Analisis SWOT
Analisis SWOT
Disusun oleh :
KELOMPOK 2
BANDUNG
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya Makalah studi kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa terselesaikannya tugas ini, tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
Dan kami menyadari akan berkembangnya ilmu pengetahuan yang tak pernah
berhenti, oleh karena itu kami menerima semua saran dan kritik guna untuk
memperbaiki di masa mendatang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
2.3.3 Tujuan.............................................................................................. 15
ii
2.3.5 Langkah-langkah menyusun SOP ................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
Metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah pola
deskripsi, yakni mengambarkan, memaparkan serta menjelaskan kembali apa
yang telah kami dapat dan telah kami pelajari sebelumnya dari berbagai sumber
yang telah kami padukan menjadi satu rangkaian berdasarkan pemahaman kami,
agar para mahasiswa juga dapat mengerti dan memahami tentang salah satu mata
kuliah yang kami sajikan dalam manajemen keperawatan dan kesehatan ini.
Ada pula metode penulisan untuk bahan sumber yang kami dapatkan adalah
sebagai berikut:
2
1.4 Sistematika Penulisan
Pada bab I yakni Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan yang kami paparkan serta jelaskan
secara rinci.
Kemudian pada bab II yakni tinjauan teoritis, bab ini berisikan teori pendahulu
mengenai model praktik keperawatan profesional, manajemen konflik, dan
standar operasional prosedur.
Pada bab III yakni tinjauan kasus, bab ini berisikan fungsi manajerial, Analisa
SWOT, plan of action, prioritas masalah untuk menangani kasus dan peran
kepemimpinan dalam manajemn keperawatan.
Pada bab IV yakni penutup, pada bab ini berisikan simpulan dari keseluruhan
materi.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4
kemampuan manajemen keperawatan yang dikembangkan terutama dalam hal
mengelola perubahan dan pengambilan keputusan.
c. Sistem pemberian asuhan keperawatan
Sistem pemberian asuhan keperawatan (care delivery system) merupakan
metode penugasan bagi tenaga perawat yang digunakan dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada klien. Sistem atau metode tersebut merefleksikan
falsafah organisasi, struktur, pola ketenagaan dan populasi klien. Saat
ini dikenal lima jenis metode pemberian asuhan keperawatan, yang terdiri dari:
metode kasus, fungsional, tim, primer dan manajemen kasus.
d. Hubungan professional
Pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) memungkinkan
terjadinya hubungan professional di antar perawat dan praktisi kesehatan lainnya.
Hubungan ini dapat terjadi melalui sistem pendokumentasian
keperawatan, operan tugas jaga,konferensi awal dan akhir, dan pembahasan
kasus.
e. Kompensasi dan Penghargaan
Pada suatu layanan professional, seseorang mempunyai hak atas
kompensasi dan penghargaan. Kompensasi merupakan salah faktor yang dapat
meningkatkan motivasi, pada Model Praktik. Keperawatan Profesional
karena masing-masing perawat mempunyai peran dan tugas yang jelas sehingga dapat
dibuat klasifikasi yang obyektif sebagai dasar pemberian kompensasi dan
penghargaan.
5
terdapat 3 strategi manajemen yang penting dalam mengelola sumber daya
keperawatan yaitu:
a. Sistem klasifikasi pasien
Sistem ini dikembangkan untuk mewujudkan asuhan
keperawatan yang bermutu dan efisisien, karena pelayanan
diberikan sesuai dengan tingkat kebutuhan pasien, merupakan metode untuk
memperkirakan dan mengkaji jumlah kebutuhan pasien terhadap pelayanan
keperawatan, sehingga dapat diketahui jam efektif perawat untuk
melakukan pelayanan keperawatan. Depkes (2001) menetapkan
indikator jumlah jam kontak perawat dengan pasien rata-rata
selama 4,5 jam/hari.
b. Stafing
Staffing merupakan salah satu fungsi khusus manajemen
keperawatan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan :mengidentifikasi jenis
dan jumlah dan kategori tenaga yang dibutuhkan pasien,
mengalokasikan anggaran tenaga, merekrut, seleksi dan penempatan
perawat, orientasi danmengkombinasikan tenaga pada konfigurasi yang
baik.
c. Penjadwalan
Penetapan jumlah tenaga dan penjadwalan adalah merupakan proses
pengorganisasian sumber daya yang berharga untuk menentukan berapa
banyak dan kriteria tenaga seperti apa yang dibutuhkan untuk
setiap shift. Sedangkan menurut Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS) menyebutkan bahwa agar pelayanan keperawatan dapat
mencapai tujuan yang ditetapkan seorang Kepala Ruang harus menyusun
jadwal dinas yang dapat mencerminkan jumlah dan kategori tenaga yang
berkemampuan baik pada setiap shift dan adapenunjukan perawat
sebagai penanggung jawab shift dengan disertai pembagian tugas yang
jelas
6
2. Penerapan sistem pemberian asuhan keperawatan
Merupakan metode penugasan yang dipilih dalam mem berikan pelayanan
asuhan keperawatan sesuai dengan kondisi yang ada di Rumah Sakit. Sistem
pemberian asuhan keperawatan harus merefleksikan falsafah organisasi,
struktur, pola ketenagaan dan karakteristik populasi pasien yang
dilayani. Untuk memperoleh gambaran penerapan sistem ini dapat dilihat
dari tanggung jawab pelaksanaan uraian tugas dan tanggung jawab kepala ruang
rawat, kepala group, CI, dan perawat pelaksana.
7
b. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Group
KedudukanPerawat ketua grup/TIM adalah seorang perawat
professional dalam melaksanakantugas, bertanggung jawab
kepada kepala ruangan.
Tugas Pokok :
Melaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai
dengan standar profesi sertamenggunakan dan memelihara
logistic keperawatan secara efisien dan efektif.
Uraian Tugas :
1. Bersama anggota group melaksanakan Askep sesuai standar
2. Bersama anggota group mengadakan serah terima
dengan group.tim (group petugas ganti) mengawasi:
kondisi klien/anggota keluarga, logistic keperawatan,
administrasi rekam medis, pelayanan pemeriksaan
penunjang, kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat
diselesaikan oleh group sebelumnnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite
dokter.
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan
melaksanakan program pengobatan dokter.
7. Membantu pelaksanaan rujukan.
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga
baru mengenai tata tertib ruangan RS, perawat yang
bertugas.
9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi
penyuluhan kesehatan.
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan:
mengatur tugas cleaning service, mengatur tugas
peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang
8
ditunjukkan kepada semua petugas,peserta didik dan
pengunjung ruangan.
11. Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
12. Membantu untuk menilai mutu pelayanan askep serta
tenaga keperawatan
13. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga
dan lingkungan.
c. Tugas dan Tanggung Jawab CI
Uraian tugas :
1. Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta
didik
2. Melakukan pre conference.
3. Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca
rekam medis pasien
4. Membimbing peserta didik untuk meningkatkan
komunikasi terapeutik
5. Membimbing peserta didik dalam menerapkan
rencana tindakan keperawatan
6. Melakukan bedside teaching
7. Melakukan ronde keperawatan
8. Mengambil alih yang dilakukan peserta didik dalam
situasi tertentu.
9. Melakukan post konfrens yang membahas tentang
kegiatan peserta didik dalam melakukan asuhan
keperawatan selama dinas.
10. Membimbing peserta didik dalam rangka mengakhiri
praktek di suatu ruangan.
11. Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan
kepada diklat apabila peserta didik tidak hadir
memberi bimbingan peserta didik sesuai dengan
tingkat pendidikannya dalamhal melaksanakan asuhan
9
keperawatan dengan penerapan proses keperawatan
membimbing pembuatan laporan kasus.
12. Mengkoordinasi bimbingan kepada penanggung
jawab tugas sore dan malam.
d. Tugas dan Tanggung Jawab Perawat Pelaksana:
1. Kebenaran asuhan keperawatan meliputi pengkajian,diagnosis
dan rencana asuhan keperawatan.
2. Kebenaran dan ketepatan pelayanan asuhan meliputi tindakan dan
evaluasi keperawatan.
3. Kelengkapan bahan dan peralatan kesehatan
4. Kebersihan dan kerapihan pasien serta alat kesehatan
5. Kebenaran isi rekam asuhan keperawatan
6. Kebenaran informasi/bimbingan/penyuluhan kesehatan.
7. Ketepatan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif.
8. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar.
9. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain
(group petugas ganti) mengenai kondisiklien/anggota
keluarga, logistic keperawatan, administrasi rekam
medic, pelayananpemeriksaan penunjang, kolaborasi
program pengobatan.
10. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan
oleh group sebelumnya.
11. Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya.
12. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite
dokter.
13. Mendampingi dokter visite, mencatat dan
melaksanakan program pengobatan dokter
14. Membantu pelaksanaaan rujukan
15. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota
keluarga/keluarga baru mengenai : tata tertibruangan/RS,
perawat yang bertugas
10
16. Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan
memberikan penyuluhan kesehatan
e. Uraian tugas perawat pelaksana:
1. Menerima keluhan pasien dan berusaha
untukmenyelesaikannya.
2. Melakukan evaluasi askep setiap akhir tugas.
3. Memperkenalkan diri dan rekan yang berada pada satu timnya
untuk melakukan askep lanjutan pada pasien .
4. Melaksanakan tugas pendelegasian pada saat jaga
siang/ malam atau hari libur.
5. Mengikuti diskusi kasus/ konferens dengan tim
kesehatan.
6. Mengikuti pertemuan berkala (rutin) ruangan atau
tingkat rumah sakit.
f. Wewenang:
1. Memeriksa kelengkapan peralatan ruang perawatan
2. Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai denagnkebutuhan
pelaksanaan tugas
3. Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa danperencanaan
keperawatan bagi pasien baru pada bertugas
4. Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien
5. Melaporkan asuhan keperawatan pasien kepada penanggung jawab.
11
(interpersonal conflict) ataupun di dalam kelompok (intragroup conflict) (La
Monica, 1986).
Dan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik terjadi akibat adanya
pertentangan pada situasi keseimbangan yang terjadi pada diri individu ataupun
pada tatanan yang lebih luas, seperti antar-individu, antar kelompok atau bahkan
antar-masyarakat. Konflik dianggap sebagai suatu bentuk perjuangan maka dalam
menyelesaikan konflik seharusnya diperlukan usaha-usaha yang bersifat
konstruktif untuk menghasilkan pertumbuhan positif individu atau kelompok,
peningkatan kesadaran, pemahaman diri dan orang lain, dan perasaan positif kea
rah basil interaksi atau hubungan dengan orang lain.
Perilaku menentang, sebagai bentuk dari ancaman terhadap suatu dialog rasional,
dapat menimbulkan gangguan protocol penerimaan untuk interaksi dengan orang
lain. Perilaku ini dapat berupa verbal dan nonverbal. Terdapat tiga macam
perilaku menentang, yaitu competitive, bomber yang dicirikan dengan perilaku
mudah menolak, menggerutu, dan menggumam, mudah untuk tidak masuk kerja,
dan merusak secara agresif yang disengaja. Tipe perilaku menentang yang kedua
adalah martyred accommodation, yang ditunjukkan dengan penggunaan
kepatuhan semu atau palsu dan kemampuan bekerjasama dengan orang lain,
namun sambil melakukan ejekan dan hinaan. Tipe perilaku menentang yang
12
ketiga adalah avoider, yang ditunjukkan dengan penghindaran kesepakatan yang
telah dibuat dan menolak untuk berpartisipasi.
a. Penggunaan disiplin
Dalam menggunakan disiplin untuk mengelola atau mencagah terjadinya
konflik, seorang manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan
dan ketetapan organisasi yang berlaku. Berbagai aturan dapat digunakan
13
untuk mengelola konflik, antara lain penggunaan disiplin yang progresif,
pemberian hukuman yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan
anggota, penawaran bantuan untuk menyelesaikan masalah pekerjaan,
penentuan pendekatan terbaik untuk setiap personal, pendekatan individual,
tegas dalam pemberian keputusan, penciptaan rasa hormat, dan rasa percaya
diri di antara anggota untuk mengatasi masalah kedisiplinan.
b. Pertimbangan Tahap Kehidupan
Konflik juga dapat diselesaikan melalui pemberian dukungan pada anggota
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam tahap perkembangan
kehidupannya.
c. Komunikasi
Komunikasi yang merupakan bagian mendasar manusia dapat dimanfaatkan
dalam penyelesaian konflik. Komunikasi merupakan suatu seni yang penting
digunakan untuk memelihara suatu lingkungan kondusif-terapeutik.
d. Lingkaran Kualitas
Cara ini telah digunakan untuk mengurangi terjadinya stress melalui kegiatan
peningkatan motivasi personel. Lingkaran kualitas ini dapat digunakan
melalui kegiatan manajemen partisipasi, keanggotaan dalam panitia, program
pengembangan kepemimpinan, latihan-latihan kelas, penjenjangan karier,
perluasan kerja, dan rotasi kerja.
e. Latihan Keasertifan
Seorang manajer dapat juga melatih staffnya dalam hal keasertifan untuk
mencegah atau mengelola konflik. Sifat asertif dapat diajarkan melalui
program pengembangan staf.
2.3.1 Pengertian
14
2. Suatu standar untuk mendorong suatu kelompok untuk mencapai
tujuan
3. Tatacara yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu yang
dapat diterima oleh s3eseorang yang berwenang atau bertanggung
jawab uantuk mempertahankan tingkat penampilan tertentu shg
kegiatan diselesaikan efektif efisien (Depkes Ri, 1995)
4. SOP merupakan tatacara yang dibakukan yang harus dlalui utk
menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (Kars 2000)
2.3.2 Fungsi
2.3.3 Tujuan
15
6. Tetapkan SOP sebagi pedoman
7. Tetapkan hasil yg diharapkan
8. Buat daftar peralatan & fasilitas yg diperlukan
9. Tetapkan siapa yg berwenang melaks prosedur
10. Tetapkan indikasi dan kontra indikasi prosedur dan resiko yg
diwaspadai
11. Susun langkah-langkah berdasarkan logika utk proses kerja efektif
efisien dan aman
12. Buat sistem penomoran
13. Tulis SOP dgn bahasa yg mudah, kata-kata pendek sederhan,
bahasa positif, tdk bermakna ganda
14. Buat bagan / alur mekanisme
15. Ujicoba SOP
16. Sempurnakan setelah ujicoba
17. Bakukan oleh pimpinan
18. Sosislisasikan
19. Revisi sesuai kebutuhan dan IPTEK
16
7. Menentukan unit terkait; yaitu bagian lain dari bagian pelaku prosedur
yang berkaitan, dan harus ada agar SOP bisa dilaksanakan dengan
tepat dan benar
8. Dianjurkan untuk mambuat bagan-bagan agar dapat memberikan
gambaran lengkap
PERNYATAAN STANDAR :
Perawat mampu: mengidentifikasi jenis dan kebutuhan post operasi, mampu memberikan
posisi yang tepat sesuai dengan jenis anestesi dan tingkat kesadaran, mampu melakukan
observasi post operasi, mampu mengambil langkah-langkah tepat dalam keadaan
darurat/kritis, melaksanakan tindakan keperawatan dan prinsip-prinsip pencegahan infeksi
(universal precautions), mengevaluasi serta mendokumentasikannya.
STRUKTUR PROSES HASIL
1. Perawat yang1. Mengidentifikasi jenis dan kebutuhan 1. Jenis dan kebutuhan
berpengalaman post operasi post operasi
2. Set vital sign 2. Melakukan pengkajian post teridentifikasi
3. Alat ambulasi anastesi dengan sistem scoring 0-2 2. Tidak terjadi
(tisu,bengkok, selama 1 ,2,3 jam pertama dengan komplikasi post op
handuk, bantal, indicator penilaian respirasi, sirkulasi, akibat kesalahan
oksigen, alat tingkat kesadaran, warna kulit ,aktifitas) posisi
resusitasi, selimut3. mempersiapkan transportasi
3. Tidak terjadi kejadian
tambahan standar pasien dengan ketentuan:
tak diinginkan
infus) SDM: Mampu menangani keadaan
akibat mobilisasi
4. Set perawatan luka kegawat daruratan selama
dan trnsportasi
5. Lembar perawatan transportasi. jumlah 2 orang,
observasi post op perbandingan ukuran tubuh pasien
17
6. Set personal dan perawat harrus seimbang 4. observasi post
hygiene Equipmen: brancard dengan operasi
7. Leaflet tingkat nyeri pengaman, restrain, tabung oksigen, terpantau lengkap &
(Wong-Bakers) bengkok, tisu, standar infus, selimut tertindak lanjuti
8. Lembar tambahan, ambubag dalam kondisi
5. Form pantau infelsi
dokumentasi askep siap pakai
luka operasi
Prosedur pemindahan: posisioning,
(ILO)terisi dan
efektif dan efisien
terpantau serat
Passage (jalur lintasan ): aman,
ditindaklanjuti
nyaman, singkat, waspada thd lift
4. melakukan penilaian kesiapan 6. Tidak terjadi infeksi
tranportasi pasien ke ruang rawat dengan luka operasi bersih
memastikan score anastesi 7-8 setelah 3 x 24 jam
5. Mengatur posisi sesuai dengan jenis
anasthesie dan tingkat kesadaran: 7. dokumentasi askep
General Anestesi (GA) sadar: lengkap dan benar
posisi kepala 300 kepala miring
kiri pada orang dewasa, kepala
300 kepala miring kanan pada
bayi
GA tidak sadar: ekstensi kepala
tanpa bantal miring kiri
GA sadar: posisi supine kepala
sejajar dengan tubuh
Block Spinal Anestesi (BSA):
posisi “V” (tinggi kepala dan
lutut kaki posisi sejajar)
6. Melakukan observasi ketat pada 3 jam
pertama dan selanjutnya berkala sesuai
dengan jenis pembedahan dan tingkat
18
kesadaran meliputi jalan nafas, ventilasi/
oksigenasi, sirkulasi, Keadaan umum,
vomitus, drainase, balance cairan,
kenyamanan dan resiko injuri.
7. melakukan pemantauan dan analisa
terhadap keadaan pre dan intra operatif
seperti Kondisi patologis, jumlah
perdarahan intra operatif, pemberian
tranfusi selama operasai,jumlah dan jenis
terapi cairan selama operasi komplikasi
selama pembedahan.
19
berdasarkan lokasi dan jenis operasi
serta toleransi pencernaan
mobilisasi dini (ROM,nafas dalam
batuk efektif)
Personal hygiene
Mengkaji tingkat nyeri (skala Wong
– Bakers, skala 0-10)
Melakukan tindakan manajemen
nyeri (distraksi, relaksasi,
stimulasi,progesif
relaksasi,imajinasi,dll)
Rehabilitasi (latihan spesifik untuk
memaksimalkan kondisi)
Discharge planning(home care
preparation,client and family
education,psikososial
preparation,healt care resources
20
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
1. Perencanaan (planning)
21
c. Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shiff.
2. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat,
tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam kasus di atas
a. Jumlah perawat 17 orang :
1. Kepala ruangan dengan kualifikasi pendidikan Ners dan sudah memiliki
sertifikat kepemimpinan dan manajemen keperawatan.
2. Perawat dengan pendidikan Ners ada 5 orang
3. Perawat dengan pendidikan Diploma 3 (D3) ada 12 orang
b. BOR rata-rata 70%,
c. Fasilitas ruang sudah lengkap
Kepala Ruangan
Perawat Primer
Perawat Pelaksana
22
e. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,
kemudian menindak lanjutinya.
2. Perawat Primer
a. Mengatur adual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala
ruangan,
b. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota timnya,
c. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan.
3. Perawat Pelaksana
a. Membuat rencana harian asuhan keperawatan yang menjadi tanggung
jawabnya.
b. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi dengan
pasien dan keluarganya
c. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada Perawat primer.
3. Pengarahan (directing)
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang rawat penyakit dalam (ruang rawat inap) dalam rangka
menugaskan perawat untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Pengarahan diruang rawat penyakit dalam dapat dilakukan dalam beberapa
kegiatan yaitu program motivasi, manajemen konflik, pendelegasian, supervisi
dan komunikasi efektif.
a. Program Motivasi
Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir positif bagi
setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui pujian (reinforcement)
pada setiap orang yang bekerja bersama-sama. Kebersamaan dalam
mencapai visi, dan misi merupakan pendorong kuat untuk fokus pada
potensi masing-masing anggota.
23
b. Manajemen konflik
Kepala ruangan memberikan pengarahan kepada para anggotanya (Perawat
Primer dan Perawat Pelaksana) agar pada saat memberikan Asuhan
keperawatan kepada klien harus berdasarkan SOP atau Stndar Operasional
Prosedur karena apabila tidak berdasarkan SOP maka pasien akan
merasakan kerugian.
c. Supervisi
Pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan
pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang
ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari
kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisipatif yaitu perawat yang
mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada
pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang
belum terpenuhi.
d. Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain agar aktifitas
organisasi tetap berjalan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses
sebagai berikut sesuai dengan kasus diatas :
1. Identifikasi keterampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas.
2. Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
3. Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
4. Pengevaluasian (evaluating)
Proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan
bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam
operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu
menjadi semakin besar. Kepala ruangan bersama-sama memecehakan masalah/
konflik yang terjadi di ruangan agar perawat dapat memberikan Asuhan
Keperawatan kepada klien dengan benar
24
3.2 Analisis SWOT
70 X 25/100 = 1750/100
25
T = 5 X 0,86 = 4,3
P = 8 X 0,52 = 4,16
M = 5 X 0,38 = 1,9
3. Kebutuhan Tenaga
Dihitung berdasarkan loss day
Jumlah minggu dalam 1 tahun=cuti=hari besar X jumlah perawt
tersedia/ jumlah hari kerja efektif
52 + 12 + 14 X 12/286
= 3,2 dibulatkan menjadi 3
26
Ners dan sudah beberapa sampai Ners. fasilitas dan
memiliki perawat yang 3. Adanya kenyamanan
sertifikat melakukan pelatiahan ruangan.
kepemimpinan sabitase perawatan 4. Adanya
dan terhadap luka. persaingan
manajemen upayanya. 4. Adanya team dengan
keperawatan. penilai sebagai masuknya
4. Fasilitas ruang supervisor perawat asing.
lengkap. pelaksanaan
5. Rs sudah pelayanan
terakreditasi keperawatan.
ISO 2001.
27
keperawatan.
4. Fasilitas ruang
lengkap.
5. Rs sudah terakreditasi
ISO 2001.
OPPORTUNITY: STRATEGI SO: STRATEGI WO:
28
THEATS: STRATEGI ST: STRATEGI WT:
29
5. Affability (Af) : Ketersediaan sumber daya alam
Rentang nilai yang digunakan adalah 1-5 :
1. Sangat penting :5
2. Penting :4
3. Cukup penting :3
4. Kurang penting :2
5. Sangat kurang penting : 1
No. Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Keterangan
1. LOS/ lama 5 4 4 4 3 20 I
hari
perawatan
2. Pemberian 4 4 3 4 2 17 II
asuhan
keperawatan
tidak sesuai
SOP
3. Adanya 4 3 3 3 2 15 III
miss-
cominication
antara
kepala tim
dan anggota
Prioritas Masalah
30
3.4 Fish Bone Analisis
1. LOS/Lama hari perawatan.
PROBLEM
- - -
PROBLEM
Sosialisasi - -
SOP belum 31
3. Adanya miss-comunication antara kepala tim dan anggota
Kepala ruangan - -
menganggap ada sabotase
dari anggota
PROBLEM
- - Suasana kerja
tidak kondusif
32
3.5 Plan Of Action (POA)
No. Masalah Strategi Sub Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Waktu Biaya PJ
1. LOS/Lama Pembuatan Menganalisis Umum: Kepala Membuat SOP baru Minggu Rumah Kepala
hari perawatan. SOP kekurangan SOP mengurangi ruangan, yang sesuai dan ke-3 Sakit Ruangan
perawatan lama, mengganti lama hari pasien. bekerjasama bulan
luka baru hal-hal yang tidak perawatan dengan anggota tim Januari
sesuai dengan Khusus: untuk menganalisa
prosedur Agar klien kekurangan SOP
merasa sebelumnya.
nyaman
karena jumlah
perawatan
hari yang
tidak terlalu
lama
2. Pemberian Melakukan Menilai tindakan Umum: Perawat Membuat tim Minggu Rumah Kepala
asuhan penilaian yang dilakukan Meningkatkan Ruangan supervisor untuk ke-4 Sakit Ruangan
33
keperawatan tenaga oleh perawat disiplin menilai kinerja bulan
tidak sesuai keperawatan pelaksana apakah tenaga perawat ruangan. januari
SOP. sudah sesuai keperawatan
prosedur atau dalam
belum. melakukan
tindakan
sesuai dengan
prosedur.
Khusus:
Mewujudkan
keperawatan
profesional
yang
diinginkan
klien
Sosialisasi Mengadakan Umum: Perawat Seminar dengan Minggu Rumah Kepala
penggunaan seminar kecil Seluruh ruangan kepala ruangan ke-1 Sakit Ruangan
SOP untuk sosialisasi anggota tim yang membuat SOP bulan
dan mengenalkan mengetahui sebagai pembicara Februari
34
metode tindakan
pemberian sesuai SOP.
asuhan Khusus:
keperawatan Seluruh
sesuai SOP. anggota tim
dapat
melakukan
tindakan
keperawatan
sesuai dengan
SOP.
