Anda di halaman 1dari 13

TUGAS BIOMONITORING

MAKALAH DENGAN STUDY KASUS:

SEASONAL CHANGES OF BASIC ERYTHROCYTE-METRIC


PARAMETERS IN PELOPHYLAX RIDIBUNDUS (AMPHIBIA:
RANIDAE) FROM ANTHROPOGENICALLY POLLUTED
BIOTOPES IN SOUTHERN BULGARIA AND THEIR ROLE AS
BIOINDICATORS

Dosen Pembimbing:
Achmad Chusnun Ni’am S.Si., M.T., Ph.D

Disusun Oleh :

Muhammad Firman Faisal Arif 09.2017.1.00552


Sigit Bambang Kiswari 09.2017.1.00564
Ni Made Nirmala Ganeswari 09.2017.1.00572
Sarah Puspita Dewi 09.2017.1.00586

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA


SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, nikmat serta anugrah-Nya sehingga Tugas Makalah
Biomonitoring dengan mengambil Study Kasus: Seasonal Changes Of Basic
Erythrocyte-Metric Parameters In Pelophylax Ridibundus (Amphibia: Ranidae) From
Anthropogenically Polluted Biotopes In Southern Bulgaria And Their Role As
Bioindicators ini dapat terselesaikan dengan baik, meski jauh dari kata sempurna.
Saya Mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan dalam
penyusunan Laporan ini, terkhusus kepada Bapak Achmand Chusnul Ni’am
S.Si.,M.T.,Ph.D selaku dosen pengajar mata kuliah Biomonitoring.
Demikian Makalah Biomonitoring dengan mengambil Study Kasus: Seasonal
Changes Of Basic Erythrocyte-Metric Parameters In Pelophylax Ridibundus (Amphibia:
Ranidae) From Anthropogenically Polluted Biotopes In Southern Bulgaria And Their
Role As Bioindicators yang kelompok 3 (tiga) buat. Tidak lupa kritik dan saran kami
harapkan agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Dan makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua

Surabaya, 30 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2

1.3 Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Mekanisme Katak Rawa (Pelophylax Ridibundus) Sebagai Bioindikator
Perubahan Musim Di Kawasan Southern Bulgaria.................................................3

2.1.1 Daerah Penyelidikan.......................................................................................3

2.2.2 Data Dari Hasil Fisikokimia Ekosistem Air.................................................3

2.1.3 Metode Analisis Katak....................................................................................5

2.1.4 Analisis Laboratorium....................................................................................5

2.1.5 Analisi Statistik................................................................................................6

2.2 Respon Katak Rawa (Pelophylax Ridibundus) Ketika Dijadikan Bioindikator


Terhadap Perubahan Musim Di Kawasan Southern Bulgaria Yang Padat
Penduduk......................................................................................................................6

2.3 Kelebihan Menggunakan Katak Rawa (Pelophylax Ridibundus) Sebagai


Bioindicator..................................................................................................................9

2.4 Kekurangan Menggunakan Katak Rawa (Pelophylax Ridibundus) Sebagai


Bioindicator..................................................................................................................9

