang
perlu dipantau untuk keamanan penyimpanan vaksin. Berikut ini
akan diuraikan vaksin program imunisasi dan vaksin di luar
program yang disimpan di penyimpanan vaksin di tingkat
propinsi/kabupaten maupun puskesmas.

2.2.1. Vaksin-vaksinyang digunakan pada Program munisasisaat ini:

1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Vaksin BCG adalah vaksin bentuk kering yang mengandung


mycobacteriuim bovis yang sudah dilemahkan dari strain Paris
no.1173.P2 (Vademecum Bio Farma Jan 2002).
Vaksin BCG digunakan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap tuberkulosa

Kemasan
Kemasan dalam ampul, beku kering, 1box berisi 10 ampul
vaksin.
Setiap 1ampul vaksin dengan 4 ml pelarut Na Cl 0,9% = 80
dosis, namun efektivitas pemakaian di lapangan 2 -3 dosis.

6 Pedoman Pengelo/aan Vaksin


Komposisi
Setelah dilarutkan dengan 4 ml pelarut, tiap ml vaksin
mengandung : basil BCG hidup 0,375 mg, Natrium Glutamat
1,875mgdan Natrium Klorida 9 mg,

2. Vaksin DPT

Vaksin jerap DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin yang


terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta
bakteri pertusis yang telah diinaktivasi dan teradsorbsi kedalam 3
mg/ml alumunium fosfat. Potensi vaksin per dosis tunggal
sedikitnya 4 U pertusis, 30 IU difteri dan 60 IU tetanus.
(Vademecum Bio Farma Jan 2002).
Vaksin DPTHB digunakan untuk memberikan kekebalan secara
simultan terhadap difteri,tetanus dan batuk rejan

Kemasan
• Kemasan dalam vial.
• 1box vaksin terdiri dari 10vial.
• 1vial berisi 10dosis.
• Vaksin berbentuk cairan.

Komposisi
Setiap ml mengandung : toksoid difteri yang dimurnikan 40 Lf,
toksoid tetanus yang.dimurnikan 15 Lf, B, pertusis yang
diinaktivasi 24 Ou, alumunium fosfat 3 mg.
,thimerosal 0,1mg.

• Di unit pelayanan statis, vaksin DPTHB yang telah dibuka


boleh digunakan selama 4 minggu,dengan ketentuan :

vaksin belum·kadaluwarsa
vaksin disimpan dalam suhu 2°Cs/d 8°C
tidak pernah terendam air
sterilitasnya terjaga
WM masihdalam kondisi A dan B

Pedoman Penge/ o/aan Vaksin 7


3. VaksinTT
Vaksin jerap TT (Tetanus Toksoid) adalah vaksin yang
mengadung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan
teradsorbsi kedalam 3 mg/ml alumunium fosfat. Satu dosis 0,5 ml
vaksin mengandung potensi sedikitnya 40IU. Dipergunakan
untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan
mengimunisasi WUS (Wanita Usia Subur) atau ibu hamil,juga
untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi. (Vademecum Bio
Farma Jan 2002).

Kemasan
• 1boxvaksinterdiridari 10vial.
• 1vial berisi 10dosis.
• VaksinTT adalah vaksin yang berbentuk cairan.

Komposisi
Setiap ml mengandung :Toksoid tetanus yang dimurnikan 20 Lf,
alumunium fosfat 3 mg,thimerosal 0,1mg.

4. Vaksin OT
Vaksin jerap DT (Difter Tetanus) adalah vaksin yang mengadung
toxoid difteri dan tetanus yang telah dimurnikan dan teradsorbsi
kedalam 3 mg/ml alumunium fosfat.. Potensi komponen vaksin
per dosis tunggal sedikitnya 30 U untuk.potensi toksoid difteri
dan 40 IU untuk potensi toksoidtetanus. (Vademecum Bio Farma
Jan 2002).
Vaksin DT digunakan untuk memberikan kekebalan simultan
terhadap difteri dan tetanus

Kemasan
• 1box vaksinterdiri dari 10vial.
• 1vial berisi 10dosis.
• Vaksin DT adalahvaksinyang berbentuk cairan.

8 Pedoman Pengelolaan Vaksin


Komposisi
Setiap ml mengandung :Toksoid difteri yang dimurnikan 40 Lf,
toksoid tetanus yang dimurnikan 15 Lf,alumunium fosfat 3 mg,
dan thimerosal 0,1 mg.

5. Vaksin Polio{Oral Polio Vaccine = OPV)

Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio Trivalent yang terdiri
dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3.(Strain Sabin)
yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera
dan distabilkan dengan sukrosa. (Vademecum Bio Farma Jan
2002).
Vaksin Polio digunakan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap poliomyelitis

Kemasan
• 1box vaksinterdiri dari 10 vial.
• 1vial berisi 10dosis.
• Vaksin polio adalah vaksinyang berbentuk cairan.
• Setiap vaksin polio disertai 1buah penetes (dropper) terbuat
dari bahan plastik.

Komposisi
Setiap dosis (2 tetes = 0,1 ml) mengandung virus polio tidak
kurang dari :

Tipe 1: 106·°CCID 50
Tipe 2 : 1Q55·5°CCID 50
Tipe 3 : 1Q CCID
• 50

6. Vaksin Campak

Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan.


Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000
infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg
residu kanamycin dan 30 mcg erythromycin. Vaksin ini berbentuk
vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest

Pedoman Pengelolaan Vaksin 9


steril. (Vademecum Bio Farma Jan 2002).
Vaksin campak digunakan untuk memberikan kekebalan secara
aktif terhadap penyakit campak

Kemasan
• 1box vaksinterdiridari 10vial.
• 1vial berisi10dosis.
• 1box pelarut berisi 10ampul 5 ml.
• Vaksin ini berbentuk beku kering.

Komposisi
Tiap dosis vaksinyang sudah dilarutkan mengandung :
Viruscampak 1.000CC D50
Kanamycin sulfat s 100 mcg
Erithromycin s 30 mcg
7. Vaksin Hepatitis B

Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang telah


diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari HbsAg
yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha)
menggunakan DNA rekombinan. Vaksin ini merupakan suspensi
berwarria putih yang· diproduksi ·dari jarinan ·sel·ragi yang
mengandung gen HbsAg yang dimurnikan dan diinaktivasi
melalui beberapa tahap proses fisiko kima seperti ultrasentrifuse,
kromatografi kolom, dari perlakuan dengan formaldehid.
(Vademecum Bio Farma Jan 2002).
Vaksin Hepatitis B digunakan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B, tapi tidak
dapat mencegah infeksi virus.lain seperti vitus hepatitis A atau C
yang diketahui dapat menginfeksi hati.

Kemasan

• Vaksin hepatitis B adalah vaksinyang berbentuk cairan.


• Vaksin hepatitis Bterdiri dari 2 kemasan :

10 Pedoman Pengelolaan Vaksin


Kemasan dalam Prefill njection Device (PIO)
Kemasandalamvial
• 1box vaksin hepatitis B PIDterdiridari 100 HB P D.
• 1boxvaksin hepatitis Bvial terdiridari10vial@ 5 dosis.

Komposisi
Setiap 0,5 ml vaksin mengandung HbsAg 10 mcg yang
teradsorbsi pada alumunium hidroksida 0,25 ·mg. Selulruh
formulasi mengandung thimerosal 0,01 w/v% sebagai
pengawet.

8. Vaksin DPT-HB

Vaksin mengandung DPT-HB berupa toxoid difteri dan toxoid


tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin
hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang
mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectios. Vaksin
hepatitis B ini merupakan vaksin DNA rekombinan yang berasal
dari HbsAg yang diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan
pada sel ragi.(Vademecum Bio Farma Jan 2002).
Vaksin DPT/HB digunakan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit difteri,tetanus,pertusis dan hepatitis B

Kemasan



1boxvaksin DPT-H8- Bvial terdiridari 10viaI@ 5 dosis
• Warna vaksin putihkeruh seperti vaksin DPT

2.2.2. Vaksin lain diluar ProgramImunisasi yang ada di


Propinsi/Kabupaten/Kota

1. VaksinMeningokokus
Vaksin ini diberikan kepada semua calon jemaah haji yang akan
berangkat beribadah ke Mekkah.
Dosi
s pemberian adalah 0,5 ml diberikan secara subcutan pada
lengan atas.

