Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN LIKUID,


SEMISOLID, DAN STERIL
KRIM METIL SALISILAT 10% DAN MENTHOL 4%

Disusun oleh :

Kelompok II
Farmasi B 2013

Mochtaromi Tri Yanto (1350705011110005)


Dhenik Swastika Wahyu C. (135070501111007)
Intan Retno Palupi (135070501111015)
Gusti Ayu Pradnya Paramitha (135070501111016)
Elan Aisyafuri (135070501111022)

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
KRIM METIL SALISILAT 10% DAN MENTHOL 4%

I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu merancang formula sediaan krim
2. Mahasiswa mampu membuat dan melakukan evaluasi sediaan krim
3. Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh berbagai jenis basis krim terhadap
stabilitas krim

II. Dasar Teori

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah
padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah
padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai. Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi
kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak (a/m) atau minyak
dalam air (m/a) Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan
ke bagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut,
kerongkongan, dan ke arah lambung. Menurut definisi tersebut yang termasuk obat luar
adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir, injeksi,
dan lainnya (Rowe, 2009).

Kualitas dasar krim, yaitu stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim
harus bebas dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam
kamar. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak
dan homogen. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata
melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan (Anief, 1994).

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam
lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu (Anief,
1994):

- Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak


Contoh : cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih,
berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil
dalam jumlah besar.
- Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air
Contoh: vanishing cream
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream
sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada
kulit.

Kelebihan sediaan krim, yaitu mudah menyebar rata, praktis, mudah dibersihkan
atau dicuci, cara kerja berlangsung pada jaringan setempat, tidak lengket terutama tipe
m/a, memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m, digunakan sebagai kosmetik,
bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun. Sedangkan
kekurangan sediaan krim, yaitu susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus
dalam keadaan panas. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas.
Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran
terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan
penambahan salah satu fase secara berlebihan (Sumardjo, Damin, 2006)

Formula dasar krim, antara lain terdiri dari fase minyak dan fase air. Fase minyak,
yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak,
cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya. Sedangkan fase air,
yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na 2CO3,
Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil
alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya). Bahan-bahan penyusun krim, antara
lain, zat berkhasiat, fase minyak, fase air, pengemulsi, bahan pengemulsi. Bahan
pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim
yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide,
lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat,
polisorbat, PEG. Sedangkan, bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat
pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan pengawet sering digunakan
umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%.
Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan, untuk mencegah
ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh (Sumardjo, Damin, 2006).

Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi.


Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan
bersama-sama di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair
yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama
dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke
dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan
selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran
perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran
mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka
beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan
fase cair (Rowe, 2009).

Agar sistem pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan
kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati. Pertama, tujuan
pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setiap pelaksanaan
harus berpegang teguh pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan
standard an spesifikasi yang telah ada. Evaluasi Organoleptis, evalusai organoleptis
menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan
menggunakan subyek responden (dengan kriteria tertentu) dengan menetapkan kriterianya
pengujianya (macam dan item), menghitung prosentase masing- masing kriteria yang di
peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik. Evaluasi pH, evaluasi pH
menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air yang di gunakan
untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan agar mengendap,
dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter.
Evaluasi daya sebar, dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang
berskala. Kemudian bagian atasnya diberi kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya,
dan di beri rentang waktu 1 – 2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap
penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur
). Evaluasi penentuan ukuran droplet, untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan
krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan
pada objek glass, kemudian diperiksa adanya tetesan – tetesan fase dalam ukuran dan
penyebarannya. Uji aseptabilitas sediaan, dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang
yang di kasih suatu quisioner di buat suatu kriteria , kemudahan dioleskan, kelembutan,
sensasi yang di timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat
skoring untuk masing- masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut,
sangat lembut (Ansel,1989).

III. Dekripsi Zat Aktif dan Preformulasi Bahan Eksipien

3.1 Metil Salisilat (Farmakope Indonesia IV)


Pemerian : Cairan tidak berwarna, kekuningan atau kemerahan, berbau
khas dan rasa seperti gandapura. Mendidih antara 219°C dan
224 °C disertai peruraian.
Nama Lain : Methylis Salicylas
Nama Kimia : Benzoic acid, 2-hidroxy-methyl ester
Rumus Molekul : C8H8O3
Berat Molekul : 152,15
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, dan salam asetat
glacial
Titik Didih : 219°C - 224 °C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
pH :
Stabilitas : Stabil pada temperature ruang dengan wadah tertutup rapat
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen oksidasi kuat, asam kuat, basa
kuat, logam alkali, nitrat
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi :-
3.2 Menthol (Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6, halaman 433)
Pemerian : Hablur heksagonal atau serbuk hablur, tidak berwarna,
biasanya berbentuk jarum, atau massa yang melebur,
mempunyai bau yang enak seperti minyak permen
Nama Lain : Mentholum
Struktur Kimia :
Nama Kimia : 5-metil-2-(1-metil etil)-sikloheksanal
Rumus Molekul : C10H20O
Berat Molekul : 152,67
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam atnol, dalam
kloloform, dalam eter dan dalam heksana, mudah larut dalam
asam asetat
pH :
Titik Leleh : 41°C- 44°C
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu tidak lebih dari 25°C
Stabilitas : Stabil dalam suhu ruang dapat disimpan selama 18 bulan
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan butyl-kloralhidrat, kloralhidrat,
kromium trioksida, beta naftol, fenol, potassium
permanganate, champore
Sifat Khusus : Apabila dicampur dengan kamfer atau kloralhidrat atau fenol
sama berat maka campuran akan mencair
Koefisien Partisi :-
3.3 Asam Stearat
Pemerian : Zat keras mengkilat susunan hablur, putih, atau kuning pucat
mirip lemak
Nama Lain : Asam Setilasetik, Crodacid
Struktur Kimia :

