Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

PERBENGKELAN PERTANIAN
(Alat Ukur & Pengukuran)

Hari/Tanggal Praktikum : Rabu/25 September 2019


Praktikum ke : 2 (Dua)
Nama (NPM) : Rizal Anwar Fauzi (240110170057)
Artta Gracia Malau (240110170064)
Febrianti (240110170072)
Widia Tri Agustina (240110170085)
Ahmad Rifqi (240110170102)
Siti Hafsah (240110170109)
Asisten : 1. Khaerudin
2. Maulid Nabil Al-Qurthubi
3.Mochammad Ilham
4.Teguh Laksosno
Disusun oleh :
Kelompok 3

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
Artta Gracia Malau
240110170064

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran adalah aktivitas membandingkan suatu besaran yang diukur
dengan alat ukur. Pengukuran merupakan sesuatu hal yang penting, segala sesuatu
yang berbentuk pasti ada ukurannya, baik itu panjang, tinggi, berat, volume,
ataupun dimensi dari suatu objek. Penentuan besaran dimensi atau kapasitas,
biasanya terhadapat suatu standar satuan ukur tertentu.
Ketepatan ukuran dalam pembuatan suatu komponen alat mesin sangat
penting agar komponen-komponen tersebut dapat berfungsi dengan baik dan agar
komponen-komponen atau bagian-bagian mesin dapat dirangkai (assembly) satu
sama lain dengan tepat. Ketepatan ukuran juga sangat penting agar suatu komponen
sebagai suku cadang (spare part) dapat dibuat tepat sama sebagaimana komponen
asli yang akan digantikannya.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum kali ini adalah :
1. Memahami cara pengukuran suatu benda dengan menggunkakan alat ukur;
2. Mengetahui prinsip kerja alat ukur perbengkelan; dan
3. Mengetahui dimensi suatu benda dengan menggunakan alat ukur.
Rizal Anwar Fauzi & Febrianti
240110170057 & 240110170072

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran
Pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang sedang diukur dengan
besaran lain yang ditetapkan sebagai satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dapat
dinyatakan dengan angka disebut besaran, sedangkan pembanding dalam suatu
pengukuran disebut satuan. Satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran
dengan hasil yang sama atau tetap untuk semua orang disebut satuan baku. Satuan
yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil berbeda disebut satuan
tidak baku. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan informasi data secara
kuantitatif. Hasil dari pengukuran mengenai data atau informasi dalam bentuk
angka, uraian maupun pernyataan tertentu haruslah akurat (Apriliani, 2016).
Dahulu orang biasa menggunakan jengkal, hasta, depa, langkah sebagai alat
ukur panjang. Ternyata hasil pengukuran yang dilakukan menghasilkan data
berbeda-beda yang berakibat menyulitkan dalam pengukuran, karena jengkal orang
satu dengan lainnya tidak sama. Oleh karena itu, harus ditentukan dan ditetapkan
satuan yang dapat berlaku secara umum. Usaha para ilmuwan melalui berbagai
pertemuan membuahkan hasil sistem satuan yang berlaku di negara manapun
dengan pertimbangan satuan yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut
(Apriliani,2016):
1) Satuan selalu tetap, artinya tidak mengalami perubahan karena pengaruh
apapun, misalnya suhu, tekanan dan kelembaban.
2) Bersifat internasional, artinya dapat dipakai di seluruh negara.
3) Mudah ditiru bagi setiap orang yang akan menggunakannya.
Hasil pengukuran besaran panjang biasanya dinyatakan dalam satuan meter,
centimeter, milimeter, atau kilometer. Satuan besaran panjang dalam SI adalah
meter. Pada mulanya satu meter ditetapkan sama dengan panjang sepersepuluh juta
(1/10000000) dari jarak kutub utara ke khatulistiwa melalui Paris. Kemudian
dibuatlah batang meter standar dari campuran Platina-Iridium. Satu meter
didefinisikan sebagai jarak dua goresan pada batang ketika bersuhu 0ºC. Meter
standar ini disimpan di International Bureau of Weights and Measure di Sevres,
dekat Paris.
Batang meter standar dapat berubah dan rusak karena dipengaruhi suhu, serta
menimbulkan kesulitan dalam menentukan ketelitian pengukuran. Oleh karena itu,
pada tahun 1960 definisi satu meter diubah. Satu meter didefinisikan sebagai jarak
1650763,72 kali panjang gelombang sinar jingga yang dipancarkan oleh atom gas
krypton-86 dalam ruang hampa pada suatu lucutan listrik. Pada tahun 1983,
Konferensi Internasional tentang timbangan dan ukuran memutuskan bahwa satu
meter merupakan jarak yang ditempuh cahaya pada selang waktu 1/299792458
sekon. Penggunaan kecepatan cahaya ini, karena nilainya dianggap selalu konstan.
Selain besaran panjang, besaran massa dalam SI dinyatakan dalam satuan
kilogram (kg). Pada mulanya para ahli mendefinisikan satu kilogram sebagai massa
sebuah silinder yang terbuat dari bahan campuran Platina dan Iridium yang
disimpan di Sevres, dekat Paris. Untuk mendapatkan ketelitian yang lebih baik,
massa standar satu kilogram didefinisikan sebagai massa satu liter air murni pada
suhu 4ºC.
Besaran waktu dinyatakan dalam satuan detik atau sekon dalam SI. Pada
awalnya satuan waktu dinyatakan atas dasar waktu rotasi bumi pada porosnya, yaitu
1 hari. Satu detik didefinisikan sebagai 1/26400 kali satu hari rata-rata. Satu hari
rata-rata sama dengan 24 jam = 24 x 60 x 60 = 86400 detik. Karena satu hari
matahari tidak selalu tetap dari waktu ke waktu, maka pada tahun 1956 para ahli
menetapkan definisi baru. Satu detik adalah selang waktu yang diperlukan oleh
atom cesium-133 untuk melakukan getaran sebanyak 9192631770 kali (Apriliani
2016).

2.2 Mikrometer Skrup


Mikrometer merupakan sebuah alat ukur yang bisa mengukur benda dengan
ketelitian sampai 0.01mm. Umumnya alat ukur ini sering digunakan untuk
mengukur besaran panjang, ketebalan benda dan diameter luar benda. Dengan
tingkat ketelitian yang tinggi tersebut tidak banyak orang yang lebih memilih
menggunakan mikrometer sekrup dibandingkan dengan jangka sorong.
Secara umum fungsi mikrometer sekrup ini sering digunakan untuk
mengukur diameter atau ketebalan sebuah benda yang memiliki ukuran kecil.
Seperti yang sudah sedikit dijelaskan sebelumnya, alat mikrometer sekrup ini
memiliki kepresisian lebih dari 10 kali lipat dari jangka sorong. Sehingga tidak
heran jika mikrometer dapat dipakai untuk mengukur benda yang lebih kecil atau
tepatnya pada ketelitian 0.01 mm.
Penggunaan alat ukur mikrometer dalam mengukur panjang benda memang kurang
umum digunakan. Hal tersebut karena panjang benda ternyata masih dapat diukur
dengan baik pada tingkat kepresisian sekitar 1 mm dan 0.1 mm (Achmadi, 2019).
2.2.1 Jenis Mikrometer Sekrup
Perlu diketahui bahwa mikrometer memiliki tiga macam yang secara umum
dikelompokkan berdasarkan pada pengaplikasiannya. Berikut ini macam-macam
mikrometer sekrup yang sering dijumpai, antara lain:
1. Mikrometer luar
Jenis mikrometer sekrup yang sering digunakan untuk mengukur benda seperti
kawat, lapisan-lapisan, blok-blok dan batang-batang.
2. Mikrometer dalam
Mikrometer dalam erupakan salah satu jenis mikrometer yang sedang dipakai
untuk mengukur sebuah garis tengah atau diameter pada lubang suatu benda.
3. Mikrometer kedalaman
Mikrometer kedalaman adalah jenis mikrometer yang dipakai untuk mengukur
kedalaman dan juga ketinggian dalam sebuah benda.
2.2.2 Bagian-bagian Mikrometer Sekrup

