Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang.


Segala puji senantiasa terpanjatkan kepada Allah Ilahi Rabbi, Dzat Yang
Mahakuasa dan Maha Esa. Hanya atas izinNya-Lah segala hal yang terjadi di
muka bumi ini dapat terjadi. Hanya atas takdirNya-Lah segala hal yang
direncanakan oleh hambaNya dapat terjadi. Begitu pula dengan karya ini,
berdasarkan qadarullah makalah ini dapat terlahir. Tak lupa, shalawat serta salam
tercurah limpahkan kepada utusanNya, Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi
Wasallam, para sahabatNya, para tabi‟in, serta umat Islam seluruhnya hingga
detik ini.

Sehubungan dengan lahirnya makalah ini penulis bermaksud untuk


memenuhi kewajiban sebagai seorang murid menjalankan perintah gurunya. Dan
makalah ini pun bertujuan agar dapat mengetahui inkar sunnah versi Syi‟ah dan
pandangan mereka tentang sunnah. Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka
baik bagi penulis maupun pembaca akan dapat mengetahui perbedaannya dengan
pandangan ahlus-sunnah tentang sunnah dan dapat membantah pandangan keliru
Syi‟ah tentang sunnah yang menyebabkan mereka mengingkari sunnah. Semoga
hadirnya makalah ini dapat menjawab tujuan-tujuan tersebut. Âmîn.

Oleh karena itu, melihat dari tujuan tersebut, maka penulis sengaja
memberikan judul pada makalah ini dengan, “Inkar Sunnah Versi Syi’ah dan
Pandangan Mereka Tentang Sunnah,” sebuah kajian singkat sebagai salah satu
tugas pada mata kuliah Inkar Sunnah.

Dan tak lupa ucapan terima kasih penulis panjatkan kepada semua pihak
yang telah membantu selama proses pembuatan makalah ini. Tidak ada kata yang
pantas diucapkan selain do‟a jazâkumullâh khair katsîr.

Garut, 23 Oktober 2018

Penulis

INGKAR SUNNAH Page 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3

A. Latar Belakang Masalah 3


B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan 4

BAB II PEMBAHASAN 5

A. Pengertian Sunnah Menurut Sunni dan Syi’ah 5


B. Pandangan Syi‟ah Terhadap Sunnah 6
C. Inkar Sunnah Versi Syi‟ah 10
D. Bantahan Terhadap Pandangan Syi‟ah Tentang Sunnah 11

BAB III PENUTUP 13

A. Simpulan 13
B. Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

INGKAR SUNNAH Page 2


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Satu bagian tubuh yang telah Allah Ta‟ala limpahkan kepada manusia
sebagai kelebihan ataupun pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya,
yaitu akal. Sebagaimana disebutkan di dalam contoh yang terdapat dalam buku
„ilmu al-Manthiq karya Ustadz KH. A. Zakaria:

‫ما هى إلاوسان ؟ إلاوسان حيىان هاطم‬

Apa itu manusia? Manusia adalah hewan yang berakal. (ilmu al-Manthiq;
hlm : 3)

Dari pernyataan tersebut, menjelaskan bahwa perbedaan manusia dengan


hewan adalah akal. Di mana dari akal tersebut manusia dapat berfikir, yang
kemudian dari fikiranya tersebut akan melahirkan suatu pemikiran. Pemikiran
yang diperoleh dari hasil berfikir atas ilmu yang diterima akal. Ketika ilmu yang
berdasarkan wahyu, maka akan melahirkan pemikiran yang positif . namun
sebaliknya, ketika ilmu tidak berdasarkan wahyu, maka akan melahirkan
pemikiran yang negatif, karena tidak berasal dari sumber yang Haq
(kebenaranyang hakiki).

Setelah adanya pemikiran-pemikiran, maka naluriah manusia itu


berkelompok dengan orang-orang yang sepemikiran dengannya. Sehingga lahirlah
kelompok-kelompok atau sekte-sekte yang memiliki corak pemikiran yang sama
disetiap sektenya masing-masing.

Slah satu kelompok yang menjadi bahasan utama pada makalah ini adalah
Syi‟ah. Kelompok syi‟ah ini lahir dari adanya kesamaan dalam pemikiran, yang
kemudian ada paham-paham yang dibawahnya, salah satunya paham mereka
tentang sunnah. Lalu yang menjadi permaslahnya adalah apakah paham tersebut
benar berdasarkan wahyu ataukah paham tersebut sesat dan menyesatkan (?).
Agar terselamatkannya akal dari paham- paham yang menyimpang, maka penting

INGKAR SUNNAH Page 3


kiranya untuk mengetahui lebih dalam mengenai syi‟ah terhadap sunnah tersebut.
Untuk selanjutnya sunnah yang dimaksud adalah hadits. Oleh sebab itu, maka
penulis sengaja memberikan judul pada makalah ini dengan, “Inkar Sunnah
Versi Syi’ah dan Pandangan Mereka Tentang Sunnah.”