12 Pedoman Pengelofaan Vaksin


Vaksin ini merupakan vaksin beku kering dengan pelarut
menempel pada vial.

2. Japanese Enchephalitis (JE)


Dosis pemberian adalah 0,5 ml sebanyak 3 kali, diberikan secara
subcutan pada lengan atas.

3. Haemofilus nfluenzae (Hib)


Dosis pemberian adalah 0,5 ml sebanyak 2-3 kali tergantung
produsen vaksin, diberikan intramusculer pada paha tengah luar
untuk bayi dan lengan atas luar untuk anak-anak yang lebih tua.

4. Vaksin Anti Rabies (VAR)/ Serum Anti Rabies (SAR)


Diberikan jika terkena virus rabies lewat gigitan atau cakaran
hewan penderita rabies atau Iuka yang terkena air liur hewan
p e n d e r it a ra b ies . P e m be r ia n d e ng a n c a ra
intramuskular/intradermal.
Ada 2 tipe VAR:
-NlV(Nerve tissue vaccine)
-Non nervevaccine

Pedoman Pengelo/aan Vaksin 11


BAB III
PENGELOLAAN VAKSIN
Pengelolaan vaksin meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian, penggunaan, pencatatan dan
pelaporan serta monitoring dan evaluasi. Vaksin hendaknya dikelola
secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah dan jenis
obat, penyimpanan, waktu pendistribusian, dan penggunaan obat
serta terjamin mutunya di unit pelayanan kesehatan.

Dalam pelaksanaan program imunisasi,pengadaan vaksin yang


dikelola ditingkat pusat, provinsi,kab/kota perlu dilaksanakan secara
efektif dan efisien sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan
baik dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran
pelaksanaan program imunisasi.

PE RA N DA N FU NGSI SETIAP TING KATA N


DALAM PENG E LO LAA N VA KSI N

PUSAT PROPINSI KAB/KOTA UPK KETERANGAN


PERENCANAAN + + + +
PENGADAAN +
PENDISTRIBUSIAN + ' + + +
PENERIMAAN & + + + +
PENYIMPANAN
PENCATATAN & + + + +
PELAPORAN
MONITORING + + +
BIAYA + + + +
OPERASIONAL

Pedoman Penge/o/aan Vaksin 13


3.1 PERENCANAA N KEBUTU H A N VAKSIN PROG RA M
IMUNISASI

Perencanaan vaksin adalah suatu proses kegiatan untuk


menentukan jumlah dan jenis vaksin dalam memenuhi
kebutuhan program imunisasi. Perencanaan kebutuhan vaksin
dilakukan dengan- menerapkan prinsip •berjenjang dari
kabupaten/kota ke Provinsi dan selanjutnya ke pusat

Menentukan kebutuhan vaksin merupakan tantangan


yang harus dihadapi oleh pengelola obat dan pengelola program
di Provinsi/Kabupaten/Kota . Dengan koordinasi dan proses
perencanaan untuk pengadaan vaksin secara terpadu maka
diharap.kan vaksin yang direncanakan dapat tepat jumlah serta
tepat waktu dan tersedia padasaat dibutuhkan.

Proses perencanaan vaksin:

• Menentukanjumlahsasaran imunisasi

Menentukan jumlah sasaran merupakan suatu unsur yang paling


penting· dalam mer:encanakan -k.ebutuhan v.aksin .yakni
berdasarkan pada jumlah penduduk, pertambahan penduduk
serta angka kelahiran dari Pusat Data dan nformasi DepKes RI.,
unit terkecil dan hasil sensus •adalah Desa, angka ini menjadi
pegangan setiap wilayah administratif untuk melakukan proyeksi
berdasarkan angka cakupan.

Jumlah sasaran yang dihitung a.I:

Jumlah Sasaran Bayi

Menghitung jumlah sasaran bayi berdasarkan besarnya angka


presentasi kelahiran bayidarijumlah penduduk masing-masing
wilayah atau dapat berdasarkan besarnya jumlah sasaran bayi
tahun laluyang diproyeksikan untuktahun ini

14 Pedoman Penge/ olaan


Vaksin
a. Nasional CBR (Crude Birth Rate) Nasional x Jumlah
Penduduk Nasional
b.Propinsi CBR Propinsi x Jumlah penduduk Propinsi
c. Kabupaten/Kota CBR Propinsi x Jumlah penduduk
kabupaten/Kota
d Kecamatan CBR Propinsi x Jumlah penduduk
Kecamatan
e. Desa Pendataan sasaran per Desa

ATAU.

Kabupaten/ Kola : Jml BayiKab/Kota tahun lalu x Jumlah Bayi Propinsitahun


ini Jml Bayi Propinsitahun lalu

Kecamatan: Jml Bayi Kecamatan tahun lalu x Jumlah Bayi Kab/Kota tahun ini
JmlBayi Kab/Kota tahun lalu

Desa: Jml Bayi Desa tahun x Jumlah BayiKee tahun ini


lalu Jml BayiKecamatan tahun lalu

),"lumlah Sasaran Anak Sekolah Tingkat Dasar Kelas 1


Menghitung jumlah sasaran anak sekolah tingkat dasar kelas 1
berdasarkan data untuk sasaran imunisasi DT berdasarkan
Kantor Diknas setempat

)," lumlah SasaranAnakSekolah Tingkat dasar Kelas 2 dan


3
Menghitung jumlah sasaran untuk semua anak sekolah tingkat
dasar kelas 2 dan 3 untuksasaran imunisasi TT berdasarkan data
dari Kantor Diknas setempat

Pedoman Penge/o/aan Vaksin 15


Jumlah Sasaran wanita Usia Subur(WUS),
termasuk ibu hamil
Menghitung jumlah WUS berdasarkan perkiraan besarnya
WUS pada penduduk

Jumlah sasaran WU$ = 21,9 % x Jumlah Penduduk

· Menentukan Target Cakupan

Menentukan target cakupan adalah menetapkan berapa besar


cakupan imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang
direncanakan untuk mengetahui kebutuhan vaksin yang
sebenarnya. Penetapan target cakupan berdasarkan tingkat
pencapaiandi masing-masing wilayah kerja maksimal 100%.

· Menghitung ndek Pemakaian Vaksin( P)

Menghitung indek pemakaian vaksin berdasarkan jumlah


cakupan imunisasi yang dicapai secara absolute dan berapa
banyak vaksin yang digunakan. Dari pencatatan stock vaksin
setiap bulan diperolehjumlah ampul/vial vaksinyang digunakan.
Untuk mengetahui berapa rata-rata jumlah dosis diberikan
untuk setiap ampulfvial,yang disebut indeks pemakaian vaksin
(IP) dapat dengan mudah dihitung :

Jumlah suntikan(cakupan) yang dicapai tahun lalu


IPtahun lalu =
Jumlah vaksin yang terpakai tahun lalu

16 Pedoman Pengelolaan
Vaksin
Jenis Vaksin Dosis efektif/kemasan
1.BCG 20/Ampul
2.DPT 10/Vial
3.Polio 10/Vial
4. Campak 10/vial
5. Hepatitis B 1/kemasan
6.DT 10/vial
7.TT 10/vial
8. DPT-HB 10/vial

• Menghitung kebutuhan vaksin

a. Menghitung kebutuhan vaksinyang di perlukan

I) BCG (ampul)

Sasaran x target
Vaksin yang diperlukan
rP BC'G tahun lalu

2) DPTHB ( vial )

(Sas x target D I ) + (Sas x target D2 ) (Sas x target D3 )


Vaksin
IP DPTHB Tahun lalu

3) POLIO (vial)

(Sas x target PI ) +(Sas x P2) +(Sas x XP3 ) +(Sas x XP4


Vaksin
IP POLIO Tahun lalu

Pedoman Pengelolaan Vaksin


17
4) Hepatitis B (PID)

Buah = (sas x target HB I ) + (sasx HH2 ) + (sas x HB3 )

5) Campak (vial)

Sasaran x Target
Vaksin
IP Campak tahun lalu

6) Tetanus Toxoid (IT)


T ibu ham ii, anak sekolal1, n·WUS
Kebutuhan vaksi n TT m cliputi1

(CTI ih + TT2 ih) + (TT SD) + (TT WUS)


Vial
IPT Tahun lalu

7) Depteri Tetanus (OT)

(sasaran x target)
Vaksin
IP OT Tahun lalu

8) DPTHB-HB (DH)

( sas x target OHi ) + ( sas x target DH2) +( sas x target DH3)


Vaksin
• IP DI I Tahun lalu

b. Menghitung kebutuhan alatsuntik dansafety box

Selain menghitung kebutuhan vaksin juga perlu menghitung


kebutuhan alat suntik dan safety box.Untuk menjamin
ketersediaan vaksin, alat suntik dan safety box secara
bersamaan dan cukup untuk pelayanan imunisasi maka
perencanaan yang tepat sangat diperlukan. Dalam
menghitung kebutuhan alat suntik berdasarkan jumlah
cakupan yang akan dicapai tahun ini dan jumlah dosis
pemberian imunisasi.