Nama Kimia : Octadecanoic acid

Rumus Molekul :

Berat Molekul : 285,47


Kelarutan : Praktis larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)P, 2
bagian klorofom P dan dalam 3 bagian ester
pH :

Titik Didih : 112

Titik Leleh : 69 – 70

Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat


Stabilitas : Asam stearat merupakan bahan stabil, antioksi dan juga dapat
ditambahkan kedalamnya
Inkompatibilitas : salisital tidak kompatibel dengan logam hidroksida dan
mungkn tidak kompatibel dengan basa, bahkan pereduksi, dan
oksidator
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi :-
3.4 Cetyl Alkohol
Pemerian : Berupa serpihan putih atau granul seperti lilin, berminyak
memiliki bau khas dan rasa khas
Nama Lain : Cachalot, arol, ethal
Struktur Kimia :

Nama Kimia : hexaderan-lol

Rumus Molekul : O

Berat Molekul : 242,44


Kelarutan : Mudah larut dalam etanol 95 % dan eter, kelarutan meningkat
dengan peningkatan suhu, tidak larut dalam air
pH :

Titik Didih : 165

Titik Leleh : 45-52


Wadah dan Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan di tempat sejuk
serta kering
Stabilitas : Setil akohol stabil pada keadaan asam, basa, light dan udara
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agent pengoksidasi
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi :-
3.5 Stearil Alkohol (HOPE hal 700)
Pemerian : granul keras, putih, tidak berasa
Nama Lain : Cachalot, Crodacol,n-decaoctanol
Struktur Kimia :

Nama Kimia : 1-octadecanol


Rumus Molekul : C18H38O
Berat Molekul : 270,48
Kelarutan : larut dalam kloroform, etanol (95%), eter , heksan, propilen
glikol, benzene, aceton dan minyak sayur. Praktis tidak larut
dalam air.
pH :
Titik Leleh :59,4-59,80C
Wadah dan Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan kering
Stabilitas : stabil dengan asam dan basa.
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan agen pengoksidasi dan asam kuat
Sifat Khusus :
Koefisien Partisi :-
3.6 Gliserin (HOPE halaman 283, FI IV halaman 213)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa, cairan higroskopis,
mempunyai rasa manis, netral terhadap lakmus
Nama Lain : Croderol, glycerol, glycerine, glycerolum, 1,2,2-propanetriol,
trihydroxypropane glycerol
Struktur Kimia :
Nama Kimia : 1,2,3-propanetriol
Rumus Molekul :C3H8O3
Berat Molekul : 92,09
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah dan dalam
minyak menguap
pH :
Titik Leleh : 17,8 °C
Titik Didih : 290 °C
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat
Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis, dapat rusak oleh pemanasan.
Stabil sebagai campuran dala air, dalam methanol 95%, dan
propilen glikol
Inkompatibilitas : Dapat meledak saat bereaksi dengan agen pengoksidasi.
Gliserin membentuk kompleks asam borat.
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi :-
3.7 Nipagin (Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 Hal 442, FI IV Hal 551)
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwana, atau serbuk hablur putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar
Nama Lain : Metilparaben, Metagin, Metil paraept, aseptoform, metyl
cemosept
Struktur Kimia :

Nama Kimia : Methyl-4-hydrobenzoate


Rumus Molekul : C8H8O3
Berat Molekul : 152,15
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena, dan dalam karbon
tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan eter
pH larutan :-
Titik Lebur : 125◦C - 128◦C
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan bentonit, magnesium trisilikat, talk,
tragacant, sodium alginate, minyak esensial, sorbitol, dan
atropine.
Stabilitas : Pada ph 3-6 larutan nipagin cair dapat disterilkan dengan
autoklaf pada suhu 120◦C selama 20 menit. Stabil pada pH 3-6
pada suhu ruangan.
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi :-
3.8 Nipasol (Handbook of Phmarmaceutical Excipient Hal 596, FI IV Hal 713)
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna
Nama Lain : Propyl Paraben, Propagin, Propyl Cemosept, Propyl Parasept,
Solbrol P, Tegosept
Struktur Kimia :

Nama Kimia : Propyl-4-hydroxibenzoate


Rumus Molekul : C10H12O3
Berat Molekul : 180,20
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dan
dalam eter, sukar larut dalam air mendidih
pH larutan : :-
Titik Lebur : 95◦C - 98◦C
Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat
Stabilitas : Larutan nipasol cair pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan
autoklaf, tanpa dekomposisi. Pada pH 3-6, larutan nipasol cair
stabil sampai ste lebuh sekitar 4 tahun pada suhu ruangan.
Apabila pada pH 8 atau di atasnya maka akan cepat
terhidrolisis (10% atau lebih setelah 60 hari pada suhu
ruangan)
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan mgnesium aluminium silikat,
magnesium trisilikat, besi kuning oksida
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi :-
3.9 Propilen Glikol
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak
berbau, menyerap air pada udara lembab
Nama Lain : Propilen glycolum, metil-glikol
Struktur Kimia :

