2. DS: - Hipertermia
DO:
Klien mengalami suhu tubuh diatas rentang normal
serangan atau konvulsi (kejang)
Klien mengalami pertambahan RR/Respiration Rate
Klien mengalami Takikardi
Kulit klien teraba panas/ hangat
3. DS : Ketidakseimbangan
Klien mengatakan mengalami kejang perut nutrisi kurang dari
Klien mengatakan merasakan tiba-tiba perut penuh kebutuhan tubuh
setelah makan
DO:
Klien tampak muntah
Klien mengatakan anoreksia (kurang nafsu makan)
Konjungtiva klien tampak pucat
Denyut nadi pasien lemah
4. DS : Defisiensi
Klien mengatakan tidak tahu-menahu tentang Pengetahuan
penyakit yang dialaminya
DO :
Klien tampak tidak akurat dalam mengikuti instruksi
Klien tampak bingung pada waktu dilakukan
pemeriksaan
Klien sering melakukan perilaku yang tidak sesuai
selama proses pemeriksaan
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, Tim Penulis dapat menarik beberapa kesimpulan bahwa :
1. Abses Renal merupakan suatu penyakit autoimun kronis dengan gejala nyeri, kekakuan,
gangguan pergerakan, erosi sendi dan berbagai gejala inflamasi lainnya
2. Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara
3. Adapun berbagai tanda dan gejala dari abses renal adalah demam, menggigil, nyeri di punggung
sebelah bawah, nyeri tekan, nyeri perut, nyeri ketika berkemih, air kemih mengandung darah
(kadang-kadang)
4. Pemeriksaan diagnostik pada klien penderita abses renal dapat dilakukan melalui :rontgen, USG,
CT scan, dan MRI. Sedangkan Pemeriksaan laboratoriumnya dapat dilakukan dengan
pemeriksaan urine untuk mendeteksi apakah ada kandungan darah pada urine
5. Asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien penderita abses renal dilakukan mulai dari
pengakajian, analisis data, diagnosa keperawatan, serta intervensi dan evaluasi
B. Saran
Melalui kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukkan oleh Tim Penulis adalah :
1. Mahasiswa dapat menginterpretasikan dengan baik dalam melakukan tindakan keperawatan
dalam praktik, khususnya pada pasien yang mengalami gangguan Abses Renal
ABSES 22222222222222222222
ABSES RENAL
Posted: 04/04/2013 in Bahan Kuliah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri
menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah
putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga
tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati
inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses ginjal adalah salah satu yang terbatas pada ginjal dan disebabkan baik oleh bakteri dari
infeksi bepergian ke ginjal melalui aliran darah atau infeksi saluran kemih bepergian ke ginjal
dan kemudian menyebar ke jaringan ginjal.
Abses ginjal adalah penyakit yang sangat tidak biasa, tetapi umumnya terjadi sebagai akibat
dar i masalah umum seperti radang ginjal, penyakit batu dan refluks vesicoureteral. Kadang-
kadang, abses ginjal dapat berkembang dari sumber infeksi di setiap area tubuh . Abses kulit
multiple dan penyalah gunaan obat intravena juga dapat menjadi sumber abses ginjal. Infeksi
saluran kemih yang rumit terkait dengan batu, kehamilan, kandung kemih neurogenik dan
diabetes mellitus juga menempatkan seseorang pada risiko untuk abses ginjal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan abses
renal .
1. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri.
Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang
terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati.
Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses Ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi. Ditandai dengan pembentukan sejumlah
bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang disebabkan oleh infeksi yang menjalar ke
jaringan ginjal melalui aliran darah.
Penyakit Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari suatu infeksi yang terbawa
ke ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu infeksi saluran kemih yang terbawa ke ginjal dan
menyebar ke dalam jaringan ginjal.
B. Etiologi
bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril
bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
C. Patofisiologi
Abses ginjal hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus extrarenal
utama infeksi. Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90% kasus abses kortikal.
Sebaliknya, abses corticomedullary ginjal berkembang sebagai infeksi menaik oleh organisme
yang telah diisolasi dari urin. Keterlibatan parenkim ginjal yang parah dalam kombinasi dengan
abses corticomedullary lebih mungkin untuk memperluas pada kapsul ginjal dan berlubang,
sehingga membentuk abses perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi termasuk proses infeksi
bawah akut dan kronis ginjal.
D. Manifestasi klinis
demam, menggigil.
nyeri di punggung sebelah bawah
Nyeri tekan
Nyeri perut
nyeri ketika berkemih,
air kemih mengandung darah (kadang-kadang).
E.Pemeriksaan diagnostic
rontgen,
USG,
CT scan
MRI
F. Penatalaksanaan
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikeluarkan isinya.
Antibiotik bisa diberikan setelah suatu abses mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah
kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.
Abses diinsisi, didrainase dan di test kultur
Pemilihan obat antimicrobial yang tepat berdasarkan hasil test kultur
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Nama
jenis kelamin
Usia
Alamat
agama, dan lain- lain
c. pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/istirahat
– Gejala: kelemahan/malaise
– Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus otot
2. Sirkulasi
– Tanda: pucat,edema
3. Eliminasi
– Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)
– Tanda: Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
4. Makanan/cairan
– Gejala: penurunan BB , anoreksia, mual,muntah
– Tanda: penurunan haluaran urine
5. Pernafasan
– Gejala: nafas pendek
– Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman (pernafasan kusmaul)
6. Nyeri/kenyamanan
– Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala
– Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
d. Pemeriksaan penunjang
Pada laboratorium didapatkan:
-Leukosit +
-Eritrosit +
C. Intervensi
Dx 1
-Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/prilaku)
-Ajarkan klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya
Dx 2
Dx 3
-Beri informasi yang sesuai tentang prosedur perawatan dari tindakan yang diberikan selama dan
sesudah sembuh.
-Rawat kebersihan kulit dan lakukan prosedur perawatan luka, infus, kateterisasi secara steril
Dx 4
ABSES 333333333333333333333333
ABSES
Abses adalah rongga yang berisi nanah. Tanda utamanya dari suatu abses adalah fluktuasi,
meskipun tidak selalu terdeteksi. Rasa hangat yang terlokalisir, bengkak dan nyeri tekan
langsung pada rongga abses adalah tanda yang khas juga. (Eliastam, Michael.1998 : 183)
Terapinya memerlukan insisi dan drainase cairan purulen. Antibiotik dapat sebagai
tambahan tapi bukan terapi primer. (Schwartz .2000 : 49)
Abses disebabkan oleh flora bacterial campuran yang berkisar sekitar 2,5 spesies bakteri
1,6 diantaranya merupakanbakteri anaerob sementara 0,9 lainnya adalah bakteri aerob atau
fakultatif. Bakteri komensal dari tempat-tempat disekitarnya merupakan penyebab abses yang
biasa ditemukan sehingga spesies bakteri dalam abses secara tipikal merupakan spesies yang
ditemukan dalam flora normal. (Richard N.mitchell.2008 : 230)
Abses Ginjal
Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari suatu infeksi yang terbawa ke
ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu infeksi saluran kemih yang terbawa ke ginjal dan
menyebar ke dalam jaringan ginjal.
Abses di permukaan ginjal (abses perinefrik) hampir selalu disebabkan oleh pecahnya
suatu abses di dalam ginjal, yang menyebarkan infeksi ke permukaan dan jaringan di sekitarnya.
Gejala dari abses ginjal adalah:
a) Demam, menggigil.
b) Nyeri di punggung sebelah bawah.
c) Nyeri ketika berkemih.
d) Air kemih mengandung darah (kadang-kadang).
Abses Perinefrik (Abses perirenal)
Abses perinefrik adalah abses renal yang meluas kedalam jaringan lemak disekitar ginjal.
Ini dapat diakibatkan oleh infeksi ginjal, seperti pielonefritis atau dapat terjadi secara hematogen
( menyebar melalui aliran darah ) yang berasal dari bagian mana saja di tubuh. Organisme
penyebab mencangkup Staphylococcus, proteus dan E.coli. kadang-kadang infeksi menyebar
dari area yang berdekatan, seperti divertikulatis atau apendisitis. (Smeltzer. 2001 : 1437)
Abses perinefrik sering terjadi akibat penyebaran hematogen atau sekunder akibat
obstruksi renal dan pada penderita diabetes lebih rentan (Pradip R. Patel.2007 :157)
Abses perinefrik/pionefrosis memiliki karakteristik nyeri tekan akut, timbul tanda-tanda
sistemik, namun abses jarang menjadi besar. (Pierce A, Grace & Neil R. Borley. 2006 : 35)
Abses perinefrik terdiri atas abses diluar ginjal yang biasanya dibebabkan oleh infeksi
diluar pielum. Sering disertai batu pielum. Berangsur-angsur abses menjadi besar sampai dapat
diraba. Pada pemeriksaan ditemukan piuria dan pada pemeriksaan ultrasonografi dilihat ruang
abses diluar ginjal. ( Sjamsuhidajat.2010 : 866)
Terapi terdiri atas penyaliran, sering ginjal sudah tidak berfungsi lagi sehingga
nefrektomi harus dianjurkan. ( Sjamsuhidajat.2010 : 866)
Pasien abses perinefrik yang harus mendapat perhatian lebih adalah dengan nyeri sudut
kostovertebra yang hebat, rigiditas otot-otot daerah panggul, massa daerah panggul atau demam
tinggi, terutama jika infeksinya resisten terhadap terapi antibiotika. ( Eliastam, Michael.1998 :
165)
Abses perinefrik ini biasanya mengikuti perforasi dari infeksi ginjal atau abses kedalam
rongga perinefrik. Pasien datang dengan demam tinggi dan abdomen yang keras. Pada radiografi
tidak terlihat adanya bayangan psoas dan tulang belakang mencembung kearah lesi. Terapi
membutuhkan drainase dan antibiotika jangka panjang. (Schwartz.2000: 586)
Etiologi
Beberapa agen bakteri penyebab abses perirenal, meliputi Esherichia coli, Proterus, dan
Staphylococcus aureus. Beberapa bakteri gram negatif lain dapat menyebabkan infeksi ini
meliputi Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, Serratia, dan Citrobacter spesies.
Penyebab lainnya adalah jamur, terutama Candida biasanya terjadi pada pasien dengan
diabetes. Faktor predisposisi mencakup pembedahan (termasuk transplantasi ginjal) dan terapi
antibiotik berkepanjangan. (Musttaqin. 2012 : 122)
Manifestasi Klinis
Manifestasi yang terjadi sering akut awitan, disertai menggigil, demam, lekositosis, nyeri
tumpul atau teraba massa di panggul : nyeri abdomen dan nyeri tekan sudut konstovertebral sakit
berat.
Penatalaksaannya dengan insisi abses, didrainase dan kultur serta sensivitas dari seluruh
cairan darinase diperiksa. Terapi antimikrobial yang tepat diresepkan.
Drain biasanya dimasukkan dan dibiarkan diruangan perinefrik sampai drainase
signifikan keluar seluruhnya. Karena cairan drainase biasanya banyak, maka diperlukan
penggantian balutan luar dengan sering. Seperti pada penanganan abses disetiap tempat, pasien
dipantau terhadap adanya sepsis, masukan dan haluaran cairan, dan respons umum terhadap
penanganan. (Smeltzer. 2001 : 1438)
Patofisiologi
Mekanisme yang paling umum terjadi untuk abses bakteri gram-gram negatif adalah
pecahnya abses kortikomedular, sementara mekanisme yang paling umum untuk pengembangan
infeksi staphylococcal adalah pecahnya abses kortikal ginjal. Temuan ini sering diamati dalam
hubungan dengan operasi ginjal sebelumnya seperti nephrectomy parsial atau nefrolisiasis atau
paling sering, sebagai komplikasi diabetes mellitus (Bolkier, 1991). (Musttaqin. 2012 : 122)
Pasien dengan penyakit ginjal polikistik yang menjalani hemodialisis mungkin sangat
rentan untuk mengembangkan abses perirenal 62% dari kasus. Faktor predisposisi untuk abses
perirenal meliputi neurogenik kandung kemih, refluks vesicoureteral, obstruksi kandung kemih,
nekrosis papiler ginjal, TBC saluran kemih, trauma ginjal, imunosupresi, dan penyalahgunaan
narkoba suntikan.
Ketika pecah, infeksi abses perirenal melalui fasia gerota ke riuang pararenal, keadaan
tersebut mengarah pada pembentukan abses pararenal. Abses parerenal juga dapat disebabkan
oleh gangguan dari pancreas, usus, hati, kantung empedu, prostat, dan rongga pleura, dan mereka
mungkin disebabkan oleh osteomielitis tulang rusuk yang berdekatan atau tulang belakang.
Respons terbentuknya abses pada perineal akan memberikan manifestasi reaksi lokal
yang sistemik. Reaksi lokal memberikan respons inflamasi lokal dengan adanya keluhan nyeri
kostovetebral. Respons sistemik akan menimbulkan masalah peningkatan suhu tubuh, kelemahan
fisik umum, serta ketidakseimbangan nutrisi dan kecemasan. (Musttaqin. 2012 : 122)
Pengkajian Anamnesis
Keluhan utama yang sering dikeluhkan bervariasi meliputi keluhan infeksi kulit atau
infeksi saluran kemih. Infeksi bisa diikuti dalam 1-2 minggu dengan demam dan nyeri pada
pinggang atau kostovertebra.( Musttaqin. 2012 :122)
Keluhan nyeri daerah pingggang atau kostovertebra misalnya disertai adanya peningkatan
suhu tubuh, demam, sampai menggigil. Pasien mengeluh adanya massa pada daerah pinggang
disertai penurunan nafsu makan. Keluhan lainnya adalah nyeri perut, disuria, penurunan berat
badan, malaise, dan gejala gastrointestinal seperti mual dan muntah.
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu penting bagi perawat untuk mengkaji apakah
ada riwayat penyakit seperti adanya penyakit bisul atau karbunkel pada daerah tubuh lainnya,
adanya riwayat demam sampai menggigil. Kaji apakah pasien pernah menderita penyakit
diabetes mellitus. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
Pada pengkajian psikososiokultural, adanya nyeri, benjolan pada pinggang dan
pemeriksaan diagnostik yang akan dilakukan akan memberikan dampak rasa cemas pada pasien.
(Musttaqin. 2012 :123)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat denagn tingkat kesadran biasanya
compos metis. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan suhu tubuh meningkat, frekuensi
denyut nadi mengalami peningkatan, frekunsi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh
dan denyut nadi. Tekanan darah tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali adanya
penyakit hipertensi renal.
(Musttaqin. 2012 :124)
Pemeriksaan Fisik Fokus
1. Inspeksi : Terdapat pembesaran pada daerah kostovertebral. Pada abses yang mengenai kedua
ginjal sering didapatkan penurunan urine output karena terjadi penurunan dari fungsi ginjal.
Pasien mungkin mengalami nyeri pada saat melakukan fleksi panggul kesisi kontralateral.
2. Palpasi : Didapatkan adanya massa pembesaran ginjal pada area konstovertebra.
3. Perkusi : perkusi pada sudut kontovertebra memberikan stimulus nyeri lokal disertai suatu
penjalaran nyeri ke pinggang dan perut. (Musttaqin. 2012 :124)
Pengkajian Diagnostik
1. Laboratorium : Pemerikasaan urinalisis menunjukkan adanya piuria dan hematuria, kultur urine
menunjukkan kuman penyebab infeksi, sedangkan pada pemeriksaan darah terdapat leukositosis
dan laju endap darah yang meningkat.
2. Radiografi : Pemeriksaan foto polos abdomen mungkin didapatkan kekaburan pada daerah
pinggang, bayangan psoas menjadi kabur, terdapat bayangan gas pada jaringan lunak, skoliosis,
atau bayangan opak dari suatu batu di saluran kemih. Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan
adanya cairan pus didalam perirenal.
3. Radiografi : Pemerikasaan foto polos abdomen mungkin didapatkan kekaburan pada daerah
pinggang, bayangan psoas menjadi kabur, terdapat bayangan gas pada jaringan lunak, skoliosis,
atau bayangan opak dari suatu batu di saluran kemih. Pemerikasaan Ct scan dapat menunjukkan
adanya cairan pus didalam parirenal.
4. Ultrasonografi : Pemeriksaan menunjukkan cairan abses. (Musttaqin. 2012 :124)
Penatalaksanaan Medis
1. Drainase abses perkutan. Aspirasi drainase perkutan dengan panduan ultrasonografi memberikan
manifestasi kerusakan jaringan minimal. Hasil drainase dilakukan kultur, serta sensitivitas dari
seluruh cairan drainase. Keuntungan drainase perkutan meliputi : menghindari anestesi umum
dan bedah, lebih diterima baik fisik maupun psikososial oleh pasien, biaya rendah,
mempermudah perawat pascaprosedur, serta memperpendek hari rawat. Sementara itu,
kerugiannya meliputi : infeksi jamur, pembentukan kalsifikasi, drainase buntu oleh drainase
purulen, terbentuk rongga retroperitoneal, serta emfisematous dalam ginjal.
2. Terapi bedah. Pada kondsi tertentu, seperti abses fistula ginjal-enterik, mungkin memerlukan
intervensi bedah segera.
3. Pemberian antimikroba yang sesuai dengan hasil uji sensivitas yang bersifat bakterisidal, dan
berspektrum luas. Drain biasanya dimasukkan dan dibiarkan di ruang perirenal sampai seluruh
drainase signifikan keluar seluruhnya. Seperti pada penanganan abses disetiap tempat, pasien
dipantau terhadap adanya sepsis, intake dan ouput cairan, serta respons umum terhadap
penanganan dang anti balutan sesering mungkin.
4. Simtomatik, untuk menurunkan keluhan nyeri dan demam. (Musttaqin. 2012 :125)
Diagnosa Keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika
bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah
putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga
tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati
inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses ginjal adalah salah satu yang terbatas pada ginjal dan disebabkan baik oleh bakteri
dari infeksi bepergian ke ginjal melalui aliran darah atau infeksi saluran kemih bepergian ke
ginjal dan kemudian menyebar ke jaringan ginjal.
Abses ginjal adalah penyakit yang sangat tidak biasa, tetapi umumnya terjadi
sebagai akibat dar i masalah umum seperti radang ginjal, penyakit batu dan refluks
vesicoureteral. Kadang-kadang, abses ginjal dapat berkembang dari sumber infeksi di setiap area
tubuh . Abses kulit multiple dan penyalah gunaan obat intravena juga dapat menjadi sumber
abses ginjal. Infeksi saluran kemih yang rumit terkait dengan batu, kehamilan, kandung kemih
neurogenik dan diabetes mellitus juga menempatkan seseorang pada risiko untuk abses ginjal.
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
1.3.1.1 Untuk mengetahui gagal ginjal kronik dan asuhan keperawatan pada pasien abses renal.
1.3.2 Khusus
1.3.2.1 Mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem perkemihan.
1.3.2.2 Mengetahui definisi dari abses renal.
1.3.2.3 Mengetahui etiologi dari abses renal.
1.3.2.4 Mengetahui patofisiologi dari abses renal.
1.3.2.5 Mengetahui manifestasi klinis dari abses renal.
1.3.2.6 Mengetahui pemeriksaan penunjang dari abses renal.
1.3.2.7 Mengetahui penetalaksanaan medis dari gagal ginjal kronik.
1.3.2.8 Mengetahui komplikasi dari abses renal.
1.3.2.9 Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan abses renal.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Anatomi dan Fisiologi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :
1. GINJAL
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan
kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram.
Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron
terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh –
pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam
komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus
proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada
medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral
(langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip
jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga
celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar
dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok –
belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut
ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel
renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
a. Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga
bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis
renalis).
a) Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut
nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang
tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai
bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi.
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman.
Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat –
zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang
terdapat di dalam sumsum ginjal.
b) Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan
dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian
dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid
antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli
dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna
renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai
bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan
darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
c) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum
berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor,
yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi
papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari
Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam
kandung kemih (vesikula urinaria).
b. Fungsi Ginjal:
1. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya
amonia.
2. Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan
berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
c. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang
berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri
akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk
gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai
bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai
bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur
jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah
yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan
senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan
hormn kortison.
2. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak
dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri
dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang
akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh
pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf
sensorik.
