Anda di halaman 1dari 7

JASA PERBANKAN DI BANK SYARIAH BUKOPIN

(BANK GARANSI IB)

PAPER

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Perbankan

Oleh dosen Pengampu:

Muhammad Kholid, S.H, M.H

Disusun oleh:

Tiara Utami 1173050125

Kelas : ILMU HUKUM/ V/ A

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
Tahun 2019 M/1441H
Bank Garansi iB

Bank Garansi iB Adalah jaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan


oleh Bank yang mengakibatkan kewajiban membayar terhadap pihak yang
menerima jaminan apabila pihak yang dijamin cidera janji (wanprestasi).

 Anatomi Produk
Nasabah mengajukan permohonan penjaminan pada bank.Bank
meminta jaminan kepada nasabah. Bank menjamin nasabah terhadap pihak
ketiga yang menerima jaminan
 Fitur
 Jenis Bank Garansi iB yaitu Jaminan Penawaran (Bid Bond),
Jaminan Uang Muka (Advance Payment Bond), Jaminan
Pelaksanaan (Performance Bond), Jaminan Pemeliharaan
(Maintenance Bond), Jaminan Pembayaran (Payment Bond),
Jaminan Bea Masuk (Custom Guarantee), Shipping Guarantee dan
Stand by LC.
 Manfaat produk yaitu memberikan jaminan bagi bouwheer atas
pemenuhan kewajiban Nasabah dalam mengerjakan proyek yang
diberikan oleh bouwheer kepada Nasabah yang bersangkutan dan
dengan adanya Bank Garansi dari Bank, maka kemungkinan
Nasabah mendapat proyek dari bouwheer akan lebih besar.
 Pasar sasaran yaitu Nasabah dengan subyek hukum perorangan
(usaha milik perorangan), badan usaha (CV atau Fa) dan badan
hukum (PT, Koperasi atau Yayasan) yang mempunyai performance
baik dan telah berpengalaman dalam bidang usahanya dan
Bouwheer yang bonafid.

i
 Jenis Bank Garansi
 Jaminan Penawaran (Bid Bond)
Adalah Bank Garansi yang diterbitkan untuk mengikuti tender atau
penawaran atas suatu proyek.
 Jaminan Uang Muka (Advance Payment Bond)
Adalah Bank Garansi yang diterbitkan untuk menjamin
pembayaran yang diterima oleh pemohon Bank Garansi dari
pemilik proyek (bouwheer) atau pemberi order, baik dalam bentuk
uang muka pembayaran termin maupun keseluruhan nilai proyek.
 Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond)
Adalah Bank Garansi yang diterbitkan untuk menjamin
pelaksanaan suatu proyek baik kualitas maupun kuantitas ataupun
untuk menjamin performance salah satu pihak dalam suatu
transaksi.
 Jaminan Pemeliharaan (Maintenance Bond)
Adalah Bank Garansi yang menjamin pelaksanaan perawatan/
pemeliharaan dari hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh
debitur.
 Jaminan Pembayaran (Payment Bond)
Adalah Bank Garansi yang menjamin pembayaran/performance
suatu perikatan perjanjian tanpa mengcover pengirim barang,
seperti layaknya ekspor impor.
 Jaminan Bea Masuk (Custom Guarantee)
Adalah Bank Garansi guna penangguhan bea masuk yang
diterbitkan oleh bank untuk pihak bea cukai, untuk menjamin
pembayaran bea masuk atas barang-barang impor yang
dimohonkan penangguhan pembayarannya.
 Jenis Bank Garansi
 Shipping Guarantee

ii
Adalah Bank Garansi yang diterbitkan oleh bank untuk maskapai
pelayaran, untuk menjamin pengambilan barang tanpa Bill of
Lading.
 Stand by LC
Adalah LC yang tidak mengcover suatu transaksi pengapalan
barang sehubungan dengan realisasi ekspor maupun impor,
melainkan semata-mata digunakan untuk menjamin, misalnya
kewajiban suatu perusahaan/orang yang terikat dalam suatu
kontrak tertentu.
 Penetapan Harga
Nasabah hanya dibebani provisi dan biaya administrasi yang harus dibayar
di muka pada saat penerbitan Bank Garansi.
 Persyaratan
1. Jaminan Penawaran (Bid Bond) :
1) Mengajukan surat permohonan;
2) Menyerahkan jaminan minimal sebesar 5% dari nilai Bid Bond
dalam bentuk tunai;
3) Pengikatan kredit dapat dilakukan di bawah tangan.
2. Jaminan Uang Muka (Advance Payment Bond) :
1) Mengajukan surat permohonan.
2) Menyerahkan Surat Perintah Kerja (SPK).
3) Menyerahkan surat pernyataan akan menyerahkan kontrak kerja
dari bouwheer.
4) Setoran jaminan minimal 10% dari jumlah jaminan uang muka
yang diajukan dalam bentuk tunai.
5) Harus didukung oleh agunan dengan nilai 100% (1:1).
6) Menyerahkan proposal lengkap yang berkaitan dengan proyek
yang akan dikerjakan serta informasi mengenai perkembangan
usahanya.
7) Menyerahkan standing instruction.
8) Harus dianalisa seperti analisa kredit.