Nama Kimia : 1,2-propanediol


Rumus Molekul :C3H8O2
Berat Molekul : 76,09
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan
kloroform. Lart dalam beberapa minyak esensial dan dalam
eter, tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak
pH :-
Titik Didih : 188°C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Pada suhu tinggi akan teroksidasi menjadi propionaldehid,
asam laktat, asam piruvat dan asam asetat
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan reagen pengoksidasi seperti potassium
permanganat
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi :-
3.10 BHT (HOPE, halaman 81)
Pemerian : Padatan putih kuning atau serbuk bau khas
Nama Lain : Agiol, impiuvol, ionol cp
Struktur Kimia :
Nama Kimia : 2-6-Di-tert-butyl-4-methylpenol
Rumus Molekul :C15H24O
Berat Molekul : 220,35
Kelarutan : Sukar larut dalam air, gliserin, Propilen Glikol, larutan basa
hidroksida, dan asam mineral. Namun mudah larut dalam
aseton, benzene, etanol, eter, methanol, minyak, lebih mudah
larut minyak dibandingkan BHA
pH :-
Titik Leleh :70°C
Titik Didih : 265°C
Wadah dan Penyimpanan : Tempat tertutup, terhindar dari sinar matahari langsung, sejuk
dan kering
Stabilitas : Rusak apabila terkena cahaya, panas, perubahan warna, dan
kehilangan aktivitasnya
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen pengoksidasi kelat seperti
peroksida dan permanganate. Kontak dengan agen
pengoksidasi menyebabkan combustion
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi :-
3.11 KOH
Pemerian : Masa menyatu putih atau hamper putih, tersedia dalam pellet
kecil, serpihan, bentuk tongkat, atau bentuk lainnya, kalium
hidroksida adalah higroskopis dan diequwscent, pada paparan
udara, dengan cepat menyerap karbon dioksida dengan air
dengan pembentukan kalium karbonat
Nama Lain : potassium hidrovida
Struktur Kimia :K-O H
Nama Kimia : Kalium hidroksida
Rumus Molekul : KOH
Berat Molekul : 56,11
pH : 13,5

Titik Leleh : 360 , 380


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam eter, larut dalam air, dalam etanol,
dan dalam gliserin.
Wadah dan Penyimpanan: Harus disimpan pada wadah kedap udara, wadah non logam
ditempat sejuk dan kering
Stabilitas : Stabil pada suhu kamar
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan senyawa yang mudah mengalami
hidrolisis atau oksidasi tidak harus disimpan dalam kaca atau
wadah alumunium, dan akan bereaksi dengan eter, ester,
terutama dalam larutan
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi :-
3.12 Aquadest
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa
Nama Lain : Aqua, aqua purificata
Struktur Kimia :
Nama Kimia : Dihidrogen oksida
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 16,02
Kelarutan :-
pH :7
Titik Didih : 100◦C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas :-
Inkompatibilitas :-
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi :-
IV. Rasionalisasi Preformulasi dan Formulasi
4.1 Formulasi

Nama Bahan Rentangan Kadar Kadar Formulasi Fungsi


(HOPE, 2009)
Metil Salisilat - 10% Bahan aktif
Menthol - 4% Bahan aktif dan
corigen
Asam Stearat 1% - 20% 13% Emulgator,
solubilizing
agent
Stearil alkohol - 1% Stiffening Agent
Cetyl alkohol 2% - 10% 1% Stiffening Agent
Gliserin 5% - 15% 10% Emollient
Propilen glikol 15% 15% Humectan
5%-80% 5% Pelarut sediaan
Topikal
(kosolven)
KOH - 1% Buffer ph,
alkalizing agent
Methyl Paraben 0,12% - 0,18% 0,18% Pengawet
Propyl Paraben 0,02% - 0,05% 0,02% Pengawet
BHT 0,0075% - 0,1% 0,05% Antioksidan
Aquades bebas CO2 - Ad 100% Fase Air