18 Pedoman Pengelolaan
Vaksin
1. Menghitung kebutuhan Alat Suntik

a. Menghitung Kebutuhan Alat Suntik 0,05 ml


Kebutuhan alat suntik 0,
05 ml untuk imunisasi BCG

• BCG = sasaran

b. Menghitung Kebutuhan Alat Suntik0,5 ml


Kebutuhan alat suntik 0,5 ml untuk imunisasi DPT-HB,
Campak, TT, DTdan DPT- HB

• DPT = sasaran x 3
• Campak = sasaran
• TT ibu hamii = sasaran x 2
• TT SD = sasaran
• TTWUS = sasaran x 5
• DT = sasaran
• DPT-HB = sasaran x 3
• Campak SD = sasaran

c. Menghitung kebutuhan alat Suntik S ml (oplos)

Alat suntik 5 ml digunakan untuk melarutkan vaksin


BCG dan Campak .

Kebutuhan alat suntiknya sama dengan jumlah vaksin
yang dibutuhkan
Alat suntik 5 ml = jml keb.Vaksin BCG + jml keb vaksin
campak (bayi dan anak sekolah

2. Menghitung Kebutuhansafety Box

Safety box adalah kotak tempat pembuangan limbah


medis tajam dengan tujuan untuk keamanan bagi
petugas, sasaran dan masyarakat. Ada dua jenis safety
box yaitu ukuran 5 liter dan 0,25 liter, safety box ukuran 5
liter dapat menampung 100 alat suntik atau 300 uniject

Pedoman Pengelolaan Vaksin


19
HB digunakan saat pelayanan di puskesmas dan
posyandu, safety box 0,25 liter dapat menampung 10
uniject jenis ini digunakan oleh bidan didesa atau pustu
untuk pelayanan pemberian imunisasi dosis pertama
antara 0-7 hari di rumah/Polindes

SB 5 liter = Jml alat suntik BCG + DPT + Campak + TT + DPT - HB


J OO

SB 0,25 liter = J ml alat suntik Hepatitis B 0 -7 hari


10

3.2 PENGADAAN VAKSIN


Tujuan dari pengadaan vaksin adalah membangun persediaan
untuk memenuhi kebutuhan vaksin dalam periode tertentu baik
dalam jumlah, jenis, mutu/khasiat, aman, ekonomis dan tepat
waktu.
Proses pengadaan vaksin yang dilakukan oleh Depkes RI
maupun Dinkes Propinsi dan Kab/Kota. dilaksananakan sesuai
dengan Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah
dengan segala perubahan dlln peraturan pendukung lainnya.
Pengadaan vaksin harus sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan oleh DepKes RI. Untuk pengadaan vaksin sumber
dana lain penyerahan dilakukan di gudang vaksin Depkes RI.
Kemasan vaksin (cold box dan kotak vaksin) diberi label
"VAKSIN MILIK DEPKES RI", serta dilengkapi dengan brosur
yang berisi tentang spesifikasi masing-masing vaksin, meliputi
isi kandungan, nomor batch, kadaluarsa, serta informasi lain
yang diperlukan.

20 Pedoman Penge/o/aan Vaksin


3.3 DISTRIBUSI
Vaksin alokasi provinsi didistribusikan langsung dari produsen ke
provinsi sesuai alokasi yang tertera dalam kontrak. Vaksin
alokasi pusat diserahkan ke gudang vaksin Depkes RI.
Pendistribusian vaksin alokasi provinsi (terutama BCG) dilakukan
secara bertahap (minimal tiga kali pengiriman) dengan interval
waktu dan jumlah yang seimbang dengan memperhatikan
tanggal kadaluarsa dan kemampuan penyerapan. Khusus vaksin
DT bisa dilakukan dalam sekali pengiriman. Setiap melakukan
pengiriman vaksin ke Provinsi produsen wajib melaporkan ke
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekkes, Ditjen Binfar dan
Alkes. Pengiriman vaksin ke Provinsi berdasarkan permintaan
resmi dari Dinas Kesehatan Provinsi yang ditujukan kepada
Ditjen P2PL,Direktorat SepimKesma dengan tembusan ke Ditjen
Binfar & Alkes, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan.
Permintaan pengiriman vaksin harus mempertimbangkan
tingkat stok maksimum kebutuhan dan kapasitas tempat
enyimpanan provinsi.
Setiap penginman vaksin menggunakan cold box yang berisi
kotak dingin cair (cool pack) untuk vaksin TI, DT, Hepatitis B,
dan DTP-HB, kotak beku (cold pack) untuk vaksin BCG dan
Campak, serta dry ice untuk vaksin Polio. Pelarut dan penetes
dikemas tanpa menggunakan pendingin. Pengepakan vaksin
yang sensitif pembekuan (DT, TI, Hep.B dan DPT-HB) dilengkapi
dengan indikator pembekuan, vaksin BCG disertai dengan
indikator paparan panas .
Setiap pengiriman harus disertai laporan kedatangan vaksin VAR
(Vaccine Arrival Report), copy CoR (Certificate of Release) untuk
setiap batch serta SP (Surat Pengantar) untuk vaksin alokasi
provinsi / SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) untuk vaksinalokasi
pusat.
Distribusi dari Dinkes Provinsi dilakukan atas dasar permintaan
resmi dari Dinas Kesehatan kabupaten / Kota, dengan
mempertimbangkan stok maksimum kebutuhan dan daya
tampung penyimpanan vaksin di Kabupaten / Kota. Distribusi
bisa dilakukan dengan cara dikirimkan oleh provinsi atau diambil
oleh kabupaten / kota.

Pedoman Pengelolaan Vaksin 21


Distribusi dari Kabupaten /Kata ke Puskesmas dilakukan atas
dasar permintaan resmi dari puskesmas dengan menggunakan
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Setiap distribusi vaksin harus mempertimbangkan stok
maksimum kebutuhan dan daya tampung penyimpanan vaksin.
Distribusi bisa dilakukan dengan cara dikirimkan oleh Kabupaten
/ Kota atau diambil oleh Puskesmas .

Hal-hal yang perludiperhatikan dalam pendistribusian vaksin:

• Pendistribusian vaksin harus memperhatikan kondisi WM,


tanggal kadaluarsa (FEFO) dan urutan masuk vaksin
(FIFO).
• Setiap distribusi vaksin menggunakan cold box yang berisi
kotak dingin cair (cool pack) untuk vaksinTI, DT, Hepatitis B
PID dan DTP/HB, serta kotak beku (cold pack) untuk
vaksin BCG, Campak dan Polio.
• Apabi la pendistribusian vaksin dalam jumlah kecil, dimana
vaksin sensitif beku dicampur dengan sensitif panas maka
digunakan cold box yang berisi kotak dingincair (cool pack).
• Pengepakan vaksin sensitif beku harus dilengkapi dengan
indikator pembekuan.

3.4 PENERIMAAN VAKSIN


1) Penerimaan vaksin di provinsi.

Penerimaan vaksin dilakukan oleh panitia penerima vaksin


yang terdiri dari pengelola obat dan program yang
dituangkan dalam bentuk SK kepala dinas.

a) Jumlah dan jenis vaksin yang diterima harus sesuai


dengan yang tercantum dalam faktur penerima barang
atau surat bukti barang keluar (SBBK).
b) VAR (Vaccine Arrival report) harus diisi secara lengkap
dan ditandatangani oleh penerima vaksin pada saat
menerima vaksin serta dikirimkan kembali ke produsen
selambat-lambatnya 1(satu) hari kerja.

c) Dalam setiap penerimaan vaksin harus dibuat berita


acara yang ditandatangani oleh panitia penerima vaksin

22 Pedoman Penge/olaan Vaksin


dan diketahui oleh pejabatyang berwenang.
d) Serita Acara Penerimaan Vaksinharus memuat :

•• Jenis dan Jumlah vaksin yang dinyatakan dalam


satuan ampul,vial atau dosis
•• Kondisi WM .
•• Kondisi indikator pembekuan.
•• Kondisi indikator paparan panas.

Catatan :Kondisi vaksinyang bisa diterima adalah:

•• Kondisi WM A.
•• ndikator pembekuan- masih menunjukkan tanda
rumput (./)
•• ndikator paparan paaas yang menyertai vaksin
SCG pada jendela S, C dan D masih berwarna
putih.
•• Tanggal kadaluarsa

e) Apabila pada saat penerimaan vaksin diketahui


kondisi WM pada kondisi C atau D atau kondisi
indikator paparan panas pada jendela S,C dan D biru
maka dilakukan tindakan sebagai berikut :

•• Vaksin disimpan pada tempat dan suhu yang


sesuai dengan ketentuan.
•• Panitia tidai< perlu membuat Serita Acara
penerimaan.
•• Panitia secepatnya melaporkan ke Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi yang diteruskan kepada
produsen vaksin paling lambat 3 (tiga) hari kerja
dengan tembusan·kepada Ditjen·Sinfar & Alkes,
dan Ditjen P2PL Ditjen Sinfar & Alkes,dan Ditjen
P2PL.
•• Laporan tersebut diperiksa kebenarannya oleh
pihak terkait.
•• Apabila benar maka produsen akan mengganti
dengan vaksin baru sesuai dengan ketentuan
paling lambat 14 hari kalender.

Pedoman Pengelolaan Vaksin 23


1) Penerimaan vaksin di kabupaten/kota dan puskesmas.

a) Jumlah dan jenis yang diterima harus sesuai dengan


yang tercantum dalam SBBK dan dinyatakan dalam
satuan ampul,vial atau dosis
b) WM saat diterima pada kondisi A atau B .
c) Apabila menggunakan indikator pembekuan,
kondisinya masih menunjukan tanda rumput ( -./ ).
d) Khusus vaksin BCG, indikator paparan panas
menunjukkan jendela C dan D masih putih.
e) Penerimaan vaksin di kabupaten/kota dilakukan oleh
pengelola obat dan pengelola program imunisasi,
diketahui kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
atau pejabat yang ditunjuk.
f) Penerimaan vaksin di Puskesmas dilakukan oleh
pengelola obat dan Korim (Koordinator munisasi),
diketahui Kepala Puskesmas.

3.5 PENYIMPANAN VAKSIN


Tujuan penyimpanan vaksin adalah agar mutu dapat
dipertahankan/ tidak kehilangan potensi, aman/tidak hilang,
dan terhindar dari kerusakan fisik. Sarana dan prasarana yang
harus disediakan dalam penyimpanan vaksin :

- Cool room
- Freezer
- Lemari es
- Cool Box
- Cool Pack
- Vaccine carrier
- Generator

Untuk menyimpan vaksin dibutuhkan peralatan rantai vaksin.


Yang dimaksud dengan peralatan rantai vaksin adalah seluruh
peralatan yang digunakan dalam pengelolaan vaksin sesuai
dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah
ditetapkan, dari mulai vaksin diproduksi di pabrik pembuat
vaksin sampai dengan pemberian vaksinasi pada sasaranIbu

24 Pedoman Pengelolaan Vaksin


dan Anak. Fungsi dari peralatan rantai vaksin adalah untuk
menyimpan/membawa vaksin pada suhu yang telah ditetapkan
sehingga potensi vaksin dapat terjamin samapai masa
kadaluarsanya.

Jenis peralatan rantai vaksin berbeda pada setiap tingkatan


administratif sesuai dengan fungsi dan kapasitas vaksin yang
dikelola. Skema berikut ini menggambarkan jenis dan fungsi
peralatan mulai dari pabriksampai kepada sasaran.

Kab/Kota ---- Puskesmas Cold Box/Vaccine Carrier


Puskesmas ---- Sasaran Vaccine carrier
Kab/Kota :Freezer/lemari Es

Pedoman Penge/o/aan Vaksin 25


Skema Rantai Vaksin Program l
munisasi

i• I _Cold Box .

Cold Box

Cold Box/ Vaccine


carrier

. e Carrier _ _.j
Vaccl n_
_ -

Ibu dan Anak

Jenis Peralatan rantaivaksin:

• Lemari es dan freezer


Lemaries adalah tempat menyimpan vaksin BCG, DPT-HB,TI,
DT, Hepatitis B, campak dan DPT-HB, pada suhu yang
ditentukan +2°C s/d +8°C dapat juga difungsikan untuk
membuat kotak dingincair (cool pack)
Freezer adalah untuk menyimpan vaksinpolio pada suhu yang
ditentukan antara -15°C s/d -25°C atau membuat kotak es
beku (cold pack).

26 Pedoman
Pedoman Penge/o/aan
Pengelolaan Vaksin
• Bagian yang sangat penting dari lemari es/freezer adalah
termostat.

• Termostat berfungsi untuk mengatur suhu bagian dalam


pada lemari es atau freezer.

• Bentuk buka keatas (Termostat banyak sekali tipe dan


modelnya, namun hanya 2 sistem cara kerjanya.

Bentuk pintu lemari es/freezer

1) Bentuk buka dari depan (front opening)

Lemari es/freezer dengan bentuk pintu buka dari depan


banyak digunakan dalam rumah tangga atau pertokoan,
seperti : untuk menyimpan makanan, minuman, buah-
buahan yang sifat penyimpanannya sangat terbatas.
Bentuk initidak dianjurkan untuk penyimpanan vaksin.

2) Bentuk buka dari atas (top opening)

Bentuk top opening pada umumnya adalah freezer yang


biasanya digunakan untuk menyiimpan bahan makanan,
ice cream, daging atau lemari es untuk penyimpanan
vaksin. Salah satu bentuk lemari es top opening adalah!LR
( ce Lined Refrigerator) yaitu : freezer yang dimodifikasi
menjadi lemari es dengan suhu bagian dalam +2°C s/d
+8°C,hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan
volume penyimpanan vaksin pada lemari es. Modifikasi
dilakukan dengan meletakan kotak dingin cair (cool pack)
pada sekeliling bagian dalam freezer sebagai penahan
dingin dan diberi pembatas berupa alumunium atau
multiplex atau acrylic plastic.

Pedoman Pengelo/aan Vaksin 27


Perbedaan antara bentuk pintu buka depan dan bentuk pintu buka ke atas.

Bentuk buka dari depan Bentuk buka dari atas

a. Suhu tidak stabil. a. Suhu lebih stabil.


Pada saat pintu lemari es Pada saat pintu lemari es
dibuka kedepan maka suhu dibuka keatas maka suhu
dingin dari atas akan turun dingin dari atas akan turun
kebawah dan keluar. kebawah dan tertampung.
b. Bila listrik padam relatif tidak b. Bila listrik padam relatif suhu
dapat bertahan lama. dapat bertahan lama.
c. Jumlah vaksin yang dapat c. Jumlah vaksin yang dapat
ditampung sedikit. ditampung lebih banyak.
d.Susunan vaksinmenjadi mudah d. Penyusunan vaksin agak sulit
dan vaksin terlihat jelas dari karena vaksinbertumpuk daR
samping depan. ·· -

• Alat pembawa vaksin

Cold box adalah suatu alat untuk menyimpan sementara


dan membawa vaksin. Pada umumnya memiliki volume
kotor 40 liter dan 70 liter. Kotak' dingin (cold box) ada 2
macam : Alat ini terbuat dari plastik/kardus dengan
insulasi poliuretan

Vaccine carier/ thermos adalah alat untuk


mengirim/membawa vaksindari puskesmas ke posyandu
atau tempat pelayanan imunisasi lainnya yang dapat
mempertahankan suhu +2°C s/d +8°C.