i
9) Pengikatan notariil, kecuali back to back.
3. Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond) :
1) Mengajukan surat permohonan.
2) Menyerahkan Surat Perintah Kerja (SPK).
3) Setoran jaminan minimal 10% dari jumlah Jaminan Pelaksanaan
yang diajukan dalam bentuk tunai.
4) Harus didukung oleh agunan dengan nilai 100% (1:1).
5) Menyerahkan proposal lengkap yang berkaitan dengan proyek
yang akan dikerjakan serta informasi mengenai perkembangan
proyek (progress report).
6) Analisa sama dengan analisa kredit.
4. Jaminan Pemeliharaan (Maintenance Bond) :
1) Mengajukan surat permohonan.
2) Menyerahkan Surat Perintah Kerja (SPK).
3) Setoran jaminan minimal 10% dari jumlah Jaminan Pemeliharaan
yang diajukan dalam bentuk tunai.
4) Harus didukung oleh agunan dengan nilai 100% (1:1).
5) Pengikatan notariil, kecuali back to back.
5. Jaminan Pembayaran (Payment Bond) :
1) Mengajukan surat permohonan.
2) Menyerahkan Surat Perintah Kerja (SPK).
3) Setoran jaminan minimal 10% dari jumlah Jaminan Pembayaran
yang diajukan dalam bentuk tunai.
4) Harus didukung oleh agunan dengan nilai 100% (1:1).
5) Menyerahkan proposal lengkap yang berkaitan dengan proyek
yang akan dikerjakan serta informasi mengenai perkembangan
usahanya.
6) Pengikatan notariil, kecuali back to back.
6. Jaminan Bea Masuk (Custom Guarantee) :
1) Mengajukan surat permohonan.
2) Menyerahkan salinan kartu API (Angka Pengenal Impor).

ii
3) Menyerahkan surat resmi dari Ditjen Bea Cukai bahwa pajak atas
nama yang bersangkutan ditangguhkan.
4) Menyerahkan formulir PEB atau PIB yang sudah ditandasahkan
oleh Bea Cukai.
5) Harus di back up dengan agunan senilai 100%.
6) Harus dianalisa sebagaimana analisa kredit.
7) engenal Impor).
8) Menyerahkan surat resmi dari Ditjen Bea Cukai bahwa pajak atas
nama yang bersangkutan ditangguhkan.
9) Menyerahkan formulir PEB atau PIB yang sudah ditandasahkan
oleh Bea Cukai.
10) Harus di back up dengan agunan senilai 100%.
11) Harus dianalisa sebagaimana analisa kredit.
7. Shipping Guarantee :
1) Mengajukan surat permohonan.
2) Menyerahkan kartu API (Angka Pengenal Impor).
3) Menyerahkan salinan Letter of Credit.
4) Menyerahkan salinan PIB yang sudah dilunasi dan ditandasahkan
oleh bank atau Bea Cukai.
5) Menandatangani Letter of Indemnity.
6) Melunasi semua kewajibannya terhadap bank.
8. Stand By LC :
1) Mengajukan surat permohonan.
2) Menyerahkan salinan Letter of Credit atau kontrak perjanjian
antara nasabah dengan bouwheer atau Surat Pernyataan akan
menyerahkan kontrak.
3) Menyerahkan setoran jaminan minimal 10%.
4) Harus di back up dengan menyerahkan agunan senilai 100%.
5) Harus dianalisa sebagaimana analisa kredit.
Dewan Syariah Nasional mengeluarkan fatwa tentang kafalah dan
menetapkan fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 11/DSN-MUI/ IV/2000

i
tentang kafalah yang ditetapkan tanggal 08 muharram 1421H atau tanggal 13
April 2000. Fatwa ini menetapkan bahwa pemberian jasa kafalah dilakukan
dengan prosedur masing-masing bank syariah yang memberikan, dengan mengacu
pada ketentuan umum bank garansi yang telah ditetapkan Bank Indonesia dan
rukun kafalah yang telah ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia.
Pemberian fatwa ini didasarkan pada latar belakang yaitu dalam
menjalankan usaha, seseorang sering memerlukan penjaminan dari pihak yang
lain melalui akad kafalah. Pemberian kafalah ini diberikan dengan maksud
memenuhi kebutuhan usaha seseorang. Maka Dewan Syariah Nasional
memandang perlu menetapkan fatwa tentang kafalah sebagai pedoman bagi
Lembaga Keuangan Syariah terutama Bank Syariah.
Bagi kafalah yang diterbitkan oleh bank syariah di Indonesia maka harus
tunduk pada ketentuan yang terdapat pada KUHPerdata, yaitu Buku III Bab XVII
Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850.40 Pasal-pasal ini mengatur masalah
pertanggungan, baik sifatnya secara umum, akibat akibat yang timbul bagi kedua
pihak dan hapusnya perjanjian ini. Pada bagian ini yang akan memberikan
perlindungan bagi para pihak yang membuatnya yaitu pihak bank dan pihak yang
dijamin. Karena kafalah adalah termasuk perkaitan accesoir, maka terdapat pihak
ketiga yang terkait didalamnya, yaitu pihak penerima jaminan. Keberadaan pihak
ketiga ini dilindungi oleh Pasal 1314 dan 1340 KUHPerdata.
Selain harus tunduk pada ketentuan KUHPerdata, pemberian kafalah juga
harus tunduk pada Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia mengenai pemberian bank garansi dan Surat Edaran Bank
Indonesia mengenai pemberian bank garansi

ii

Anda mungkin juga menyukai