4.2 Rasionalisasi Bahan


- Metil salisilat merupakan bahan aktif dalam krim ini. Memiliki mekanisme
memberikan efek analgesic sehingga dapat menyembuhkan kekakuan dan nyeri otot.
Merupakan golongan analgesic dan antiinflamasi topical. Cara pemberiannya,
dioleskan pada daerah yang sakit 3 – 4 kali sehari sambil diurut lemah sehingga
terserap ke dalam kulit. Pada proses pembuatan krim ini, metal salisilat sebanyak 10%
ditambahkan terakhir pada basis krim, karena metil salisilat bersifat mudah menguap.
Krim ini dibuat dengan formulasi vanishing krim. Vanishing krim umumnya emulsi
minyak dalam air, mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat.
Setelah pemakaian krim, air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat
yang tipis. Banyak dokter dan pasien lebih menyukai krim dibandingkan dengan
salep, untuk satu hal, umumnya mudah menyebar rata dan dalam hal krim dari emulsi
jenis minyak dalam air lebih mudah dibersihkan daripada kebanyakan salep.
- Menthol merupakan bahan aktif pula yang sekaligus sebagai corigen dalam krim ini.
Menthol sebanyak 4% dilarutkan terlebih dahulu dalam etanol 96% secukupnya, yang
kemudian dimasukkan ke dalam basis krim yang dilelehkan pada suhu 700C.
- Dalam formulasi topikal, asam stearat digunakan sebagai agen pengemulsi dan
pelarut. Digunakan sebanyak 13% dari rentangan 1% - 20%, sesuai dengan komposisi
vanishing cream
- Stearil alkohol sebanyak 1 % digunakan dalam kosmetik, krim topikal dan salep
farmasi sebagai agen peningkat viskositas. Dengan meningkatkan viskositas emulsi,
stearil alkohol meningkatkan stabilitas. Stearil alkohol juga memiliki beberapa sifat
pengemulsi emolien dan lemah. Ini juga telah diteliti untuk digunakan sebagai
penambah penetrasi transdermal.
- Dalam emulsi minyak dalam air, setil alcohol 1% dari rentangan 2% - 10% dapat
meningkatkan stabilitas dengan menggabungkannya dengan pengemulsi agen yang
larut dalam air. Dalam emulsi setengah padat, kelebihan setil alkohol yang
digabungkan dengan solusi pengemulsi air dapat membentuk fase kontinyu
viskoelastik. Oleh karena itu, setil alkohol kadang-kadang disebut sebagai
“consistency improver” atau “bodying agent.
- Gliserin sebesar 10% dari rentangan 5% - 15% digunakan sebagai emollient, yang
juga sebagai humektan, yang sering ditambahkan pada vanishing cream untuk
menimbulkan sensasi melembutkan kulit.
- Propilenglikol sebesar 15% ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w untuk
mengurangi penguapan air dari permukaan kulit (efek humektan). Selain sebagai
humektan, propilen glikol ini digunakan pula sebagai pelarut untuk sediaan topical
dengan konsentrasi 5% dari rentangan 5% - 80% dalam melarutkan bahan pengawet
baik Methyl Paraben maupun Propyl Paraben.
- KOH sebanyak 1% digunakan sebagai alkalizing agent, yaitu membuat sediaan
menjadi basa, apabila masih dalam rentangan asam. Dan digunakan untuk menjaga
konsistensi pH pada rentangan yang telah ditetapkan, sehingga dapat sesuai dengan
pH kulit, yaitu 4,5-6,5.
- Krim dikemas dan diawetkan dengan penambahan pengawet kimia sebagai
antimikroba pada formulasi untuk mencegah pertumbuhan mikroba organisme yang
terkontaminasi. Preparat setengah padat harus pula dilindungi melalui kemasan dan
penyimpanan yang sesuai dari pengaruh pengrusakan oleh udara, cahaya, uap air
( lembab ) dan panas, serta kemungkinan terjadinya interaksi kimia antara sediaan
dengan wadah. Digunakan pengawet Methyl Paraben ( nipagin ) 0,12-0,18% sebesar
0,18% dan Propyl Paraben ( nipasol ) 0,02-0,05% sebesar 0,02%. Kedua bahan
pengawet ini mempunyai kinerja yang maksimal apabila dikombinasi dengan
perbandingan 9:1.
- Untuk membuat sedian krim bertahan lama, atau terhindar dari reaksi oksidasi kimia
pada fase minyak krim, maka diperlukan penambahan agen antioksidan, yang mana
cara kerjanya adalah dengan mengorbankan dirinya sendiri untuk teroksidasi,
sehingga fase minyak tidak mengalami oksidasi maupun degradasi. Antioksidan yang
digunakan adalah Butylated Hidroxy Toluene (BHT), karena, BHT sendiri tidak akan
menyebabkan perubahan asam pada sediaan krim ini. BHT sendiri tidak memerlukan
kombinasi dengan antioksidan lain atau dapat bekerja tunggal, tidak seperti BHA yang
perlu dikombinasikan dengan BHT, ataupun antioksidan lain. BHT akan dilarutkan ke
dalam fase minyak. Dengan pemilihan konsentrasi BHT sebanyak 0,05% pada
rentangan 0,0075% - 0,1% ini, diharapkan dapat bekerja maksimal dalam sediaan
krim.
- Digunakan akuades bebas CO2 sebagai fase air ad 100%, yaitu 70,48 ml yang
dipanaskan dengan suhu 700C, kemudian dimasukkan semua bahan fase air, lalu
dicampurkan dengan lelehan fase minyak pada suhu 700C.
V. PERHITUNGAN
Jumlah sediaan krim yang dibuat adalah 5 pot masing – masing 30 gram.
Pada masing – masing bahan dilebihkan 5 %.
Perhitungan bahan yang dibutuhkan untuk membuat sediaan krim Memekrim adalah:
a. Metil salisilat  10%
10 x 30 gram = 3 gram ( untuk 1 pot)
100
3 gram x 5 = 15 gram ( untuk 5 pot )
5 x 15 g = 0.75 gram
100
Total metil salisilat yang dibutuhkan: 15 gram + 0.75 gram = 15.75 gram
b. Menthol  4 %

4 x 30 gram = 1.2 gram ( untuk 1 pot)

100
1.2 gram x 5 = 6 gram ( untuk 5 pot )
5 x 6 g = 0.3 gram
100
Total menthol yang dibutuhkan: 6 gram + 0.3 gram = 6.3 gram
c. Asam stearat  13 %
13 x 30 gram = 3.9 gram ( untuk 1 pot)
100
3.9 gram x 5 = 19.5 gram ( untuk 5 pot )
5 x 19.5 g = 0.975 gram
100
Total asam stearat yang dibutuhkan: 19.5 gram + 0.975 gram = 20.475 gram
d. Stearyl alcohol  1 %
1 x 30 gram =0. 3 gram ( untuk 1 pot)
100
0.3 gram x 5 = 1.5 gram ( untuk 5 pot )
0.3 x 15 g = 0.075 gram
100
Total staryl alcohol yang dibutuhkan: 1.5 gram + 0.075 gram = 1.575 gram
e. Cetyl alcohol  1 %
1 x 30 gram =0. 3 gram ( untuk 1 pot)
100
0.3 gram x 5 = 1.5 gram ( untuk 5 pot )
0.3 x 15 g = 0.075 gram
100
Total cetyl alcohol yang dibutuhkan: 1.5 gram + 0.075 gram = 1.575 gram
f. KOH  1 %
1 x 30 gram =0. 3 gram ( untuk 1 pot)
100
0.3 gram x 5 = 1.5 gram ( untuk 5 pot )
0.3 x 15 g = 0.075 gram
100
Total KOH yang dibutuhkan: 1.5 gram + 0.075 gram = 1.575 gram
g. Gliserin  10 %
10 x 30 gram = 3 gram ( untuk 1 pot)
100
3 gram x 5 = 15 gram ( untuk 5 pot )
5 x 15 g = 0.75 gram
100
Total gliserin yang dibutuhkan: 15 gram + 0.75 gram = 15.75 gram

h. Propylene Glycol  15 %
15 x 30 gram = 4.5 gram ( untuk 1 pot)
100
4.5 gram x 5 = 22.5 gram ( untuk 5 pot )
5 x 22.5 g = 1.125 gram
100
Total propylene glycol yang dibutuhkan: 22.5 gram + 1.125 gram = 23.625 gram
i. Metil paraben  0.18 %
0.18 x 30 gram = 0.054 gram ( untuk 1 pot)
100
0.054 gram x 5 = 0.27 gram ( untuk 5 pot )
5 x 0.27 g = 0.0135 gram
100
Total metil paraben yang dibutuhkan: 0.27 gram + 0.0135 gram = 0.2835 gram
j. Propil paraben  0.02 %
0.02 x 30 gram = 0.006 gram ( untuk 1 pot)
100
0.006 gram x 5 = 0.03gram ( untuk 5 pot )
5 x 0.03 g = 0.0015 gram
100
Total propil paraben yang dibutuhkan: 0.03 gram + 0.0015 gram = 0.0315 gram
k. BHT  0.05 %
0.05 x 30 gram = 0.015 gram ( untuk 1 pot)
100
0.015 gram x 5 = 0.075 gram ( untuk 5 pot )
5 x 0.075 g = 0.00375 gram
100
Total BHT yang dibutuhkan: 0.015 gram + 0.00375 gram = 0.0788 gram

l. Air bebas CO2 ad 100 %


=100 % - ( 10% + 4% + 13% + 1 % + 1 % + 10 % + 0.18 % + 0.02 % + 15 %+
0.05 % + 1 %)
=100 % - 65.25 %
= 44.75 %
= 44.75 % x 30 ml
=13.425 ml (untuk 1 pot)
13.425 ml x 5 = 67.125 ml (untuk 5 pot)
5 x 67.125 ml = 3. 5635 ml
10
Total air bebas CO2 yang digunakan = 70.48 ml
VI. PENIMBANGAN

BAHAN kadar Bobot 1 pot Bobot 5 pot + 5 %


Metil salisilat 10 % 3 gram 15.75 gram
menthol 4% 1.2 gram 6.3 gram
Asam stearat 13 % 3.9 gram 20.475 gram
Stearyl alcohol 1% 0.3 gram 1.575 gram
Cetyl alcohol 1% 0.3 gram 1.575 gram
KOH 1% 0.3 gram 1.575 gram
Metil paraben 0.18 % 0.054 gram 0.2835 gram
Propil paraben 0.02 % 0.0006 gram 0.0315 gram
Propilen glikol 15 % 4.5 gram 23.625 gram
gliserin 10 % 3 gram 15.75 gram
BHT 0.05 % 0.015 gram 0.0788 gram
Air bebas CO2 Ad 100 % 13.425 ml 70.48 ml
VII. Skema kerja

Fase Minyak

Stearil Cetil nipasol


As. Stearat BHT Menthol Metil
-Timabang alkohol alkohol -Timbang -Di timbang salisila
20,45 g -Timbang -Timbang 0,0788 g 6,3 g t
-Timbang -Timbang 15,75 g
1,575 g 0,0315 g
-Dilelehkan 1,575 g -Dilarutkan -Dilarutkan
-dilarutkan dengan dengan
Lelehan Hasil Hasil dengan etanol ad etanol qs
propilen larut
glikol Hasil
-Stearyl alcohol di campur 0,1228 g Hasil
ke lelehan
Hasil
-di lelehkan di waterbath

Hasil

-Cetil alcohol di campur ke


lelehan as stearat dan stearil
alcohol di watherbath
Hasil

-Dicampurkan larutan nipasol, larutan BHT dan larutan Menthol ke dalam


beaker glass yang berisi lelehan

-Di aduk dan dicampur ad homogen Hasil

Hasil

- Metil salisilat di campurkan ke dalam lelehan campuran


- Dipanaskan pada suhu 70 C di hotplate serta ditutup
dengan alumunium foil agar tidak menguap

Hasil
Fase
minyak
Fase Air

Aquadest KOH Propilen Nipagin Gliserin


Glikol
-ukur 70,48 ml -Timbang KOH -Ditimbang
1,575 gram -Ditimbang 0,2835 gram
-Dididihkan Propilen Glikol
dalam keadaan 22,5 g
tertutup

-Didinginkan
keadaan
tertutup

Hasil
Hasil
Aq bebas Hasil
CO2
-larutkan Nipagin kedalam
-Aq bebas CO2 di panaskan Propilen Glikol ad larut
0,94 ml

-Dilarutkan KOH kedalam aq


Hasil
bebas CO2 panas

Hasil

-Dicampurkan larutan nipagin,larutan KOH dan gliserin menjadi satu


wadah

-Diaduk ad homoge sambil di panaskan dalam suhu 70 C dengan api


Bunsen sambil di aduk ad homogen

Hasil fase
Air
Pencampuran kedua Fase

Hasil Fase Minyak Hasil Fase Air

-Dicampurkan fase minyak sedikit demi sedikit kedalam fase cair

-Diaduk dengan menggunakan stirrer dengan kecepatan 1000 rpm hingga terbentuk masa
semisolid