Gambar 1. Mikrometer Sekrup


(Sumber: Achmadi, 2019)
Sama halnya dengan alat ukur lainnya, pada mikrometer sekrup juga terdapat
beberapa bagian yang memiliki fungsi masing-masing. Apa saja bagian-bagian
mikrometer sekrup? berikut ulasannya:
1. Anvil (Poros Tetap)
Anvil merupakan sebuah bagian poros yang tidak bergerak. Objek atau benda
yang ingin Anda ukur ditempelkan pada bagian ini. Selanjutnya bagian poros
digeser atau didekatkan untuk menjepit benda tersebut.
2. Spindle (Poros Geser)
Sesuai dengan namanya, bagian poros ini bergerak berbentuk komponen
silinder yang digerakkan oleh thimble dari mikrometer sekrup.
3. Lock Nut (Pengunci)
Lock Nut (Pengunci) merupakan salah satu bagian pada mikrometer sekrup
yang berfungsi untuk penguncian atau pergerakan poros gesernya.
4. Sleeve
Sleeve merupakan bagian mikrometer sekrup yang mempunyai sebuah bentuk
lingkaran yang mana berupa petunjuk skala pengukuran. Dalam sebuah mikrometer
terdapat skala ganda yakni skala utama (main scale) dan skala nonius.
5. Thimble
Thimble merupakan bagian yang dapat digerakkan dengan menggunakan
tangan pengguna mikrometer.
6. Ratchet
Rachet adalah bagian yang dapat digunakan untuk membantu menggerakkan
bagian poros gerak. Untuk menggerakkannya pun sangatlah mudah, cukup
gerakkan lebih perlahan dibandingkan dengan menggerakkan thimble.
7. Frame (Rangka)
Merupakan sebuah komponen pada mikrometer yang berbentuk C yang
berfungsi untuk menyatukan poros tetap dengan komponen-komponen lain pada
mikrometer sekrup. Salah satu alasan mengapa rangka mikrometer ini dibuat tebal
yaitu agar mampu menjaga objek pengukuran tidak bergerak, bergeser, atau
berubah bentuk (Achmadi, 2019).
2.2.3 Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup
Untuk menggunakan mikrometer sekrup sebenarnya sangatlah mudah.
Prinsip kerja dari alat ukur ini adalah menggunakan sekrup sebagai pembesar jarak
yang terlalu mini untuk diukur langsung. Dengan menggunakan alat mikrometer
sekrup ini tentu akan memudahkan dalam mengukur sebuah benda yang memiliki
skala kecil. Berikut ini cara menggunakan mikrometer sekrup dengan benar.
1. Letakkan secara menempel objek yang akan diukur pada bagian poros tetap.
2. Selanjutnya, pada bagian thimble diputar hingga objek benar-benar terjepit
oleh bagian poros tetap dan poros geser.
3. Kemudian putar bagian ratchet untuk mengetahui perhitungan yang lebih
presisi dari benda yang diukur. Pastikan untuk menggerakkan sebuah poros
geser dengan perlahan.
4. Jika Anda yakin bahwa benda benar-benar terjepit dengan sempurna di antara
kedua poros, hasil pengukurannya pun dapat dibaca pada skala utama dan
skala nonius.
(Achmadi, 2019).
Pembacaan mikrometer sekrup dilakukan pada dua bagian, yaitu di skala
utama dan di skala nonius atau Vernier. Skala utama dapat dibaca di bagian sleeve
dan skala nonius dapat dibaca di bagian thimble.

Gambar 2. Pembacaan Mikrometer Sekrup


(Sumber: Sinaga, 2017).

Pada contoh pengukuran di atas, cara membaca mikrometer sekrup tersebut adalah
(Sinaga, 2017):
1. Untuk skala utama, dapat dilihat bahwa posisi thimble telah melewati angka
“5” di bagian atas, dan pada bagian bawah garis horizontal telah melewati 1
strip. 0.5mm. Artinya, pada bagian ini didapat hasil pengukuran 5 + 0.5 mm =
5.5 mm. Pengukuran juga dapat dilakukan dengan prinsip bahwa setiap 1 strip
menandakan jarak 0.5mm. Dikarenakan terlewati 5 strip di atas garis horizontal
dan 6 strip di bawah garis horizontal, maka total jarak adalah (5+6) x 0.5mm =
5.5mm
2. Pada bagian kedua, terlihat garis horizontal di skala utama berhimpit dengan
angka 28 di skala nonius. Artinya, pada skala nonius didapatkan tambahan
panjang 0.28mm
3. Maka, hasil akhir pengukuran mikrometer sekrup pada contoh ini adalah 5.5 +
0.28 = 5.78mm. Hasil ini memiliki ketelitian sebesar 0.01 mm.

2.3 Jangka Sorong


Jangka sorong adalah alat ukur yang mampu mengukur jarak, kedalaman,
maupun ‘diameter dalam’ suatu objek dengan tingkat akurasi dan presisi yang
sangat baik (±0,05 mm). Hasil pengukuran dari ketiga fungsi alat tersebut dibaca
dengan cara yang sama. Jangka sorong digunakan pula untuk mengukur panjang
benda maksimum 20 cm (Sinaga, 2017).
2.3.1 Fungsi Jangka Sorong
Berikut beberapa fungsi jangka sorong atau vernier caloper dalam
pengukuran suatu benda (Ahmad, 2019) :
1. Untuk mengukur tinggi suatu benda yang bertingkat.
2. Untuk mengukur ketebalan suatu benda. Benda yang diukur bisa berbentuk
bulat, kubus, bujur sangkar, balok, persegi, dan masih banyak lagi.
3. Untuk mengukur inner ring atau bagian dalam suatu benda.
4. Untuk mengukur outer ring atau bagian luar benda.
5. Mengukur kedalaman benda

2.3.2 Jenis Jangka Sorong


Benda tersebut memiliki dua jenis yang masing-masing mempunyai
perbedaan dalam membaca skala yakni :
1. Jangka sorong analog (manual)

Gambar 3. Jangka Sorong Analog


(Sumber: Ahmad, 2019)
Jenis ini biasanya sering digunakan dalam praktikum di sekolahan. Cara
memakai alat ukur ini masih manual, sehingga memerlukan ketelitian yang lebih.
Selain itu, untuk mengetahui hasil pengukurannya harus kita hitung terlebih dahulu
(Ahmad, 2019).

