Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FITOTERAPI

SISTEM REPRODUKSI

OLEH:

AYU RISKI GAMORO O1A1 16 098

WAELTI O1A1 16 100

ELNAWATI O1A1 16 114

ARDHITA NUR RAHMA AWALIYA T. O1A1 16 115

DEWI RATNA HALIDI O1A1 16 121

DIANTY MUTHI’AH EKHA PRATIWI O1A1 16 126

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat serta karunia-Nya, maka penulisan makalah Fitoterapi yang bertema “Sistem
Reproduksi” dapat terselesaikan dengan baik. Terimakasih kepada semua pihak yang
turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Selain itu, kami berharap makalah ini dapat berguna bagi saya dan teman-
teman pada umumnya, dalam perkuliahan kita nantinya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini belum dapat dikatakan
baik, masih banyak kesalahan yang terdapat di dalam makalah yang kami buat ini.
Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan sekalian demi
perbaikan makalah-makalah kami selanjutnya. Terima kasih.

Kendari, 12 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sistem Reproduksi
2.2 Macam-Macam Penyakit Sistem Reproduksi
2.3 Patofisiologi Penyakit Sistem Reproduksi
2.4 Tanaman yang Digunakan Untuk Penyakit Sistem Reproduksi
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tumbuhan adalah Organisme yang bersifat eukariotik dengan dinding sel yang
tersusun dari selosa. Sebagian besar tumbuhan memperoleh energinya melalui
fotosintesi. Tumbuhan juga ada yang bersifat parasit, saproit, epifit, bahkan karnivor
Kingdom plantae (dunia tumbuhan) meliputi organisme multiseluler yang sel-selnya
telah terdifernsi, bersifat eukariotik, dan memiliki dinding sel selusa. Hampir seluruh
anggota tumbuhan memiliki klorofil dalam selnya sehingga bersifat autotrof atau
dapat menyusun makanannya sendiri. Kebanyakan tumbuhan memiliki organ
reproduksi yang disebut gametangium.
Kesehatan reproduksi perlu di perhatikan, baik laki-laki maupun perempuan,
namun yang dijadikan fokus adalah organ reproduksi perempuan karena banyaknya
penyakit yang dapat mengenai organ reproduksi perempuan. Pada umumnya
kesehatan reproduksi terganggu di karenakan masalah-masalah yang tidak diduga.
Organ reproduksi perempuan secara anatomis terlindungi dan terletak di antara tulang
panggul dan tulang kemaluan. Di samping itu posisinya telah dibuat sedemikian rupa
sehingga tidak ada cairan yang dapat menggenang didalamnya. Organ reproduksi
perempuan merupakan tabung terbuka dengan vagina sebagai mulutnya, sehingga
merupakan port d‘entry dari berbagai kontaminasi. Baik air, udara, pakaian mau pun
dari alat kelamin laki-laki (bagi yang bersuami). Meskipun di dalam organ tersebut
terdapat antibodi khusus yang dapat melindungi dari berbagai kontaminasi dari luar,
namun tidak dapat sepenuhnya untuk melindungi. Hal inilah yang mengakibatkan
organ reproduksi perempuan mudah mengalami gangguan kesehatan, baik infeksi
akut mau pun kronis. Salah satu penyakit yang sering menyerang kesehatan
reproduksi perempuan adalah kanker serviks. Kanker leher rahim (serviks)
merupakan kanker pembunuh perempuan nomor dua di dunia setelah kanker
payudara. Di indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama.
Kanker serviks yang sudah memasuki stadium lanjut sering menyebabkan kematian
dalam waktu yang relatif cepat. Serviks atau leher/mulut rahim merupakan bagian
ujung bawah rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker leher rahim
berkembang secara bertahap, tetapi progresif.

1.2. Rumusan Masalah


1. Pengertian sistem reproduksi ?
2. Macam – macam penyakit sistem reproduksi ?
3. Patofisiologi penyakit ?
4. Tanaman- tanaman yang digunakan untuk penyakit sistem reproduksi ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem reproduksi
2. Untuk mengetahui macam – macam penyakit sistem reproduksi
3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit
4. Untuk mengetahui tanaman- tanaman yang digunakan untuk penyakit sistem
reproduksi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sistem Reproduksi


Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan
dengan tujuan untuk mempertahankan jenisnya. Untuk dapat melakukan proses
reproduksi, manusia memerlukan alat-alat reproduksi dan kelenjar reproduksi yang
sehat. Hal penting yang harus diketahui mengenai Kesehatan Reproduksi adalah
memahami anatomi dan organ reproduksi. Apabila secara umum kondisi Organ
reproduksi sehat, proses mempertahankan keturunan akan lebih mudah.

