Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH UTILITAS

FLUIDA PANAS ( DOWTHERM )

Penyusun :

1. Bella Mutiara (021180037)


2. Imeilda Alafabaina Disri (021180040)
3. Yulia Rahmawati (021180044)
4. Putri Rama Mayang Sari (021180047)
5. Inggis Sulaihaya Eris (021180050)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR
  
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah utilitas dengan judul “Fluida Organik (
Dow Therm )” untuk memenuhi tugas utilitas pada semester 3, D3 Teknik Kimia
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kemudahan dan kelancaran bagi
kami
2. Ibu Ir.,Hj Faizah Hadi selaku dosen mata kuliah utilitas
3. Kelompok kami yang telah saling bekerja sama dalam menyelesaikan
penyusunan makalah
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Yogyakarta, 11 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
1.4. Manfaat

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Definisi Fluida Panas


2.2. Mekanisme Perpindahan Panas
2.3. Macam – Macam Alat Penukar Panas
2.4. Media – Media Penukar Panas

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Jenis – Jenis Dowtherm


3.2. Contoh Pengaplikasian Dowtherm A

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem utilitas merupakan sarana atau unit yang diperlukan untuk operasi suatu
proses. Sarana atau unit penunjang disini maksuknya adalah sebuah unit yang
berfungsi sebagai penyediaan bahan-bahan penunjang kegiatan pabrik, udara tekan
dan lain-lain. Unit utilitas penting dalam proses didalam suatu industri.
Unit pemanasan dan pendinginan proses merupakan unit penunjang bagi unit-
unit lain dalam suatu pabrik atau sarana penunjang untuk menyediakan media panas
dan media pendingin proses yang di jalankan suatu pabrik. Dalam masyarakat
modern yang industri dan per ekonomiannya maju, unit pemanas dan pendingin
proses sangat penting, contohnya dalam industri adalah Furnace, Furnace adalah
alat yang berfungsi untuk memindahkan panas yang dihasilkan dari proses
pembakaran bahan bakar. Heat exchanger,  alat penukar panas adalah suatu alat
yang digunakan untuk penukaran panas panas hasil pembakaran dengan fluida yang
dipanaskan, maupun penukaran panas dari fluida panas ke fluida dingin. Boiler
adalah bejana bertekanan dengan bentuk dan ukuran yang didesain untuk
menghasilkan uap panas atau steam. Reboiler  merupakan alat penukar panas yang
bertujuan untuk kembali serta menguapkan sebagian cairan yang diproses. Semua
itu sangat penting dalam menunjang proses dalam industri.
Unit pemanasan dan pendinginan proses sangat penting bagi keberlangsungan
sebuah pabrik. Oleh karena itu, makalah ini memiliki tujuan untuk mengetahui
macam – macam alat penukar panas dan fluida yang digunakan dalam suatu proses
pendinginan dan pemanasan dalam industri.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari fluida panas ?
2. Bagaimana mekanisme perpindahan panas dan apa saja macam – macam
perpindahan panas ?
3. Apa macam – macam alat penukar panas ?
4. Apa jenis dari media penukar panas dan contoh pengaplikasiannya?

1
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari fluida panas.
2. Mengetahui mekanisme perpindahan panas dan macam – macam dari
perpindahan panas.
3. Mengetahui macam – macam alat penukar panas.
4. Mengetahui jenis – jenis media penukar panas dan contoh pengaplikasiannya.

1.4. Manfaat
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang fluida panas dan jenis –
jenisnya.
2. Menambah pengetahuan mengenai perpindahan panas serta alat yang
digunakan dalam penukaran panas.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai
pengaplikasian fluida panas dalam industri.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Definisi Fluida Panas


Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata Fluida mencakup zat car, air dan
gas karena kedua zat ini dapat mengalir, sebaliknya batu dan benda-benda keras
atau seluruh zat padat tidak digolongkan kedalam fluida karena tidak bisa
mengalir. Susu, minyak pelumas, dan air merupakan contoh zat cair. dan Semua zat
cair itu dapat dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir
dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida.
Zat gas juga dapat mengalir dari satu satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin
merupakan contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung atau tenggelam di
dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan kapal laut mengapung
di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat mengapung atau melayang di
dalamnya. Air yang diminum dan udara yang dihirup juga bersirkulasi di dalam
tubuh manusia setiap saat meskipun sering tidak disadari.
Fluida juga sering di gunakan didalam Industri yang salah satunya sebagai
pemanas yang di sebut fluida panas. Salah satu contoh Industri minuman
membutuhkan proses panas untuk mengolah bahan pangan dan menghasilkan
minuman dalam kemasan. Panas dalam industri pangan digunakan untuk berbagai
tujuan, antara lain untuk pasteurisasi, pembuatan konsentrat, pengeringan, destilasi,
perebusan, pemanasan UHT, sterilisasi, pengemasan, dan pemasakan. Sumber
panas yang digunakan tergantung dari berapa suhu pemanasan yang dibutuhkan.
Kebanyakan aplikasi proses panas menggunakan pembawa panas dengan cara tidak
langsung, dimana pembawa panas tersebut tidak dicampurkan ke dalam minuman
(Nurfadli, 2013).
Fluida panas adalah fluida yang digunakan untuk transfer panas dalam industri.
Fluida panas yang banyak digunakan adalah steam, air, udara panas, dan hot oil.
Apabila dua benda yang berbeda temperatur dikontakkan, maka panas akan

3
mengalir dari benda bertemperatur tinggi ke benda bertemperatur rendah.
Mekanisme perpindahan panas yang terjadi dapat berupa konduksi, konveksi, dan
radiasi. Dalam aplikasinya, ketiga mekanisme ini dapat saja berlangsung secara
simultan.
Spesifikasi fluida panas :
1. Tidak beracun, tidak eksplosif dan tidak korosif
2. Dapat digunakan pada suhu tinggi
3. Tidak terkomposisi pada suhu tinggi
4. Panas laten dan penguapannya tinggi
5. Mempunyai tekanan uap, titik beku, dan tuangnya rendah
(Obiedyan, 2017)
2.5. Mekanisme Perpindahan Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari satu tempat
ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Dalam suatu proses,
panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat, perubahan tekanan,
reaksi kimia dan kelistrikan. Sedangkan perpindahan panas dapat didefinisikan
yaitu berpindahnya sejumlah energi dari suatu daerah ke daerah lain sebagai akibat
adanya perbedaan suhu antara daerah-daerah tersebut.
Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan
temperatur. Perpindahan kalor meliputi proses pelepasan maupun penyerapan kalor,
untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proes
berlangsung. Kalor sendiri adalah salah satu bentuk energi.
Secara alami, panas selalu mengalir dari benda bersuhu tinggi kebenda yang
bersuhu lebih rendah, tetapi tidak perlu dari benda berenergi termis banyak ke
benda berenergi termis lebih sedikit. Kalor adalah suatu bentuk energi yang
diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau
wujud bentuknya. Kalor berbeda dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam
satuan derajat panas. Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang
diserap maupun dilepaskan oleh suatu benda.
Jenis – jenis perpindahan panas :
a) Radiasi

4
Yang dimaksud dengan pancaran (radiasi) ialah perpindahan kalor melalui
gelombang dari suatu zat ke zat yang lain. Semua benda memancarkan kalor.
Keadaan ini baru terbukti setelah suhu meningkat. Pada hakekatnya proses
perpindahan kalor radiasi terjadi dengan perantaraan foton dan juga gelombang
elektromagnet. Apabila sejumlah energi kalor menimpa suatu permukaan,
sebagian akan dipantulkan, sebagian akan diserap ke dalam bahan, dan
sebagian akan menembusi bahan dan terus ke luar. Jadi dalam mempelajari
perpindahan kalor radiasi akan dilibatkan suatu fisik permukaan. Ciri – ciri
radiasi adalah kalor radiasi merambat lurus, dan untuk perambatan itu tidak
diperlukan medium (misalnya zat cair atau gas).
b) Konduksi
Konduksi merupakan perpindahan panas dari tempat yang bertemperatur tinggi
ke tempat yang bertemperatur rendah di dalam medium yang bersinggungan
langsung. Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu, maka akan terjadi
perpindahan panas serta energi dari bagian yang bersuhu tinggi ke bagian yang
bersuhu rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa energi akan berpindah secara
konduksi.
c) Konveksi
Konveksi merupakan perpindahan panas antara permukaan solid dan berdekatan
dengan fluida yang bergerak atau mengalir dan itu melibatkan pengaruh
konduksi dan aliran fluida.
(Elvrianti, 2017)
2.6. Macam – Macam Alat Penukar Panas
a. Condenser
Condenser merupakan alat penukar panas yang digunakan untuk
mendinginkan fluida sampai terjadi perubahan fase dari fase uap menjadi fase
cair. Media pendingin yang dipakai biasanya air sungai atau air laut dengan
suhu udara luar.
b. Chiller
Chiller  merupakan alat penukar panas yang digunakan untuk
mendinginkan (menurunkan suhu) cairan atau gas pada temperatur yang sangat