2. Jangka sorong digital

Gambar 4. Jangka sorong Digital


(Sumber: Ahmad, 2019)
Jenis ini merupakan perkembangan dari jangka sorong analog. Umumnya
model digital ini jarang ditemui dalam praktik sekolah. Jenis vernier caliper digital
memiliki layar digital yang dapat muncul nilai dari benda yang diukur tanpa harus
menghitung secara manual.Dengan menggunakan model jenis ini akan
mempermudah dan mempercepat mengukur benda – benda. Namun, dari segi harga
jangka sorong jenis digital ini lebih mahal daripada jenis manual (Ahmad, 2019).
2.3.3 Bagian-bagian Jangka Sorong

Gambar 5. Bagian-bagian Jangka Sorong


(Sumber: Ahmad, 2019)
Berikut ini fungsi dari bagian-bagian jangka sorong:
1. Rahang Dalam
Terdiri dari 2 rahang, yaitu rahang geser dan rahang tetap. Rahang dalam
berfungsi mengukur diameter luar serta ketebalan benda.
2. Rahang Luar
Rahang luar juga mempunyai 2 rahang seperti rahang dalam. Fungsi rahang
luar untuk mengukur diameter dalam suatu benda.
3. Depth probe
Depth probe digunakan untuk mengukur kedalaman dari suatu benda.
4. Skala Utama (cm)
Berfungsi untuk menyatakan hasil pengukuran utama dalam satian
centimeter.
5. Skala Utama (inchi)
Berfungsi untuk menyatakan hasil pengukuran dalam satuan inchi.
6. Skala nonius (dalam 1/10 mm)
Untuk setiap garis skala menunjukan 1/10 mm. Tetapi ada juga yang
memiliki skala 1/20, dll. Sepuluh skala nonius memiliki panjang 9 mm,
sehingga jarak dua skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,9 mm. Dengan
demikian, perbedaan satu skala utama dan satu skala nonius adalah 1 mm – 0,9
mm = 0, 1 mm atau 0,01 cm. Dengan melihat skala terkecil dari benda di atas,
maka ketelitian dari benda tersebut adalah setengah dari skala terkecil benda
tersebut, yakni: 0,005 cm.
7. Skala Nonius (untuk inchi)
Skala Nonius berfungsi untuk menunjukan skala pengukuran fraksi dari
inchi
8. Tombol pengunci
Berfungsi untuk menahab baian – bagian yang bergerak, sehingga pemakai
bisa mengukur dengan lebih mudah.
(Ahmad, 2019).
2.3.4 Prinsip Cara Kerja Jangka Sorong
Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala terkecil
dalam milimeter (1mm = 0,1 cm) dan skala nonius. Sepuluh skala utama memiliki
panjang 1 cm, dengan kata lain jarak 2 skala utama yang saling berdekatan adalah
0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, dengan kata lain
jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala
utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm.
Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
Gambar 6. Cara Membaca Jangka Sorong
(Sumber: Zaelani, 2006)
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi x = ½
x 0,01 cm = 0,005 cm. DenganDketelitian jangka sorong adalah : ketelitian 0,005
cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah
kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter
luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk
mengukur kedalaman sebuah tabung.
Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang
terdapat pada jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat
digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak
diukur panjangnya atau diameternya maka objek akan dijepit diantara 2 penjepit
(rahang) yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat ditentukan secara
langsung dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian
menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai seperseribu cm
(0,001cm) (Zaelani, 2006).

2.4 Kolet (Collet)

Gambar 7. Kolet
(Sumber: Daniansyah, 2017)

Pada mesin bubut, kolet digunakan untuk memegang benda kerja yang
memiliki ukuran diameter yang kecil. Kolet merupakan perlengkapan mesin bubut
yang dibuat dengan ketelitian yang tinggi dan digunakan untuk menjepit benda
kerja yang memiliki permukaan yang relatif halus. Dilihat dari konstruksinya kolet
memiliki bentuk silinder dengan kepala yang tirus dan badan yang lebih ramping
dengan alur-alur atau belahan sepanjang kepalanya dan sebagian badannya dan
pada bagain ujung kolet terdapat ulir. Jenis kolet lain yang juga dapat digunakan
pada mesin bubut adalah dead length collet, di mana kolet jenis ini dilengkapi
dengan mur pengunci. Untuk mengetatkan atau mengendorkan mur pengunci dari
kolet ini digunakan kunci-C (Daniansyah, 2017).
Ahmad Rifqi
240110170102

BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
1. Dial Indikator;
2. Jangka Sorong;
3. Mesin Bubut;
4. Mesin Milling/Frais;
5. Mikrometer Sekrup; dan
6. Penggaris.

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
1. Balok Besi;
2. Kolet; dan
3. Sney.

3.2 Pelaksanaan Praktikum


Pelaksanaan praktikum kali ini adalah:
1. Mempersiapkan perlengkapan sebelum memasuki bengkel untuk
keselamatan kerja;
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum;
3. Mengukur diameter dalam, diameter luar, panjang, dan kedalaman kolet
menggunakan mikrometer sekrup dan jangka sorong;
4. Mengukur diameter dan ketebalan sney menggunakan mikrometer sekrup;
5. Mencatat hasil pengukuran;
6. Mengamati dan mengukur kebundaran kolet dan kedataran blok besi
menggunakan dial indikator yang dihubungkan dengan mesin milling/frais
serta mesin bubut;
7. Memutar mesin milling/frais dan mesin bubut secara perlahan-lahan;
8. Memerekam perubahan nilai pada dial indikator selama proses pemutaran
dengan handphone, kemudian mencatat hasil perubahan; dan
9. Membersihkan kembali alat dan mesin yang telah digunakan.
Widia Tri Agustina
240110170085

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengukuran


Tabel 1. Hasil Pengukuran Snei
Alat
Bagian
Jangka Sorong Mikrometer Sekrup
Diameter (mm) 24,4 29,4
Tebal (mm) 90 93,65

Tabel 2. Pengukuran Collet Menggunakan Jangka Sorong


Bagian Ukuran (mm)
B 39,7
C 14,8
D 2,7
E 5,4
G 105,4
H 84,8
I 73
J 32,2
K 26,2
L 23,8
M 29,7
N 32,2
O 23,8
P 39,7