BAB III...........................................................................................................................10
KESIMPULAN..............................................................................................................10
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Goin dan Goin (1971), klasifikasi dan sistematika amfibi adalah sebagai
berikut: Kingdom Animalia, Filum Chordata, Sub-filum Vertebrata, Kelas Amphibia,
serta Ordo Gymnophiona, Caudata dan Anura. Amfibi adalah satwa bertulang belakang
yang memiliki jumlah jenis terkecil, yaitu sekitar 4,000 jenis. Walaupun sedikit, amfibi
merupakan satwa bertulang belakang yang pertama berevolusi untuk kehidupan di darat
dan merupakan nenek moyang reptile. Amfibi meliputi katak, toad, caecilian, newt dan
salamander. Amfibi adalah keturunan vertebrata pertama untuk membuat perpindahan
dari kehidupan di air menuju kehidupan di tanah. Kolonisasi awal habitat daratan, garis
zaman amphibian tidak pernah secara penuh mengikatkan hubungan mereka dengan
habitat air.
Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang suhu tubuhnya tergantung pada
suhu lingkungan. Keberadaan amfibi tersebut dipengaruhi oleh faktor iklim, topografi,
dan vegetasi. Kebanyakan amfibi berkembangbiak di habitat perairan dan pindah ke
daratan untuk melakukan kegiatan hidupnya. Amfibi terdiri dari tiga ordo yaitu
Caudata, Gymnophiona dan Anura. Ordo Anura memiliki jumlah spesies yang
terbanyak
Perubahan musim (musim panas, musim semi dan musim gugur) , dapat
menimbulkan dampak yang luar biasa bagi Katak rawa. dibandingkan dengan
deforesasi. Perubahan iklim dan penggunaan lahan diperkirakan dapat mengurangi
daerah layak huni bagi katak rawa karena semakin sering speseies ini menghadapi suhu
yang cukup panas, dapat membahayakan perilaku reproduksi dan fisiologi mereka.
Perubahan iklim, bagaimanapun dapat menimbulkan kekuatan yang paling destruktif.
Sehingga keberadaan katak rawa tersebut dapat dijakikan sebagai bioindicator pada
suatu daearah untuk mementukan keadaan daerah tersebut. Katak sangat bergantung
pada cekungan air dimana mereka hidup dan biasanya menghabiskan hidup mereka
disana atau di tempat perkembangbiakan mereka. Sehingga membuat katak sangat baik
digunakan sebagai bioindicator untuk biomonitoring suatu Kawasan perairan. Spesies
ini bisa saja digunakan untuk penilaian umum awal dari status ekologis badan air tanpa
memerlukan analisis fisik dan kimia. Salah satu bagian tubuh katak yang digunakan
sebagai bioindikator adalah bagian kulitnya, dimana kulit tersebut yang digunakan
sebagai pernapasan. Pada saat terjadinya polusi terhadap lingkungannya, katak akan
mengalami gangguan pada saat respirasi dengan menggunakan kulitnya, sehingga
populasi katak pada lingkungan tersebut semakin berkurang. Itu terjadi karena
lingkungan tersebut sudah mengalami pencemaran.
Katak dapat beradaptasi dengan sangat baik terhadap lingkungan antropogenik,
juga kelimpahan yang sangat banyak. Hal ini berguna untuk menegtahui mekanisme
bertahan hidup katak, dan juga memiliki sifat yang dapat membantu menilai resiko
antropogenik dan kerusakan lingkungan. Pelophylax ridibundus mendiami hampir
semua Kawasan Eurasia, dimana daerah tesebut merupakan daerah dengan kepadatan
penduduk yang padat. Katak hijau Eropa Pelophylax esculentus terdiri dari dua spesies
kata rawa Pelophylax ridibundus dan Pelophylax lessonae diantara spesies Pelophylax
esculentus tersebar luas di Bulgaria.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mekanisme katak rawa (Pelophylax ridibundus) sebagai
bioindikator perubahan musim di Kawasan Southern Bulgaria?
2. Bagaimana respon katak rawa (Pelophylax ridibundus) ketika dijadikan
bioindikator terhadap perubahan musim di Kawasan Southern Bulgaria yang
padat penduduk ?
3. Apa kelebihan menggunakan katak rawa (Pelophylax ridibundus) sebagai
bioindikator?
4. Apa kekurangan menggunakan katak rawa (Pelophylax ridibundus) sebagai
bioindikator?

1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui mekanisme katak rawa (Pelophylax ridibundus) sebagai
bioindikator perubahan musim di Kawasan Southern Bulgaria
2 Untuk mengetahui respon katak rawa (Pelophylax ridibundus) ketika dijadikan
bioindikator terhadap perubahan musim di Kawasan Southern Bulgaria yang
padat penduduk
3 Untuk mengetahui menggunakan katak rawa (Pelophylax ridibundus) sebagai
bioindikator
4 Untuk mengetahui kekurangan menggunakan katak rawa (Pelophylax
ridibundus) sebagai bioindikator
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Katak Rawa (Pelophylax Ridibundus) Sebagai Bioindikator


Perubahan Musim Di Kawasan Southern Bulgaria
2.1.1 Daerah Penyelidikan
Daerah yang digunakan untuk penelitian adalah daerah selatan Bulgaria yang di
bagi menjadi tiga segmen, yaitu A,B dan C. Sampel dikumpulkan selama tiga musim,
yaitu musim semi, musim gugur dan musim panas. Sungai Sazliyka di hulunya dekat
dengan perdesaan di jadikan segmen A. Di bagian tengah kota Radnevo, dimana air
mengalir sampai ke sungai Blatnista, dikatakan sebagai segmen B. Dan sungai
Topolnitsa dekat desa Proibrene dibawah lokasi sungai air mengalir menuju danau
Topolnitsa dikatakan sebagai segmen C.
2.2.2 Data Dari Hasil Fisikokimia Ekosistem Air
Tingkat polusi di segmen A,B dan C dan sifat dari polutan ditetapkan atas dasar
dari laopran tahunan kondisi lingkungan air di Republik Bulgaria dan data dari analisis
fisikokimia air di Sungai Sazliyka dan Topolnitsa