5
rendah. Temperatur pendingin di dalam chiller jauh lebih rendah dibandingkan
dengan pendinginan yang dilakukan oleh pendingin air. Media pendingin yang
digunakan antara lain freon.
c. Reboiler
Reboiler merupakan alat penukar panas yang bertujuan untuk mendidihkan
kembali serta meenguapkan sebagian cairan yang diproses. Media pemanas
yang digunakan antara lain uap (steam) dan minyak (oil). Alat penukar panas
ini digunakan pada peralatan distilasi.
d. Cooler
Cooler adalah alat penukar panas yang digunakan untuk mendinginkan
(menurunkan suhu) cairan atau gas dengan menggunakan air sebagai media
pendingin. Dengan perkembangan teknologi saat ini, media
pendingin cooler menggunakan udara dengan bantuan kipas.
e. Heat Exchanger
Heat Exchanger (HE) adalah alat penukar panas yang bertujuan
memanfaatkan panas suatu aliran fluida untuk pemanasan aliran fluida yang
lain. Dalam hal ini terjadi 2 fungsi sekaligus yaitu :
·         Memanaskan fluida yang dingin
·         Mendinginkan fluida yang panas
f. Heater
Heater merupakan alat penukar kalor yang bertujuan memanaskan
(menaikkan suhu) suatu fluida proses dengan menggunakan media pemanas.
Media pemanas yang biasa digunakan antara lain uap atau fluida panas lain.
g. Thermosiphon dan Forced Circulation Reboiler
Thermosiphon reboiler merupakan reboiler dimana terjadi sirkulasi fluida
yang akan dididihkan dan diuapkan dengan proses sirkulasi alamiah (natural
circulation). Sedangkan Forced Circulation Reboiler adalah reboiler yang
sirkulasi fluida terjadi akibar adanya pompa sirkulasi sehingga menghasilkan
sirkulasi paksaan (forced circulation).

6
h. Steam Generator
Alat ini sering disebut sebagai ketel uap dimana terjadi pembentukan uap
dalam unit pembangkit. Panas hasil pembakaran bahan bakar dalam ketel
dipindahkan dengan cara konveksi, konduksi dan radiasi. Berdasarkan sumber
panasnya, steam generator dibagi 2 macam, yaitu :
 Steam generator tipe pipa air
Tipe ini, fluida yang berada di dalam pipa adalah air ketel, sedangkan
pemanas (berupa nyala api dan gas asap) berada di luar pipa. Hasilnya
berupa uap dengan tekanan tinggi.
 Steam generator tipe pipa api
Tipe ini, fluida yang berada di dalam pipa adalah nyala api, sedangkan air
yang akan diuapkan berada di luar pipa dalam bejana khususpemanas
(berupa nyala api dan gas asap) berada di luar pipa.
i. WHB (Waste Heat Boiler)
WHB adalah alat penukar panas sejenis dengan ketel uap tetapi memiliki
perbedaan pada sumber panas yang digunakan. Sumber panas pada ketel uap
yaitu hasil pembakaran bahan bakar sedangkan sumber panas pada WHB yaitu
memanfaatkan panas dari gas asap pembakaran atau cairan panas yang
diperoleh dari reaksi kimia.
j. Superheater
Alat penukar panas jenis ini digunakan untuk mengubah uap basah
(saturated steam) pada steam generator (ketel uap) menjadi uap kering
(superheated steam).
k. Evaporator
Evaporator adalah alat penukar panas yang digunakan untuk menguapkan
cairan yang ada pada larutan sehingga diperoleh larutan yang lebih pekat
(mother liquor).
l. Vaporizer
Alat penukar panas ini digunakan untuk menguapkan suatu cairan sehingga
fasenya berubah dari cair menjadi gas.