Tabel 3. Pengukuran Collet Menggunakan Busur


Bagian Ukuran (°)
A 120
F 57
Rizal Anwar fauzi
240110170057

BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum perbengkelan pertanian kali ini membahas mengenai alat ukur dan
pengukuran. Pengukuran merupakan kegiatan dasar yang dilakukan di bengkel.
Tujuan dari melakukan pengukuran ini adalah untuk membandingkan hasil
pekerjaan yang diinginkan dengan standar masing-masing besaran yang telah
ditetapkan. Pengukuran umum yang biasa dilakukan dibengkel diantanya yaitu
mengukur panjang, kedalaman, kerataan benda datar dan putar, serta contoh
pengukuran lainnya. Pengukuran pada praktikum kali ini dilakukan dengan
menggunakan beberapa alat ukur yaitu mistar, jangka sorong, micrometer sekrup
dan dial indicator. Bahan yang diukur dimensi panjang, kedalaman, diameter dan
lainnya yaitu menggunakan bahan yaitu kolet (collet) dan sney.
Pengukuran kolet dan sney dilakukan dengan menggunakan penggaris,
mikrometer sekrup dan jangka sorong untuk dimensi panjangnya untuk kemudian
dibandingkan hasil dari pengukuran yang mengacu pada skala ketelitian masing-
masing alat yang berbeda ketelititannya. Pengukuran yang pertama praktikan
mengukur diameter dan ketebalan pada sney menggunakan jangka sorong dan
mikrometer sekrup. Pada pengukuran sney menggunakan jangka sorong,
menghasilkan nilai diameter 2,44 cm dengan tebal 0,97 cm. Sedangkan pengukuran
menggunakan mikrometer skrup menghasilkan nilai bacaan diameter 2,94 cm dan
0,9365 cm untuk tebal dari sney. Pengukuran objek ukur antara jangka sorong dan
mikrometer agak sedikit berbeda karena ketelitian dari alat ukur yang digunakan
pun berbeda serta penggunaan oleh praktikan yang kurang terbiasa sehingga bisa
terjadi human error. Pembacaan skala pada jangka sorong maupun mikrometer
sekrup kadang antara satupraktikan lain berbeda karena memang cara pandang yang
bergantung masing-masing orang.
Pengukuran menggunakan ketiga alat (penggaris, jangka sorong dan
mikrmeter sekrup) dan busur pada kolet menghasilkan data besar derajat
lengkungan yang diukur menggunakan busur derajat pada bagian A yaitu 120° dan
bagian F yaitu 53°. Selain lengkungan, hasil dimensi panjang juga diukur dan
dihasilkan dimensi kolet dengan diameter luar bagian atas (B) berjumlah 39,7 mm,
diameter bagian dalam atas (C) sebesar 14,8 mm. Panjang total kolet (G) sepanjang
105,4 mm. Diameter dalam bagian bawah (L) 23,8 mm, diameter tengah (J) 32,2
mm dan diameter luar (M) 29,7 mm. Pengukuran kedalaman pada kolet dilakukan
dengan jangka sorong agar lebih mudah.

Gambar 8. Pengukuran Kerataan Menggunakan Dial Indicator


(Sumber: Dokumentasi Praktikum, 2019)

Pengukuran lain pada praktikum kali ini yaitu menghitung kerataan dari dua
benda yang berbeda yaitu benda datar dan benda putar. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan bantuan mesin frais untuk melakukan pengukuran kerataan
benda datar dan mesin bubut untuk melakukan pengukuran benda putar (kolet).
Hasil pengukuran dari kerataan suatu balok besi dilakukan dengan cara menggeser
benda menggunakan bantuan mesin frais dari ujung ke ujung sehingga dapat
menggerakan jarum indikator di dial indikator. Namun, ketika dikembalikan
keaawal posisi jarum, indikator tidak menunjukan angka nol kembali, melainkan
berhenti di angka 8,44. Hal tersebut berarti tidak datar secaraa sempurna. Beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut yaitu karenaa memang bahan
tidak benar-benar datar dan juga gangguan dari luar seperti getaran, pergeseran,
goncangan yang menyebabkan perubahan nilai, karena memang dial indikator ini
sangat sensitiv terhadap hal-hal tersebut.

Gambar 9. Pengukuran kebundaran dengan Dial Indikator


(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2019)
Pengukuran kolet tidak cukup hanya sampai derajat lengkung dan dimensi
panjang saja, melainkan diukur juga hasil kebundaran dari kolet itu sendiri.
Kebundaran diukur karena memang kolet merupakan benda putar. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan dial indikator dengan bantuan putaran dari mesin
bubut. Pengukuran ini sama seperti dengan pengukuran kerataan balok besi, yaitu
tidak kembali ke 0 jarum indikatornya. Sehingga daapat disimpulkan bahwa kolet
ini tidak sepenuhnya rata dan bulat sempurna, melainkan memang ada cekungan
pada kolet dan getaran serta guncangan dari mesin bubutnya sendiri yang
menyebabkan pengukuran menghasilkan data yang tidak sesuai harapan praktikan.
Artta Gracia Malau
240110170064

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Praktikum kali ini adalah membahas mengenai alat ukur dan pengukuran.
Pengukuran bertujuan untuk menyatakan besaran dari sebuah benda kerja. Benda
yang diukur yaitu collet dan snei. Pengukuran dilakukan menggunakan alat ukur
jangka sorong, mikrometer sekrup dan busur derajat. Ketelitian masing-masing alat
yang digunakan pun berbeda, dimana jangka sorong memiliki ketelitian sebesar 0,1
mm; ketelitian mikrometer sekrup adalah 0,01 mm; dan ketelitian busur adalah 1˚.
Sehingga secara teoritis, ketelitian pengukuran tertinggi adalah dengan
menggunakan micrometer sekrup, dengan ketelitian hingga 0,01 mm.
Pengukuran pertama adalah pada snei. Perbedaan antara ukuran diameter
snei yang diukur dengan jangka sorong dan micrometer sekrup mencapai 0,05 cm.
Sedangkan perbedaan ketebalannya mencapai 0,0365 cm. Hal ini menunjukkan
bahwa ketelitian alat sangat berpengaruh terhadap hasil akhir pengukuran.
Micrometer sekrup merupakan alat pengukuran yang memiliki akurasi yang baik
namun baik diterapkan pada pengukuran alat-alat yang berukuran kecil dikarenakan
alatnya berukuran kecil. Jika dibandingkan dengan jangka sorong, lebih mudah
penggunaannya dan memiliki pengunci pada alat tersebut. Selain itu, jangka sorong
juga tidak hanya digunakan untuk mengukur panjang benda melainkan dapat
digunakan untuk mengukur kedalaman atau tebal, diameter dalam serta diameter
luar benda. Selanjutnya adalah pengukuran collet (kolet). Kolet digunakan untuk
memegang benda kerja yang memiliki ukuran diameter yang kecil. Kolet ini diukur
dengan menggunakan jangka sorong karena rentang jangka sorong cukup lebar dan
sesuai dengan kebutuhan pengukuran kolet. Diameter dalam kolet diperoleh sebesar
23,8 mm dan diameter luar kolet yaitu 29,7 mm. Bagian ujung kolet terbagi menjadi
3 bagian. Dengan menggunakan busur derajat, hasil yang diperoleh di setiap
bagiannya adalah 120⁰. Panjang keseluruhan kolet dari diameter luar hingga bagian
paling ujung yaitu 105,4 mm.
Selanjutnya adalah pengukuran kebundaran kolet dengan menggunakan
mesin bubut. Pengukuran ini menggunakan dial indicator. Dial indicator alat yang
berfungsi untuk mengukur kerataan permukaan bidang datar, kebulatan sebuah
poros dan kerataan permukaan dinding silinder. Kolet dipasangkan pada mesin
kemudian sensor button dial indicator dihubungkan dengan kolet dan dikalibrasi
hingga pada dial indicator bernilai 0 yang merupakan titik acuan pengukuran.
Mesin kemudian diputar agar kolet berputar dan dial indicator menunjukkan bahwa
kebundaran kolet mencapai 8,2 mm. Hal ini berarti kolet tidak sepenuhnya bundar
tetapi ada bagian yang tidak rata dan ketidakrataan itu mencapai 8,2 mm.
Selanjutnya dengan dial indicator melakukan pengukuran kerataan suatu balok
besi. Balok diletakkan diatas mesin milling dan sensor dial indicator dihubungkan
dengan balok dan dikalibrasi hingga dial indicator menjadi 0. Kemudian, secara
manual mesin diputar agar benda bergeser. Hasil pengukuran tidak menunjukkan
nilai yang tepat dan sensor dial indicator tidak kembali ke titik acuan. Hal ini
disebabkan karena untuk menggerakkan mesin ada tuas yang harus diputar.
Kecepatan putaran yang dilakukan oleh manusia tidak bisa konstan sehingga
getaran yang diperoleh juga random. Akan tetapi melalui pergeseran pada indicator
pointer tidak menunjukkan perbedaan kerataan yang signifikan seperti pada kolet
yaitu hanya sebesar 0,05 mm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permukaan balok
adalah rata.

