Anda di halaman 1dari 5

Good Manufacturing Practice merupakan sebuah konsep yang kerap kali

diabaikan di berbagai dunia industri. Padahal kehadiran hal ini mampu


memberikan dampak yang signifikan bagi sebuah perusahaan dan pelaku industri.
Lantas, apa pengertian dari Good Manufacturing Practice dan bagaimana cara
menjalankannya? Berikut ulasan yang penting untuk disimak!
Pengertian Good Manufacturing Practice
Good Manufacturing Practice atau GMP adalah sebuah konsep manajemen yang
berbentuk prosedur dan cara kerja untuk menghasilkan produk. Seluruh produk
yang dihasilkan ini wajib memenuhi standar yang ada dengan tingkat perbedaan
yang rendah.
Praktik GMP sendiri bisa diterapkan di berbagai bidang industri, termasuk
manufaktur. Sayangnya, di industri manufaktur tidak mudah untuk menerapkan
GMP karena adanya berbagai faktor dan indikator yang harus diperhatikan agar
konsep ini bisa berjalan dengan optimal.

Indikator Good Manufacturing Practice


1. Bangun Komitmen di Antara Stakeholder
Hal mendasar yang harus diperhatikan sebelum mulai menerapkan GMP yakni
membangun komitmen di antara seluruh stakeholder perusahaan, mulai dari
pemilik, pemimpin, hingga karyawan. Pasalnya, kesuksesan sebuah proses
menuntut kerja sama antara seluruh elemen sumber daya manusia perusahaan.
2. Bentuk Tim yang Solid
Setelah komitmen terbangun di antara seluruh elemen sumber daya manusia yang
ada di perusahaan, maka langkah selanjutnya yang diperlukan adalah membentuk
tim yang solid. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pembentukan tim
yakni penanggung jawab yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas untuk
memimpin tim.

3. Tentukan Standar Referensi GMP


Tidak hanya membentuk tim yang solid, setiap perusahaan juga perlu menentukan
standar referensi yang efektif dan sesuai. Setiap perusahaan jelas memiliki standar
referensi yang berbeda-beda. Namun secara umum, standar referensi ini terkait
beberapa hal seperti produksi, desain, fasilitas, jaminan, serta ruang penyimpanan
produk.

4. Terapkan Indikator
Selain menentukan standar referensi GMP, perusahaan di berbagai bidang juga
perlu menerapkan indikator-indikator yang efektif. Hal ini untuk mengurangi
kesalahan-kesalahan fatal yang bisa saja terjadi. Selanjutnya, evaluasi terhadap
kinerja penerapan GMP pun penting untuk dilakukan agar tidak muncul lagi
kesalahan.

5. Bangun Kesadaran Individu


Terakhir, faktor yang penting untuk diperhatikan yaitu membangun kesadaran
individu baik di level manajer, supervisor, hingga karyawan dan staf lainnya
sehingga semua orang berkomitmen terhadap GMP. Hal ini dikarenakan oleh
pentingnya menjaga konsistensi terhadap sebuah sistem yang telah diterapkan agar
bisa terus berkelanjutan.
Demikian tadi beberapa informasi yang perlu diketahui mengenai Good
Manufacturing Practice. Di Indonesia, salah satu lokasi strategis untuk
menjalankan bisnis manufaktur dengan konsep GMP yakni di Karawang New
Industry City (KNIC).
Pasalnya, kawasan yang terletak di Jawa Barat ini mengusung banyak kelebihan
termasuk teknologi dan sistem yang terintegrasi kelas dunia sehingga kehadiran
infrastruktur kelas dunia pun terlihat jelas di tempat ini. Perkembangan tren
teknologi industri di kawasan ini terus diimplementasi sehingga tidak terjadi
ketertinggalan bagi perusahaan-perusahaan yang ada.

Kehadiran KNIC tidak hanya bertujuan untuk mendukung kinerja sebuah


perusahaan manufaktur, tapi juga hadir untuk mendukung percepatan pertumbuhan
ekonomi daerah serta menghadirkan Multiplier Effect yang berguna bagi
perkembangan sosio-ekonomi di Karawang dan daerah-daerah di kawasan Jawa
Barat.
Good Manufacturing Practices (GMP) adalah sistem yang memuat persyaratan
minimum yang harus dipenuhi oleh industri makanan dan kemasan, terkait dengan
keamanan pangan, kualitas dan persyaratan hukum. Standar umum yang
dipergunakan adalah Title 21 Code of Federal Regulation (CFR) part 110 “Good
Manufacturing Practices in Manufacturing, Packing, or Holding Human Food” and
“General Principles Food Hygiene, WHO/FAO International Code Practice”.
Standar ini adalah yang standar yang umum diterapkan dalam industri yang
makanan dan kemasan. Implementasi yang efektif dari System Management
dengan menerapkan konsep Hygiene & Sanitation pada system Good
Manufacturing Practices / GMP akan memberikan keyakinan dan manfaat dalam
usaha industri makanan dan industri kemasan terkait

Manfaat GMP diantaranya adalah sebagai berikut :


1. Meningkatkan kepercayaan pelanggan;
2. Meningkatkan image dan kompetensi perusahaan/organisasi;
3. Meningkatkan kesempatan perusahaan/organisasi untuk memasuki pasar
global melalui produk/kemasan yang bebas bahan beracun (kimia, fisika dan
biologi);
4. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan terhadap produk;
5. Berpartisipasi dalam program keamanan pangan;
6. Menjadi pendukung dari penerapan sistem manajemen mutu.
Penerapan GMP dapat mengacu berbagai referensi, namun sejauh ini tidak ada
standar internasional yang bersifat official seperti halnya standar ISO. Oleh karena
itu berbagai negara dapat mengembangkan standar GMP tersendiri, seperti di
Indonesia terdapat berbagai standar GMP yang di terbitkan oleh BPOM (Badan
Pengawasan Obat dan Makanan) sesuai dengan jenis produk yang di hasilkan.
Sebagai contoh beberapa standar GMP tersebut:

1. Standar GMP untuk industria obat-obatan di sebut dengan CPOB ( Cara


Pembuatan Obat yang Baik)
2. Standar GMP untuk industri makanan di sebut dengan CPMB (Cara
Pembuatan Makanan yang Baik)
3. Standar GMP untuk industri kosmetik di sebut dengan CPKB ( Cara
Pembuatan Kosmetik yang Baik)
4. Standar GMP untuk industri obat tradisional di sebut dengan CPOTB ( Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik)
Berbagai referensi standar GMP pada prinsip dasarnya sama yakni bertujuan untuk
menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan aman. Pilihan referensi GMP yang
akan digunakan oleh industri mempertimbankan berbagai hal:

1. Penerapan GMP apakah akan dilakukan sertifikasi? Bila ya, lembaga


sertifikasi mana yang digunakan? Sertifikasi GMP di Indonesia dapat dilakukan
oleh BPOM, atau lembaga sertifikasi independen lainnya.
2. Kemana produk yang dihasilkan akan di jual ( lokal atau ekspor), maka
standar GMP yang digunakan sebagai referensi mempertimbangkan standar
GMP di negara dimana produk tersebut di jual.
3. Penerapan GMP sebagai standar tunggal, atau merupakan bagian dari
penerapan standar yang lain dan sertifikasi yang dilakukan merupakan sertifikasi
dari standar yang lainya tersebut seperti: ISO 22000;2005, HACCP, BRC, SQF,
IFS dan lain-lain.
Pada dasarnya semua industri yang terkait dengan makanan, obat-obatan,
kosmetik, pakan ternak wajib menerapkan sejak prabrik didirikan dan proses
produksi pertama dilakukan, karena penerapan GMP merupakan persyaratan dasar
bagi industri tersebut beroperasi. Namun karena rata-rata industri di indonesia
bermula dari UKM, yang kemudian berkembang menjadi industri besar dengan
tingkat pengetahuan GMP yang terbatas sehingga acap kali penerapannya di
abaikan. Baru setelah ada tuntutan oleh pelanggan untuk sertifikasi GMP atau
standar lainnya seperti ISO 22000, HACCP, BRC, IFS, dan SQF baru GMP
tersebut di terapkan.

Prinsip dasar GMP adalah mutu dan keamanan produk tidak dapat dihasilkan
hanya dengan pengujian ( Inspection/ testing), namun harus menjadi satu kesatuan
dari proses produksi. Oleh karena itu cakupan secara umum dari penerapan standar
GMP adalah:

1. Desain dan fasilitas


2. Produksi (Pengendalian Operasional)
3. Jaminan mutu
4. Penyimpanan
5. Pengendalian hama
6. Hygiene personil
7. Pemeliharan, Pembersihan dan perawatan
8. Pengaturan Penanganan limbah
9. Pelatihan
10. Consumer Information (education)
Bukan suatu hal yang mudah ketika suatu industri akan menerapkan GMP,
sehingga perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya:

1. Bangun komitmen pemilik perusahaan, manajemen dan karyawan.


Komitmen merupakan hal yang paling utama, karena dalam merapkan GMP di
butuhkan sumber daya terutama financial yang cukup besar. Di tambah lagi
dengan komitmen karyawan untuk mau melaksanakan standar GMP secara
efektif, karena bisa jadi di perlukan peruabahan pola pikir, dan kebiasaan.
2. Pilih standar referensi penerapan GMP secara tepat dengan
mempertimbangkan berbagai hal di atas.
3. Tetapkan indikator-indikator keefektifan penerapan GMP, dan lakukan
evaluasi kinerja penerapan GMP yang digunakan alat untuk peningkatan.
4. Bentuk tim yang solid, dengan penanggung jawab personel yang memiliki
jiwa kepemimpinan serta motivasi yang kuat.
Secara terus-menerus lakukan awareness baik untuk manajer, supervisor maupun
karyawan.

Anda mungkin juga menyukai