1.2 Definisi
Abses ginjal adalah abses yang terdapat pada parenkim ginjal. Abses ini dibedakan dalam
2 macam, yaitu abses korteks ginjal dan abses kortiko-meduler. Abses korteks ginjal atau disebut
karbunkel ginjal pada umumnya disebabkan oleh penyebaran infeksi kuman Stafilokokus aureus
yang menjalar secara hematogen dari fokus infeksi di luar sistem saluran kemih (antara lain dari
kulit). Abses kortiko-medulare merupakan penjalaran infeksi secara asending oleh bakteri E.
Coli,Proteus, atau Klebsiella spp. Abses kortikomedulare ini seringkali merupakan penyulit dari
pielonefritis akut. (Basuki P. Purnomo, 2011)
Abses perirenal adalah abses yang terdapat di dalam rongga perirenal, yaitu rongga yang
terletak di luar ginjal tetapi masih dibatasi oleh kapsula Gerota, sedangkan abses pararenal
adalah abses yang terletak di antara kapsula Gerota dan peritoneum posterior (Gambar 3-3).
Abses perirenal dapat terjadi karena pecahnya abses renal ke dalam rongga perirenal, sedangkan
abses pararenal dapat terjadi karena : (1) pecahnya abses erirenal yang mengalir ke rongga
pararenal atau (2) karena penjalaran infeksi dari usus, pankreas, atau dari kavum pleura ke
rongga pararenal. (Basuki P. Purnomo, 2011)
1.4 Etiologi
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara:
a. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril
b. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
c. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:
1.5 Patofisiologi
Abses ginjal hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus extrarenal utama
infeksi. Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90% kasus abses kortikal. Sebaliknya,
abses corticomedullary ginjal berkembang sebagai infeksi menaik oleh organisme yang telah
diisolasi dari urin. Keterlibatan parenkim ginjal yang parah dalam kombinasi dengan abses
corticomedullary lebih mungkin untuk memperluas pada kapsul ginjal dan berlubang, sehingga
membentuk abses perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi termasuk proses infeksi bawah
akut dan kronis ginjal.
1.7 Penatalaksanaan
Menurut (Basuki P. Purnomo, 2011) :
Jika dijumpai suatu abses harus dilakukan drainase, sedangkan sumber infeksi diberantas
dengan pemberian antibiotika yang adekuat. Drainase abses dapat dilakukan melalui operasi
terbuka ataupun perkutan melalui insisi kecil di kulit. Selanjutnya dilakukan berbagai
pemeriksaan untuk mencari penyebab terjadinya abses guna menghilangkan sumbernya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Pengkajian
a. Anamnesis
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama yang sering dikeluhkan bervariasi meliputi keluhan infeksi kulit atau infeksi
saluran kemih. Infeksi bias diikuti dalam 11-2 minggu dengan demam dan nyeri pada pinggang
atau kostovertebra.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah ada riwayat penyakit seperti adanya penyakit bisul atau karbunkel pada
daerah tubuh lainnya, adanya riwayat demam sampai menggigil. Kaji apakah pasien pernah
menderita penyakit diabetes mellitus. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian di dokumentasikan.
d. pengkajian psikososiokultural
adanya nyeri, benjolan pada pinggang dan pemeriksaan diagnostik yang akan dilakukan
akan memberikan dampak rasa cemas pada pasien.
3.2 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran biasanya
composmentis. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan suhu tubuh meningkat, nadi
meningkat, frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi, TD
tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali adanya penyakit hipertensi renal
3.3 Pemeriksaan Fisik Fokus
Inspeksi. Terdapat pembesaran pada daerah costovertebra. Pada abses yang mengenai ginjal
sering didapatkan penurunan urin output karena terjadi penurunan dari fungsi ginjal. Pasien
mungkin mengalami nyeri pada saat melakukan fleksi panggul kesisikontra lateral.
Palpasi. Didapatkan adanya massa pembesaran ginjal pada costovertebra.
Perkusi. Pada sudut costovertebra memberikan stimulus nyeri local disertai suatu penjalaran
nyeri kepingang dan perut
3.4 DiagnosaKeperawatan
1. Nyeri b.d pasca drainase abses, respon inflamasi, kontraksiototefek sekunder, adanyaabses renal.
2. Hipertermi b.d repon sistemik sekunder, adanya abses renal.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat,
efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.
4. Gangguan activity daily living b.d kelemahan fisik secara umum
5. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisisakit, dan perubahan kesehatan.