Gambar 2.1 Gambaran Sistematik Dari Alur Kerja Yang Menunjukkan


Desain Penelitian
Gambar 2.2 Gambaran Lokasi Penelitian (Segmen A,B dan C)
Tidak ada data tentang polusi antropogenik untuk Segmen A - semua 21 indikator
standar untuk Kategori I (bersih) dan Kategori II (sedikit tercemar). Segmen A tidak
begitu terganggu dan karenanya dianggap sebagai "kontrol konvensional" dalam
penelitian ini. Dua segmen B dan C tercemar. Berdasarkan data dari laporan tahunan
tentang status lingkungan (perairan) untuk periode 2001-2012 dari Badan Lingkungan
Eksekutif (Status Tahunan Lingkungan 2000-2011) dan data tentang analisis
fisikokimia untuk air Sungai Sazliyka untuk tahun 2001–2011 di buletin Direktorat
Pengelolaan Air di Laut Aegean Timur - Plovdiv (Buletin tentang keadaan air di sungai
Sazliika dan Topolnitsa, 2009-2011), sungai ini dianggap salah satu yang paling
tercemar di Bulgaria.
Kontaminasi melebihi batas yang diizinkan untuk Bulgaria - Kategori Air I, dan
juga nilai yang diharapkan - Kategori Air II dan Kategori Air III (tercemar sedang)
berdasarkan Peraturan No 7 dari 08.08.1986 tentang indikator dan standar untuk
perairan yang mengalir di Bulgaria ( Lembaran Negara,No 96.12.12.1986). Polutan
utama untuk periode 2001-2011 adalah nitrit nitrogen, fosfat, lima hari BOD5 dan
padatan tersuspensi. Dua “hot spot”, yang penting nasional, ditandai di sepanjang
sungai. Yang pertama terletak setelah kota Stara Zagora di dekat pengaruh Sungai
Bedechka dan yang kedua adalah setelah kota Radnevo pada konsentrasi Sungai
Blatnitsa. Sebagian besar air di sungai Bedechka dan Blatnitsa terdiri dari limbah
domestik dan industry .
Jarak 12 km di daerah Stara Zagora sangat terpengaruh, dan seluruh aliran sungai
setelah Nova Zagora juga terkontaminasi. Setelah Nova Zagora, fasilitas pengolahan
limbah sudah ketinggalan zaman secara teknologi - tidak ada tahap penghilangan
nitrogen dan fosfor, dan mereka tidak bekerja secara efektif. Sejak April 2011, pabrik
pengolahan air limbah modern dioperasikan di kota Stara Zagora. Ia memiliki sistem
perawatan tiga tahap - perawatan mekanis, biologis dan tersier untuk nitrogen dan
fosfor. Ada fasilitas untuk pengelolaan lumpur anaerob yang mengatur seluruh beban
Sungai Bedechka. Semoga, setelah commissioning pabrik pengolahan air limbah Stara
Zagora, kondisi lingkungan di hulu Sazliyka akan membaik.
2.1.3 Metode Analisis Katak
Penelitian ini dilakukan dengan katak rawa P. ridibundus, ditentukan
berdasarkan karakteristik morfologisnya yaitu, P. ridibundus dibedakan dari P. kl.
esculentus dalam ukuran tuberkel media: di P. ridibundus D.p. (Digitus primus) /C.int.
(Callus internus) 42,3 dari pada di P. kl. esculentus D.p./C.int. – dari 2.0 hingga 2.
Individu dewasa (panjang Snout-Vent 460.0 mm) dan dewasa secara seksual. Ukuran
eritrosit dapat bervariasi sesuai dengan ploidi (ukuran eritrosit biasanya lebih tinggi
pada spesies hibrid) atau menurut kelas umurnya (remaja-dewasa).
Katak itu ditangkap di air pada malam hari dengan bantuan obor listrik. Bagian 1
km panjang dan 4 m lebar bank hilir berjalan melalui (di bawah kota dan desa masing-
masing), atau di kolam masing-masing danau bendungan di daerah permukiman yang
disebutkan di atas. 15 hewan ditangkap (8♂ dan 7♀) di setiap musim sebagai berikut:
Segemen A (musim semi - 24 April 2011; musim panas - 17 Juli 2011; musim gugur- 4
Oktober 2011); Segmen B (musim semi - 28 April 2011; musim panas – 22 Juli 2011;
musim gugur - 9 Oktober 2011); Segemen C (musim semi - 4 Mei 2011; musim panas –
28 Juli 2011; musim gugur - 17 Oktober 2011). Untuk mencegah penangkapan ulang,
hewan diberi tag dengan membuat foto individu (Hagström, 1973).
2.1.4 Analisis Laboratorium
Untuk mengurangi stres pada hewan, mereka diangkut dalam ember yang penuh
air dari lokasi penangkapan ke laboratorium sesegera mungkin. Hewan hidup telah
dibius dengan eter. Darah (0,20 ml) diambil dengan cara tusukan ventrikel jantung
menggunakan jarum kecil heparinized (panjang 20 mm) melalui heparinized kapiler
hematokrit. Apusan darah kering disiapkan dan diwarnai menggunakan metode
Romanovski-Gimza (Рvavet et al., 1980). ). Parameter erythrocyte-metric ditentukan
dalam kondisi laboratorium, menggunakan mikroskop stereo Olympus (SZX16,
menyelesaikan 900 pasangan garis / mm, Jerman), dari 40 secara acak eritrosit terseleksi
dari setiap apusan, dengan mikrometer okular (MOB-1-15).
Empat indikator metrik dasar diselidiki: panjang sel eritrosit (EL) dan lebar
(EW); panjang nuklir (NL) dan lebar (NW). Ukuran eritrosit (ES) dan ukuran (NS)
dihitung menggunakan rumus berikut: ES EL EW π / 4 dan NS NL NW π / 4 (Atatür et
al., 1999; Arserim dan Mermer, 2008). Bentuk sel dan nuklir dibandingkan dengan rasio
EL / EW dan NL / NW, dan nukleus / sitoplasma dengan rasio NS / ES. Setelah analisis,
hewan dilepaskan kembali ke lokasi yang sama di setiap segmen.
2.1.5 Analisi Statistik
Pemrosesan data secara matematis dilakukan dengan menggunakan prosedur
statistik standar, menggunakan Statistik 7.0. Software (Statistica, 2004) dan PAST:
Software Statistik Palaeontological, versi 3.09 (Hammer et al., 2001). Normalitas dalam
distribusi parameter diverifikasi dengan uji Shapiro-Wilk, dan distribusi standar: p40.05
ditemukan. Signifikansi statistik dari perbedaan nilai-nilai erythrocyte-metric dengan
post-hoc LSD-test. Hasil dengan p <0,05 [α 5%] dianggap signifikan.

Hubungan antara data kualitas air (data fisikokimia), musim dan parameter
eritrosit P. ridibundus dari populasi dalam tiga biotop dinilai oleh Principal Component
Analysis - PCA (Canonical korespondensi). PCA tidak menyertakan tanda SVL, karena
semua P. Ridibundus individu adalah katak dewasa dan pemisahan kelas umur tidak
dilakukan.

2.2 Respon Katak Rawa (Pelophylax Ridibundus) Ketika Dijadikan Bioindikator


Terhadap Perubahan Musim Di Kawasan Southern Bulgaria Yang Padat
Penduduk
Berikut hasil Analisa panjang bentuk mulut tubuh dari P.ridibundus (mm) dari
segala musim yang berkaitan dengan lokasi uji ketiga tempat, antara lain:
Jenis Musim
Tempat Uji Jenis Kelamin
Semi Panas Gugur
Jantan 67.1470.69 67.4970.61 67.857 0.51
Populasi A
Betina 80.2970.67 780.8370.59 82.2170.87
Jantan 68,6670,48 68.8970.49 69.0970.42
Populasi B
Betina 84.7170.82 84.3170.77 84.9270.83
Jantan 66.9770.68 67.0770.65 67.0570.67
Populasi C
Betina 79.1470. 61 79.9370.63 79.717 0.70
Pengujian awal data dari studi kami dengan satu arah ANOVA tidak
menunjukkan perbedaan jenis kelamin signifikan secara statistik tidakfidalam nilai
parameter eritrosit metrik antara individu dari kelompok yang sebanding (p40,05).
Karena ini, jenis kelamin hewan tidak dipertimbangkan ketika perbandingan dibuat.
Tingkat polusi yang berbeda dari biotope dan sifat polutan di cekungan air
dipertimbangkan, dan sampel dari populasi masing-masing dianalisis secara
keseluruhan (♂þ♀) – 600 sel dari setiap populasi, setiap musim.
Hasil menyajikan perubahan musiman parameter cekungan air dalam populasi P.
ridibundus, dari tiga biotop di Bulgaria Selatan, ditampilkan dalam tabel jurnal yang
mana memiliki perbandingan yang berbeda-beda. Ada data dalam literatur ilmiah yang
menggambarkan perubahan ukuran eritrosit Amfibi (khususnya Ordo Anura) di bawah
pengaruh berbagai faktor lingkungan: suhu, tekanan udara, ketinggian. Cukup sering
perubahan ini melibatkan pengurangan parameter seluler dan nuklir dasar, sementara
ada peningkatan jumlah sel.