• Alatuntuk mempertahankan suhu

Kontak dingin beku (cold pack) adalah wadah plastik


berbentuk segi empat yang diisi dengan air yang
dibekukan dalam freezer dengan suhu -15°( s/d -25°(
selama minimal 24jam.(warna putih)

28 Pedoman Pengelolaan Vaksin


Kotak dingin cair (cool pack) adalah wadah plastik
berbentuk segi empat yang diisi dengan air kemudian
didinginkan dalam lemari es dengan suhu +2°C s/d +8°C
selama minimal 24jam. (Warna biru/merah)

Perawatan lemari es dan freezer

a. Harian
• Periksa suhu lemari es/freezer 2 kali sehari setiap pagi
dan sore kemudian catat suhu pada grafik suhu;
• Hindarkan seringnya buka-tutup pada lemari es/freezer
dibatasi 2 x hari;
• Bila suhu lemari es sudah stabil antara +2°C s/d +8°C,
posisi termostattidak perludirubah-rubah;
• Bila suhu freezer sudah stabil antara -15°C s/d -25°C,
posisi termostat tidak perludirubah-rubah;

b. Mingguan
• Bersihkan bagian luar lemari es/freezer untuk
menghindari karat (korosif);
• Periksa kontak listrik pada stop kontak, upayakan jangan
kendor;

c. Bulanan
• Bersihkan bagian luar dan dalam lemari es/freezer;
• Bersihkan kare seal pintu dan periksa kerapatannya
dengan selembar kertas. Bila perlu beribedak atau talk;
• Periksa engsel pintu lemari es, bila perlu beri pelumas;
• Pada lemari es perhatikan timbulnya bunga es pada
dindingyang telah dilapisi oleh lempeng alumunium atau
acrylic atau multiplex, bila pada bagian dinding telah
timbul bunga es segera lakukan pencairan;
• Pada freezer perhatikan tebal bunga es pada dinding
evaporator, bila ketebalan sudah mencapai 2-3 cm
lakukan pencairan bunga es (de-frost)

Pedoman Pengelolaan Vaksin 29


Pencairan bunga es pada lemari es/freezer
• Pada Lemari es (ILR) langkah yang harus dilakukan :

• Pindahkan vaksin kedalam kotak vaksin atau


lemari esyang lain;
• Cabut kontak listrik lemari es yang menempel
pada stop kontak (Jangan mematikan lemari es
dengan memutar termostat);

• Selama pencairan bunga es pintu lemari es harus


terbuka;
• Biarkan posisitersebut selama 24jam;
• Setelah 24 jam bersihkan embun/air yang
menempel pada dinding bagian dalam lemari es;

• Hidupkan kembali lemari es ( LR) dengan


memasukkan kontak listrik pada stop kontak,
tunggu sampai suhu mencapai +8°C atau sampai
suhu lemari es kembalistabil;

• Setelah itu isikembalidengan vaksin;

• Pada Freezer
• Pindahkan vaksin kealam kotak vaksin atau
freezer yang lain;
• Cabut kontak listrikfreezer yang menempel pada
stop kontak (Jangan mematikan freezer dengan
memutar termostat);
• Selama pencairan bunga es pintu freezer harus
terbuka;

• Biarkan posisi tersebut selama 24jam;


• Setelah 24 jam bersihkan embun/air yang
menempel pada dinding bagian dalam freezer;

30 Pedoman Pengelolaan Vaksin


• Hidupkan kembali freezer dengan memasukkan
kontak listrik pada stop kontak, tunggu sampai
suhu mencapai -15°C atau sampai suhu freezer
kembali stabil.

Catatan :

• Pergunakan satu stop kontak listrikuntuk satu freezer.

• Pergunakan satu stop kontak listrik untuk satu lemari es.

Hal -hal yang harus diperhatikan dalam proses


penyimpanan vaksin:

1) Penyimpanan vaksin di provinsi, kabupaten/kota dan


puskesmas diatur sebagai berikut :
a) Cold Room/ Lemari Es (suhu + 2 s/d + 8 C) untuk
vaksin IT, DT, Hepatitis B PID, DTP-HB,Campak dan
BCG .
b) Di provinsi dan kab/kota vaksin Polio disimpan dalam
freezer suhu -15 s/d - 25 C.
c) Di Puskesmas semua vaksin disimpan pada suhu + 2
s/d + 8°C.
d) Pelarut dan dropper (pipet) disimpan pada suhu
kamar terlindung dari sinar matahari langsung.

2) Vaksin disusun dalam lemari es / freezer tidak terlalu rapat


sehingga ada sirkul si udara, dan berdasarkan prinsip
FEFO.

3) Di dalam Lemari Es dan Freezer harus selalu tersedia


termometer yang diletakkan di sela-sela kotakvaksin.

4) Petugas harus selalu mencatat suhu lemari es dan freezer,


memeriksa kondisi WM dan indikator pembekuan 2 kali
dalam sehari pagi dan sore dan mencatat pada grafik
suhu. Untuk cold room dan freeze room pencatatan suhu
dilakukan dengan menggunakan termograf.

32 Pedoman Penge/o/aan Vaksin


Masa Simpan Vaksin

Tabel berikut menggambarkan hubungan antara suhu


penyimpanan dengan umur

vaksin :

JENIS VAKSIN ·SUHU PENYIMPANAN • UMUR VAKSIN

- BCG +2·c std +s•c 1tahun

-15°C s/d -25°C 1tahun

- DPT-HB +2•c std +s c 2 tahun

- HEPATITIS B +2°C s/d +8°C 26 bulan

- TT +2°C s/d +s c 2 tahun


.

- OT +2 c std +s c 2 tahun

- POLIO +2°C s/d +8°C 6 bulan

-15°C s/d -25°C 2 tahun

- CAMPAK +2 c std +s c 2 tahun

-15°C s/d -25°C 2 tahun

- DPT-HB +2•c std +s•c 2 tahun

-
-
Pelarut BCG

Pelarut Campak
Suhu Kamar
Suhu Kamar
. 5 tahun

5 tahun

Pedoman Penge/o/aan Vaksin 31


PERLAKUAN TERHADAP VAKSIN PADA KEADAAN TERTENTU
Penanganan vaksin bila listrik padam

1. Untuk tingkat Propinsidan Kab/kota

a. Jangan membuka pintu lemari es / freezer yang berisi


vaksin.
b. Periksa suhu pada thermometer, pastikan suhu lemari
es diantara + 2°c s/d +s0c dan suhu freezer diantara
- l.5°C s/d- 25°C.
c. Hidupkan generator bilaada,
d. Bila tidak ada generator , siapkan kotak dingin
cair/bekusecukupnya.
e. Apabila suhu lemari es sudah mendekati + S°C
masukkan. kotak dingin cair ke dalam lemari es .yang
berisi DPT-HB,TT, HD,DPT, Campak & BCG.
f. Apabila suhu freezer sudah mendekati - 15°C
masukkan kotak dingin beku kedalam freezer yang
berisi vaksin polio.
g. 11ndakan ini hanya berlaku selama 2 x 24jam
h. selanjutnya setelah 2 x 24 jam selamatkan vaksin
dengan mengirim ke Kabupaten/Kota terdekat (untuk
vaksin di tingkat Provinsi), ke ·Puskesmas terdekat
(untuk tingkat kab/kota) yang membutuhkan/ dapat
menampung.
i. Carilah informasi berapa lama aliran listrik kembali
normal

2. 11ngkat Puskesmas danPustu

a. Menggunakan lemari es kompresi dengan listrik 24


jam

• Periksa suhu thermometer di lemari0 es, pastikan


masih berada pada suhu +2°c s/d + s c
• Upayakan jangan membuka lemari es selama aliran
listrik padam.