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis merumuskan beberapa masalah dalam bentuk
pertanyaan, sebagai berikut:
a. Bagaimana perbedaan pengertian suunah menurut sunni dan syi‟ah?
b. Bagaimana pandangan syi‟ah terhadap sunnah?
c. Bagaimana ingkar sunnah syi‟ah?
d. Bagaimana bantahan terhadap pandangan syi‟ah tentang sunnah?

C. Tujuan penelitian
Makalah ini memiliki beberapa tujuan, yaitu:
a. agar bisa mengetahui pengertian sunnah menurut sunni dan syi‟ah.
b. agar bisa mengetahui pamdangan syi‟ah terhadap sunnah.
c. Agar bisa mengetahui inkar sunnah versi syi‟ah.
d. Agar bisa mengetahui bantahan terhadap pandangan syi‟ah tentang
sunnah.

INGKAR SUNNAH Page 4


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sunnah Menurut Sunni dan Syi’ah

Sunnah yang dimaksud pada pembahasan ini adalah sunnah dalam ilmu
Musthalah Hadits atau „Ulumul Hadits, bukan dalam ilmu Ushul Fiqih.
Maksudnya adalah sunnah nabawiyah, yakni hadits Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam. Hadits yang secara bahasa adalah al-Khabar yakni berita.

Sedangkan menurut istilah adalah:

.‫ما أ ضيف إلى الىبي ملسو هيلع هللا ىلص من كىٌ أو فعل أو ثلسيس أو وصف‬

“Apa yang disandarkan kepada Nabi Shalallahu Alihi Wasallam berupa


perkataan, perbuatan, persetujuan, maupun sifat (fisik dan budi perkerti).”1

Pengertian hadits tersebut adalah menurut sunni (Ahlus –Sunnah).

Sedangkan menurut Syi‟a, Syekh Muhammad Baha‟uddin al-„Amili


(ulama syi‟ah) menyatakan bahwa pengertian hadits adalah :

‫عسف الحديث بأهه هالم حييى كىٌ املعصىم أو فعله أو ثلسيسه‬

“Hadits didefinisikan perkataan yang menceritakan perkataan orang yang


maksum, perbuatannya, atau ketetapannya.”2

menurut Syi‟ah, hadits dan suunah itu berbeda. Jika pengertian hadits
sebagaimana dijelaskan sebelumnya, mka selanjutnya pengertian sunnah menurut
mereka adalah sebagai berikut:

‫هفس كىٌ املعصىم و فعله و ثلسيسه‬

1
Muhammad ibn Shalih ibn Muhammad al-„Utsaimin, Mushthalah al-Hadits, (Kairo: Maktabah
al-„Ilm, 1994), Vol. 1, hlm. 5
2
Amin Muchtar, Hitam Dibalik Putih Bantahan Terhadap Buku Putih Madzhab Syi‟ah, (Jakarta:
al-Qalam, 2014), hlm. 120

INGKAR SUNNAH Page 5


“Hakikat perkataan orang yang maksum, perbuatannya atau
3
ketetapannya.”

Redaksi versi Sayyid Muhammad Taqiy al-Hakim adalah:

‫فهي ول ما يصدز عن املعصىم من كىٌ أو فعل أو ثلسيسه‬

“Sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber dari al-maksum, berupa


perkataan, perbuatan. Dan taqrir.”4

Dan yang disebut al-maksum dalam pandangan Syi‟ag terkhusus Syi‟ah


Imamiyah adalah para nabi, para rasul. Dan juga para imam yang berjumlah du
belas orang. Dengan demikian diketahui bahwa sunnah yang dimaksud Syi‟ah
adalah segala hal yang bersumber dari al-maksum baik perkataan, perbuatan, dan
taqrir. Sehingga dapat dipahami bahwa sunnah (versi Syi‟ah) semuanya shahih
tidak ada sunnah yang tidak shahi, karena bersumberdari al-maksum.

Dari kedua pengertian tentang suunah dengan dua versi, yakni versi sunni
(ahlus sunnah) dan versi Syi‟ah. Selanjutnya, dapat diketahui perbedaan yang
mendasr di antara dua versi tersebut, yaitu bagi sunni hadits itu bersumber dari
Rasulullah Shalallahu „Alaihi Wasallam (manusia pilihanNya) sedangkan
menurut Syi‟ah hadits adalah yang bersumber dari orang-orang yang maksum
yakni para nabi, rasul, dan para imam yang dianggap maksum. Menurut mereka
kedudukan para imam itu sama dengan kedudukan para Nabi, bahkan mereka
lebih memaksumkan para imam dari pada para Nabi. Hal ini akan dibuktikan pada
bab selanjutnya mengenai pandangan Syi‟ah terhadap sunnah. Olah karena itu,
tidak menjadi salah jika ada pernyataan bahwa hadits ,enurut Syi‟ah adalah
ucapan, perbuatan, atau ketetapan imam yang maksum.5

3
Amin Muchtar, Hitam Dibalik Putih… hlm. 120
4
Amin Muchtar, Hitam Dibalik Putih… hlm. 121
5
Dr. Ali Ahmad As-Salus, Ensiklopedi Sunnah Syi‟ah Studi Perbandingan Hadits & Fikih 2 dari
buku asli Ma‟a al-Syî‟ah al-Itsnâ „Asyariyah fî al-Ushûl wal-Furû‟ (Mausû‟ah Syâmilah)
Dirâsah
Muqârinah fî al-Fiqh wal-Hadîts terjemahan oleh Asmuni Solihan Zamakhsyari, (Jakarta:
alKautsar, 2001), vol. 2, hlm. 134

INGKAR SUNNAH Page 6


B. Pandangan Syi’ah Terhadap Sunnah

Sebagaimana sub bab sebelumnya sudah dijelaskan secara singkat


bagaimana pengertian hadits menurut Syi‟ah. Maka pada sub bab ini akan
diperdalam pembahasannya mengenai pandangan Syi‟ah terhadap sunnah.

Arti asal dari kata Syi‟ah adalah kelompok. Dalam hal ini Syi‟ah dikenal
sejak lama dengan istilah pengikut setia “Ali bin Abi Thalib. Agar istilah Syi‟ah
tidak menyebabkan kesalahpahaman sebagaimana keumumannya dalam
menjelaskan Syi‟ah adalah seolah-olah mereka merupakan pengikut yang
mengikuti „Ali dan atau „Ali seolah-olah sepemahaman dengan mereka (para
pengikut setia). Padahal hal itu tidaklah benar. Maka dalam buku khawarij &
Syi‟ah karya Dr. Ali Muhammad ash- Shallabi, ia mendefenisikan Syi‟ah adalah
orang-orang yang mengaku-ngaku sebagai pendukung „Ali bin Abi thalib –
semoga Allah meridhainya- bahkan terkadang mereka pun dinamai dengan
Rafidlah –arti asalnya adalah meninggalkan pemimpin mereka. Hal ini karena
pada kenyataanya Syi‟ah tidak sedikitpun mengikuti „Ali dan „Ali pun tidak
memiliki keyakinan yang sama dengan mereka. Oleh karena itu, sejatinya Syi‟ah
hanyalah mereka yang mengaku-ngaku mengukuti „Ali dan mereka yang bersikap
meninggalkan pemimpinya.6

Disebutkan di dalam buku Islam tampa sesatI karya Dr. Nashruddin


Syarief, M. Pd.I. tentang keberadaan Syi‟ah didalam Islam. Jelas disebutkan
bahwa Syi‟ah adalah ahlul bid‟ah. Ia masi merupakan bagian dari islam, namun
keberadaannya merupakan lawan dari ahlus-sunnah. Dimana mereka disebut ahlul
bid‟ah karena banyaknya bid‟ah –bid‟ah yang mereka buat, antara lain : tentang
konsep imamah, „ishmah, mahdiyyah, penghinaan terhadab sahabat, taqiyyah, dan
tahrif Alquran.7 Maka dari itu tidak menjadi salah jika Syi‟ah dilabeli sebagai
ahlul bid‟ah.

6
Dr. Ali Muhammad ash-Shallabi, Khawarij & Syi‟ah Sejarah, Ideologi & penyimpangan
Menurut Pandangan Ahlussunnah wal Jama‟ah dari judul asli Fikrul Khawarij wasy-Syi‟ah fi
Mizani Ahlis Sunnah wal Jama‟ah terjemahan oleh Cep Mochamad Faqih, (Jakarta: Ummul Qura,
2016), hlm. 179
7
Dr. Nashruddin Syarief, Islam Tanpa Sesat Membedah Akar Pemikiran Aliran Sesat, (Bandung:
Tsaqifa Publishing, 2015), hlm. 98

INGKAR SUNNAH Page 7


Conto kasus dalam konsep imamah, mereka meyakini vahwa adanya para
imam atau para pemimpin yang akan melanjutkan misi dan risalah Nabi
Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam. Di mana pemimoun atau imam yang
dimaksud mereka adalah pemimpin agama maupun pemimpin dalam hal
kemasyarakatan. Pada umumnya Syi‟ah memiliki konsep imamiah sebagai berikut
–kecuali sekte syi‟ah Zaidiyyah-: yang mana penentuan imam bukan berdasarkan
kesepakatan umat, melainkan berdasarkan wasiat atau penunjukan oleh imam
sebelumnya atau oleh Rasulullah Shalallahu „Alaihi Wasallam lansung. Sehingga
menurut mereka permasalahan imamah ini termasuk kedalam ranah salah satu
rukun agama atau ushuluddin. Sedangkan menurut sunni (ahlul sunnah),
permasalahan imamah ini hanya masuk kedalam ranah furu „iyyah (cabang atau
bukan ushuluddin).8 Hal ini menjadi contoh perbedaan antara Syi‟ah dan sunni.
Sehinnga konsekuensi logisnya, Syi‟ah meyakini adanya sosok yang sama seperti
Rasulullah Shalallahu „Alaihi Wasallam setelah wafatnya sebagai pengganti
beliau dalam menyampaikan risalahNya.

