Anda di halaman 1dari 9

MANGROVE

Spesies Bakau Minyak (Rhizophora apiculata)

a. Habitat dan penyebarannya

Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal.
Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi
bisa mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang
surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen. Percabangan
akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung
akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar
anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun.

Penyebarannya: Sri Lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia Tropis dan
Kepulauan Pasifik.

b. Klasifikasi Rhizophora apiculata

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida ( berkeping dua/dikotil)

Sub kelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

Famili : Rhizoporaceae

Genus : Rhizopora

Spesies : Rhizophora apiculata


c. Gambar dari Bakau Minyak (Rhizophora apiculata)

d. Teknologi Untuk Budidaya Pembibitan, Pengolahan, dan Pemanfaatan Oleh


Manusia

Teknologi untuk budidaya pembibitan, pengolahan, dan pemanfaatan dilakukan secara


manual. Pembibitannya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara menanam
langsung buah mangrove (propagul) ke areal penanaman dan melalui persemaian bibit.
Penanaman secara langsung tingkat kelulushidupannya rendah (sekitar 20-30 %). Hal ini
karena pengaruh arus laut pada saat pasang dan pengaruh predator. Sedangkan dengan cara
persemaian dan pembibitan, tingkat kelulushidupannya relatif tinggi (sekitar 60-80%).

Pembuatan Bedeng

Tahap pertama dalam penanaman mangrove yaitu pembuatan bedeng. Lokasi pembuatan
bedeng, dipilih yang berdekatan dengan lokasi penanaman mangrove. Hal ini, bertujuan
untuk mempermudah distribusi bibit mangrove pada saat penanaman. Selain itu, harus
diperhatikan juga tentang kondisi lingkungan, seperti tipe pasang surut di lokasi bedeng.
Informasi mengenai kondisi pasang surut yang tepat sangat dibutuhkan untuk menjaga
sirkulasi air dan mengenali pola penggenangan di bedeng. Mengingat pembangunan bedeng
sangat tergantung dengan pasang surut, maka suatu lokasi yang tidak memiliki pola sirkulasi
pasang surut yang baik, sudah seharusnya tidak dipilih sebagai lokasi peletakan bedeng.
Bedeng bisa dibuat dengan berbagai macam tipe, disesuaikan dengan kondisi, situasi, budaya
setempat dan tentunya anggaran yang dimiliki. Pembangunan bedeng persemaian untuk
menyemaikan benih – benih mangrove. Terdapat 3 tipe tempat persemaian, yaitu dua buah
bedeng dan satu buah tempat persemaian mangrove.

Pengambilan Benih

Benih mangrove diambil dari pohonnya secara langsung. Buah – buah mangrove dari
jenis Rhizophora dan Avicennia, terletak bervariasi di ketinggian yang berbeda. Buah
Rhizophora yang diambil adalah buah yang sudah matang, yang ditandai dengan adanya
cincin kuning dibagian propagulnya. Untuk propagul yang belum muncul cincin kuningnya,
tidak diambil karena belum bisa disemaikan.

Bentuk Buah (Propagul) Mangrove

Tipe buah mangrove ada dua buah, yaitu Vivipari dan Kriptovivipar. Vivipar adalah biji
yang telah berkecambah ketika masih melekat pada pohon induknya dan kecambah telah
keluar dari buah. Sedangkan kriptovivipar adalah biji yang telah berkecambah ketika masih
melekat pada pohon induknya, tetapi masih tetutup oleh kulit biji. Dibawah ini adalah gambar
propagul (buah vivipar) jenis mangrove Rhizophora apiculata. Bisa dilihat bagian –
bagiannya mulai dari tangkai, kelopak buah, plumula (bakal buah), buah, keping buah,
hipokotil dan radikula. Keterangan mengenai beberapa bagian dalam propagul ini telah jelas.
Plumula adalah bakal daun yang tertutupi oleh keping buah. Selanjutnya, keping buah bisa
dijadikan indikator bagi pemasakan buah. Apabila warna keping buah berubah menjadi
kuning atau coklat, maka bisa dipastikan bahwa buah Rhizophora apiculata telah masak.
Tidak hanya jenis Rhizophora sp. saja, jenis lainnya juga akan menunjukkan “gejala”
kematangan buah yang sama. Hipokotil adalah semai antara batang dan akar. Bagi beberapa
jenis tumbuhan mangrove, hipokotil merupakan bagian yang sangat penting untuk
menyimpan cadangan makanan dan bahan cadangan lainnya. Hipokotil merupakan
“kecambah” yang keluar dari buahnya. Sementara itu radikula adalah bakal akar yang akan
menjelma menjadi akar – akar mangrove yang kuat yang akan bisa melindungi pesisir pantai
kita dari abrasi dan gelombang tsunami.
Perlakuan Benih