34 Pedoman Penge/ olaan Vaksin


• Lemari es yang diisi cool pack pada saat listrik
padam maka akan berfungsi menahan dingin
• Hidupkan generator
b. Menggunakan lemari es absorpasi dengan listrik 24jam

• Periksa suhu pada termomete di lemari es,pastikan


masihberada pada +2°Cs/d +8°C.
• Upayakan janganmembuka lemari es selama listrik
padam.
• Bila menggunakan Lemaries type RCW 42 EK atau
RCW 50 EK pada saat listrik padam maka akan
berfungsi sebagai cold box.
• Siapkan pengoperasian dengan menggunakan
nyala api minyak tanah, pastikan tangki lemari es
berisiminyak tanah dengan cukup
• Cabut steker lemari es yang menempel pada stop
kontak listrik
•Ikuti petunjuk tata cara mengoperasikan lemari es
dengan menggunakan minyak tanah
3.6 PENGGUNAAN / PEMAKAIAN VAKSIN

Pemakaian vaksin harus memperhatikan kondisi WM dan


kadaluarsa.
Vaksin yang sudah dipakai di pelayanan statis atau di dalam
gedung (RS,Puskesmas, BKIA, Praktek swasta) dapat
digunakan kembalidengan ketentuan sebagaiberikut:

a. Vaksin tidak melewati masa kadaluarsa


b. Vaksintetap disimpan pada suhu +2°C s.d +8 °C
c. Sterilitasvaksindapat terjamin
d. Vial vaksintidak pernah terendam dalam air
e. WM masihmenunjukkan kondisi A atau B
f. Jangka waktu maksimal pemakain vaksin yang sudah
dibuka

Pedoman Penge/olaan Vaksin 33


VAKSIN MASA PEMAKAIAN
POLIO 2 Minaau
TT 4 Minaau
OT 4 Minaau
OPT-HB 4 Minoou
BCG 3 Jam
Campak 6 Jam

Jika masih ada sisa vaksin dari komponen lapangan


(posyandu,sekolah) maka:
a. Yang belum dibuka dibuka harus segera dipakai pada
pelayanan berikutnya
b. Yang sudah dibuka harus dibuang.

3.7 PENGHAPUSAN DAN PEMUSNAHANVAKSI N

Sebelum vaksin dimusnahkan terlebih dahulu dilakukan


penghapusan secara administrasi. Kriteria vaksin yang
dihapuskan adalah vaksintelah rusak, serta vaksin kadaluarsa.

1) Vaksin rusak adalah vaksin yang belum melewati


kadaluarsanya tetapi sudah tidak dapat dipergunakan
lagi karena terjadi kerusakan yang ditandai dengan:
•• WM-nya berubah menjadi C dan D.
•• Vaksin peka pembekuan yang pernah mengalami
pembekuan •

2) Vaksin kadaluarsa adalah vaksin yang belum terpakai


tetapi sudah lewat waktu kadaluarsa.

Prosedur Penghapusan vaksin

1) Buat berita acara penghapusan yang ditandatangani


oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan yang
berlaku.
2) Penghapusan dan pemusnahan dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Pedoman Pengelo/aan Vaksin 35


ALATPEMANTAU SUHU VAKSIN

Adalah suatu alat yang berfungsi untuk memantau keadaan


serta kondisi vaksin selama penyimpanan maupun pengiriman
terhadap paparan suhu (panas atau dingin) sehingga vaksin
dapat diketahui masihmempunyai potensi yang baikatau tidak.

A. Indikator paparan suhu panas

Contoh indikator paparan suhu panas adalah WM dan VCCM.

a)WM (vaccine vial monitor)

Perhatikan wama segi empat yang terletak di


tengah lingkaran.
Vaksin dengan WM seperti gambar di samping
dapat digunakan sepanjang masih belum
kadaluarsa.

Berbagai kondisi WM serta tindakan penggunaanya.

l
Segi cmpat lcbih tcrang dari lingkaran.
Gunakan vaksin bila belum kkedaluarsa.

Scgi cmpat berubah gelap tapi lebih terang


dan lingkaran.
Gunakan vaksin lebih dahulu bila belum
kedaluarsa. -

Batas uatuk tidak digunakan lagi:


Segi empal beiwama sama dengan
lingkaran.
JANGAN GUNAKAN VAKSrN

D
• Melewati Batas Buang
Segi empat lebih gelap dari lingkaran.
JANGAN GUNAKAN VAKSlN

36 Pedoman Penge/o/aan Vaksin


b) VCCM (Vaccine Cold Chain Monitor):

Bila jendela A Biru,berartivaksin yang dipantau


telah terpapar pada suhu 12 °C dalam waktu 3
··_..{""' hari atau 21 °C dalam 2 hari. Untuk Polio
hanya dapat digunakan sampai 3 bulan.
l
+- f + Bila jendela A,
B Biru, berarti vaksin yang
f-
------ - ,..,.. dipantau telah terpapar pada suhu 12 °C dalam
-= - -
;.
- 3M
Q ==-- -:-.:;:...i....=
--:-1 -c- .
;,;;..t,,;;;=-...... ..,--=--
waktu 8 hari atau 21 °c dalam 6 hari. Untuk
Polio harus dites sebelum digunakan, Vaksin
campak hanya dapat digunakan sampai 3
bulan. Vaksin DPTHB,BCG, TT, OT dan Hept B
,.._ ....... ..r... dapat digunakanseperti biasa.

Bila jendela A, B,C Biru, berarti vaksin yang


SUPPLIER dipantau telah terpapar pada suhu 12°Cdalam
f0URNl5Sl UH waktu 14 hariatau 21 °C dalam 11 hari. Untuk
,. __ Polio dan Campak harus dites sebelum
Bila jendela A,B,C dan D semua digunakan, vaksin DPTHB, BCG hanya dapat
PUTIH berarti vaksin yang dipantau digunakan
dalam keadaan baik, semua Vaksin sampai 3 bulan. Vaksin TT, DT dan Hep. B
dapat digunakan. dapat digunakanseperti biasa.

Bila jende la A, B, C, D Biru,berarti vaksin yang

B. Indikator paparan suhu dingin

Freeze-tag adalah indikatopaparan suhu dingin. Apabila terpapar


pada suhu 0°C selama 60 menit, maka tanda (..J ) akan berubah
menjadi tanda (X). Freeze tag ditempatkan pada penyimpanan
vaksin yang peka terhadap pembekuan.Apabila pada freeze tag
didapatkan tanda (X), maka harus dilakukan shake test pada
vaksin DT,TI,Hep.B dan DPTHB/HB.

Fzeeze- tag Fzeeze-tag


dengan indikator dengan indikator
vaksin dalam vaksin dalam
kondisi BAIK kondisi BURUK

Pedoman Penge/o/aan Vaksin 37


3.7 PENCATATAN / PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan merupakan rangkaian kegiatan dalam
rangka penatausahaan vaksin secara tertib baik sejak diterima,
disimpan, didistribusikan maupun yang digunakan di unit
pelayanan
Pelaporan dinamika logistik vaksin di setiap tingkatan dilakukan
oleh instalasi farmasi/pengelola obat
Pelaporan

• Laporan penerimaan, pengeluaran dan stock vaksin agar


disatukan dengan laporan hasil munisasi sebagaimana
contoh terlampir.
• Puskesmas melapor ke dinas kesehatan kabupaten/kota
paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
• Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melapor kepada Dinas
Kesehatan Provinsi paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
• Dinas Kesehatan Provinsi melapor kepada Direktur Sepim -
Kesma dan Direktur Bina Obat Publik dan Perbekkes paling
lambat tanggal 20 pada bulan berikutnya.
3.3 MONITORING
a. Monitoring dilakukan dengan cara supervisi suportif
menggunakan eek list dan pelaporan pemakaianvaksin.
b. Pencatatan vaksin yang harus ada di Provinsi,Kabupaten/Kota
dan Puskesmas adalah :

•• Buku Stok Vaksin digunakan untuk mencatat jenis,jumlah,


nomor batch,masa kadaluarsa vaksin,keluar masuk vaksin,
dan kondisi indikator paparan suhu.
•• Batch card (kartu Stelling) digunakan untuk mencatat stok
vaksinsesuai jenis dan nomor batch

c. Pelaporan pemakaian vaksin secara berjenjang dikirimbersama


dengan laporan cakupan.