-Dipindahkan dalam mortar dan diaduk ad cream

-Dibagi ke dalam 5 pot masing masing pot berisi 30 g

-Dikemas rapi

-Dilakukan evaluasi

Hasil
VIII. Uji Mutu Sediaan Farmasetika Sediaan Akhir
8.1 Evaluasi Organoleptis (FI III, hal XXX)
Prinsip:
Diamati apakah sediaan yang dibuat sesuai dengan standar krim
Tujuan :
Untuk dapat mengevaluasi organoleptis sediaan
Metode :
1. Bau : mengenali aroma atau bau sediaan sirup dengan mencium aroma sediaan.
2. Warna : melihat warna dari sediaan sirup
3. Bentuk : mengenali bentuk dari sediaan.
4. Konsistensi : dirasakan konsistensi dari krim
Penafsiran Hasil :
Sediaan krim yang dihasilkan akan memiliki bentuk semisolid, warna putih dan berbau
menthol serta konsistensinya lembut.
8.2 Evaluasi Homogenitas
Prinsip :
Sebagian sampel diamati pada gelas objek secara visual
Tujuan :
Untuk mengetahui distribusi partikel/granul dari suatu krim
Metode:
Susunan partikel yang terbentuk dari sediaan akhir diamati secara visual. Metodenya
sampel diambil pada bagian atas, tengah atau bawah. Sampel diletakkan pada gelas objek
dan diratakan dengan gelas objek lain hingga lapisan tipis terbentuk. Setelah itu susunan
partikel yang terbentuk diamati visual (FI III, Hal 33).
Penafsiran hasil :
Sediaan krim yang dihasilkan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran partikel yang
sama di bagian manapun
8.3 Evaluasi Tipe Krim
Prinsip:
Uji tipe emulsi ini dapat menggunakan metode pengenceran, dye stabiliting test
(menggunakan reagen methylene blue atau sudan III), CaCl2/kertas saring, fluorescence
dan konduktivitas.
Tujuan :
Untuk dapat mengetahui tipe krim dari sediaan
Metode :
Dengan menggunakan metode pengenceran dan dye stabiliting test. Untuk yang metode
pengenceran dengan cara mengencerkan sediaan dalam air hasilnya jika bertipe o/w maka
akan dapat terencerkan dan sebaliknya. Untuk dye stabiliting test dengan memberikan
reagen methylene blue atau sudan III pada sediaan, hasilnya jika bertipe o/w maka dengan
methylene blue akan menghasilkan warna biru dan tidak akan menghasilkan warna merah
jika dengan reagen sudan III dan sebaliknya untuk yang bertipe w/o.
Penafsiran Hasil :
Sediaan krim apabila diberi methylene blue tampak fase luar berwarna biru (menyebar)
dan apabila diberi sudan III fase partikel minyak berwarna merah (tipe krim o/w).
8.4 Evaluasi Freeze Thawing
Prinsip :
Sediaan ditempatkan pada botol dan disimpan pada kondisi yang dipaksakan yakni suhu
4˚C dan 40˚C
Tujuan:
Untuk mengetahui ketidakstabilan krim
Metode:
Krim ditempatkan pada wadah yang ditutup kemudian disimpan pada suhu 4˚C selama
2x24 jam dan 40˚C selama 2x24 jam
Penafsiran Hasil :
Sediaan krim tetap stabil setelah evaluasi freeze thawing.
8.5 Evaluasi Daya Sebar
Prinsip :
Uji daya sebar dengan menggunakan lempeng kaca dan anak timbangan gram
Tujuan:
Untuk mengetahui daya sebar krim
Metode:
Krim ditimbang ±0,5 gram, diletakkan pada kaca bundar bagian rengah diatas diberi anak
timbangan sebagai beban dan dibiarkan 1menit. Diameter krim yang menyebar (dengan
mengambil panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi), diukur. 50 gram, 100 gram,200
gram, 300gram, 400 gram dan 500 gram digunakan sebagai beban, pada setiap
penambahan beban didiamkan selama 1 menit dan diukur diameter krim yang menyebar
(Ansel, 1989).
Penafsiran Hasil :
Daya sebar krim dengan bertambahnya beban akan bertambah besar pula diameternya.
8.6 Evaluasi Daya Lekat
Prinsip :
Sampel diukur kecepatan waktu saat terlepas dari antara dua gelas objek yang diberi
beban tertentu.
Tujuan:
Untuk mengetahui daya lekat krim
Metode:
Sejumlah sampel ±0,25 gram dilekatkan diantara dua gelas objek kemudian ditekan
dengan beban 1kg selama 5 menit. Setelah itu beban diambil kemudian gelas objek
diangkat menggunakan tangan dan dihitung waktu gelas objek jatuh (terlepas antara
keduanya) (Miranti,2009).
Penafsiran Hasil :
Sediaan krim memiliki daya lekat yang tinggi sehingga memberikan efek terapi yang
lebih lama.
8.7 Evaluasi pH
Prinsip:
Pengukuran pH sediaan dengan menggunakan potensiometri
Tujuan :
Untuk dapat menentukan pH dari sediaan
Metode :
Penetapan pH dilakukan dengan cara potensiometri atau kolorimetri. Semua larutan untuk
penetapan pH menggunakan air bebas karbondioksida p. pengukuran pada suhu
25˚C±2˚C, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing (FI IV, hal. 1039).
Penafsiran hasil :
Sediaan krim yang dihasilkan akan memiliki pH 6,0-7,0
IX. Tabel Data Pengamatan
9.1 Proses Pembuatan Sediaan
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Diukur aquadest sebanyak 150ml Didapatkan aquadest bebas CO2
dalam beaker glass dan sebanyak 150ml
dididihkan menggunakan
penangas air .Setelah mendidih
aquadest didinginkan dalam
keadaan tertutup
2. Ditimbang asam stearate Didapatkan asam stearate sebanyak
sebanyak 20,475 gram dan 20,4754 gram didalam beaker glass
dimasukkan beaker glass
4. Asam stearate dilelehkan di atas Didapatkan lelehan asam stearat
hot plate
5. Ditimbang stearil alcohol Didapatkan stearil alcohol sebanyak
sebanyak 1,575 gram 1,575 gram
6. Dilelehkan stearil alcohol Didapatkan canpuran lelehan asam
bersama lelehan asam stearate stearate dengan stearil alkohol
7. Ditimbang setil alcohol sebanyak Didapatkan setil alcohol sebanyak
1,575 gram 1,575 gram
8. Dilelehkan setil alcohol bersama Didapatkan lelehan setil alcohol yang
lelehan (5) tercampur dengan lelehan (5)
9. Ditimbang propil paraben Diperoleh propil paraben sebanyak
sebanyak 0,0315 gram 0,0315 gram
10. Ditimbang BHT sebanyak 0,0788 Didapatkan BHT sebanyak 0,0788
gram gram
11. BHT dilarutkan dengan etanol qs Didapatkan larutan BHT
12. Ditimbang menthol sebanyak 6,3 Didapatkan menthol sebanyak 6,3090
gram gram
13. Dilarutkan menthol dengan etanol Didapatkan larutan menthol
qs
14. Dicampurkan (9)+(11)+(13) ke Diperoleh campuran (9)+(11)+(13)+(7)
(7)
15. Ditimbang metil salisilat Diperoleh metil salisilat sebanyak
sebanyak 15,75 gram 15,755 gram
16. Dicampurkan metil salisilat ke Diperoleh fase minyak
dalam (14)
17. Fase minyak dipanaskan hingga Didapatkan fase minyak dengan suhu
70C 70C
18. Ditimbang propilen glikol Didapatkan propilen glikol sebanyak
sebanyak 22,5 gram 22,5003 gram
19. Ditimbang metil paraben Diperoleh metil paraben sebanyak
sebanyak 0,2835 gram 0,2836 gram
20. Dilarutkan metil paraben ke Diperoleh metil paraben yang larut
dalam propilen glikol dalam propilen glikol
21. Ditimbang gliserin sebanyak Diperoleh gliserin sebanyak 15,7510
15,75 gram gram
22. Diukur aquadest bebas CO2 Diperoleh aquadest bebas CO2
sebanyak 70,48 ml. sebanyak 70,48 ml
23. Ditimbang KOH sebanyak 1,575 Diperoleh KOH sebanyak 1,5750 gram
gram
24. Dilarutkan KOH dengan air panas Diperoleh larutan KOH sebanyak 1 ml
sebanyak 0,945 ml
25. Dicampur (20)+ (21)+(22)+(24) Diperoleh fase air
26. Fase air dipanaskan hingga suhu Diperoleh fase air dengan suhu 70C
70C
27. Dimasukkan fase minyak sedikit Diperoleh campuran fase minyak
demi sedikit ke fase air dan dengan fase air
diaduk menggunakan stirer
selama 10 menit 400rpm
28. Dipindahkan (27) ke mortir dan Diperoleh krim
diaduk
29. (28) dikemas dan dilakukan Krim terkemas rapi
evaluasi

9.2 Hasil Evaluasi


No Parameter Spesifikasi Hasil Pengamatan
1. Evaluasi Organoleptis Bau: harum Dilampirkan dibawah
(Bau,konsistensi, Warna : putih
warna, dan bentuk) Bentuk : semisolid
Konsistensi : lembut
2 Evaluasi pH 5,0-9,0 Tidak dilakukan
3. Evaluasi daya sebar Tersebar merata Dilampirkan dibawah
4. Evaluasi daya lekat lengket Waktu pelepasan kaca
objek 37 detik
5. Evaluasi homogenitas Homogen Homogen
6. Evaluasi freeze thawing Stabil Stabil
7. Penentuan tipe krim Krim minyak dalam air Dilakukan dengan
reagen methylene blue
dan sudan III dan
diamati di mikroskop
hasilnya krim minyak
dalam air karena:
 Dengan reagen
methylene blue
terlihat globul
berwarna putih
dengan background
biru.
 Dengan sudah III
terlihat globul
berwarna
kuning/orange
dengan background
putih

9.2.1 Data Hasil Evaluasi Organoleptik


Parameter/ Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5
Hari
Bau Khas metil Khas metil Khas metil Khas metil Khas metil
salisilat salisilat salisilat salisilat salisilat
Konsistensi Lembut Lembut Lembut Lembut Lembut
Warna Putih Putih Putih Putih Putih
Bentuk semisolid semisolid semisolid semisolid Semisolid

9.2.2 Data Hasil Evaluasi Daya Sebar


Beban (gram) Diameter 1 Diameter 2 Diameter 3 Rata-Rata
(cm) (cm) (cm) (cm)
50 3,6 3,4 3,7 3,57
100 3,7 3,5 3,8 3,67
200 4,0 4,4 4,1 4,17
300 4,3 4,5 4,5 4,43
400 4,6 4,8 4,9 4,77
500 5,0 5,2 5,0 5,07
9.2.3 Foto Hasil Evaluasi Tipe Krim

Foto Hasil Pengamatan Foto Hasil Pengamatan


di Mikroskop dengan di Mikroskop dengan
menggunakan Methylen menggunakan Sudan III
Blue

9.2.4 Foto Hasil Evaluasi


Freeze Thawing

X. PEMBAHASAN

Salah satu bentuk sediaan


transdermal adalah krim. Krim merupakan cairan kental atau emulsi setengah padat, baik
tipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim biasanya dipakai sebagai emulien atau
pemakaian obat pada kulit. Istilah krim secara luas digunakan dalam farmasi dan industri
kosmetik, dan banyak produk dalam perdagangan lainnya.
Metil salisilat merupakan bahan aktif dalam krim ini. Memiliki mekanisme memberikan
efek analgesic sehingga dapat menyembuhkan kekakuan dan nyeri otot. Merupakan
golongan analgesic dan antiinflamasi topical. Cara pemberiannya, dioleskan pada daerah
yang sakit 3 – 4 kali sehari sambil diurut lemah sehingga terserap ke dalam kulit. Pada
proses pembuatan krim ini, metil salisilat sebanyak 10% ditambahkan terakhir pada basis
krim. Pada formulasi sediaan krim ini menggunakan basis vanishing krim, yaitu
umumnya merupakan emulsi lemak dalam air, mengandung air dalam penetrasi yang
besar dalam asam stearat. Setelah pemakaian krim, air akan menguap meninggalkan sisa
berupa selaput asam stearat yang tipis. Banyak dokter dan pasien lebih menyukai krim
daripada salep karena, krim jenis ini mudah dibersihkan. Formulasi untuk vanishing krim
dengan tipe minyak dalam air ini adalah asam stearat, stearyl alkohol, cetyl alkohol dan
BHT untuk fase minyaknya. Dan untuk fase air, terdiri dari gliserin, metyl paraben,
propyl paraben, KOH dan air bebas CO2.
Cara pembuatan dari sediaan krim ini adalah, dengan menggabungkan masing-masing
bahan ke dalam fasenya masing-masing, yaitu fase air dan fase minyak. Kemudian
dipanaskan dengan menggunakan hotplate dengan suhu 700C. Setelah semua bahan
tercampur merata pada masing-masing fase, dicampurkan fase minyak ke dalam fase air
dengan menggunakan stirrer dengan kekuatan 400 rpm selama 10 menit dan tetap dijaga
pada suhu 700C. setelah tercampur merata, sediaan krim tersebut dipindahkan ke dalam
mortir untuk diaduk sehingga membentuk masa semisolid. Kemudian dikemas dan
dilakukan evaluasi.
Evaluasi yang dilakukan untuk menguji spesifikasi dari dari sediaan krim adalah uji
evaluasi organoleptis, didapatkan hasil, bau sediaan krim harum, yaitu harum khas metil
salisilat. Sediaan krim berwarna putih, dengan bentuk semisolid dan memiliki konsistensi
yang lembut. Hasil pengujian ini dilakukan dari hari 1 sampai hari ke 5, dan didapatkan
hasil yang sama disetiap harinya. Hasil ini sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
sebelumnya, jadi dapat dikatakan krim ini tidak mengalami perubahan secara
organoleptis. Evaluasi yang dilakukan selanjutnya adalah evaluasi daya sebar, yang mana
pengujian evaluasi ini hanya dilakukan pada hari yang sama setelah krim ini selesai
diproduksi. Pengujian daya sebar menggunakan beban sebesar 50 gram ; 100 gram ; 200
gram ; 300 gram ; 400 gram ; dan 500 gram, yang mana beban ini diletakan diatas
sepasang plat kaca yang didalamnya telah diletakan sediaan krim sebelumnya.
Didapatkan rata-rata panjang diameter untuk masing-masing beban setelah dilakukan
replikasi sebanyak 3 kali untuk masing-masing beban, yaitu 3,57 cm ; 3,67 cm ; 4,17 cm ;
4,43 cm ; 4,77 cm ; dan 5,07 cm. Hasil yang di dapatkan ini sudah sesuai dengan
penafsiaran hasil, dimana semakin besar berat beban, maka akan semakin besar pula
panjang diameter penyebaran krim yang dihasilkan karena semakin beratnya daya tekan
yang diberikan beban ke plat kaca dan sediaan krim sendiri. Evaluasi yang dilakukan
selanjutnya adalah evaluasi daya lekat, yang mana dilakukan dengan meletakan sediaan
krim diatas plat kaca dan ditutup kembali dengan plat kaca lainnya, kemudian dihitung
waktu yang dibutuhkan krim untuk bisa melepaskan diri dari kedua plat tersebut,
didapatkan hasil waktu pelepasan kaca sebesar 37 detik.
Pengujian selanjutnya adalah evaluasi homogenitas, dilakukan dengan meletakan
sediaan diatas gelas objek, kemudian diratakan. Pengujian disini untuk melihat distribusi
zat, apakah sudah homogen atau tidak. Dan didapatkan hasil bahwa krim hasil percobaan
sudah homogen. Krim sendiri merupakan suatu sediaan semisolid yang menggunakan
system emulsi, dimana sebelum percobaan, praktikan sudah menentukan spesifikasi dari
sediaan krim, yaitu minyak di dalam air (o/w), untuk menentukan tipe dari sediaan krim
ini, maka dilakukan evaluasi tipe krim, dengan menggunakan reagen metilen blue dan
suddan III, yang kemudian diamati. Pada krim yang ditetesi reagen metilen blue dan
diamati dibawah mikroskop, didapatkan droplet-droplet krim berwarna putih dan dengan
latar belakang biru. Sedangkan pada krim yang ditetesi reagen suddan III dan diamati
dibawah mikroskop, didapatkan droplet-droplet krim berwarna kuning dengan latar
belakang berwarna putih. Hal ini menandakan bahwa tipe dari sediaan krim ini adalah
minyak dalam air (o/w). kemudian evaluasi terakhir, dilakukan evaluasi Freeze thawing,
dimana sediaan diberi kondisi dengan suhu ekstreme, yaitu suhu 400C pada oven selama 2
hari dan suhu 40C pada lemari es selama 2 hari. Evaluasi ini dilakukan untuk melihat
kestabilan dari sediaan krim. Dan hasil yang didapatkan yaitu, krim tetap dalam keadaan
stabil. Berdasarkan hasil evaluasi dari sediaan krim ini, dapat dikatakan bahwa sediaan
krim memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.

XI. KESIMPULAN

Formulasi untuk vanishing krim dengan tipe minyak dalam air ini adalah asam
stearat, stearyl alkohol, cetyl alkohol dan BHT untuk fase minyaknya. Dan untuk fase air,
terdiri dari gliserin, metyl paraben, propyl paraben, KOH dan air bebas CO2. Hasil
evaluasi sediaan krim telah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya,
sehingga sediaan krim ini dapat dikatakan berhasil. Untuk basis jenis vanishing krim
dapat menghasilkan krim yang tidak terlihat apabila dioleskan ke bagian kulit. Karena
air akan menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis. Selain itu,
jenis krim ini mudah dibersihkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1994. Ilmu Meracik Obat Cetakan 6. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Anonim, 1973. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta ; Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta ; Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ansel, H. C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI Press.
Raymond, Paul J., dan Marian., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth
Edition. London : Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.
Rowe, R.C., PJ. Sheshky, dan ME. Quinn, 2009. Pharmaceutical Design. London :
Pharmaceutical Press.
Sumardjo, Damin, 2006. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksata. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai