Anda di halaman 1dari 6

REFERAT ORAL MEDICINE

IMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME


(IRIS)

Disusun Oleh :

Wynona Ursula C. W., S.KG (2019-16-086)


Yashinta Marcelia N., S.KG (2019-16-087)
Yuliana Permatasari, S.KG (2019-19-088)
Natasha Hana Putri, S.KG (2019-16-089)

Dosen Pembimbing :
Dr. Drg. Ananta Rurri, Sp.PM

DEPARTEMEN PENYAKIT MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

Perawatan dengan rejimen inhibitor terintegrasi (INI) yang terkandung pada

perawatan antiretroviral kombinasi (ARVk) saat ini direkomendasikan sebagai pilihan

pertama dalam pedoman perawatan ARV untuk pasien yang terinfeksi HIV. 1 Akses pada ARV

sudah sangat meningkat di seluruh dunia.2 INI juga terkait dengan pemulihan sel-T CD4+

yang lebih cepat. Namun, penurunan infeksi HIV yang tajam dan pemulihan imun yang cepat

juga merupakan faktor risiko dari immune reconstitution inflammatory syndrome (IRIS). Oleh

karena itu, pasien yang terinfeksi HIV berisiko sangat tinggi terhadap IRIS. 1 Hal ini juga

disebabkan oleh ARV yang sangat aktif mengurangi mobirditas dan mortalitas pada infeksi

HIV dan mengubah perjalanan klinis infeksi opurtunistik terkait penyakit autoimun.3 Terapi

ini tidak dapat menyembuhkan HIV/AIDS, tetapi dapat memaksimalkan supresi replikasi HIV

sehingga dapat mereduksi transmisi prenatal. 4 Karena luasnya variasi dalam persentasi klinis,

spektrum gejala dan etiologi yang terus meningkat, banyaknya diagnosis HIV dan IRIS tetap

menjadi masalah.5 Insidens IRIS secara keseluruhan berdasarkan meta analisis menunjukkan

angka 16.1%. Namun, insidens ini juga bervariasi pada tempat, tergantung pada rendahnya

derajat sistem imun dan prevalensi infeksi oportunistik dan koinfeksi dengan patogen lain.7

IRIS merupakan perburukan kondisi klinis sebagai akibat respons inflamasi berlebihan

pada saat pemulihan respons imun setelah pemberian ARV. 6,7 Sindrom ini dapat memberikan

gambaran klinis berupa penyakit infeksi maupun non-infeksi. Manifestasi yang paling sering

adalah inflamasi dari penyakit infeksi berupa timbulnya gejala klinis atau perburukan infeksi

yang telah ada.7 IRIS dapat menjadi komplikasi serius dari perawatan pengembalian imun

multifocal yang progresif.8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi IRIS

IRIS didefinisikan sebagai timbulnya manifestasi klinis atau perburukan infeksi yang

ada sebagai akibat perbaikan respons imun spesifik patogen pada pasien HIV yang berespons

baik terhadap ARV.7 IRIS juga dikatakan sebagai respon inflamasi patologi yang berlebihan

pada antigen infeksi oportunistik (IO).1 Pada saat ini dikenal dua jenis IRIS yang sering

bertumpang tindih, yaitu IRIS unmasking dan IRIS paradoxical. Jenis unmasking terjadi pada

pasien yang tidak terdiagnosis dan tidak menjalani terapi untuk IO-nya dan langsung

mendapatkan terapi ARV.7 IRIS paradoxial mengacu pada memburuknya gejala sekunder

akibat infeksi oportunistik yang diketahui dalam pengaturan inisiasi ARV dan pengobatan

infeksi oportunistik.8

International Network Study of HIV-associated IRIS (INSHI) membuat kesepakatan untuk

kriteria diagnosis IRIS sebagai berikut:7

1. Menunjukkan respon terhadap terapi ARV dengan:

a. mendapat terapi ARV

b. penurunan viral load

2. Perburukan gejala klinis infeksi atau timbul reaksi inflamasi yang terkait dengan

inisiasi terapi ARV

3. Gejala klinis tersebut bukan disebabkan oleh:

a. Gejala klinis dari infeksi yang diketahui sebelumnya yang sudah berhasil

disembuhkan

b. Efek samping obat atau toksisitas

c. Kegagalan terapi

d. Ketidakpatuhan menggunakan ARV


Setelah mendapatkan ARV, terjadi perburukan klinis dari penyakit infeksinya

tersebut. Manifestasi klinis yang muncul sangat bervariasi dan tergantung dari bahan infeksi

atau non-infeksi yang terlibat, sehingga diagnosis menjadi tidak mudah. Pada waktu

menegakkan diagnosis SPI perlu dicantumkan penyakit infeksi atau non infeksi yang menjadi

penyebabnya (misal IRIS TB, IRIS Toxoplasmosis).7

IRIS bisa sulit didiagnosis dan dikaitkan dengan morbiditas yang signifikan.

Terkadang IRIS dapat mematikan pada pasien dengan infeksi intrakranial. Inisiasi perawatan

ARV yang mengandung INI adalah faktor risiko independen dalam berkembangnya IRIS

pada pasien yang sudah lama mengidap HIV.1


1. Wijting IE, Wit FW, Rokx C. Immune reconstitution inflammatory syndrome in HIV

infected late presenters starting integrated inhibitor containing antiretroviral

therapy. EClinicalMedicine: 2019; 17:2. [diakses pada 1 April 2020]

2. Walker N, Scriven J, Meintjes G. Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome in

HIV-infected Patients. Dovepress: 2015; 7:49-64. [diakses pada 1 April 2020]

3. Samson JF, Suja V, Samad KA, Sankar S, Libu GK. Immune reconstitution

inflammatory syndrome: A therapeutic paradox. Indian dermatology online journal.

2012; 3(3): 205. [diakses 2 April 2020]

4. Loue, S. Mental Health Practitioner’s Guide to HIV/AIDS. New York: Springer;

2013: 95. [diakses 2 April 2020]

5. Bosamiya SF. The immune constitution inflammatory syndrome. Indian dermatology

online journal. 2011; 56(5): 476-479. [diakses pada 2 April 2020]

6. Maartens, G., Celum, C., Lewin, S. HIV infection: epidemiology, pathogenesis,

treatment, and prevention. EClinicalMedicine: 2014; 384: 258-71. [diakses pada 1

April 2020]

7. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman nasional tatalaksana klinis infeksi HIV dan

terapi antiretroviral pada orang dewasa dan remaja. Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia; 2012: 20-1. [diakses pada 1 April 2020]

8. Giacomini P, Metz I, Araujo D. Maraviroc and JC Virus-Associated Immune

Reconstitution Inflammatory Syndrome. N Engl J Med. 2014; 370: 486. [diakses pada

2 April 2020]

9. Gopal R, Rapaka RR, Kolls JK. Immune reconstitution inflammatory syndrome

associated with pulmonary pathogens. European Respiratory Review. 2017; 31:

26(143). [diakses pada 2 April 2020]

Anda mungkin juga menyukai