2.2. Macam - macam Penyakit Reproduksi


1. Kanker serviks
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel- sel abnormal pada jaringan leher
Rahim (serviks). Kanker serviks merupakan kanker primer yang berasal dari
serviks (kanalis serviks dan atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan
Rahim yang menjulur ke vagina.
2. Kista
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat
gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul
(Andang, 2013).
Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang
berisi material cairan atau setengah cair (Nugroho, 2014). Kista berarti kantung
yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi
cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).
Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja.
3. Kanker prostat
Kanker prostat adalah kanker dari kelenjar prostat. Kelenjar prostat
seukuran buah kenari, kelenjar prostat hanya ada pada pria, terletak dalam
lingkaran panggul, dekat kandung kemih. Kelenjar prostat berfungsi
mengeluarkan cairan dari air mani, atau cairan mani, yang membawa sperma
yang diproduksi oleh testis. Cairan sangat penting untuk reproduksi.
Kanker prostat adalah jenis yang paling umum dari kanker yang
berkembang pada pria selain kanker kulit. Kanker prostat terdiri dari sel
adenokarsinoma yang timbul dari jaringan kelenjar. Sel-sel kanker diberi nama
sesuai dengan organ di mana mereka berasal. Metastasis adalah proses kanker
menyebar melalui darah atau sistem limfatik.
4. Keputihan
Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada
wanita (Wijayanti, 2009). Keputihan adalah semacam slim yang keluar terlalu
banyak, warnanya putih seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan. Jika
slim atau lendir ini tidak terlalu banyak, tidak menjadi persoalan (Sasmiyanti &
Handayani, 2008). Keputihan adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan
yang di keluarkan dari alat–alat genital yang tidak berupa darah (Sarwono,
2005).
5. Disminore
Dismenore merupakan salah satu gangguan menstruasi yang banyak
dialami oleh perempuan, nyeri tersebut terjadi sesaat sebelum menstruasi atau
selama perdarahan menstruasi dan dapat menetap selama beberapa hari
menstruasi.

2.3. Patofisiologi Penyakit


1. Kanker serviks
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat
trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan
tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma
serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria
dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA
ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi,
dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital
yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol
pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan
2. Kista
Patofisiologi kista ovarium dipengaruhi oleh pertumbuhan abnormal sel-
sel yang berada di dalam ovarium. Kista muncul melalui pertumbuhan
berlebihan dari sel-sel yang ada di dalam ovarium. Kista ini dapat bersifat jinak
atau ganas. Kista dapat muncul dari semua tipe sel dan jaringan ovarium. Sel
yang paling sering berkembang menjadi kista yang bersifat ganas adalah sel
epitel permukaan (mesotelium) berupa kista adenomakarsinoma epitel ovarium,
sedangkan kista yang bersifat jinak dapat berupa kistadenoma serosa dan
musinosa. Sel lain yang dapat berkembang menjadi kista patologis adalah sel
germinal yang dapat membentuk kista dermoid (teratoma). Endometrioma
adalah kista yang berisi darah yang muncul dari endometrium ektopik.
Endometrioma ini berhubungan dengan endometriosis. Luteoma kehamilan
dapat terjadi ketika parenkim ovarium digantikan dengan proliferasi sel stroma
terluteinisasi yang mungkin menjadi aktif secara hormonal dengan produksi
androgen. Penyakit ovarium polikistik adalah kista yang berhubungan dengan
disfungsi hipotalamus.
3. Kanker prostat
Patofisiologi kanker prostat adalah adanya ketidakseimbangan antara
proliferasi dengan apoptosis sel prostat. Reseptor androgen yang terletak pada
kromosom X sangat mempengaruhi hal ini. Normalnya, reseptor androgen
diatur oleh 2 ligand utama, yaitu testosteron dan dihidrotestosteron (DHT).
Hormon DHT merupakan bentuk poten dari testosteron yang diproduksi oleh
sel Leydig. Konversi testosteron menjadi DHT melibatkan enzim 5-alfa
reduktase.
Hormon DHT memiliki afinitas sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan
dengan testosteron terhadap reseptor androgen. Ikatan DHT dengan reseptor
androgen akan meningkatkan fosforilasi residu serin, menyebabkan sel
terlindungi dari degradasi proteolitik, serta regulasi dan stabilisasi pertumbuhan
sel. Kanker prostat dapat timbul jika terjadi gangguan pada proses fisiologis ini.
Misalnya jika terjadi amplifikasi atau mutasi pada reseptor androgen
Amplifikasi menyebabkan peningkatan ekspresi reseptor androgen. Mutasi
menyebabkan peningkatan sensitivitas reseptor androgen. Keduanya akan
menyebabkan sel terus berproliferasi, tetapi kecepatan proliferasi tidak diikuti
dengan peningkatan kecepatan apoptosis.
4. Keputihan
Keputihan yang fisiologis terjadi karena pengaruh hormon estrogen dan
progesterone yang berubah keadaannya terutama pada saat siklus haid, sehingga
jumlah dan konsistensi sekresi vagina berbeda. Sekresi meningkat pada saat
ovulasi atau sebelum haid. Bakteri dalam vagina telah menyesuaikan diri
dengan perubahan ini dan biasanya tidak terjadi gangguan. Laktobasili
mengubah glikogen dalam cairan vagina menjadiasam laktat. Asam laktat ini
mempertahankan keasaman vagina dan mencegah pertumbuhan bakteri yang
merugikan. Bila kadar salah satu atau kedua hormone berubah secara dramatis,
keseimbangan pH yang ketat ini akan terganggu. Laktobasili tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga mudah terjadi infeksi.
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan candida pada sel epitel vagina.
Kemampuan melekat ini lebih baik pada Candida albicans daripada spesies
candida lainnya. Kemudian candida mensekresikan enzim proteolitik yang
mengakibatkan kerusakan ikatan protein sel penjamu sehingga memudahkan
proses invasi. Selain itu candida juga mengeluarkan mikrotoksin diantaranya
glikotoksis yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem
imun lokal. Terbentuknya kolonisasi candida memudahkan proses imunisasi
tersebut berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada penjamu (Kusmiran,
2012).
5. Dismenore
Pada dasarnya dismenorea primer memang berhubungan dengan
prostaglandin endometrial dan leukotrien. Setelah terjadi proses ovulasi sebagai
respons peningkatan produksi progesteron (Guyton & Hall, 2007). Asam lemak
akan meningkat dalam fosfolipid membran sel. Kemudian asam arakidonat dan
asam lemak omega-7 lainnya dilepaskan dan memulai suatu aliran mekanisme
prostaglandin dan leukotrien dalam uterus. Kemudian berakibat pada
termediasinya respons inflamasi, tegang saat menstruasi (menstrual cramps),
dan molimina menstruasi lainnya (Hillard, 2006).
Hasil metabolisme asam arakidonat adalah prostaglandin (PG) F2- alfa,
yang merupakan suatu siklooksigenase (COX) yang mengakibatkan hipertonus
dan vasokonstriksi pada miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri
menstruasi. Selain (PG) F2-alfa juga terdapat PGE-2 yang menyebabkan
dismenorea primer. Peningkatan level PGF2-alfa dan PGE-2 jelas akan
meningkatkan rasa nyeri pada dismenorea primer juga (Hillard, 2006).
Selanjutnya, peran leukotrien dalam terjadinya dismenorea primer adalah
meningkatkan sensitivitas serabut saraf nyeri uterus (Hillard, 2006).
Peningkatan leukotrien tidak hanya pada remaja putri tetapi juga ditemukan
pada wanita dewasa. Namun peranan prostaglandin dan leukotrien ini memang
belum dapat dijelaskan secara detail dan memang memerlukan penelitian lebih
lanjut.
Dismenore primer juga bisa diakibatkan oleh adanya tekanan atau faktor
kejiwaan selain adanya peranan hormon leukotrien dan prostaglandin. Stres atau
tekanan jiwa bisa meningkatkan kadar vasopresin dan katekolamin yang
berakibat pada vasokonstriksi kemudian iskemia pada sel (Hillard, 2006).
Adanya pelepasan mediator seperti bradikinin, prostagandin dan substansi
p, akan merangsang saraf simpatis sehingga menyebabkan vasokonstriksi yang
akhirnya meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek seperti
spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh darah, mengurangi aliran darah
dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman
impuls nyeri dari medulla spinalis ke otak akan dipersepsikan sebagai nyeri.
2.4. Tanaman yang Dapat digunakan Sebagai Fitoterapi

Nama Senyawa Efek


Mekanisme Efek Klinis Interaksi Pustaka
Tanaman Aktif Samping
Senyawa acetogenins yang
terdapat dalam daun sirsak
berperan sebagai inhibitor
sumber energi untuk
pertumbuhan sel kanker.
kekuatan energi
menyebabkan sel tidak bisa
Sirsak membelah dengan baik. Dapat Utari
(Annona Senyawa
Acetoginin yang ikut masuk membunuh - - dkk.,
muricata acetogenins
L.) kedalam tubuh akan sel kanker 2013
menempel pada reseptor
dinding sel dan berfungsi
merusak ATP di dinding
mitokondria. Akibatnya
produksi energi di dalam
sel kanker terhenti dan
akhirnya sel kanker mati.
Kunyit Senyawa Pada reproduksi wanita Mengurangi - - Purwani
(Curcuma Kurkumin prostaglandin meningkatkan keluhan nyeri ngsih,
domestica kontraksi uterus. Pada pada 2016
Val.) fenomena menstruasi (jika dismenorhoe
tidak ada fertilisasi) korpus primer.
luteum berdegenerasi
sehingga estrogen dan
progesteron menurun dan
sebaliknya prostaglandin
meningkat. Prostaglandin
bersifat antigonadotropik
dalam sistem reproduksi,
yaitu menghambat
steroidogenesis pada
sintesis estrogen oleh sel
granulosa, sintesis
progesteron oleh korpus
luteum dan sintesis
testosteron pada sel Leidig.
Senyawa tersebut dapat Sebagai
menyebabkan denaturasi antifungi
Daun sirih Fenil protein yaitu kerusakan yang dapat
Gunawa
hijau propane struktur tersier protein menghambat
- - n dkk.,
(Piper (senyawa penyusun dinding sel jamur pertumbuhan
2015
betle L.) fenolik) sehingga akan jamur
mengakibatkan kelemahan Candida
fungsi protein dinding sel. albicans

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh
dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya.
Khusus pada wanita, alat reproduksi tidak hanya berfungsi untuk bereproduksi atau
hamil saja, melainkan juga berfungsi dalam proses menstruasi dan seksual. Masalah
kesehatan reproduksi yang sering timbul yaitu terkait dengan terganggunya sistem,
fungsi dan proses alat reproduksi yang dapat mempengaruhi keharmonisan hubungan
suami istri bahkan dapat mengganggu kelancaran proses kehamilan dan persalinan.

DAFTAR PUSTAKA
Adam, M. R., Riski S., Laode R., dan Emil B., 2016, Observasi Klinik Ekstrak Air
Umbi Segar Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia L. Merr) Sebagai Obat
Kista Ovarium , J. Trop. Pharm. Chem, Vol. 3 (4).

Gunawan, A., Eriawati, dan Zuraidah., 2015, Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun
Sirih (Piper sp.) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans, Prosiding
Seminar Nasional Biotik, ISBN: 978-602-18962-5-9.

Gonda, D., 2015, Phytotheraphy A Textbook For Pharmacy Students, Szeged.

Nora, H. S., Misrawati, dan Risamadefi W., 2011, Efek Rebusan Daun Sirih Untuk
Mengurangi Keputihan Pada Wanita, Jurnal Ners Indonesia, Vol. 2 (1).

Purwaningsih, E., 2016, Potensi Kurkumin Sebagai Antifertilisasi, Jurnal Kedokteran


Yusri, Vol. 24 (3).

Utari, K., Eka N., Intan S. A., Rafika S., Winda A. K., dan Agnes S. H., 2013.,
Kegunaan Daun Sirsak (Annona muricata L.) Untuk Membunuh Sel Kanker
dan Pengganti Kemoterapi, Jurnal Kesmadaska.

Wien, W., Budi N., dan Yun A., 2010, Pengaruh Infus Buah Pare (Momordica
Charantia L) Terhadap Kelenjar Prostat Tikus Putih, Media Litbang
Kesehatan, Vol. 12 (2).

Anda mungkin juga menyukai