Setelah diambil dari sumbernya, buah mangrove kemudian diletakkan di tempat yang
terlindung. Buah mangrove bisa diletakkan sementara di bedeng atau di pohon indukannya.
Bibit mangrove kemudian diberikan perlakuan sedemikian rupa sehingga pada saat
disemaikan bisa mencapai ketahanhidup yang maksimal. Secara sederhana, buah mangrove
yang ditemukan di lapangan biasanya terdiri dari dua tipe, yaitu tipe propagul dan tipe buah
bulat. Tipe propagul berbentuk bulat – lonjong – memanjang dan tipe buah bulat berbentuk
bulat dengan variasi bulat lancip seperti pada jenis Avicennia spp dan bulat penuh yang
terdepat pada Sonnerita spp. Kedua tipe benih mangrove ini mendapatkan perlakuan yang
sama setelah dipetik dari lapangan, yaitu direndam kurang lebih dua hari atau menyesuaikan
dengan jarak waktu antara pembibitan dan penanaman, sebelum kemudian disemaikan di
bedeng.

Perendaman ini berfungsi untuk menghilangkan bau manis pada benih, yang disukai oleh
kepiting. Dengan demikian, pada saat disemaikan, maka pemangsaan benih oleh kepiting bisa
dikurangi.

Pembibitan

Sebagai informasi, siapkan polibag besar untuk benih Rhizophora apiculata. Polibag
memiliki lubang di bagian samping dan bawahnya, yang berguna untuk sirkulasi air dan
udara. Selanjutnya, lumpur yang digunakan pada tahap pembibitan ini, sebaiknya diambil
dari sekitar lokasi penanaman. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan ketahanan hidup
benih sewaktu pembibitan. Tahap pembibitan dilakukan setelah tahap perlakuan bibit selesai.
Pembibitan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Ambil polibag, lalu isi dengan lumpur yang ada disekitar bedeng.

2. Isi polibag dengan sedimen, tetapi jangan terlalu penuh melainkan ¾ dari isi polibag.

3. Setelah diisi lumpur, lipat bagian atas polibag ke bagian luar dengan tujuan pada saat
surut dan cuaca kering, Kristal –kristal garam air laut tidak terjebak di dalam polibag
yang bisa menghambat pertumbuhan benih mangrove.
4. Selanjutnya, tanam benih mangrove yang telah dipilih dan berkondisi baik ke dalam
sedimen dengan kedalaman yang cukup.

5. Jangan lupa untuk menanam benih benih Rhizophora apiculata ke dalam polibag
yang berukuran besar.

6. Setelah itu, masukkan satu per satu polibag yang sudah terisi dengan benih mangrove
tersebut ke dalam bedeng. Sebaiknya diusahakan agar satu buah bedeng bisa
digunakan untuk satu jenis mangrove saja, agar mempermudah distribusi pada saat
pengambilannya di tahap penanaman mangrove.

Penanaman dan Penyulaman Mangrove

Secara teori penanaman mangrove dengan mempergunakan bibit mangrove akan


memiliki tingkat kelulusanhidupan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
penanaman mangrove dengan menggunakan propagul. Namun demikian, penanaman
mangrove dengan propagul tanpa penyemaian sebaiknya juga dilakukan terutama pada saat
penyulaman. Faktanya, penanaman mangrove menggunakan propagul juga seringkali
dilakukan dengan alasan bibit mangrove lebih mudah menyesuaikan diri terhadap
lingkungan. Sementara itu, penggunaan propagul sebagai “bahan baku” penanaman
mangrove, walaupun diklaim memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi, tetapi tidak demikian
dengan daya tahannya terhadap gelombang. Selanjutnya, penanaman bibit mangrove harus
dikelompokkan sesuai dengan jenisnya. Hal ini dilakukan mengingat pada kondisi alami,
mangrove memamng membentuk tegakan murni yang berarti ditemukan secara berkelompok
sesuai dengan jenisnya. Penanaman mangrove sebaiknya dilakukan pada saat air laut surut.
Namun demikian, apabila keadaan tidak memungkinkan, maka penanaman mangrove bisa
tetap dilaksanakan pada saat air tergenang dengan syarat pada saat melakukan penanaman
akar bibit benar – benar tertancap dengan baik di sedimen dan terikat kuat di smaping ajirnya.

Teknik penanamannya sendiri adalah sebagai berikut :

1. Ambil satu bibit mangrove di bedeng.


2. Buka polybag yang menutupi sedimen dan akar bibit. Jangan buang polibag secara
sembarangan, tetapi letakkan polybag di atas saja.

3. Tanam langsung bibit mangrove ke tanah dengan cara melubangi tanah dengan cetok,
sedemikian rupa hingga lubang penanaman cukup dalam, sehingga akar bisa tertanam
dengan baik.

4. Setelah itu, ikat batang bibit mangrove ke ajir dengan menggunakan tali rafia yang
telah disediakan. Penggunaan ajir berguna untuk menjaga bibit mangrove agar tidak
tumbang ketika terkena ombak. Jarak tanam adalah 1m x 1m.