7
m. Ekonomizer
Ekonomizer (disebut juga pemanas air pengisi ketel uap) digunakan untuk
menaikkan suhu air sebelum air masuk ke dalam ketel uap. Tujuannya untuk
meringankan beban ketel.
(sumber)
2.7. Media – Media Penukar panas
a) Steam
Air dalam bentuk gas atau uap lebih banyak dipilih sebagai pembawa
panas pada temperatur di atas 150oC. Panas dalam jumlah besar digunakan
untuk menguapkan air sehingga uap membutuhkan energi/kg medium untuk
menghantarkan panas yang lebih besar dibandingkan dengan air. Mayoritas
aplikasi proses panas dalam industri minuman menggunakan uap. Karena,
pembawa panas digunakan dengan cara tidak langsung, kondensat yang
terbentuk akan dikumpulkan dan dikembalikan lagi ke boiler. Uap juga
memiliki kelebihan lain sebagai medium pemanas seperti temperatur
permukaan alat penukar panas yang lebih merata dan transfer panas yang lebih
tinggi dengan adanya kondensasi. Uap jenuh dibutuhkan untuk seluruh aplikasi
proses pemanasan. Tekanan uap yang digunakan tergantung dari kisaran
temperatur. Uap pada tekanan 10 bar akan memberikan panas pada suhu 184oC.
Boiler dan pipa-pipa untuk pemanasan uap berisi fluida yang berada dibawah
tekanan sehingga penting untuk didesain sedemikian rupa agar dapat menahan
tekanan internal tertentu. Keamanan dan perlindungan yang memadai
dibutuhkan pada instalasi dan jalur pemanasan uap. Banyak negara yang
mengharuskan inspeksi lokal dan mensertifikasi tenaga ahli untuk menjamin
keamanan tempat pengolahan dan instalasi panas bertekanan. Di Indonesia,
Departemen Tenaga Kerja mensupervisi proses pengolahan dan pengoperasian
pabrik yang menggunakan uap (Nurfadli, 2013).
Steam merupakan media pemanas yang banyak digunakan dalam industri
karena harganya yang relatif murah. Kurva hubungan antara tekanan dan suhu
banyak digunakan untuk mengetahui kebutuhan steam yang diproduksi pada
boiler. Pengaruh tekanan dan suhu pada shell-boiler perlu mendapatkan

8
perhatian khusus berkaitan dengan tekanannya yang mencapai 24 bar dan
suhunya 200oC. penggunaan steam pada suhu yang lebih besar dari 250 oC
kurang disukai karena pada suhu yang tinggi steam mempunyai tekanan yang
tinggi (Obiedyan, 2017).
b) Air
Air dalam bentuk cairan adalah medium pemanasan yang paling banyak
digunakan karena mudah didapat dan murah. Air cocok untuk digunakan
sebagai pembawa panas pada kisaran suhu 50-100oC. Untuk penggunaan pada
temperatur di atas 100oC, tekanan harus diaplikasikan pada air. Tekanan yang
dibutuhkan untuk sistem yang menggunakan air pada suhu 200oC yaitu sekitar
16 bar. Biaya sistem akan meningkat ketika sistem tekanan dengan tindakan
keamanan yang mahal digunakan. Air harus melalui proses treatment terlebih
dahulu sebelum digunakan sebagai medium pemanasan. Air lunak (tidak sadah)
umum digunakan jika suhu yang dibutuhkan di atas 65oC.
Proses pemanasan dengan medium air selalu digunakan dengan cara tidak
langsung karena tidak diperbolehkan dicampur ke dalam pangan. Karena itu,
setelah selesai proses pemanasan, air dapat diresirkulasikan kembali ke heater
untuk digunakan kembali pada proses selanjutnya (Nurfadli, 2013).
Beban yang diberikan air pada kondisi atmisferis (T=100 oC, P=1 atm)
yang dialirkan pada alat – alat proses perlu mendapatkan perhatian yang cukup.
Sistem pendinginan dan pembekuan perlu dipisahkan dari sistem pemanasan.
Air sangat baik dipakai sebagai media pemanas pada tekanan 40 bar dan suhu
250oC. adanya oksigen terlarut dalam air perlu diwaspadai, hal ini dapat
menyebabkan korosi (Obiedyan, 2017).
c) Udara
Udara mempunyai panas spesifik yang rendah, sehingga memerlukan
ruang/volume yang besar. Penggunaan udara sangat tergantung dari tekanan
yang diberikan. Koefisien transfer panas pada aliran gas adalah rendah dan
mencakup daerah yang sangat luas. Penggunaan udara sebagai pemanas
maupun pendinginbiasanya digunakan secara langsung (Obiedyan, 2017).

9
d) Fluida Organik atau Minyak Organik
Fluida dari bahan organik banyak digunakan untuk keperluan industri.
Operasional yang biasa digunakan terhadap bahan organik tersebut antara 260-
340oC dengan tekanan 1-2 bar. Bahan campuran 73,5% dipenyl oxide dan
26,5% dipenyl dapat beroperasi sampai dengan suhu 400 oC dengan tekanan 11
bar. Bahan aromatic sintesis umumnya banyak digunakan untuk suhu rendah
(ethylene glycol -50oC to 175oC (-60oF to 350oF)) (Obiedyan, 2017).
Untuk nabati tidak menghasilkan gas rumah kaca dan harganya juga di
bawah jenis bahan bakar lainnya aplikasi pemanasan yang membutuhkan
temperatur lebih tinggi dari 200oC, sistem uap atau air membutuhkan tekanan
yang terlalu tinggi sehingga cukup berisiko. Pembawa panas organik dalam
bentuk fluida pindah panas dapat digunakan untuk memberikan panas hingga
300oC. Fluida yang telah memenuhi standar food grade FDA telah banyak
tersedia. Pembawa panas organik memiliki kelebihan dibandingkan pemanasan
dengan air panas atau uap seperti, tekanan yang dibutuhkan rendah, laju korosi
rendah, dan tidak diperlukan perlakuan pendahuluan. Namun demikian, fluida
ini memang lebih mahal dan membutuhkan komponen khusus untuk menjamin
keamanan. Biaya peralatan pemanasan jenis ini lebih tinggi bila dibandingkan
dengan dua lainnya. Seluruh sistem pemanasan di atas telah tersedia di pasaran.
Pilihan yang tepat dari sistem pemanasan adalah kombinasi aplikasi, bahan
bakar yang digunakan, dan temperatur dari pembawa panas yang disyaratkan
(Nurfadli, 2013).
e) Garam – Garam Anorganik
Garam – garam anorganik yang banyak digunakan sebagai fluida pemanas
antara lain :
1. Larutan soda kaustik (370-380oC)
2. Campuran 53% KNO3, 40% NaNO2, dan 7% NaNO3 dapat digunakan pada
suhu 500oC pada tekanan rendah
(Obiedyan, 2017)

10
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Jenis – Jenis Dowtherm


Fluida panas adalah fluida yang digunakan untuk transfer panas dalam industri.
Fluida panas yang banyak digunakan adalah steam, air, udara panas, dan hot oil.
Fluida dari bahan organik banyak digunakan untuk keperluan industri. Fluida dari
bahan organik atau sering disebut sebagai minyak organik atau dowtherm. Dalam
industri fluida ini dapat digunakan sebagai fluida dingin (media pendingin) dan
juga dapat digunakan sebagai fluida panas (media pemanas).
Jenis – jenis dowtherm antara lain :
a. Dowtherm A
Cairan transfer panas campuran eutektik dari dua senyawa organik yang
stabil, difenil (C12H10) dan difenil oksida (C12H10O). Dowtherm A merupakan
cairan yang dapat digunakan dalam sistem yang menggunakan baik fase cair
atau fase uap pemanas. Rentang aplikasi normal adalah 60 oF hingga 750oF
(15oC hingga 400oC) dan rentang tekanannya dari atmosfer hingga 152,5 psig
(10,6 bar).
 Fluida ini bersifat stabil, tidak mudah terurai pada suhu tinggi, dan dapat
digunakan secara efektif baik dalam sistem fase cair atau uap.
 Viskositas rendah di seluruh rentang operasi menghasilkan perpindahan
panas yang efisien, start up, dan masalah pemompaan diminimalkan.
 Fluida tersebut bersifat non-korosif terhadap logam dan paduan umum.
Kriteria Cairan
1. Stabilitas
Fluida Dowtherm A memiliki stabilitas termal tak tertandingi di suhu
750oF (400oC). Film yang direkomendasikan maksimum suhunya 800oF
(425oC).
2. Tekanan Uap

11
Fluida Dowtherm A dapat digunakan dalam aplikasi transfer panas
fase uap dari 495oF (257oC) hingga 750oF (400oC). Dapat digunakan pada
fase cair dari 60°F (15°C) hingga 750 ° F (400 ° C). Tekanan uapnya
adalah 3,96 psia pada 400 ° F (0,24 bar pada 200 ° C) dan 152,5 psia (10,6
bar) pada penggunaan suhu maksimum yang disarankan.
3. Titik Beku
Fluida Dowtherm A memiliki titik beku 53,6 ° F (12 ° C) dan dapat
digunakan tanpa pelacakan uap di instalasi yang terlindung dari cuaca.
4. Viskositas
Fluida Dowtherm A memiliki viskositas rendah dan hanya berubah
sedikit di antara titik leleh produk dan operasi atasnya suhu. Hasilnya,
masalah start-up dapat diminimalkan.
b. Dowtherm RP
Fluida yang memberikan kinerja tinggi dalam sistem non-bertekanan.
Cairan transfer panas Dowtherm RP yaitu alkil diaryl dengan kemurnian tinggi
yang menyediakan kinerja sangat baik dalam fase cair panas, sistem transfer
yang beroperasi diantara -4° F dan 660° F (-20° C hingga 350° C). Ini adalah
yang paling stabil secara termal panas fase cair tekanan rendah.
Kriteria Cairan :
1. Stabilitas
Fluida Dowrherm RP memiliki stabilitas termal yang sangat baik di
suhu hingga 660° F (350 ° C). Film yang direkomendasikan suhunya
maksimum 710° F (375 ° C).
2. Tekanan uap
Fluida Dowtherm dapat digunakan sebagai media transfer panas cair
ke atas hingga 660 ° F (350 ° C) dengan tekanan hanya 13 psia (96 kPa).
3. Stabilitas Termal
Stabilitas termal panas cairan transfer tidak tergantung hanya pada struktur
kimianya, tetapi juga pada desain dan operasi profil suhu sistem di mana
itu digunakan. Maksimum kehidupan untuk cairan bisa diperoleh dengan
mengikuti rekayasa suara praktik dalam desain panas sistem transfer. Tiga

12
bidang utama fokusnya adalah: merancang dan mengoperasikan pemanas
dan / atau pemulihan energi unit, mencegah kontaminasi bahan kimia, dan
menghilangkan kontak cairan dengan udara.
c. Dowtherm J
Dowtherm J merupakan fluida transfer panas dengan daya pompa ke
bawah -100oF (-75° C) yang membuat dowtherm ini jawaban untuk menuntut
pemakaian suhu yang rendah. Fluida transfer panas jenis ini adalah campuran
isomer dari aromatik yang teralkalinasi yang direkayasa secara khusus untuk
menuntut aplikasi suhu rendah dalam sistem fase cair bertekanan. Dengan suhu
penggunaan yang disarankan kisaran -110oF hingga 600oF (-80oC hingga
315oC).
Viskositas dari sekitar 8 cps pada -100 ° F (sekitar 8 mPa · s pada -75 ° C)
menjamin sifat perpindahan panas yang baik bahkan pada suhu yang sangat
dingin. Fluida ini juga bisa digunakan dalam sistem fase uap beroperasi dari
358°F hingga 600 ° F (181 ° C hingga 315 ° C). Rentang operasi yang luas
fluida ini membuatnya ideal untuk aplikasi pemanasan dan pendinginan fluida
tunggal. Fluida Dowtherm J bersifat tidak korosif terhadap logam dan paduan
yang biasa digunakan dalam sistem transfer panas.
Kriteria Cairan :
1. Stabilitas Termal
Cairan Dowtherm J menawarkan hasil stabilitas termal yang sangat
baik pada suhu antara -110 ° F dan 600 ° F (-80 ° C hingga 315 ° C).
Maksimum yang disarankan suhu film adalah 650 ° F (345 ° C).
2. Tekanan uap
Cairan Dowtherm J dapat digunakan dalam aplikasi fase cair dari
-110°F hingga 600° F (-80 ° C hingga 315 ° C) dan dalam aplikasi fase
uap dari 358 ° F hingga 600 ° F (181 ° C hingga 315 ° C). Untuk operasi
pada suhu cair yang mendekati atau melebihi titik didih, 358 ° F (181 ° C),
tekanan positif setidaknya 15 sampai 25 psi (1 hingga 1,7 bar) di atas
tekanan uap sistem seharusnya dirawat di tangki ekspansi. Tekanan
punggung ini dipertahankan NPSH yang memadai untuk pompa dan

13
mencegah film mendidih. Untuk membuat dan pertahankan tekanan balik
ini, terapkan tekanan gas inert pada ekspansi tangki, atau angkat tangki.
3. Titik beku
Cairan Dowtherm J tetap cair dan mudah dipompa pada suhu serendah
-110° F (-80° C). Ini menghilangkan banyak masalah yang berhubungan
dengan start-up dingin dan saat shutdown. Sehingga steam tracing, yang
biayanya pasang mahal dan operasikan, tidak diperlukan.
4. Viskositas
Karakteristik viskositas cairan Dowtherm J yang sangat baik di suhu
rendah membuatnya menjadi pilihan yang efisien untuk aplikasi suhu yang
sangat rendah. Selain itu, koefisien transfer panas tinggi dapat diperoleh di
seluruh rentang suhu. Ini bisa mengurangi konsumsi energi pendinginan
peralatan dan memotong proses penukar panas persyaratan luas
permukaan.
d. Dowtherm Q
Cairan transfer panas Dowtherm Q mengandung campuran diphenylethane
dan aromatik teralkilasi dan dirancang untuk digunakan sebagai minyak panas
alternatif dalam sistem transfer fase cair panas. Aplikasi normal kisarannya
adalah -30° F hingga 625° F (-35° C hingga 330° C). Dowtherm Q
menunjukkan stabilitas panas yang lebih baik daripada minyak panas,
khususnya terlihat di ujung atas rentang panas penggunaan minyak [pada suhu
di atas 500° F (260°C)]. Selanjutnya, pumpability suhu rendah cairan
Dowtherm Q signifikan lebih baik dari yang khas minyak panas. Sepanjang
rentang operasinya, viskositas rendah Doetherm Q berkontribusi pada efisiensi
perpindahan panas. Koefisien filmnya di 600 ° F (315 ° C) adalah 42 persen
lebih tinggi dari minyak panas khas. Dowtherm Q juga tidak korosif terhadap
logam dan paduan umum, meyakinkan kompatibilitas dengan sebagian besar
sistem sistem transfer sistem.
Kriteria Cairan :
1. Stabilitas

14
Dowtherm Q menawarkan hasil stabilitas termal yang baik pada suhu
naik hingga 625 ° F (330 ° C). Maksimal suhu film yang disarankan adalah
675° F (360° C). Antara 550° F dan 600° F (290° C dan 315° C). Stabilitas
adalah 15 hingga 30 kali lebih besar daripada minyak panas khas.
2. Titik beku
Dowtherm Q memiliki suhu pumpability minimum -30 ° F (-35 ° C).
Karena itu, bisa digunakan tanpa pelacakan uap di sebagian besar instalasi.
Bandingkan ini lebih rendah gunakan suhu minimum minyak panas
setinggi + 32 ° F (0 ° C).
3. Viskositas
Viskositas cairan Dowtherm Q pada 600° F adalah 0,18 cps (at 315 °
C adalah 0,2 mPa · s), akuntansi untuk koefisien film itu 42 persen lebih
tinggi dari pada minyak panas khas. Dowtherm Q memiliki viskositas
rendah yang bertanggung jawab untuk start-up suhu rendah dan kinerja
pumpability. Viskositas pada -30 ° F hanya 29 cps (pada -30 ° C hanya 24
mPa).
e. Dowtherm G
Fluida transfer panas Dowtherm G adalah campuran senyawa di- dan tri-
aril yang menyediakan kinerja sangat baik dalam fase cair panas sistem transfer
yang beroperasi di antara 20 ° F dan 675 ° F (-6 ° C hingga 360 ° C). Cairan
Dowtherm G sangat tinggi merupakan cairan tekanan rendah stabil yang bisa
meminimalkan masalah akibat overheating tidak disengaja yang disebabkan
oleh pelampiasan api, pemanas yang tidak tepat menembak atau sirkulasi tidak
memadai. Dowtherm G memiliki flash api tinggi, poin tanda otomatis, dan
tidak menimbulkan bahaya kebakaran di sekitar suhu.
Kriteria Cairan :
1. Stabilitas
Cairan Dowtherm G menawarkan hasil stabilitas termal yang baik
pada suhu naik hingga 675 ° F (360 ° C). Maksimal suhu film yang
disarankan adalah 725 ° F (385 ° C).
2. Titik beku (titik kristal /daya pompa)

15
Cairan Dowtherm G adalah campuran senyawa dan tidak
menunjukkan titik beku yang terbatas. Cairan dapat berupa subkol atau
berkembang kristal di bawah 40 ° F (4 ° C). Jika cairan beredar, itu akan
tetap dipompa ke suhu yang sangat rendah. Minimum batas kemampuan
pompa cairan adalah didefinisikan oleh banyak produsen pompa karena
suhu di dimana cairan mencapai viskositas 1000 centipoise (1000 mPa • s).
3. Tekanan uap
Cairan Dowtherm G dapat digunakan sebagai media transfer panas
cair hingga 675 ° F (360 ° C) dengan tekanan hanya 48,8 psig (3,4 bar).
f. Dowtherm MX
Cairan transfer panas Dowtherm MX mengandung campuran aromatik
teralkilasi dan dirancang untuk digunakan sebagai minyak panas alternatif
dalam sistem perpindahan panas fase cairan. Rentang aplikasi normal adalah
-10 ° F hingga 625 ° F (-23 ° C hingga 330 ° C). Cairan Dowtherm MX bisa
digunakan dalam sistem non-bertekanan ke suhu 620 ° F (327 ° C). Pameran
cairan Dowtherm MX stabilitas termal yang lebih baik daripada panas minyak,
terutama terlihat di ujung atas rentang penggunaan minyak panas di suhu di
atas 550 ° F (288 ° C). Selanjutnya pumpability dari Dowtherm MX suhu
rendah. Sepanjang rentang operasinya, viskositas rendah dari Dowtherm MX
cairan berkontribusi pada efisiensi perpindahan panas. Koefisien filmnya di
600 ° F (315 ° C) adalah 20 persen lebih tinggi ari minyak panas khas. Cairan
Dowtherm MX juga tidak korosif terhadap logam biasa dan paduan,
memastikan kompatibilitas dengan sebagian besar sistem transfer panas.
Kriteria Cairan :
1. Stabilitas Termal
Stabilitas termal panas cairan transfer tidak tergantung hanya pada
struktur kimianya, tetapi juga pada desain dan operasi profil suhu sistem di
mana itu digunakan. Kehidupan maksimal untuk cairan bisa didapat
dengan mengikuti rekayasa suara praktik dalam desain panas sistem
transfer.
2. Pumpability Cairan

16
Pumpability material adalah cukup baik hingga -10oF (-23oC) dimana
viskositasnya adalah 282 cps (282 mPa . s).
(Simoeh, 2012)

3.2. Contoh Pengaplikasian Dowtherm A

17
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dowtherm atau fluida organik banyak digunakan dalam industri terutama sebagai
media pendingin dan pemanas. Diantara jenis-jenis dowtherm, Dowtherm A lebih
sering digunakan sebagai media pendingin dan pemanas di dalam pabrik karena
salah satu sifatnya yang stabil.Dowtherm A merupakan cairan yang dapat
digunakan dalam sistem yang menggunakan baik fase cair atau fase uap pemanas.
Alat yang biasa menggunakan dowtherm A yaitu heat exchanger.

18
DAFTAR PUSTAKA

Elvriyanti, W. (2017). Analisa Pengaruh Kecepatan Fluida Panas Aliran Berlawanan


Terhadap Karakteristik Heat Exchanger Tipe Shell and Tube (Doctoral dissertation,
undip). Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/58325/ pada 02 Desember 2019
pukul 19.41
Nurfadli, Muh. 2013. “Fluida adalah zat yang menglir” diakses dari
https://www.academia.edu/34035166/fluida_adalah_zat_yang_mengalir pada 02
Desember 2019 pukul 19.12
Obiedyan, Brian. 2017. “Fluida Panas” diakses dari
https://id.scribd.com/document/364493095/Fluida-Panas pada 02 Desember 2019
pukul 21.43
Simoeh. 2012. “Prarancangan Pabrik Kimia” diakses dari
http://simoehch.blogspot.com/2012/07/dowtherm.html?m=1 pada 03 Desember
2019 pukul 01.22

19

Anda mungkin juga menyukai