Anda di halaman 1dari 11

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 19-2-2019 6 1 dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

Hari/Tanggal : Jumat / 24 April 2020


Materi : Pewarnaan Kapsul
Nama : Jacob Managam Hatuaon Situmeang
NPM : 200110190258
Kelompok : 10
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Yuli Astuti Hidayati, MP.

1. Judul Praktikum

Pewarnaan Kapsul

2. Tujuan Praktikum

Praktikan dapat mengerti dan mampu mengidentifikasi bakteri secara mikroskopis


berdasarkan pewarnaan kapsul untuk melihat bentuk kapsul pada bakteri.

3. Kajian Pustaka

Bakteri merupakan sebuah organisme atau makhluk hidup yang tidak memiliki
membran inti sel. Ukuran bakteri sangat kecil tetapi memiliki peran yang besar terhadap
kehidupan di muka bumi ini. Beberapa jenis bakteri dapat memberikan manfaat bagi
manusia tetapi tidak sedikit pula jenis bakteri yang memberikan dampak yang merugikan
bagi manusia. Ukuran bakteri sangat kecil, sehingga bakteri termasuk dalam golongan
mikroorganisme. Biasanya bakteri bersel tunggal (uniselular) dan ada juga yang bersel
banyak (multiseluler) (Dwidjoseputro, 2005)
Beberapa macam bakteri mengeluarkan lendir pada permukaan selnya yang melapisi
permukaan dinding sel. Lapisan lendir yang cukup tebal ini disebut dengan kapsula. Pada
beberapa bakteri adanya kapsula pada dinding sel menunjukkan sifat yang virulen. Kapsula
bakteri tidak berwarna sehingga untuk mengetahui ada tidaknya kapsula bakteri perlu
dilakukan pewarnaan khusus (Hastuti, 2008). Pewarnaan ini bisa dilakukan dengan
menggunakan nigrosin, merah kongo atau tinta cina. Setelah ditambahkan pewarna yang
tidak menembus kapsul, maka kapsul dapat tampak dengan menggunakan mikroskop
cahaya.
Kapsula adalah lapisan polimer yang terletak di luar dinding sel. Jika lapisan polimer
ini terletak berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini disebut kapsula. Tetapi jika
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 19-2-2019 6 2 dari 11
polimer atau polisakarida ini tidak berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini disebut
lendir (Darkuni, 2001). Baik kapsula maupun lendir terdiri dari polisakarida dan polipeptin
(komplek polisakarida dengan protein). Kapsula bukanlah salah satu organ yang penting
untuk kehidupan sel bakteri. Hal ini terbukti bahwa sel bakteri yang tidak dapat membentuk
kapsula mampu tumbuh dengan normal dalam medium. Kapsula berfungsi dalam
penyesuaian diri dengan lingkungannya. misalnya berperan dalam mencegah terhadap
kekeringan, mencegah atau menghambat terjadinya pencantelan bakteriofag, bersifat
antifagosit sehingga kapsul memberikan sifat virulen bagi bakteri. Kapsula juga berfungsi
untuk alat mencantelkan diri pada permukaan seperti yang dilakukan oleh Streptococcus
muans (Darkuni, 2008).
Lapisan lendir terdiri atas karbohidrat dan pada beberapa spesies tertentu, lendir itu
juga mengandung unsur N atau P. Lendir bukan suatu bagian integral dari sel, melainkan
suatu hasil pertukaran zat. Lendir memberikan perlindungan terhadap kekeringan,
seakan-akan merupakan suatu ”benteng” untuk bertahan. Kapsula merupakan gudang
cadangan makanan. Kapsula bakteri-bakteri penyebab penyakit (patogen) berfungsi untuk
menambah kemampuan bakteri untuk menginfeksi. Selain itu, bakteri berkapsula juga
menyebabkan adanya gangguan lendir dalam proses industri. (Pelczar, 2007).
Ukuran pada kapsula sangat dipengaruhi oleh medium tempat ditumbuhkannya bakteri
tersebut. Pada beberapa kejadian tebalnya kapsula hanya satu per sekian diameter selnya,
namun dalam kasus-kasus lainnya ukuran kapsula jauh lebih besar daripada diameter selnya.
Lapisan kapsul cukup tebal sehingga sulit diwarnai, oleh karena itu diperlukan suatu
pewarnaan khusus. Kapsula tidak menyerap warna sehingga terlihat lapisan terang yang
tembus dengan latar belakang yang berwarna (Waluyo, 2007).
Kapsul tidak memiliki aktifitas yang besar terhadap bahan-bahan cat basa. Beberapa
kapsul cepat rusak oleh gangguan mekanis atau larut bila dicuci dengan air. Karena kapsul
dari berbagai spesies berbeda dalam susunan zat-zatnya, maka tidak semua kapsul dapat
diperlihatkan dalam proses pewarnaan yang sama.

4. Hasil Pengamatan

Sumber : https://paramedicsworld.com
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 19-2-2019 6 3 dari 11

Sampel bakteri Pneumococcus


Bentuk bakteri Coccus (bulat)
Warna badan bakteri Biru
Susunan Berpasangan

5. Pembahasan

Kapsul merupakan substansia yang bersifat viskous sehingga membentuk suatu


selubung yang mengelilingi dinding sel. Kapsul pada bakteri memiliki fungsi lain yaitu
untuk melindungi tubuh bakteri dari kekeringan. Virulensi patogen sering berhubungan
dengan produksi kapsula. Kemampuan untuk membentuk kapsul dapat hilang melalui
mutasi yang berhubungan dengan hilangnya virulensi dan kerusakan oleh fagosit . Namun
hal ini tidak mempengaruhi kelangsungan hidup bakteri sehingga tidak semua bakteri. Tidak
semua bakteri memiliki kapsula, terdapat beberapa bakteri yang tidak memiliki kapsula. Jika
bakteri tersebut kehilangan kapsulnya sama sekali maka ia akan dapat kehilangan
virulensinya dan dengan demikian akan kehilangan kemampuannya untuk menyebabkan
infeksi.
Kapsula merupakan gudang cadangan makanan. Kapsula bakteri-bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit (patogen) berfungsi untuk menambah kemampuan bakteri untuk
menginfeksi. Selain itu, bakteri yang memiliki kapsula juga menyebabkan adanya gangguan
lendir dalam proses industri. Kapsula merupakan lapisan polimer yang terletak di luar
dinding sel. Jika lapisan polimer ini terletak berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini
disebut kapsula, sedangkan jika polimer atau polisakarida ini tidak berlekatan dengan
dinding sel maka lapisan ini disebut lendir. Baik kapsula maupun lendir terdiri dari
polisakarida dan polipeptin (komplek polisakarida dengan protein). Kapsula bukanlah organ
yang penting untuk kehidupan sel bakteri. Hal ini dibuktikan dengan adanya bakteri yang
tidak memiliki kapsula tetapi bakteri tersebut mampu hidup dan tumbuh dengan normal
dalam medium.
Kapsula berfungsi dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya. Misalnya berperan
dalam mencegah terhadap kekeringan, mencegah atau menghambat terjadinya penempelan
bakteriofag. Ukuran kapsula sangat dipengaruhi oleh medium tempat ditumbuhkannya
bakteri tersebut. Pada beberapa kejadian tebalnya kapsula hanya satu per sekian diameter
selnya, namun dalam kasus-kasus lainya ukuran kapsula jauh lebih besar dari pada diameter
selnya. Saat dilakukan pewarnaan pada bakteri yang memiliki kapsul, kapsul berwarna
bening atau tidak memiliki perubahan warna. Hal ini karena kapsul tidak dapat diwarnai
dengan pewarnaan dan zat warna apapun.

Fungsi-fungsi kapsula pada bakteri, yaitu :


1. Berperan sebagai antifagosit sehingga memberi sifat virulen pada bakteri.
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 19-2-2019 6 4 dari 11
2. Mempertahankan diri dari antitoksin yang dihasilkan sel inang.
3. Meningkatkan kemampuan bakteri untuk menimbulkan penyakit.
4. Melindungi sel dari kekeringan dan kehilangan nutrisi. Karena kapsula mengandung
banyak air.
5. Sebagai penyeimbang antara sel dan lingkungan eksternal.
6. Menghambat terjadinya pencantelan bakteriofag.
7. Sebagai alat untuk mencantelkan pada permukaan seperti yang dilakukan oleh
Streptococcus mutans.
Pada praktikum pewarnaan kapsul ini digunakan sampel bakteri Pneumococcus. hal
pertama yang dilalkukan adalah menyediakan object glass datar yang dibersihkan
menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 96%. Penggunaan alkohol ini
bertujuan untuk menghilangkan lemak dan mikroba lain. Pada bagian ujung object glass
ditetesi dengan satu tetes Nigrosin. Selanjutnya yang dilakukan adalah memanaskan osse
diatas pembakar bunsen hingga osse berpijar untuk mensterilkan osse. Selanjutnya osse
didinginkan. Suspensi bakteri diambil secara aseptik kemudian dicampurkan dengan
Nigrosin yang telah diteteskan sebelumnya hingga homogen menggunakan osse. Dengan
menggunakan object glass bersih lainnya, campuran yang telah dibuat pada langkah
sebelumnya diratakan dari ujung yang terdapat campuran hingga ujung lainnya dari Object
Glass tersebut (preparat dorong). Preparat dorong digunakan untuk meratakan bakteri agar
tidak menumpuk dan dapat dengan mudah untuk dilihat dengan mikroskop. Preparat
kemudian diangin-anginkan hingga kering tanpa dilakukan pemanasan (kering udara).
Pemanasan dapat mengakibatkan sel bakteri menciut atau merusak lapisan kapsul sehingga
akan menimbulkan bias dalam pengamatan. Setelah kering, preparat ditetesi dengan
Methylene Blue dan dibiarkan selama 2-3 menit. Setelah dibiarkan mengering, preparat
dibilas dengan air mengalir kemudian diangin-anginkan hingga kering. Setelah selesai,
preparat sudah siap untuk diamati dibawah mikroskop dengan meneteskan minyak immersi
sebelumnya. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x100.
Hasil yang didapat dari praktikum ini adalah bakteri Pneumococcus setelah diamati
didapatkan bentuk bakteri yaitu coccus (bulat). Badan sel bakteri berwarna biru karena
mengikat warna Methylene Blue. Latar belakang pada object glass yang teramati berwarna
ungu kehitaman karena zat warna Nigrosin yang berperan dalam pewarnaan negatif
(pewarnaan latar belakang).
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 19-2-2019 6 5 dari 11
6. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum kali ini kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kapsul merupakan substansia yang bersifat viskous sehingga membentuk suatu
selubung yang mengelilingi dinding sel.
2. Kapsula berfungsi dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya. misalnya berperan
dalam mencegah terhadap kekeringan, mencegah atau menghambat terjadinya
pencantelan bakteriofag, bersifat antifagosit sehingga kapsul memberikan sifat virulen
bagi bakteri.
3. Hasil yang didapat dari praktikum ini adalah bakteri Pneumococcus setelah diamati
didapatkan bentuk bakteri yaitu coccus (bulat). Badan sel bakteri berwarna biru karena
mengikat warna Methylene Blue. Latar belakang pada object glass yang teramati
berwarna ungu kehitaman karena zat warna Nigrosin yang berperan dalam pewarnaan
negatif (pewarnaan latar belakang).

7. Daftar Pustaka

Arianda, Dedy. 2016. Buku Saku Bakteriologi. Penerbit: AM-Publishing.

Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Mulyadi, Marundi. 2019. Penuntun praktikum Bakteriologi I. Penerbit: Pustaka As Salam:

Makassar.

Kuntarti. 2010. Penuntun praktikum I (IDK II) Pewarnaan gram. Penerbit dan Perc. Pustaka

As Salam

Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Pelczar, M. J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta : UI – Press

Sagulani, Roniadi dan Mulyadi Maruni. 2018. Buku Saku TLM (Teknologi Laboratorium

Medik).Edisi Pertama.
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 19-2-2019 6 6 dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

Hari/Tanggal :Jumat / 24 April 2020


Materi : Pewarnaan Tahan Asam (Ziehl-Neelsen)
Nama : Jacob Managam Hatuaon Situmeang
NPM : 200110190258
Kelompok : 10
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Yuli Astuti Hidayati, MP.

1. Judul Praktikum

Pewarnaan Tahan Asam (Ziehl-Neelsen)

2. Tujuan Praktikum

Praktikan dapat mengerti dan mampu mengidentifikasi bakteri secara mikroskopis


berdasarkan pewarnaan tahan asam untuk membedakan bakteri tahan asam dan bakteri tidak
tahan asam.

3. Kajian Pustaka

Mikroorganisme seperti bakteri sulit dilihat dengan mikroskop cahaya karena tidak
mengadsorpsi ataupun membiaskan cahaya. Hal inilah yang menyebabkan zat warna
digunakan untuk mewarnai mikroorganisme ataupun latar belakangnya agar dapat dengan
mudah dalam mengamati bakteri dibawah mikroskop. Zat warna mengadsorpsi dan
membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme disekelilingya akan ditingkatkan.
Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan struktur sel seperti spora dan bahan
infeksi yang mengandung zat pati dan granula fosfat (Dwidjoseputro, 1998)
Pewarnaan diferensial merupakan pewarnaan yang menggunakan lebih dari satu
macam zat warna, seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. Sedangkan
pewarnaan khusus artinya pewarnaan yang dipakai untuk mewarnai bagian-bagian sel atau
bakteri tertentu yang sukar diwarnai dengan menggunakan pewarnaan biasa (Noverita,
2009). Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal
sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan pewarnaan
tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut dengan bakteri tahan asam (BTA) karena dapat
mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat.
Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia. Salah satu contohnya
adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat diisolasi
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 19-2-2019 6 7 dari 11
dari sputum penderita TBC. Jika menunjukan hasil yang positif terdapat bakteri TBC,
pewarnaannya akan berwarna merah. Bakteri Mycobacterium tuberculosis tidak hanya
menyerang manusia tetapi juga dapat menyerang hewan seperti marmut, dan kera.
Penularannya dapat melalui udara yang masuk ke saluran pernafasan (Pelczar dan Chan,
1988).
Bakteri tahan asam merupakan jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan
pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan pemanasan. Bakteri
ini memilki dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah besar materi lipoidal. Oleh
karena ini bakteri tahan asam hanya dapat diwarnai dengan pewarnaan BTA (Acid-Fast
Stain). Dinding sel pada bakteri tahan asam ini bersifat hidrofobik dan impermeabel
terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada cairan atau larutan encer. Ketika proses
pewarnaan, bakteri tahan asam ini akan melawan dekolorisasi dengan asam, oleh karena itu
bakteri ini disebut dengan bakteri tahan asam (Ball, 1997).
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang tipis, lurus atau berbentuk filamen.
Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora, non motil, tahan asam, dan merupakan
bakteri gram positif. Namun, saat bakteri mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram,
maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu mycobacteria
disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Beberapa mikroorganisme lain yang juga
memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei,
protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak
berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini
menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Lipoarabinomannan merupakan suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria,
yang berperan dalam interaksi antara inang dan patogen. Lipoarabinomannan ini menjadikan
M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofaga. Mikobakteria dapat tumbuh lebih
cepat pada pH 6 dan 8 dengan pH optimum sekitar 6.5 - 6.8 untuk tipe patogen. Sel
mikobakteria terdiri dari tiga lapisan yang sangat penting yaitu lipid, protein, dan
polisakarida (Thomas, 1999).
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 19-2-2019 6 8 dari 11
4. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan
Bakteri BTA Merah
Bakteri Non-BTA Biru

5. Pembahasan

Bakteri tahan asam (BTA) dapat diamati dengan teknik pewarnaan Ziehl Neelson,
Kinyoun Gabber, dan Fluorochrom. Pengambilan sputum (sekret paru-paru atau ludah) pada
penderita TBC untuk analisis tuberculosis dapat dilakukan setiap saat dikenal. Ada tiga jenis
sputum yaitu sputum pagi, spot sputum, dan collection sputum. Sputum pagi adalah sputum
yang dikeluarkan oleh penderita pada saat bangun tidur di pagi hari. Spot sputum adalah
sputum yang dikeluarkan pada saat juga. Sedangkan collection sputum adalah sputum yang
keluar dan ditampung selama 24 jam, sputum yang telah diperoleh dapat disimpan dalam
lemari es selama satu minggu. Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yaitu dengan menggunakan
zat warna Carbol Fuchsin 0,3%, alkohol 96%, dan Methylene Blue 0,3%. Pada pemberian
warna pertama yaitu Carbol Fuchsin, BTA akan bersifat mempertahankannya.
Carbol Fuchsin merupakan fuksin basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5 %.
Larutan ini memberikan warna merah pada sediaan dahak. Fenol digunakan sebagai pelarut
untuk membantu pemasukan zat warna ke dalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan.
Fungsi pemanasan untuk melebarkan pori-pori lemak BTA sehingga Carbol Fuchsin dapat
masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan pemucat, yaitu alkohol, maka zat warna pertama
tidak mudah dilunturkan. Bakteri kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menutup
pori-pori dan menghentikan pemucatan. BTA akan terlihat berwarna merah, sedangkan
bakteri yang tidak tahan asam akan melarutkan Carbol Fuchsin dengan cepat sehingga sel
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 19-2-2019 6 9 dari 11
bakteri tidak berwarna. Setelah penambahan zat warna kedua yaitu Methylene Blue, bakteri
tidak tahan asam akan berwarna biru (Lay, 1994).
Pada pewarnaan bakteri dengan metode Ziehl-Neelsen dapat menggolongkan bakteri
menjadi dua, yaitu bakteri yang berwarna merah dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut
bakteri tahan asam (acid fast) dan bakteri yang berwarna biru dengan pewarnaan
Ziehl-Neelsen disebut bakteri tidak tahan asam (non acid fast) Entjang (2003).
Metode Ziehl-Neelsen ini digunakan karena cukup sederhana untuk dilakukan dan
mempunyai sensitivitas serta spesifitas yang cukup tinggi. Spesifitas dan sensitivitas yang
tinggi sebenarnya dimiliki oleh metode fluorokrom. Bakteri yang terwarnai menunjukkan
warna yang kontras dengan lingkungannya dan tidak membutuhkan perbesaran sampai
1000x sehingga bisa mempercepat waktu. Akan tetapi, alat yang digunakan harus khusus
yaitu mikroskop fluorescens (Kurniawati et al., 2005).
Larutan kimia yang digunakan dalam praktikum pewarnaan BTA adalah alkohol 96% ,
Carbol Fuchsin 0,3%, serta Methylene Blue 0,3% yang masing-masing mempunyai fungsi
antara lain alkohol digunakan sebagai peluntur,Carbol Fuchsin mempunyai fungsi
membuka lapisan lilin pada bakteri tahan asam agar menjadi lunak sehingga cat dapat
menembus masuk ke dalam sel bakteri M. tuberculosis. Methylen Blue berfungsi sebagai cat
lawan dan pada pemberian Methylen Blue pada bakteri akan tetap berwarna merah dengan
latar belakang biru atau hijau (Jutono dkk., 1980).
Hal yang pertama kali dilakukan adalah dengan membersihkan object glass datar
dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 96%. Hal ini dilakukan
untuk menghilangkan lemak dan mikroba lain. Selanjutnya osse dipanaskan di atas
pembakar bunsen hingga berpijar kemudian didinginkan. Sampel dahak atau sputum diambil
menggunakan osse secara aseptik kemudian dibuat preparat ulas dengan cara mengulaskan
osse secara merata pada permukaan objeck glass kemudian objeck glass dipanaskan di atas
bunsen (fiksasi) hingga ulasan tersebut kering. Preparat kemudian diletakkan di atas
penangas dan ditetesi Carbol Fuchsin hingga seluruh permukaan tergenang. Preparat
selanjutnya dipanaskan hingga tebentuk uap pada permukaan preparat (Carbol Fuchsin tidak
boleh sampai mendidih). Preparat kemudian dibilas menggunakan alkohol asam hingga zat
warna terbilas dengan sempurna. Selanjutnya, preparat dibilas dengan air mengalir
kemudian preparat ditetesi dengan Methylene Blue dan dibiarkan selama kurang lebih 1
menit. Preparat dibilas dengan air mengalir kemudian dikeringkan menggunakan kertas
saring dengan cara ditekan-tekan secara lembut. Permukaan preparat ditetesi dengan minyak
immersi kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10×100.
Bakteri mycobacterium dan beberapa spesies nocardia pada dinding selnya
mengandung banyak zat lipoid (lemak) sehingga bersifat permiable dengan pewarnaan
biasa. Bakteri tersebut bersifat tahan asam terhadap pewarnaan tahan asam (BTA).
Pewarnaan tahan asam dapat digunakan untuk membantu mendiagnosa penyakit
tuberkulosis (TBC). Hasil pewarnaan tahan asam ini adalah bakteri tahan asam akan
berwarna merah dan bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru.
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa hasil yang didapat adalah
terlihat bahwa bakteri tahan asam berwarna merah. Hal ini disebabkan karena bakteri tahan
asam dapat mengikat Carbol Fuchsin walaupun telah dibilas dengan alkohol asam. Terlihat
pula bakteri tidak tahan asam yang berwarna biru lebih banyak dari bakteri tahan asam.
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 19-2-2019 6 10 dari 11
Warna biru ini disebabkan karena bakteri tidak mampu mengikat Carbol Fuchsin ketika
dibilas dengan alkohol asam kemudia mengikat zat warna Methylene Blue.

6. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum kali ini kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Bakteri tahan asam merupakan jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan
pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan pemanasan.
2. Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang tipis, lurus atau berbentuk filamen.
Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora, non motil, tahan asam, dan
merupakan bakteri gram positif.
3. Hasil yang didapat adalah terlihat bahwa bakteri tahan asam berwarna merah. Hal ini
disebabkan karena bakteri tahan asam dapat mengikat Carbol Fuchsin walaupun telah
dibilas dengan alkohol asam. Terlihat pula bakteri tidak tahan asam yang berwarna biru
lebih banyak dari bakteri tahan asam. Warna biru ini disebabkan karena bakteri tidak
mampu mengikat Carbol Fuchsin ketika dibilas dengan alkohol asam kemudia
mengikat zat warna Methylene Blue.
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
MODUL PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
No. Dokumen: Tanggal Berlaku: Revisi: Halaman:
MODUL PRAKTIKUM - 02 19-2-2019 6 11 dari 11
7. Daftar Pustaka

Ball, A.S. 1997. Bacterial Cell Culture : Essential Data. New York : John Wiley & Sons.

Dwidjoseputro. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan.

Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan Sekolah

Tenaga Kesehatan Yang Sederajat .Bandung : Citra Aditya Bakti.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta : P.T Gramedia Pustaka Utama.

Jawetz, Melnick, Adelberg’s. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Salemba Medika.

Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Pelczar, M. J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta : UI – Press

Anda mungkin juga menyukai