5. Timbun dengan tanah. Jangan terlalu menekan tanah, sehingga oksigen bisa dengan
leluasa ke luar dan masuk ke tanah.

6. Ambil polybag yang terletak di atas ajir, kumpulkan menjadi stu di sebuah keranjang
atau plastik. Selanjutnya polybag bisa didaur ulang menjadi berbagai macam barang
plastik daur ulang.

7. Tidak semua bibit mangrove harus ditanam pada saat penanaman, melainkan bisa
disisihkan untuk tahapan selanjutnya, yaitu penyulaman. Penyulaman adalah tahapan
penting setelah tahapan penanaman, karena bertujuan untuk memelihara bibit – bibit
mangrove yang telah ditanam agar mendapatkan kelulushidupannya yang maksimal.
Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit – bibit mangrove yang telah mati
dengan bibit – bibit mangrove yang baru. Sebagai contoh, dari 10 ribu bibit yang ada,
bisa disisihkan 2 ribu bibit untuk penyulaman.

e. Alat Rekayasa yang Digunakan

Alat yang digunakan untuk budidaya Rhizophora apiculata ini masih menggunakan alat
yang sederhana yaitu, polibag, cetok, ajir dan tali rafia.

f. Nilai Ekonomi Dari Jenis Rhizopora apiculata

Salah satu jenis mangrove yang baik digunakan sebagai kayu bakar dan arang. Karena
kayunya dapat terbakar hangus dengan panas yang tinggi, dengan asap yang bersih dan
sedikit. Hasil analisis di Kabupaten Sinjai menunjukkan bahwa sebatang pohon mangrove
apabila dijual sebagai kayu bakar diperoleh nilai rata-rata perpohon sebesar Rp. 75.000,-. Dan
jika dikalikan dengan kepadatan rata-rata sebesar Rp. 12.000 pohon ha -1 (Asbar, 2007),
diperoleh harga penjualan kayu bakar sebesar Rp. 900 juta ha-1 sehingga total nilai valuasi
ekonomi kayu bakar dari hutan mangrove seluas 1.351.50 ha yang dimiliki totalnya sebesar
Rp. 121,64 milyar.

g. Tanggungjawab Mahasiswa Kepada Masyarakat

Kita sebagai mahasiswa memiliki tanggungjawab kepada masyarakat terkait menjaga


kelestarian dan keberlanjutan jenis Rhizophora apiculata. Adapun tanggungjawab tersebut
yaitu:

1. Mengajak masyarkat untuk mengenal seberapa pentingnya hutan mangrove terkhusus


jenis Rhizophora apiculata
2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat sekitar terkait pemeliharaan hutan
mangrove jenis Rhizophora apiculata
3. Melakukan penyuluhan tentang nilai ekonomi dan keuntungan yang didapat jika
menjaga hutan mangrove
4. Mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam reboisasi hutan mangrove dan memberi
pengetahuan tentang tata cara penanaman hutan mangrove agar tetap terjaga
5. Bekerja sama dengan perangkat desa untuk membuat peraturan jika ada oknum yang
merusak hutan mangrove
h. Tanggungjawab Mahasiswa Kepada Lingkungan dan Konservasi

Adapun tanggungjawab kita sebagai mahasiswa terkait lingkungan dan konservasi untuk
jenis Rhizophora apiculata ini, yaitu:

1. Berkomunikasi secara baik kepada masyarakat setempat untuk menanyakan perihal


kelestarian dari hutan mangrove ini
2. Atau jika tidak terjun ke lapangan langsung yaitu ke hutan mangrove untuk melihat
apakah ada tumbuhan yang rusak di hutan mangrove
3. Melakukan penanaman dan pembibitan untuk konservasi jenis bakau minyak atau
Rhizophora apiculata
4. Merawat dan juga memelihara hutan mangrove agar konservasi dari jenis bakau
minyak atau Rhizophora apiculata tidak punah
5. Jika ingin melakukan penebangan, lakukan dengan cara tebang pilih. Yang mana
hanya pohon yang cukup umur saja yang boleh ditebang. Cara ini agar habitatnya
terjaga.

i. Tanggungjawab Mahasiswa Kepada Tuhan Yang Maha Esa

Sebagai makhluk ciptaan Allah, Tuhan Yang Maha Esa tentunya kita hidup tidak hanya
sendiri. Melainkan hidup dengan ciptaan Allah yang lain, yaitu hewan dan tumbuhan.
Tanggungjawab kita sebagai mahasiswa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk keberlanjutan
dan kelestarian jenis ini yaitu senantiasa menjaga habitatnya dari tangan-tangan perusak.
Mengingat banyak sekali keuntungan yang didapat dari hutan mangrove terkhusus untuk
jenis bakau minyak atau Rhizophora apiculata yang kaya akan manfaat.
Daftar pustaka

https://suksesmina.wordpress.com/2014/12/22/teknik-pembibitan-dan-penanaman-mangrove/

https://id.wikipedia.org/wiki/Bakau#Bakau_minyak

https://www.kompasiana.com/gun4w4n/55294387f17e617d558b458d/peranan-pemerintah-
dan-masyarakat-dalam-pelestarian-dan-reboisasi-hutan-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai