NIM : 166020310111022
Dari waktu ke waktu, muncullah berbagai kritik atas biaya historis pada akuntansi
akuntansi sendiri unuk menyediakanm informasi yang berguna pada kenaikan harga.
Akuntansi biaya historis mengasumsikan bahwa uang memiliki kekuatan beli yang konstan,
namun yang terjadi adalah uang tidak selalu memiliki kekuatan beli yang konstan khususnya
pada waktu periode inflasi yang tinggi pada tahun 1970 hingga 1980 yang mana nilai uang
sangatlah rendah dikarenakan terlalu banyak uang yang beredar dari pada barang yang
beredar. Hal itu membuat harga suatu barang menjadi melonjak tinggi dan daripada
menukarkan barang dengan uang, lebih baik melakukan sistem barter dimana terjadi
pertukaran barang dengan barang. Dalam sisi akuntansi yang awalnya menggunakan biaya
historis tentu akan terjadi ketidakcocokan yang sangat besar karena suatu barang terjadi
kenaikan harga yang sangat signifikan. Jika biaya historis masih dipertahankan, maka
informasi secara tepat, malah sebaliknya akan memberikan informasi yang menyesatkan.
Akuntansi daya beli didukung oleh badan akuntansi di seluruh dunia yang mana
akuntansi daya beli ini di bentuk atas basis pandangan bahwa pada saat kenaikan harga, jika
suatu entitas mendistribusikan keuntungan yang tidak disesuaikan berdasarkan biaya historis,
akan menyebabkan pengurangan dalan nilai sebenarnya atas sebuah entitas. Dalam mengatasi
hal ini, dilakukanlah penelitian oleh para akuntan. Penelitian tersebut bertujuan untuk
menciptakan akuntansi untuk perubahan harga. Pendekatan yang dipakai adalah akuntansi
berbasis biaya sekarang. Melalui akuntansi berbasis biaya sekarang ini, masalah asimetri
Dalam akuntansi daya beli yang dihitung dengan akuntansi berbasis nilai sekarang,
diperlukalah sebuah indeks tertentu dasebagai level penentuan harga akuntansi. Indeks harga
sendiri adalah rata-rata tertimbang dari harga di periode sebelumnya, sering disebut sebagai
periode dasar. Indeks harga mungkin saja luas maupun sempit yang mana mereka
berhubungan untuk megubah harga dari suatu aset dalam industri yang serupa atau mereka
mungkin didasarkan pada luas penampang barang dan jasa yang dikonsumsi. Yang menjadi
pertanyaan disini adalah ideks harga mana yang seharusnya digunakan? Jika dilihat dari
indeks harga konsumen, tentu tidak ada jawaban yang pasti dikarenakan indeks harga