Perbedaan kedua dalam konsep‟Ishmah. Makna dari ishmah adalah


maksum (terpelihara atau terjaga). Maksudnya adalah mereka meyakini bahwa
para imam dan juga Nabi Muhammad Shalallahu „Alaihi Wasallam terjaga dari
segala bentuk perbuatan salah atau lupa. Dalam artian mereka terjaga dari
perbuatan dosa9. Menurut sunni tidak ada orang yang maksum selain dari Nabi
Muhammad Shalallahu „Alaihi Wasallam saja, manusia lainnya tidak ada yang
maksum. Karena hal ini merupakan kelebihan yang Allah Ta‟ala berikan hanya
kepada NabiNya saja. Sedangakan menurut Syi‟ah, manusia yang maksum itu
tidak hanya Nabi saja melainkan para imam pun maksum. Karena mereka (para
imam) pun sama-sama Allah Ta‟ala berikan amanah untuk menyampaikan
risalahNya. Sehingga tidak mungkin orang yang membawa risalah tidak terjaga
dari dosa, karena hal itu akan menimbulkan keragu-raguan atas kebenaran risalah
yang dibawahnya. Hal ini yang dimaksud pada sub bab sebelumnya – syi‟ah jauh
lebih memaksumkan para imam dari pada para Nabi-, karena mereka memiliki
satu konsep pemahaman, akni „Ishmah (terjaganya para imam).

8
8 EnsiklopediIslam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), vol. 5, hlm. 11
9
Ensiklopedi Islam,… vol. 5, hlm. 11

INGKAR SUNNAH Page 8


Dan konsep bid‟ah lainnya yang sangat berdampak besar bagi pandangan
Syi‟ah terhadap sunnah, yaitu penghinaan terhadap shahabat. Selain dari konsep-
konsep sebelumya, konsep konsep kali ini sangat dapat memberikan konsekuensi
logis „mengapa Syi‟ah tidak menerima hadits dari para sahabat lainya 9selain
ahlul bait). [?].‟ hal itu terjawab dengan konsep ini “ Penghinaan terhadap
sahabat.” Prinsip yang dengan teguh mereka pegang, yakni menghina para sahabat
dan mengagung-agungkan ahlut bait. Sebagai mana disebutkan dalam Ensklopedi
islam salah satu doktrin Syi‟ah adalah tentang ahlul bait. Arti asal ahlul bait
adalah keluarga atau kerabat dekat. Maksudnya yakni keluarga atau kerabat dekat
Nabi Muhammad Shalallahu „Alaihi Wasallam. Ada tiga bentu dari pengertian
ahlul bait tersebut, yaitu :

1. Istri –istri Nabi Muhammad Shalallahu „Alaihi Wasallam dan


seluruh Bani Hasyim,
2. Hanya bani hasyim,
3. Terbatas pada Nabi Muhammad Shalallahu „Alaihi Wasallam
sendiri, „Ali, Fatimah, Hasan, Husein dan imam-imam dari
keturunan „Ali bin Abi Thalib. Dan bentuk ketiga inilah yang
populer di dalam Syi‟ah.10

Dari doktrin ahlul baitnya tersebut, mereka meyakini kemaksuman ahlul


bait (terpelihara dari dosa.

Dan penghinaan mereka terhadap sahabat, slah satunya yang berkaitan


dalam konteks penerimaan hadits adalah bahwa mayoritas sahabat telah murtad
kecuali 3 orang saja.11 Namun, ada pula yang menyatakan 3-1112 orang saja. Jika
prinsip mereka (penghinaan terhadap sahabat) tetap tidak berubah, maka
konsekuensinya logisnya adalah mereka tidak akan menerima hadits yang
dibawakan leh para sahabat. Sedangkan hadits-hadits yang disampaikan
Rasulullah Shalallahu „Alaihi Wasallam bisa disampaikan pada generasi saat ini
tidak lain melalui jalan para sahabat. Para sahabat turut adil bahkan erat kaitanya

10
Ensiklopedi Islam,… vol. 5, hlm. 10
11
Dr. Nashruddin Syarief, Islam Tanpa Sesat Membedah Akar Pemikiran Aliran Sesat,... hlm. 119
12
Abdul Majid Khon, Pemikiran Modern dalam Sunah: Pendekatan Ilmu Hadis, (Jakarta:
Kencana, 2011), hlm. 47

INGKAR SUNNAH Page 9


dalam perjalanan periwayatan hadits. Argumen yang mengaitkan keyakinan ,ereka
adalah hadits yang digunakan pulah oleh ahlus sunnah sebagai berikut :

‫ وإن أها سا من أصحابي يؤ خر بهم ذات الشماٌ فأكىٌ أصحابي أصحابي‬...