3. Adanya miss- Sharing Setiap anggota Umum: Perawat Sharing, setiap Minggu - Kepala
comunication pada saat tim mengetahui Ruangan anggota tim yang ke-2 Ruangan.
antara kepala pre mengungkapkan keadaan mempunyai bulan
tim dan conference masalah, umum masalah dapat Februari
anggota terutama masalah anggota tim mengungkapkannya
pekerjaan yang agar tercipta
sedang mereka suasana kerja
alam. yang kondusif
35
Khusus:
Baik anggota
tim maupun
kepala tim
dapat
memahami
karakter rekan
kerjanya.
36
3.6 Alternatif Penyelesaian Konflik
Setelah prioritas masalah didapatkan maka suatu seleksi penyelesaian atau
strategi-starategi eksternal dan eksternal guna mendapatkan strategi yang akan
digunakan terlebih dahulu untuk menyelesaikan masalah dengan
mempertimbangkan kemampuan, kemudahan, kesiapan dan daya ungkit strategi.
Seleksi penyelesaian masalah menggunakan pembobotan CARL yaitu:
C: Cappability = Kemampuan melaksanakan alternative
A: Acceability = Kemudahan menggunakan alternative
R: Readiness = Kesiapan dalam melaksanakan alternative
L: Leverage = Daya ungkit alternative dalam penyelesaian masalah
Rentang penilaian 1-5 yaitu:
5 = Sangat mampu
4 = Mampu
3 = Cukup mampu
2 = Kurang mampu
1 = Tidak mampu
37
ruangan tersebut agar tidak
ada miss-communication
dalam tim.
Hasil scoring diatas merupakan penyelesaian masalah dari yang tertinggi sampai
yang terendah didapatkan, yaitu:
Untuk mengatasi masalah di atas dapat dilakukan alternatif yang lain yaitu:
1. kompromi/negoisasi
Strategi ini dapat dilakukan dengan cara menyatukan pihak yang terlibat
konflik dengan cara meningkatkan kerja sama dan keseimbangan serta
mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah yang tepat dengan
cara mengumpulkan data yang akurat dan mengambil pandangan suatu
kesepakatan bersama. Dapat juga dilakukan dengan cara menyatukan
pihak-pihak yang bersangkutan secara langsung kepada pihak lain agar
terjadi kesamaan pandangan diantara mereka. Dengan demikian akan
terbuktiada atau tidaknya sabotase yang dilakukan oleh perawat seperti
dugaan kepala ruangan.
2. Kompetisi
38
3.7 Peran Kepemimpinan Dalam Manajemen Keperawatan
Peran kepemimpinan dalam manajemen keperawatan yang tepat diterapkan oleh
kepala ruangan diruangan adalah sebagai negosiator, penasihat.
Peran kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam kasus diatas yaitu pengarahan,
pengarahan merupakan hubungan kepala ruangan dalam kepemimpinan yang
mengikat anggota timnya agar dapat meyumbangkan tenga secara efektif sehingga
tujuan keperawatan dapat tercapai, pengarahan ini juga dapat membuat kerja sama
yang lebih efisien dalam tim sehingga meminimalisir kesalahan dalam
komunikasi antar anggota tim.
Kepala ruangan juga dapat menjadi motivator bagi anggota timnya, kepala
ruangan harus bisa menciptakan iklim motivasi yang kondusif sehingga membawa
dampak yang dapat meningkatkan kinerja perawat yang menimbulkan kepuasan
pasien dalam pelayanan.
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional,
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan
tersebut diberikan. (Ratna sitorus & Yulia, 2006). Standar yang dikembangkan
dengan baik akan memberikan ciri ukuran kualitatif yang tepat seperti yang
tercantum dalam standar pelaksanaannya. Standar selalu berhubungan dengan
mutu karena standar menentukan mutu. Standar dibuat untuk mengarahkan cara
pelayanan yang akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai. Maka dari itu
dengan dilakukan nya analisa SWOT dapat lebih membantu dan lebih memahami
kelemahan serta kekuatan yang di miliki. Yang akan menjadi sebuah modal utama
dalam menjalakan sebuah manajemen keperawatan yang lebih berkualitas dan
diakui oleh manajemen keperawatan lain.
40
DAFTAR PUSTAKA
iv