Gambar 12.
Gambar 10. Titik Gambar 11. Perubahan
Pengukuran kerataan
acuan kolet nilai kerataan kolet
(Sumber: Dok. Pribadi, 2019) (Sumber: Dok. Pribadi, 2019) balok
(Sumber: Dok. Pribadi, 2019)
Nama: Febrianti
NPM: 240110170072

BAB V
PEMBAHASAN
Pengukuran merupakan hal mendasar yang sangat penting dalam segala aspek
kegiatan termasuk dalam bidang pertanian. Pengukuran dapat diartikan kegiatan
membandingkan nilai besaran yang diukur dengan alat ukur yang ditetapkan dalam
nilai sebagai satuan. Pengukuran dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik
disesuaikan dengan kebutuhan, objek yang akan diukur, dan ketelitian yang
dibutuhkan.
Pengukuran pada dasarnya membutuhkan ketepatan dan ketelitian. agar
didapat ketepatan hasilnya dan harus menggunakan alat yang sudah diakui secara
internasional dan sudah ditera ketepatan (akurasi) dan ketelitian (presisi). Ketepatan
hasil pengukuran ditentukan oleh jenis alatnya. Setiap alat ukur memiliki ketelitian
yang berbeda, sehingga harus bisa memilih alat ukur yang tepat untuk sebuah
pengukuran. Seperti yang dilakukan pada praktikum kali ini, pengukuran dilakukan
terhadap dua buah objek yaitu collet dan snei. Objek yang diukur merupakan objek
dengan ukuran yang terbilang kecil sehingga pengukuran perlu dilakukan dengan
alat ukur yang memiliki ketelitian lebih baik, maka untuk itu digunakan micrometer
sekrup dan jangka sorong sebagai alat untuk mengukur panjang, diameter, dan
kedalaman. Untuk mengukur besaarnya derajat kemiringan digunakan busur,
sementara untuk mengukur kebundaraan dan kerataan suatu benda menggunakan
dial indicator.
Jangka sorong yang digunakan memiliki ketelitian ±0.05 mm sementara
micrometer sekrup memiliki ketelitian yang lebih baik yaitu ±0.01 mm. Perbedaan
ketelitian tersebut dapat dilihat dari pengukuran snei, dengan menggunakan jangka
sorong diameter snei adalah 24,4 mm dengan ketebalan 9 mm sementara hasil
pengukuran menggunakan micrometer sekrup diameter yang terukur adalah 29,4
mm serta ketebalannya 9,365 mm. Dari hasil pengukuran dapat disimpulkan
pengukuran menggunakan micrometer sekrup lebih teliti, namun penggunaan
micrometer lebih terbatas daripada jangka sorong karena kapasitas ukur bendanya
tidak lebih besar dari jangka sorong.
Collet adalah peralatan mesin bubut yang digunakan untuk menjepit benda
silindris yang halus dan biasanya berdiameter kecil. Collet memiliki bentuk yang
dapat diukur kebundarannya menggunakan dial indicator. Pengukuran kebundaran
collet dilakukan dengan menjepitnya pada mesin bubut sehingga pergerakannya
dapat dipastikan konsisten sehingga pengukuran menghasilkan data yang lebih
akurat. Kebundaran perbedaan kerataan dari collet adalah 8,2 mm, itu artinya collet
memiliki permukaan yang tidak bulat sempurna. Pengukuran kebundaran
menggunakan dial indicator harus dimulai dari titik 0 dan kembali ke titik 0 untuk
memastikan benda terukur pada keseluruhan titik keliling lingkaran. Selain untuk
mengukur kebundaran, dial indicator dapat digunakan untuk mengukur kerataan
suatu benda. Benda yang diukur diletakan di atas mesin frais dan digerakan
sehingga dapat terukur seluruh bagian permukannya, hasil dari pengukuran ini
adalah 0,02 mm sehingga dapat disimpulkan benda memiliki kerataan yang cukup
baik. Namun pada kenyataan pengukuran, nilai tersebut tidaklah benar-benar akurat
karena seperti terlihat pada gambar, benda tidak dijepit sehingga getaran dan tidak
konstannya kecepatan putar mempengaruhi pengukuran tersebut.

Gambar 14. Dial indicator pada blok besi Gambar 15. Dial Indikator pada kolet
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
Widia Tri Agustina
240110170085

BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini mempelajari mengenai pengukuran. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan alat jangka sorong, mikrometer sekrup dan dial indicator.
Benda yang diukur yaitu snei dan collet. Pengukuran yang dilakukan yaitu
mengukur ketebalan dan diameter dari snei, pengukuran dilakukan dengan dua alat
yaitu mikrometer sekrup dan jangka sorong. Pengukuran menggunakan dua alat ini
dilakukan agar dapat membandingkan hasil atau ketelitian dari kedua alat tersebut.
Hasil pengukuran snei menggunakan jangka sorong yaitu ketebalannya 90 mm,
sedangkan dianternya yaitu 24,4 mm.
Hasil pengukuran snei pada mikrometer sekrup berbeda dengan pengukuran
menggunakan jangka sorong, untuk ketebalan yang diukur yaitu 93,65 mm dan
diameternya yaitu 29,4 mm. Jangka sorong yang digunakan saat praktikum
memiliki ketelitian 0.02 mm sedangkan ketelitian pada mikrometer sekrup yang
digunakan saat praktikum yaitu 0.01 mm. Menurut literatur mikrometer sekrup
memiliki ketelitian yang lebih baik daripada jangka sorong, namun dalam
praktiknya ketelitian yang baik disesuaikan dengan penggunaan alat tersebut untuk
mengukur benda yang sesuai dengan kegunaan alat itu sendiri. Pengukuran pada
collet dilakukan dengan beberapa alat ukur yaitu jangka sorong, busur dan dial
indikator. Collet merupakan salah satu kelengkapan mesin bubut yang memiliki
fungsi khusus. Collet digunakan untuk menjepit atau mencekam benda kerja yang
sudah memiliki permukaan yang halus dan ukuran diameter yang kecil.
Collet biasanya digunakan untuk benda kerja yang memerlukan pengerjaan dengan
tingkat ketelitian yang cukup tinggi.
Jangka sorong digunakan untuk mengukur kedalaman, diameter dalam dan
ketebalan pada beberapa bagian collet. Busur digunakan untuk mengukur besar
lengkungan collet pada bagian A dan F, sedangkan dial indikator digunakan untuk
mengukur kebundaran collet. Hasil pengukuran besar lengkungan menggunakan
busur derajat pada bagian A yaitu 120° dan bagian F yaitu 53°. Hasil yang
didapatkan dari pengukuran collet adalah panjang totalnya (G) sebesar 105,4 mm,
panjang dari bagian leher collet sampai ujungnya (H) adalah 84,8 mm. Bagian
tengah sampai ujung (K) adalah 26,2 mm, diameter dalam (L) 23,8 mm, diameter
tengah (J) 32,2 mm dan diameter luar (M) 29,7 mm. Diameter dalam bagian atas
(O) adalah 23,8 mm, dan diameter luar bagian atas (B) adalah 39,7 mm.
Dial indicator adalah salah satu alat ukur yang dapat mengukur kebundaran
dan kerataan benda kerja yang ketelitiannya 0,01 mm. Pengukuran kebundaran dan
kedataran dibantu dengan mesin frais atau mesin bubut, dimana benda kerja yang
diukur dijepit pada mesin. Benda kerja digeserkan ke kanan atau ke kiri dengan
mengatur tuas disamping mesinnya. Menurut literatur apabila jarum pada dial
indikator itu berputar searah jarum jam maka benda kerja tersebut permukaanya
cembung atau menonjol ke atas, sedangkan apabila jarum pada dial indikator
berputar berlawanan dengan arah jarum jam maka benda tersebut cekung. Hasil
yang didapatkan dari pengukuran kerataan dan kebundaran collet, diketahui bahwa
permukaan collet tersebut tidaklah rata dan bundar. Hal tersebut disebabkan oleh
collet sering digunakan, rusak karena terbanting atau tergores. Hasil pengukuran
kerataan batang besi menunjukan jarum pada dial indikator tidak berputar kembali
ke titik nol dan menunjukan angka 8.4 mm. Pengukuran ini dianggap tidak akurat,
karena adanya perbedaan tekanan atau kecepatan saat menggeser benda kerja
dengan tuasnya sehingga menimbulkan getaran yang berpengaruh pada gerakan
pada dial indikator.

Gambar 16. Pengukuran Kerataan Menggunakan Dial Indikator


(Sumber: Dokumentasi Praktikum, 2019)
Ahmad Rifqi
240110170102

BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas tentang alat ukur dan pengukuran. Alat ukur
merupakan alat-alat yang digunakan untuk membantu kegiatan pengukuran. Alat
ukur yang digunakan untuk praktikum kali ini berupa jangka sorong, mikrometer
sekrup, dial indikator, dan penggaris serta mesin bubut dan mesin milling/frais. Alat
dan mesin ini akan digunakan untuk mengukur diameter dalam, luar, kedalaman,
dan panjang pada kolet serta pada sney. Pengukuran merupakan kegiatan untuk
mendapatkan suatu nilai dengan cara membandingkannya terhadap nilai standar
yang sudah ditentukan.
Pengukuran pertama yaitu mengukur diameter dalam, luar, kedalaman, dan
panjang pada kolet dengan menggunakan jangka sorong. Berdasarkan hasil
pengukuran diketahui diameter dalam bawah sebesar 23.8 mm, diameter dalam atas
sebesar 14.8 mm, diameter luar 1 bawah sebesar 29.7 mm, diamater luar 2 bawah
sebesar 32.2 mm, dan diameter luar atas sebesar 39.7 mm. Adapun panjangnya
sebesar 105.4 mm dengan nilai sudutnya sebesar 57o. Pada pengukuran kedalaman
diketahui bahwa kedalaman 1 sebesar 26.2 mm, kedalaman 2 sebesar 73 mm, dan
kedalaman ketiga mencapai 84.8 mm.
Pengukuran selanjutnya yaitu mengukur diameter dan ketebalan sney dengan
menggunakan mikrometer sekrup dan jangka sorong. Berdasarkan hasil
pengukuran dengan menggunakan jangka sorong diketahui diameternya sebesar
2.44 cm dan ketebalannya sebesar 0.9 cm, sedangkan dengan menggunakan
mikrometer sekrup diameternya menjadi 2.94 cm dengan ketebalannya sebesar
0.9365 cm. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut terlihat bahwa jangka sorong
dan mikrometer sekrup memiliki hasil yang berbeda-beda. Perbedaan hasil ini
terjadi karena ketelitian dari masing-masing alat yang digunakan dimana
mikrometer sekrup mempunyai ketelitian mencapai 0.01 mm, sedangkan jangka
sorong hanya mencapai 0.1 mm. Hal ini menandakan bahwa semakin kecil nilai
skala maka akan semakin teliti pula pengukuran tersebut sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengukuran menggunakan mikrometer sekrup lebih akurat jika
dibandingkan dengan menggunakan jangka sorong.
Pengukuran selanjutnya yaitu mengukur dan mengamati kebundaran pada
kolet dan kerataan permukaan pada balok besi dengan menggunakan dial indikator.
Dial indikator berfungsi sebagai alat untuk mengukur kerataan permukaan bidang
datar, kebulatan sebuah poros dan kerataan permukaan dinding silinder.
Penggunaan dial indikator ini dilakukan dengan cara menempelkan ujung
permukaan jarum dengan benda yang akan diukur. Berdasarkan hasil pengukuran
diketahui nilai kebundaran pada kolet sebesar 8.2 mm dengan sudutnya sebesar
120o, sedangkan nilai yang seharusnya kembali diposisi 0. Hal ini terjadi karena
bentuk permukaan kolet tidak sepenuhnya bundar sehingga nilai yang seharusnya
kembali ke posisi 0 tidak dapat dipenuhi.

Gambar 17. Dial indicator pada kolet


(Sumber: Dokumentasi Praktikum, 2019)
Pengukuran berikutnya yaitu mengukur kerataan permukaan blok besi.
Pengukuran ini dilakukan dengan cara menempelkan ujung permukaan dial
indikator terhadap permukaan balok besi dan kemudian memutar poros mesin
milling/frais secara perlahan-lahan. Hasil pengukuran menunjukkan perubahan
nilainya sebesar 0.02 mm. Berdasarkan hasil ini terlihat bahwa perubahan nilainya
sangat sedikit dikarenakan balok besi ini termasuk benda datar sehingga permukaan
relatif datar, sedangkan hasil pengukuran seharusnya posisi jarum tetap berada di
posisi 0. Perubahan hasil ini dapat dipengaruhi oleh getaran yang ditimbulkan
akibat kecepatan pemutaran poros, dimana kecepatan putaran yang seharusnya
konstan yaitu tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
Gambar 18. Dial Indikator pada batang besi
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019)
Siti Hafsah
240110170109

BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum perbengkelan pertanian kali ini membahas mengenai alat ukur dan
pengukuran. Benda yang diukur yaitu kolet dan snei. Pengukuran dilakukan
menggunakan alat ukur jangka sorong, micrometer sekrup dan busur derajat.
Pengukuran dengan alat-alat tersebut bertujuan untuk membandingkan ketelitian
dari setiap alat tersebut.
Pengukuran benda banyak dilakukan menggunakan jangka sorong karena
menyesuaikan dengan kebutuhan pengukuran dimana alat yang diukur mempunyai
bentuk yang sulit diukur oleh mistar biasa dan berukuran cukup kecil sehingga
memerlukan ketelitian pengukuran yang dimiliki oleh jangka sorong. Jangka
sorong juga memiliki alat pengunci ketika sudah dilakukan pengukuran, sehingga
pada saat pembacaan angka hasil ukur akan mengurangi kesalahan dalam
pembacaan angka. Jangka sorong tidak hanya untuk mengukur panjang dari benda
tetapi dapat digunakan untuk mengukur diameter dalam, diameter luar serta
kedalaman dari suatu benda. Jangka sorong pada praktikum kali ini digunakan
untuk mengukur kolet dan snei.
Alat ukur lainnya yang digunakan yaitu micrometer sekrup dimana alat ini
mempunyai ketelitian 0.01 mm. micrometer sekrup pada umumnya digunakan
untuk mengukur benda-benda yang berukuran kecil. Micrometer sekrup pada
praktikum kali ini digunakan untuk mengukur snei. Selain jangka sorong dan
micrometer sekrup, praktikum kali ini menggunakan dial indicator. Indikator dial
merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur kerataan permukaan bidang datar,
kebulatan sebuah poros dan kerataan permukaan dinding silinder. Skala
pengukuran dial indicator sama dengan micrometer sekrup yaitu sebesar 0.01 mm.
Pengukuran bagian-bagian pada kolet dibagi-bagi berdasarkan ketelitian alat
dan kemampuan alat tersebut untuk mengukur bagian tersebut. Bagian panjang
benda diukur menggunakan jangka sorong, bagian kedalaman benda dan diameter
benda baik diameter dalam maupun diameter luar diukur dengan jangka sorong.
Pengukuran pada snei dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dan
micrometer sekrup. Bagian snei yang diukur yaitu ketebalan benda dan diameter
luar benda.
Hasil yang didapatkan dari pengukuran yaitu diameter luar bagian bawah
sebesar 29.7 mm, diameter dalam bagian bawah sebesar 23.8 mm. panjang pada
bagian pertama sampai pada bagian keemmpat secara berurutan yaitu sebesar 26.2
mm, 73 mm, 84.8 mm, 105.4 mm. Diameter luar bagian atas yaitu sebesar 39.7 mm
dan diameter dalam bagian atas yaitu sebesar 14.8 mm. Diameter benda yang berada
ditengah yaitu sebesar 32.3 mm. sudut yang terbentuk dari bagian atas benda yang
terlihat membagi benda menjadi 3 bagian yaitu sebesar 120°. Sudut lainnya yang
terbentuk antara bagian atas benda dengan bagian tengah benda yaitu sesebesar 57°.
Hasil pengukuran pada benda snei yaitu didapatkan dari pengukuran dengan
jangka sorong dengan nilai diameter 2.44 cm dan ketebalan benda sebesar 0.9 cm.
nilai yang didapatkan dari pengukuran dengan micrometer sekrup yaitu dimater
sebesar 2.94 cm dan ketebalan benda sebesar 0.9365 cm. Terdapat perbedaan hasil
yang didapatkan tetapi hanya berbeda angka dibelakang komanya saja. Hal tersebut
dapat terjadi karena ketelitian pembacaan praktikan yang melakukan pengukuran
berbeda-beda.
Pengukuran lainnya yaitu kebundaran dari kolet yang diukur menggunakan
dial indicator. Pengukuran dilakukan dengan menjepit benda kerja pada mesin
bubut, kemudian alat digerakan memutari benda yang diukur menggunakan dial
indicator. Jarum pada dial indicator menunjukkan angka 82 pada setengah bagian
dari kolet dimana artinya kolet tidak bundar secara merata, ada kenaikan sebesar
8.2 mm. Selain pada kolet, dial indicator mengukur kedataran dari sebuah batang
besi. Hasil yang didapatkan yaitu terdapat perbedaan kedataran pada plat sebesar
0.02 mm. hal tersebut menunjukkan plat tidak datar sempurna.

Gambar 19. Dial Indikator mengukur kerataan batang besi.


(Sumber: Dokumentasi Praktikum,2019)
Rizal Anwar fauzi
240110170057

BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:


1. Pengukuran dilakukan untuk membandingkan hasil dimensi besaran dengan
satuan yang telah ditetapkan secara internasional (SI) maupun satuan lokal;
2. Apengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan mistar, jangka sorong
dan mikrometer sekrup;
3. Jangka sorong yang digunakan saat praktikum memiliki ketelitian 0.02 mm;
4. ketelitian pada mikrometer sekrup yang digunakan saat praktikum yaitu 0.01
mm;
5. Ketelitian mistar adalah yang paling tidak teliti yaiti 1 mm;
6. Pengukuran dimensi sney menghasilkan data diameter 2,44 cm dengan tebal
0,97 cm dengan jangka sorong, sedangkan pengukuran menggunakan
mikrometer skrup menghasilkan nilai bacaan diameter 2,94 cm dan 0,9365
cm;
7. Kedalaman pada kolet diukur menggunakan jangka sorong;
8. Setiap derajat kemiringan diukur menggunakan busur; dan
9. Pengukuran kerataan dan kebulatan dilakukan dengan menggunakan dial
indikator dibantu dengan mesin frais dan mesin bubut.
Artta Gracia Malau
240110170064

BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan praktikum ini adalah:


1. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan dimensi yang ingin
diketahui dari suatu objek terhadap suatu dimensi standar. Dimensi
merupakan aspek fisik yang sangat penting untuk menunjukkan besar
kecilnya bentuk atau posisi relative objek;
2. Dalam pengukuran sangat penting dilakukan kalibrasi alat ukur untuk
menngembalikan instrument ke nilai standar awal;
3. Beberapa istilah dalam pengukuran yaitu akurasi yang merupakan suatu
nilai penyimpangan hasil pengukuran, presisi yang merupakan perbedaan
hasil dari beberapa kali pengukuran, dan toleransi yang merupakan batas
kesalahan (error);
4. Pengukuran dilakukan menggunakan dial indicator, jangka sorong dengan
ketelitian sebesar 0,1 mm; mikrometer sekrup dengan ketelitian 0,01 mm;
dan busur dengan ketelitian 1˚. Sehingga secara teoritis, ketelitian
pengukuran tertinggi adalah dengan menggunakan micrometer sekrup,
dengan ketelitian hingga 0,01 mm; dan
5. Kesalahan atau error pada pengukuran dapat disebabkan karena alat ukur
yang kurang bekerja dengan baik atau ketelitian yang belum akurat dan
dapat juga disebabkan oleh pengguna alat yang kurang teliti.
Nama: Febrianti
NPM: 240110170072

BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah :


1. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan nilai besaran yang diukur
dengan alat ukur yang ditetapkan dalam nilai sebagai satuan yang
membutuhkan ketepatan dan ketelitian;
2. Ketelitian dari jangka sorong yang digunakan adalah ±0.05 mm sementara
untuk micrometer sekrup ketelitiannya ±0.01 mm;
3. Pengukuran menggunakan jangka sorong diameter snei adalah 24,4 mm
dengan ketebalan 9 mm sementara hasil pengukuran menggunakan
micrometer sekrup diameter yang terukur adalah 29,4 mm serta ketebalannya
9,365 mm;
4. Kebundaran perbedaan kerataan dari collet adalah 8,2 mm yang artinya collet
memiliki permukaan yang tidak bulat sempurna; dan
5. Hasil pengukuran perbedaan kedataran adalah 0,02 mm sehingga dapat
disimpulkan benda memiliki kerataan yang cukup baik.
Widia Tri Agustina
240110170085

BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa diambil adalah:


1. Hasil pengukuran snei menggunakan jangka sorong yaitu ketebalannya 90
mm, sedangkan dianternya yaitu 24,4 mm;
2. Hasil pengukuran snei pada mikrometer sekrup berbeda dengan pengukuran
menggunakan jangka sorong, untuk ketebalan yang diukur yaitu 93,65 mm
dan diameternya yaitu 29,4 mm;
3. Jangka sorong yang digunakan saat praktikum memiliki ketelitian 0.02 mm
sedangkan ketelitian pada mikrometer sekrup yang digunakan saat praktikum
yaitu 0.01 mm;
4. Hasil pengukuran besar lengkungan menggunakan busur derajat pada bagian
A yaitu 120° dan bagian F yaitu 53°;
5. Hasil yang didapatkan dari pengukuran collet adalah panjang totalnya (G)
sebesar 105,4 mm, panjang dari bagian leher collet sampai ujungnya (H)
adalah 84,8 mm;
6. Bagian tengah sampai ujung (K) adalah 26,2 mm, diameter dalam (L) 24,24
mm, diameter tengah (J) 32 mm dan diameter luar (M) 29,54 mm;
7. Diameter dalam bagian atas (O) adalah 23,8 mm, dan diameter luar bagian
atas (B) adalah 39,82;
8. Hasil yang didapatkan dari pengukuran kerataan dan kebundaran collet,
diketahui bahwa permukaan collet tersebut tidaklah rata dan bundar yang
disebabkan oleh collet sering digunakan, rusak karena terbanting atau
tergores; dan
9. Pengukuran kerataan batang besi dianggap tidak akurat, karena adanya
perbedaan tekanan atau kecepatan saat menggeser benda kerja dengan
tuasnya sehingga menimbulkan getaran yang berpengaruh pada gerakan pada
dial indikator.
Ahmad Rifqi
240110170102

BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:


1. Pengukuran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu
nilai dengan cara membandingkannya terhadap nilai standar yang sudah
ditentukan;
2. Hasil pengukuran diketahui diameter dalam bawah sebesar 23.8 mm,
diameter dalam atas sebesar 14.8 mm, diameter luar 1 bawah sebesar 29.7
mm, diamater luar 2 bawah sebesar 32.2 mm, dan diameter luar atas sebesar
39.7 mm, panjangnya sebesar 105.4 mm dengan nilai sudutnya sebesar 57 o,
kedalaman 1 sebesar 26.2 mm, kedalaman 2 sebesar 73 mm, dan kedalaman
ketiga mencapai 84.8 mm;
3. Hasil pengukuran menggunakan jangka sorong diketahui diameternya
sebesar 2.44 cm dan ketebalannya sebesar 0.9 cm, sedangkan dengan
menggunakan mikrometer sekrup diameternya menjadi 2.94 cm dengan
ketebalannya sebesar 0.9365 cm;
4. Pengukuran menggunakan mikrometer sekrup lebih akurat jika dibandingkan
dengan menggunakan jangka sorong karena nilai ketelitian pada mikrometer
sekrup mencapai 0.01 mm, sedangkan pada jangka sorong hanya 0.1 mm;
5. Hasil pengukuran kebundaran kolet diketahui nilai kerataan permukaannya
sebesar 8.2 mm sehingga benda ini termasuk benda dengan bentuk
permukaan tidak sepenuhnya bundar; dan
6. Hasil pengukuran kerataan permukaan pada balok besi menunjukkan
perubahan nilainya sebesar 0.02 mm sehingga benda ini termasuk benda
datar.
Siti Hafsah
240110170109

BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum kali ini adalah:


1. Pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang sedang diukur dengan
besaran lain yang ditetapkan sebagai satuan;
2. Alat ukur micrometer sekrup merupakan alat ukur yang memili ketelitian
paling teliti dibandingkan dengan alat ukur lainnya yaitu dengan ketelitian
sebesar 0,01mm;
3. Hasil pengukuran kebundaran kolet diketahui penyimpangan nilai kerataan
permukaannya sebesar 8.2 mm sehingga kolet memiliki bentuk benda yang
tidak bundar sempurna; dan
4. Pengukuran kedataran pada bidang batang besi dihasilkan penyimpangan
nilai kedataran sebesar 0.02 mm, hal tersebut menunjukkan bidang batang
besi tidak datar sepenuhmya.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, 2019. Mikrometer Sekrup : Pengertian, Fungsi, Macam, Dan Cara


Menggunakannya. Terdapat pada: https://www.pengelasan.net/mikrometer-
sekrup/. Diakses pada: 1 Oktober 2019 pukul 12:30 WIB.
Ahmad. 2019. Jangka Sorong. Terdapat pada: https://www.yuksinau.id/jangka-
sorong/. Diakses pada: 1 Oktober 2019 pukul 12:20 WIB.
Apriliani, Nur. 2016. Penggunaan Alat Ukur Dasar. Terdapat pada:
https://www.academia.edu/30308482/Pend._Kimia1B_62_Nur_Apriliani_R
achman_Laporan_Akhir_Praktikum_Penggunaan_Alat_Ukur_Dasar_PAUD
_.pdf (diakses 01 Oktober 2019 pukul 21.40 WIB).

Daniansyah, Pratama. 2017. Teknik Pembentukan Pelat pada Milling Machine


(Jilid 3). Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Sinaga, Dian. 2017. Jangka Sorong. Terdapat pada:


https://www.studiobelajar.com/jangka-sorong/. Diakses pada: 1 Oktober
2019 pukul 12:20 WIB.
Sinaga, Dian. 2017. Mikrometer Sekrup. Terdapat pada:
https://www.studiobelajar.com/mikrometer-sekrup/. Diakses pada: 1
Oktober 2019 pukul 13:30 WIB.
Zaelani. 2016. Jangka Sorong : Cara Menghitung, Membaca, Contoh Soal, Fungsi,
Jenis dan Gambar. Terdapat pada:
https://www.gurupendidikan.co.id/jangka-sorong/. Diakses pada: 1 Oktober
2019 12:25 WIB)

Anda mungkin juga menyukai