‫فيلىٌ (( إنهم لم يزالىا مسثدين على أعلابهم مىر فازكتهم فأكىٌ هما كاٌ العبد‬

‫الصالح و هىت عليهم شهيدا ما دمت فيهم فلما ثىفيحني هىت أهت السكيب عليهم و‬

‫ إن جعربهم فئنهم عبادن وإن جغفس لهم فئهً أهت العزيز‬.‫أهت على ول ش يء شهيد‬
13
.))‫الحىيم‬

“... lalu ada segolongan dari sahabtku yang akan diculik dari arah kiru
lalu aku katakan: “ itu sahabtku, itu sahabtku.” Maka Allah Ta‟ala berfirman: “
Sesungguhnya mereka menjadi murtad sepeninggal kamu.” Aku katakan
sebagimana ucapan hanba yang Shalih (dan adalah aku menjadi saksi terhadap
mereka, selama aku berada diantara mereka. Maka setelah engakau wafatkan
(angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan engkau adalah maha
menyaksikan atas segala sesuatu. Jika engakau menyiksa mereka, maka
sesungguhnya mereka adalah hambah-hambah engakau, dan jika engakau
mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engakaulah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana. [QS. Al-Ma‟idah {5}: 117-118).14

Dari hadits tersebut sangat jelas menunjukkan bahwa para sahabat murtad
setelah Rasulullah Shalallahu „Alaihi Wasallam wafat. Hal ini jelas sangat
menguatkan pemahaman mereka tentang kemurtadan para shabat.

Penghinaan lainnya dalam hal periwayatan agama, baik dalam tafsir


maupun hadits para sahabat tidak bisa dijadikan rujukan. Sebagaimana tokoh
Syi‟ah, Syarafuddin al- musawi mengatakan bahwa ia tidak setuju jika semua

13
Muhammad ibn Isma‟il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (t.tp: Dar Thuq al-Najah, 1422 H), vol.
4, hlm. 139, No. 3349
14
Dr. Nashruddin Syarief, Islam Tanpa Sesat… hlm. 120-121

INGKAR SUNNAH Page 10


sahabat dinilai „adil (berakhlaq mulia dan bisa dipercaya sebagai rujukan agama),
karena tidak ada satu dalil pun yang menerangkan hal tersebut.15

Berikut adalah argumen mereka tentang ketidak adilan para sahabat


melalui ayat Alquran, sebagai berikut:

َ َ ّ َ َ ُ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ َ َ ُ َ ُ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َّ َ
‫اق َل‬ ِ ‫و ِممن حولكم ِمن ْلاعرا ِب منا ِفقون و ِمن أه ِل اْل ِدين ِة مردوا على‬
ِ ‫النف‬
َ َ
...‫ت ْعل ُم ُه ْم‬

“Di antara orang-orang Arab Badui yang disekelilingmu itu, ada orang-
orang munafik; dan (juga) di antara penduduk madinah. Mereka keterlaluan
dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi)
Kamilah-Lah yang mengetahui mereka.” (QS. At –Taubah [9]: 101)16

Dapat diketahui dari ayat tersebut bahwa pada zaman Rasulullah


Shalallahu „Alaihi Wasallam pun sudah ada para sahabat yang munafik. Sehingga
tidak salah lagi bagi mereka (menurut pandangan mereka)bahwa mereka
menganggagp dari kemunafikannya tersebut para shabat bukanlah orang yang
adil. Dalam artian, tidak semua sahabat adil berbakti dan bertakwa. Buktinya
dengan adanya keterangan di antara mereka ada yang munafik.

Dengan demikian jelas bahwa Syi‟ah tidak menerima hadits melalui jalur
para shabat. Mereka hanya menerima hadits dari ahlul bait. Bahkan pada
prakteknya mereka lebih menerima dan mengikuti para imamnya bukan lagi ahlul
baitnya. Sebagaimana dalam buku Hitam dibalik putih karya Amin Muchtar, ia
menyantumkan dengan sub judul Verifikasi Autensi Hadits, isi paragrafnya adalah
sebagai berikut:

Dalam kaitanya dengan keshahihan hadits, para ulama Syi‟ah telah


memberikan kriteria –kriteria tertenu yang harus terpenuhi agar suatu hadits
dapat diterima kehujjahannya. Namaun, semuanya mengacu pada pembatasan
imam yang maksum dengan persyaratan periwayatan harus dari kalangan Syi‟ah

15
Dr. Nashruddin Syarief, Islam Tanpa Sesat… hlm. 121
16
Dr. Nashruddin Syarief, Islam Tanpa Sesat… hlm. 121

INGKAR SUNNAH Page 11


Imamiyah. Jadi, hadits tidak sampai pada tingkatan shahih jika para
periwayatannya bukan dari ja‟fariyah itsna „Asyariyah dalam semua tingkatan.17

Oleh karena itu secara garis besar pandangan Syi‟ah terhadap sunnah
adalah mereka hanya menerima hadits yang diriwayatkan oleh para imamnya saja.

Ada stu sekte dalam Syi‟ah yang memiliki konsep imamah yang berbeda,
yakni sekte Syi‟ah Zaidiyyah. Konsep imamah menurut nereka adalah para imam
yang menjadi pewaris Rasulullah Shalallahu „Alaihi Wasallam itu tidak
disebutkan nama-namanya secara jelas, melainkan hanya ciri-cirinya saja. Misal:
para imam haruslah berasal dari dari keturunan bani Hasyim, lalu setelah
wafatnya „Ali bin Abi Thalib, para imam harus berasl dar keturunan Fatimah binti
Rasulullah Shalallahu „Alihi Wasallam, dan ciri-ciri lainya. Dan dalam konsep
„ishmah nya pun mereka tidak meyakini bahwa para imam itu adalah orang yang
terjaga (suci dari dosa), melainkan para imam itu sama seperti manusia biasanya
tidak luput dari kesalahan. Di dalam konsep imamahnya, ada istilah imam asdlal
dan imam mafdhul. Imam afdhal adal imam yang telah memenuhi persyaratan
sebagai imam versi Syi‟ah Zaiditah. Sedangkan imam mafdhul adalah imam yang
tidak memenuhi persyaratan versi imam Syi‟ah Zaidiyah. Contoh imam afdhal
adalah „Ali bin Abi Thalib, sedangkan contoh imam mafdhul adalah Abu Bakar,
„Umar bin Khathab, dan „Utsman bin Affan.18 Akan tetapi ada satu aliran dari
sekte Syi‟ah Zaidiyah ini yang tidak mengakui keimaman „Utsman bin Affan,
yakni aliran Sulaimaniyyah / al-Jariyah.19

Memang paha ajaran-ajaran Syi‟ah Zaidiyah ini hampir-hampir mirip ahlul


sunnah. Namu, tetap ada perbedaan lainya dengan paham ahlul sunnah, contoh
dalam konsep teologinya. Dan dalam biadang hadits, ada ulama yang menerima
hadits dari pengikut Syi‟ah Zaidiyah karena ajaranya tidak ajauh beda denagan
ahlul sunnah. Namun, ada pula ulama yang menolak menerima hadits dari
mereka, karena walaupun ajaranya hampir sama, tetapi tetap ,ereka termasuk ahlul

17
Amin Muchtar, Hitam Dibalik Putih… hlm. 128
18
Aminun P. Omolu, Syi‟ah Zaidiyah: Konsep Imamah dan Ajaran-Ajaran Lainnya, bentuk
artikel
(pdf.), hlm. 210-213
19
http://www.syiahindonesia.com/2015/05/macam-macam-aliran-syiah-lengkap.html?m=1
(11/11/2017; 18.45)

INGKAR SUNNAH Page 12


bid‟ah. Dan dalam menyikapi ahlu bid‟ah itu ada pelarangan menerima ilmu dari
mereka sebagimana yang telah dijelaskan dan diputuskan oleh MUI.20

C. Ingkar Sunnah Versi Syi’ah

Dalam penjelasan pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa Syi‟ah


menerima dan mengamalkan hadits. Hanya saja hadits yang diterima dan
diamalkan oleh mereka adalah hadits yang diriwayatkan oleh para imam yang
maksum saja. Oleh karena itu. Dapat diketahui bahwa Syi‟ah mengingkari
sebagian hadits, maka Syi‟ah termasuk kepada jenis inkar Sunnah muqayyad.
Bukan lagi menolak hadits ahad atau pu hadits yang bertentangan dengan
Alquran, melainkan menolak sebagian hadits yang diriwayatkan dari selain para
imam yang maksum.

Dan penting kiranya untuk mengetahui salah satu kitab fenomenal karya
ulam Syi‟ah sebagai tambahan pengetahuan. Kitab tersebut adal al-kahfi karya al-
Khulaini, seorang tokok Syi‟ah yang merupakam ahli hadits dan memiliki banyak
guru dari kalangan ahlul bait.21 Kitab tersebut berisi hadits-hadits Syi‟ah yang
menjadi rujukan utama bagi seluruh pengikut Syi‟ah setelah kutub al- „Arba‟ah
(emapat kiatab hadits Syi‟ah). Al kafi ini bagaikan panduan pokok setelah
Alquran bagi pengikut Syi‟ah. Karena di dalamnya berisi hadits-hadits versi
Syi‟ah.

D. Bantahan Terhadap Pandangan Syi’ah Tentang Sunnah

Alasn Syi‟ah menolak sebagian hadits adalah karena diriwayatkan oleh


para sahabt yang dalam konsep pemahaman merke, mereka menghina para
sahabat. Salah satu penghinaan mereka yang berkaitan dalam penerimaan hadits
adalah mereka meyakini bahwa para shabat tidak adil, sebagaimana yang telah
dijelakan pada sub bab sebelumnya.

20
Lihat buku panduan MUI, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia, hlm.
33-34
21
Amin Muchtar, Hitam Dibalik Putih… hlm. 184

INGKAR SUNNAH Page 13


Oleh sebab itu, berikut adalah bantahan terhadap argumen mereka tersebut
sebagimana yang telah dibantahkan oleh Dr. Nashruddin Syarief di dalam
bukunya:

“Maka dari itu qaidah yang dirumuskan Ahlus-Sunnah bukan “Para


sahabat semuanya ma‟shum,” tetapi “Para sahabat semuanya adil.”
Adil itu konteksnya kejujuran dalam menjaga dan mengajarkan
agama. Dan dari qaidah ini yang dituju as-Shahabah; sahabat secara
keseluruhan. Artinya tidak mustahil ada orang perorang shahabat
yang berbuat keliru dan salah, tetapi mustahil shahabat yang lain
membiarkannya tanpa amar ma‟ruf nahyi munkar. Sehingga dari fakta ini
diketahui bahwa jika ada sesuatu terjadi di zaman shahabat
yang diketahui tidak ada pengingkaran dari sesama shahabat, maka
itu pertanda shahabat secara keseluruhan menyetujuinya (ijma‟
sukuti). Persetujuan shahabat itu pertanda kebenaran, sebab mustahil
shahabat menyetujui kesalahan. Di sinilah berlakunya qaidah “Para
shahabat semuanya „adil.”22

Paragraf tersebut sengaja penulis cantumkan utuh sebagaimana yang


ada dalam tulisan aslinya. Hal ini agar maksud dari paragrafnya tidak
terkurangi sedikitpun. Adapun bantahan terhadap argumen mereka tentang
kemurtadan para sahabat adalah sebagaimana berikut:

“Adapun penyebutan Nabi saw: “Itu shahabatku, itu shahabatku,”


tidak berarti ada shahabat yang murtad, karena dalam riwayat lain
Nabi saw bersabda: “Itu umatku, itu umatku.” Artinya “shahabat”
yang Nabi saw sebutkan dalam hadits tersebut bukan shahabat
Muhajirin dan Anshar, melainkan shahabat secara bahasa yang
maknanya sama dengan umat, yakni pengikut. Jadi bukan ada
shahabat Nabi saw yang murtad, melainkan ada pengikut Nabi saw
yang murtad.23

22
Dr. Nashruddin Syarief, Islam Tanpa Sesat… hlm. 126
23
Dr. Nashruddin Syarief, Islam Tanpa Sesat… hlm. 127-128

INGKAR SUNNAH Page 14


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
a. Pengertian Hadit menurut Sunni

.‫ما أضيف إلى الىبي صل هللا عليه و سلم من كىٌ أو فعل أو ثلسيس أو صف‬

“Apa yang disandarkan kepada Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam


berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, maupun sifat (fisik dan budi
pekerti).”

Hadit menurut Syi‟ah

‫عسف الحديث بأهه هالم يحيى كىٌ املعصىم أو فعله أو ثلسيسه‬

“Hadits didefinisikan perkataan yang menceritakan perkataan orang


yang maksum, perbuatannya, atau ketetapannya.”

Sunnah Menurut Syi‟ah

‫فهي ول ما يصدز عن املعصىم من كىٌ أو فعل أو ثلسيس‬

“Sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber dari al-maksum,


berupa perkataan, perbuatan, dan taqrir.”

a. Pandangan Syi‟ah terhadap sunnah, yakni Syi‟ah tidak menerima hadits


melalui jalur para sahabat. Mereka hanya menerima hadits dari ahlul bait.
Bahkan pada prakteknya mereka lebih menerima dan mengikuti para
imamnya bukan lagi ahlul baitnya.

Berikut argumen-argumen yang mereka pegang :

INGKAR SUNNAH Page 15


‫ وإن أها سا من أصحابي يؤ خر بهم ذات الشماٌ فأكىٌ أصحابي أصحابي‬...

‫فيلىٌ (( إنهم لم يزالىا مسثدين على أعلابهم مىر فازكتهم فأكىٌ هما كاٌ العبد‬

‫الصالح و هىت عليهم شهيدا ما دمت فيهم فلما ثىفيحني هىت أهت السكيب عليهم و‬

‫ إن جعربهم فئنهم عبادن وإن جغفس لهم فئهً أهت العزيز‬.‫أهت على ول ش يء شهيد‬

.))‫الحىيم‬

“... lalu ada segolongan dari sahabatku yang akan diculik dari arah
kiri lalu aku katakan: “Itu sahabatku, itu sahabatku.” Maka Allah
Ta‟ala berfirman: “Sesungguhnya mereka menjadi murtad
sepeninggal kamu.” Aku katakan sebagaimana ucapan hamba yang
Shalih (dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di
antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat)
aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha
Menyaksikan atas segala sesuatu. jika Engkau menyiksa mereka,
maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika
Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [QS. Al-Ma`idah {5}: 117-
118]).

‫وممن حىلىم من لْا عساب مىافلىن ومن أهل املديىة مسدوا على الىفاق ل جعلمهم‬

....‫هحن جعلمهم‬

“Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada


orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah.
Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad)
tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kami-Lah yang mengetahui
mereka.”

INGKAR SUNNAH Page 16


a. Syi‟ah mengingkari sebagian hadits, maka Syi‟ah termasuk kepada
jenis
inkar sunnah muqayyad. Dan akhirnya diketahui pula bahwa ada
macam
baru yang termasuk dalam inkar sunnah muqayyad. Bukan lagi
menolak
hadits ahad ataupun hadits yang bertentangan dengan Alquran,
melainkan
menolak sebagian hadits yang diriwayatkan dari selain para imam yang
maksum.

b. bantahan terhadap pandangan Syi‟ah tentang sunnah adalah sebagai


berikut:

a. Terdapat qaidah menurut ahlus-sunnah yaitu “Para sahabat


semuanya adil.” Sahabat yang dimaksud adalah sahabat secara
keseluruhan. Dalam artian, tidak mustahil adanya orang perorang
dari sahabat yang melakukan kesalahan dan kekeliruan. Tetapi,
mustahil jika sahabat yang lain membiarkannya tanpa amar ma‟ruf
nahyi munkar. Dengan demikian, jika terjadi sesuatu pengingkaran
di zaman sahabat, lalu di antara sesama sahabat tidak
mengingkarinya, maka hal itu pertanda sahabat secara keseluruhan
menyetujuinya. Hal ini dinamakan ijma‟ sukuti. Dan ini
menunjukkan bahwa persetujuan para sahabat itu pertanda
kebenaran, sebab mustahil sahabat menyetujui kesalahan. Hal
inilah
yang dimaksud dari qaidah “Para sahabat semuanya adil.”

b. Maksud dari hadits yang nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam


menyebutkan, “Itu sahabatku, itu sahabatku,” bukan berarti ada
sahabat yang murtad. Karena dijelaskan pada riwayat lain bahwa
Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda, “Itu umatku, itu

INGKAR SUNNAH Page 17


umatku.” Hal ini menunjukkan bahwa sahabat yang dimaksud
(pada
hadits yang dijadikan argumen oleh Syi‟ah) bukan sahabat
Muhajirin
dan Anshar melainkan sahabat secara bahasa yang semakna dengan
umat, yaitu pengikut. Jadi bukan ada sahabat Nabi Shallallahu
„Alaihi Wasallam yang murtad melainkan ada pengikutnya yang
murtad.

B. Saran
a. Bagi para pembaca mohon untuk lebih banyak mencari referensi
tentang Syi‟ah. Karena kini Syi‟ah bergerak secara massif tanpa
kita ketahui.

b. Bagi para pembaca mohon untuk lebih berhati-hati dalam


membaca
buku-buku karya Syi‟ah atau pun dalam menerima ajaran-
ajarannya.
Jika perlu lahirkan bantahan-bantahan terhadap ajaran-ajaran
mereka
berupa tulisan, dan lain sebagainya.

c. Mohon untuk lebih berhati-hati dan waspada dalam menerima


segala
informasi yang ada. Agar terhindar dan tidak masuk pada sekte
yang
sesat dan menyesatkan

INGKAR SUNNAH Page 18


DAFTAR PUSTAKA

Al-„Utsaimin, Muhammad ibn Shalih ibn Muhammad. 1994. Mushthalah al-


Hadits. Kairo : Maktabah al-„Ilm

Muchtar, Amin. 2014. Hitam dibalik putih bantahan terhadap buku putih
Madzhab Syi‟ah. Jakarta: al-Qalam

As-Salus, Ali Ahmad. 2001. Ensklopedi Sunnah Syi‟ah Studi Perbandingan


Hadits & Fikih 2 Dari Buku Asli Ma‟a Al-Syi‟ah Al Itsna „Asyariyah Fi Al Ushul
Wal –Furu‟ (Mausu‟ah Syamilah0 Dirasah Muqarimah Fi Al- Fiqh Wal- Hadits
penerjemah asmuni solihan zamakhsyari. Jakarta : al-Kautsar

ash-Shallabi, Ali Muhammad. 2016. Khawarij & Syi‟ah Sejarah, Ideologi &
penyimpangan Menurut Pandangan Ahlussunnah wal Jama‟ah dari judul
asli Fikrul Khawarij wasy-Syi‟ah fi Mizani Ahlis Sunnah wal Jama‟ah
Penerjemah Cep Mochamad Faqih. Jakarta: Ummul Qura

Syarief, Nashruddin. 2015. Islam Tanpa Sesat Membedah Akar Pemikiran Aliran
Sesat. Bandung: Tsaqifa Publishing

Ensiklopedi Islam. 1994. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve

Khon, Abdul Majid. 2011. Pemikiran Modern dalam Sunah: Pendekatan Ilmu
Hadis. Jakarta: Kencana

al-Bukhari, Muhammad ibn Isma‟il. 1422 H. Shahih al-Bukhari. t.tp: Dar Thuq
al-Najah

Omolu, Aminun P. t.th. Syi‟ah Zaidiyah: Konsep Imamah dan Ajaran-Ajaran


Lainnya. (pdf.)

http://www.syiahindonesia.com/2015/05/macam-macam-aliran-
syiahlengkap.html?m=1 (11/11/2017; 18.45)

INGKAR SUNNAH Page 19

Anda mungkin juga menyukai