38 Pedoman Pengelolaan Vaksin


BAB IV
PENUTUP

Buku pedoman penyusunan vaksinini disusun agar pengelolaan


vaksin baik di kabupaten/kota, Propinsi maupun Pusat menjadi lebih
terarah dan dapat dijadikc;1n dasar untul< meny_amakan gerak dan
langkah dalam memberdayakan nstitusi pengelola vaksin, sehingga
dapat menjamin ketersediaan vaksin yang bermutu di setiap daerah
dan tujuan program imunisasi untuk melindungi masyarakat
Indonesia dari berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi dapat terwujudkan.

Keberhasilan pengelolaan vaksin sangat tergantung pada peran


serta dan koordinasi semua pihak yang terkait mulai <dari tingkat
Pusat,Provinsi,sampai Kabupaten/Kota

Penyediaan buku pedoman ini merupakan salah satu


sumbangsih Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,
Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes RI dalam
rangka meningkatkan kualitas pengelolaan vaksindi setiap daerah

Semoga pedoman ini dapat digunakan untuk membantu


pelaksanaan pengelolaan vaksin oleh pengelola program/ pengelola
obat.

Pedoman ini masih jauh dari kesempurnaan, masukan serta


koreksi sangat kami harapkan untuk perbaikan pedoman
pengelolaan vaksindimasa yang akan datang.

Pedoman Penge/o/aan Vaksin 39


LAMPIRAN . Spesifkasi vaksin

SPESIFIKASI
VAKSIN BCG KERING

1. Vaksin BCG kering adalah yang mengandung kuman hidup dari


biakan Bacillus Calmette & Guerin nstitut Pasteur Paris No.
1173. P2 dan atau Microbakterium Bevis, Danish Strain 1331
2. Setelah dilarutkan, tiap ml mengandung :

Bacillus Calmette & Guerin lnstitut M1crobakterium Bovis, Danish Strain 1331
Pasteur Paris No. 1173.P2
Basil BCG hidup 0.375 mg CFU (colony Forming Units) 0,75 mg
Natrium glutama 1,875 mg Natrium glutamate 3,75 mg
Natrium klorida 9 mg Magnesium sulfa! 125 mg
D1ol
assium fosfal 125 mg
L-asparagia monohidral 1 mg
Ferri ammonium sitrat 12,5 mg
Gliserol 85 % 18,4 mg
Asam sitrat monohidrat 0.5 mg

3. Sesudah dilarutkan vaksin ini harus segera dipakai,vaksin yang


sudah dilarutkan dapat bertahan dalam waktu 3 - 4 jam
4. Penyimpanan vaksin pada Suhu + 2 ° C s/d + 8 ° C.
5. Terhindar dari sinar matahari langsung maupun tidak langsung.
6. Kadaluarsa vaksin minimal 7 bulan ,pada saat diterima Pusat /
Provinsi.
7. Kemasan vaksin 1dus berisi 10ampul / vial
8. Kemasan pelarut 1dus berisi 10ampul / vial
9. Setiap dus vaksin harus dicantumkan nomor batch, kadaluarsa
dan di dalam dus dilengkapi dengan brosur/leaflet yang berisi
antara lain cara pemakaian, kontra indikasi.
10. Telah terdaftar di Badan POM dan mempunyai nomor registrasi
11.Telah memenuhi standar WHO ( World Health Organization)
12. Setiap batch dilengkapi dengan CoR (Certificate of Release) yang
ikut dilampirkan saat pengiriman ke pusat / provinsi

Pedoman Pengelolaan Vaksin 43


SPESIFIKASI
VAKSIN DT {Difteri Tetanus)

1. Tiap mlvaksin mengandung :

• 1.1 Toksoida difteri yang dimurnikan 40 If.


• 1.2 Toksoida Tetanus yang dimurnikan 15 If.
• 1.3 Aluminium fosfat (sebagai adsorban) 3
mg.
• 1.4 Thimerosal (sebagai proservatif) 0 . 1
mg.

2. Penyimpanan vaksin pada suhu + 2 ° C s/d + 8 °C.


3. Kadaluarsa vaksin minimal 13 bulan pada saat diterima di pusat
/ provinsi.
4. Kemasan vaksin 1vial berisi 5 ml atau 10dosis.
5. ·Kemasan setiap 1dus berisi 10vial.
6. Setiap vial ditempelkan satu buah WM (Vaccine Vial Monitor)
7. Setiap dus vaksin dilengkal)idengan brosur penggunaan WM.
8. Setiap dus vaksin harus dicantumkan nomor batch, kadaluarsa
dan di dalam dus dilengkapi dengan brosur/leaflet yang berisi
antara lain cara pemakaian, kontra indikasi, petunjuk
pemakaian WM dalam bahasa ndonesia.
9. Telah terdaftar di Badan POM dan mempunyai nomor registrasi
10. Telah memenuhi standar WHO (World Health Organization).
11. Setiap batch dilengkapi dengan CoR (Certificate of Release)
yang ikut dilampirkansaat pengiriman ke provinsi
12. Setiap pengiriman vaksin ke provinsi dilengkapi dengan formulir
VAR (Vaccine Arrival Report) dan indikator pembekuan.

40 Pedoman Penge/o/aan Vaksin


SPESIFIKASI
VAKSIN TT (Tetanus Toksoid)

1. Tiap ml vaksin mengandung :·

• 1.1 Toksoida Tetanus yang dimurnikan 2,0. Lf.


• 1.2 Aluminiumfosfat (sebagai adsorban ) 3,0 mg.
• 1.3 Thimerosal (sebagai preservatif ) 0.1 mg.

2. Penyimpanan vaksin- pada suhu + 2 2 C s/d + 8 ° C.


3. Kadaluarsa vaksin minimal 13 bulan pada saat diterima di pusat/
provinsi.
4. Kemasan vaksin 1vial berisi 5 mlatau 10dosis.
5. Setiap vial ditempelkan satu buah WM (VaccineVial Monitor)
6. Setiap dus vaksin dilengkapi dengan brosur penggunaan WM.
7. Kemasan setiap 1dus berisi 10vial.
8. Setiap dus vaksin harus dicantumkan nomor batch, kadaluarsa
dan di dalam dus dilengkapi dengan brosur/leaflet yang berisi
antara lain cara pemctkaian, kontra indikasi, petunjuk
pemakaian WM dalam bahasa ndonesia.
9. Setiap dus dan vial vaksin harus dicantumkan, nomor batch,
kadaluarsa, cara pemakaian dan kontra indikasi dalam bahasa
ndonesia.
I
10. Telah terdaftar di Sadan POM dan mempunyai nomor registrasi
11. Telah memenuhi standar WHO (World Health Organization).
12. Setiap batch dilengkapi dengan CoR (Certificate of Release)
yang ikutdilampirkan saat pengkimankeprovinsi
13. Setiap pengiriman vaksjn ke provinsi dilengkapi dengan formulir
VAR (Vaccine Arrival Report) dan indikator pembekuan.

Pedoman Pengelolaan Vaksin 43


SPESIFIKASI
VAKSIN HEPATITIS B ADS (PID)
REKOMBINAN

1. Vaksin Hepatitis B rekombinan mengandung antigen virus


Hepatitis B, HbsAg. yang tidak menginfeksi yang dihasilkan dari
sel ragi dengan teknologi rekayasa DNA.
2. Kemasan 1 ADS (PID) vaksin berisi 0,5 ml atau 1dosis.
3. llap 0,5 ml mengandung 10,0 mcg HbsAg teradsorbsipada 0,25
mg aluminium hidroksida.
4. Seluruh formula·vaksin mengandung thimerosal 0,01 w / v %
yang ditambahkan sebagai pengawet.
5. Penyimpanan vaksinpada suhu+ 2 °C s/d + 8 ° C.
6. Kadaluarsa vaksin minimal 13bulan pada saat diteri_ma di pusat /
propinsi.
7. Setiap pouch Hepatitis B. ADS {P D) dilengkapidenganjarum uk.
no.25 Gx 5/8 "
8. Setiap pouch Hepatitis·s. ADS (P D) ditempelkansatti buah·WM
(Vaccine Vial Monitor)
9. Setiap dus vaksin dilengkpidengan brosur penggunaan WM.
10. Kemasan setiap 1dus berisi 100 buah.
11. Setiap dus vaksin harus dic.antumkan nomor batch, kadaluarsa
dan di dalam dus dilengkapi dengan brosur/leaflet yang berisi
antara lain cara pemakaian,kontra indikasi,petunjuk pemakaian
WMdalam bahasa ndonesia.
12. Tetah terdaftar di Badan POM dan mempunyai nomor registrasi
13. Telahmemenuhistandar WHO (World Health Organization).
14.Setiap batch dilengkapi dengan CoR (Certificate of Release) yang
ikutdilampirkansaat pengiriman ke provinsi
15. Setiap pengiriman vaksin ke provinsi dilengkapi dengan formulir
VAR (Vaccine Arrival Report) dan indikator pembekuan.

42 Pedoman Pengelolaan Vaksin


SPESIFIKASI
VAKSIN DTP - Hepatitis B
Vaksin Kombinasi

Vaksin mengadung DTP berupa toxoid difteri dar, toxoid tetanus


yang dimurnikan dan pertusis (batuk rejam) yang diinaktivasi serta
vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang
mengandung HBsAg murni dan bersifat non-infectious.

1. Komponen Vaksin DTP- Hepatitis B :


• Toksoid difteri yang murni 20 If.
• ToksoidTetanus yang murni 7,5 If.
• B. Pertusis yang diinaktivan 1 2
OU
• HbsAg 5
mcg
• Aluminiumfosfat sebagai adsorban. 1, 5
mg.
• Natrium chloride 4, 5
mg
• Methiolet. 0.05
mg.
2. Penyimpanan vaksin pada suhu + 2 ° C s/d + 8 °C.
3. Kadaluarsa vaksin minimal 13 bulan pada saat diterima di pusat /
provinsi.
4. Kemasan vaksin 1vial berisi 2,5 ml atau 5 dosis.
5. Setiap vial ditempelkan satu buah WM (Vaccine Vial Monitor)
6. Setiap dus vaksin dilengkapi dengan brosur penggunaan WM.
7. Kemasan setiap 1dus berisi 10vial.
8. Setiap dus vaksin harus dicantumkan nomor batch, kadaluarsa
dan di dalam dus dilengkapi dengan brosur/leaflet yang berisi

44 Pedoman Pengelo/aan Vaksin


SPESIFIKASI
VAKSIN POLIO Trivalent

1. Tiap dosis ( 2 tetes) vaksin mengandung virus Polio :

1.1 Virus polio yang dilemahkan :


• type 1 : 10 5·° CCID 50•
• type 2. : 10. s.o CCIDso·
• type 3. : 10. s.s CCID50 •
1.2 Eritromisin tidak lebih dari 2 mcg dan Kanamisin tidak lebih
dari 10mcg.

2. Kadaluarsa penyimpanan vaksin pada suhu + 2 °C s/d + 8 ° C. :


6 -12bulan .
3. Kadaluarsa penyimpanan vaksin pada suhu - 15°C s/d - 25 °C :
2 tahun.
4. 0Bila vial vaksinsudah dibuka, penyimpanan pada + 2 °C s/d + 8
C. Potensi dapat bertahan minimalselama 7 hari.
5. Kadaluarsa vaksin minimal 13bulan pada saat diterima di pusat /
propinsi.
6. Setiap vial dilengkapi dengan pipet/ droper ·
7. Kemasan vaksin 1vial berisi 1ml atau 10do.
8. Setiap vial ditempelkan satu buah WM (Vaccine Vial Monitor)
9. Setiap dus vaksin dilengkapi dengan brosur penggunaan WM.
10. Kemasan setiap 1 dus berisi 10 vi
al.
11. Setiap dus vaksin harus dicantumkan nomor batch,kadaluarsa
dan di dalam dus dilengkapi dengan brosur/leaflet yang berisi
antara lain cara pemakaian, kontra indikasi, petunjuk pemakaian
WM dalam bahasa Indonesia.
12. Telah terdaftar di Sadan POM dan mempunyai nomor registrasi
13.Telah memenuhi standar WHO (World Health Organization)

Pedoman Penge/olaan Vaksin 45


SPESIFIKASI
VAKSIN CAMPAK

1. Vaksin ini mengandung virus campak suku " CAM 70 " yang
masih hidup, tetapi sudah dilemahkan dan. ditumbuhkan dalam
biakanjaringanjaninayam, kemudian dibeku-keringkan.
2. Setiap dosis vaksinyang sudah dilarutkan mengandung :

• Viruscampak tidak kurang dari 1000 CCID 50

• Kanamysin sulfat < 100 mcg.


• Eritromisin < 30 mcg..

3. Penyimpanan Vaksin pada suhu + 2 ° C s/d + 8 ° C,lebih baik


disimpan pada suhu - 15°C s/d - 25°C.
4. Kadaluarsa vaksin minimal 13 bulan pada saat diterima di pusat/
propinsi.
5. Vaksin campak yang sudah dilarutkan harus terlindung dari sinar
matahari dan hanya tahan sampai 6-8 Jam pada suhu + 2 °C s/d
+ 8°C
6. Kemasan vaksin, 1vial berisi 10dosisvaksincampak kering.
7. Setiap vial ditempelkan satu buah WM (Vaccine Vial Monitor)
8. Setiap dus vaksin dilengkapi dengan brosur penggunaan WM.
9. Kemasan pelarut, 1vial berisi 5 ml pelarut.
10. Kemasan vaksinsetiap 1dus berisi10vial.
11. Kemasan pelarutsetiap 1dus berisi 10vial.
12. Telahterdaftar di Badan POM dan mempunyai nomor registrasi
13.Telah memenuhi standar WHO ( World Health Organization).
14. Setiap dus vaksin harus dicantumkan nomor batch, kadaluarsa
dan di dalam dus dilengkapi dengan brosur/leaflet yang berisi
antara lain cara pemakaian, kontra indikasi,petunjuk pemakaian

46 Pedoman Penge/o/aan Vaksin


Merk Leman es Oiooe,asi an Tgl I SinI Thn
lYP' Grafik pencatatan suhu Lemari es Lol<as,penempatan

6 1 ... l l , L <·

I •15 I
•'4 I I I
•13 I ! I I I
•12 I
• 11, I
• 10
•9
•B
I -
I
•7
I
•e
i
., I I

I I
•• i I
··
...0, ...
I
I
I
I
I - -·
I i I I I I

g. - -•
,_ .,..I -J
i
I
I
I
I

:3 ... f I
Qi
r,
I -. -· ·- - L - . - -- - - -· -· - - - I. --
:::i -•r I I I I
, .-t.• I I I I
:::i Pr:>pmsi Penanggung Jawab Catalan
IQ
Cl)
Kabupaten
Puskesmas .
0
iii""
Qi Keterangan
:::i FW = Freeze watch ben tanda ? b1la freeze wateh dalam keadaan BAIK ben tanda X freeze watch pecah FT
= Freeze Tag ben tanda ? b1la freeze Tag dalam keadaan BAIK, beri tanda X freeze Tag bertanda silang
WM = Periksa setiap hari kondisi WM pada vaks,n yang d1s1mpan, amb1' satu sampel dan vaksm yang d1slmpan tulislah kond1s1 WM ( Kond1s1 A. B. C atau D )


'-J
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI, 2005, Panduan teknis pengelolaan


vaksin dan rantai dingin, Ditjen PP dan PL, Jakarta
2. Departemen Kesehatan RI, 2005, Pedoman teknis lrnunisasi
Tingkat Puskesmas, Ditjen PP dan PL, Jakarta
3. Departemen Kesehatan RI, 2002, Pedoman Pengelolaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan di kabupaten. Ditjen Yanfar
dan Alkes, Jakarta
4. Departemen Kesehatan RI, 2004, Pedoman Pengelolaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas Ditjen Yanfar
dan Alkes, Jakarta
5. Quick, JD, et,al., 1997, Managing Drug Supply, Second
Edition, Kumarin Press, West Hartford

48 Pedoman Penge/o/aan Vaksin

Anda mungkin juga menyukai