3.5 RencanaKeperawatan
Rencana keperawatan
1. Nyeri b.d pasca drainase abses, respons inflamasi, kontraksi otot efek sekunder adanya abses
renal
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang / hilang atau
teradaptasi.
Kriteriahasil : - Pasien mengatakan nyeri berkurang / terkontrol
- Skala nyeri 0-4
- Raut wajah rileks
- TTV Normal (TD: 120/80 mmHg ; Nadi : 60-100x/menit ; T : 36,5 oC-37,5oC ; RR : 16-
24x/menit)
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
Beri posisi yang nyaman pada pasien 1. Posisi yang nyaman akan mengurangi rasa
nyeri pasien sehinggga pasien dapat
beristirahat
2. Beri lingkungan yang nyaman dan tenang2. Lingkungan yang tenang akan menurunkan
pada pasien stimulus nyeri ekternal dan menganjurkan
pasien untuk beristirahat
Istirahatkan pasien 3. Istirahat akan menurunkan O2 jaringan
perifer sehingga akan meningkatkan suplai
darah ke jaringan
Lakukan masase sekitar nyeri 4. Meningkatkan kelancaran suplai darah
untuk menurunkan iskemik
H. E : HE :
1. Ajarkan tehnik distraksi 1. Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
mengurangi persepsi nyeri
2. Ajarkan tehnik nafas dalam 2. Meningkatkan asupan O2 sehinggadapt
menurunkan nyeri sekunder
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan tim medis dalam
1. Mempercepat penyembuhan, untuk
pemberian obat analgetik sesuai indikasi mengurangi nyeri
Observasi: Observasi :
1. Kaji nyeri menggunakan PQRST 1. Mengetahui tingkat kapasitas nyeri pasien
2. Memantau keadaan pasien
2. Kaji TTV pasien
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat,
efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
K.H : - Porsi makan habis
- BB meningkat
- Mukosa bibir lembab
- Hb dan Albumin Normal
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Berikan makanan lunak 1. Memudahkan masuknya makanan
2. Berikan makanan setengah padat dengan
2. Meningkatkan kemampuan pasien dalam
sedikit air menelan
HE : HE :
1. Anjurkan pasien makan sedikit tapi
1. Membantupemenuhan nutrisi peroral
sering pasien
2. Anjurkan pasien untuk menelan secara
2. Mencegah kelelahan pasien saat makan
berurutan
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antasida 1. Mengurangi mual / ggn lambung pasien
Observasi :
Observasi : 1. Mengetahui Fungsi system
1. Kaji suara bising usus, catat terjadi gastrointestinal penting untuk pemasukan
perubahan di dalam lambung seperti mual, makanan
muntah. Observasi perubahan pergerakan
usus, misalnya : diare, konstipasi
Kolaborasi :
Kolaborasi : 1. Mempercepat adanya peningkatan aktivitas
1. Rencanakan tindakan dengan tim medis lain pasien
untuk dalam memberikan tindakan fisioterapi Observasi :
yang tepat 1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan
Observasi : aktivitas pasien
1.Kaji kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas
5. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, kecemasan pasien berkurang
K.H : - Pasien menyatakan kecemasan berkurang
- Mengenal perasannya
- Kooperatif dalam tindakan
- W ajah tampak rileks
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Beri lingkungan yang tenang dan suasana
1. Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
penuh istirahat perlu
2. Beri kesempatan kepadapasien untuk
2. Dapatmenghilangkanketegangan terhadap
mnegungkapkan perasaannya kekawatiran yang tidak diekspresikan
3. Memberikan waktuuntuk mengekspresikan
3. Beri privasi untuk pasien dan orang terdekat perasaan, menghilangkan kecemasan dan
perilaku adaptasi
HE :
HE: 1. Menurunkan kecemasan pada setiap
1. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang tindakan yang akan dilakukan
akan dilakukan selama perawatan
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengantim medis lain dalam
1. Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
pemberian obat anti cemas sesuai indikasi kecemasan
Observasi :
1. Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, Observasi :
damping pasien dan lakukan tindakan bila
1. Relaksasiverbal/nonverbal dapat
menunnjukkan perilaku merusak menunjukkan rasa agitasi,marah, gelisah