Berdasarkan hasil penelitian ini kami menyimpulkan bahwa meskipun tantangan


yang terkait dengan parameter yang berfluktuasi dari lingkungan internal pada amfibi,
adalah mungkin untuk menetapkan nilai referensi untuk parameter erythrocyte-metric
utama; meskipun ketika mengacu pada hal itu, fluktuasi musiman mereka harus diambil
memperhitungkan. Menurut data Atatür et al. (1999) dan Arikan dan Çiçek (2011,
2014), untuk sebagian besar spesies berekor Turki amfibi dari keluarga Ranidae
(termasuk P. ridibundus), sang dua parameter seluler dasar, EL dan ЕW, cenderung
berfluktuasi di dalamnya kisaran 15,29-24,36 mm dan 9,68-15,05 mm, masing-masing.
Berdasarkan Analisa data kami untuk dua parameter menunjukkan bahwa kurang
terganggu grup (P-A), EL cenderung sedikit lebih tinggi dalam transisi dari musim semi
ke musim gugur. Di P-B tetap stabil selama tiga musim, dan dalam populasi yang
menghuni biotope yang terkena dampaknya polusi logam berat (PC), itu menurun
selama transisi musiman. Sejalan dengan ini, EW terbukti memiliki nilai tertinggi di
musim semi, di ketiga populasi. Perubahan dalam dua parameter nuklir dasar, NL dan
NW, adalah serupa (Tabel 2 dan 3).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, responsitas P. ridibundus bersifat Sensitivitas
tinggi dari perubahan nilai-nilai parameter eritrosit, serta reaktivitas spesifik mereka
terhadap racun yang ada di lingkungan, menjadikannya penanda biologis yang berharga
dan berguna untuk biomonitoring. Perubahan nilai-nilai mereka, terutama yang ada
dalam populasi yang hidup dalam kondisi polusi logam berat, dapat berhasil digunakan
untuk penilaian umum awal status ekologis badan air tanpa memerlukan analisis
fisikokimia yang mahal dan padat karya; hal tersebut selanjutnya dapat diterapkan untuk
memberikan penilaian terperinci terhadap pencemaran lingkungan.

2.3 Kelebihan Menggunakan Katak Rawa (Pelophylax Ridibundus) Sebagai


Bioindicator
Dari penjelasan diatas, Kelebihan Menggunakan Katak Rawa (Pelophylax
Ridibundus) Sebagai Bioindicator di Bulgaria adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan mengidentifikasi parameter lebih optimal jika dilakukan saat
musim panas
2. Perubahan suatu kiondisi membuat parameter progresif dan statistic seignifikan
3. Memiliki ensitivitas tinggi dari perubahan nilai-nilai parameter eritrosit dalam
populasi P. ridibundus
4. Serta reaktivitas spesifik mereka terhadap racun yang ada di lingkungan,
menjadikannya penanda biologis yang berharga dan berguna untuk
biomonitoring.
5. Menjadi populasi yang dapat hidup dalam kondisi polusi logam berat,
6. Dapat berhasil digunakan untuk penilaian umum awal status ekologis badan air
tanpa memerlukan analisis fisikokimia yang mahal dan padat
7. Dapat diterapkan untuk memberikan penilaian terperinci terhadap pencemaran
lingkungan.
2.4 Kekurangan Menggunakan Katak Rawa (Pelophylax Ridibundus) Sebagai
Bioindicator
Amfibi adalah hewan hetero-termal, dan bahwa parameter lingkungan internal
mereka sering bervariasi dalam rentang yang besar, membuat penetapan nilai referensi
menjadi tugas yang sangat sulit. Seringkali fluktuasi dari parameter-parameter ini
bergantung pada parameter seluruh kompleks faktor lingkungan, yang juga menghambat
pendefinisian dependensi spesifik. Untuk alasan ini, perubahan dalam populasi yang
hidup dalam kondisi polusi antropogenik biasanya dicatat berdasarkan status parameter
ini dalam kelompok kontrol konvensional.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Sensitivitas tinggi dari perubahan nilai parameter ery-throcyte-metric pada
populasi P. ridibundus, serta reaktivitas spesifik mereka terhadap racun yang ada di
lingkungan, menjadikannya penanda biologis yang berharga dan berguna untuk
biomonitoring. Perubahan nilai-nilai mereka, terutama dari populasi yang hidup dalam
kondisi pencemaran logam berat, dapat berhasil digunakan untuk penilaian umum awal
dari status ekologis badan air tanpa perlu analisis fisikokimia yang intensif dan padat
hal tersebut selanjutnya dapat diterapkan untuk memberikan penilaian terperinci
terhadap polusi lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai