Kerbau Perah PDF
Kerbau Perah PDF
PENDAHULUAN
1.2.Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang
informasi peternakan kerbau perah.
1
BAB II
ASAL – USUL
2
Daerah asli kerbau Murrah di Ultra Pradesh Barat, delhi, Haryana di India
serta di Karachi di Pakistan. Selain sebagai penghasil susu kerbau Murrah juga
tercatat penghasil ternak yang paling efisien. Daerah asli ternak ini terletak pada
wilayah 28o-30o LU. Adapun ciri-ciri dari kerbau Murrah yakni sebagai berikut :
- Bentuk tubuh padat massive, bangun tubuh kuat dengan pungung pendek dan
luas. Leher ringan dengan kepala seimbang ter-hadap bangun tubuh yang padat.
- Pinggul luas serta berhubungan dengan kuartet kelenjar susu. Anggota badan
pendek dan kuat, padat.
- Ekor mempunyai bulu kipas berwarna putih.
Tanduk melingkar dalam bentuk spiral Warna tubuh pada umumnya hitam.
- Ambing berkembang baik dengan vena susu tampak menonjol serta 4 puting
susu terpisah satu dengan yang lain cukup jauh.
- Kerbau jantan mempunyai berat badan 566,9 kg dengan lingkar dada 220,7 cm,
sedangkan yang betina berat badannya 430,9 kg dengan lingkar dada 218,4cm.
3
kerbau ini sehingga mulai tahun 1960 digabungkan sebagai satu bangsa tersendiri
khususnya di Pakistan, tetapi tidak di India.
Ciri- ciri dari kerbau NIlli dan Ravi yakni :
- Ukuran umum kerbau Nili : tinggi gumba, panjang badan dan berat badan yang
jantan adalah 137,2 cm; 157,4 cm; dan 589,7 kg sedangkan yang betina 127 cm;
147,3 cm, dan 453,6 kg. Kerbau ini mempunyai
- tanduk kecil, white eyes yakni iris mata berwarna putih sebagai tanda khas
bangsa kerbau perah ini.
- Warna putih pada bagian dahi, muka, moncong, paha, dan bulu kipas ekor.
Tidak disukai adanya warna putih pada bagian hock dan knee, ekor hitam,
tanduk tebal luas serta tanda putih di atas leher dan bagian tubuh lainnya.
Produksi susu dapat mencapai 20 - 24 Ibs per hari.
- Ukuran umum kerbau Ravi, tinggi gumba, panjang badan, dan berat badan yang
jantan 132,1 cm; 154,9 cm; dan 680,4 kg, sedangkan yang betina 127 cm; 149,8
cm; dan 635 kg.
- Kerbau ini mempunyai dahi yang datar, wall eyes yaitu iris mata berwarna
putih, tanda putih pada bagian kepala, paha, ambing, dan bulu kipas ekor.
- Produksi susu dapat mencapai 4.000 Ibs dalam masa laktasi 250 hari.
3. Kerbau Kundi
Kerbau Kundi pada mulanya ditemukan di daerah Sindhi sehingga dikenal
sebagai Sindhi Murrah. Nama Kundi bermula dari istilah yang ditimbulkan oleh
adanya bentuk tanduk kerbau ini yang mirip dengan bentuk pancing
4
Ciri - ciri :
- Warna kulit biasanya hitam tetapi ada juga warna coklat Terang.
- Dasar tanduk tebal, mengarah ke belakang, atas dan pada akhirnya melengkung
membentuk ukiran seperti pancing.
- Dahi cukup menonjol, muka cekung dengan mata kecil dan bercahaya.
- Bentuk badan kecil, lebih kecil dari pada Nili atau Ravi.
- Tubuh bagian belakang massive.
- Mempunyai ambing yang besar dengan vena susu menonjol dan putingnya
besar, seragam, dan berjarak lebar.
- Berat badan rata-rata 320 - 450 kg dan produksi susu dapat mencapai 2.000 kg
dalam masa laktasi 300 hari.
5
BAB III
MANAGEMEN KERBAU PERAH
6
3.5 Pemeliharaan Kerbau Pejantan
Pejantan harus dipelihara dalam kondisi tatalaksana yang optimum sejak dari lahir
agar pejantan tersebut jinak dan baik pertumbuhannya. Setelah berumur 9 – 10 bulan
pejantan yang terpilih dikandangkan secara individual pada kandang pejantan.
7
BAB IV
PRODUKSI KERBAU PERAH
Bangsa kerbau dan jumlah laktasi berpengaruh terhadap produksi susu. Produksi
susu maksimum tercapai pada umur 4-5 tahun atau pada laktasi ketiga dan tidak menurun
8
drastis selama tiga tahun berikutnya dimana dianggap hampir semua bangsa kambing
berbiak sekali dalam setahun. Susu yang dihasilkan setiap hari akan meningkat sejak induk
beranak kemudian produksi akan menurun secara berangsur-angsur hingga berakhirnya
masa laktasi. Puncak produksi susu akan dicapai pada hari 21-49 setelah beranak. Produksi
susu kambing berkisar 1-3 kg per ekor per hari tergantung bangsa kambing, masa laktasi,
suhu lingkungan, pakan, jumlah anak perkelahiran dan tata laksana pemeliharaan.
9
BAB V
PENANGANAN PRODUKSI
Produksi susu kerbau di Indonesia masih sangat rendah. Di negara India and Yunani
produksi susu kerbau pada umumnya lebih tinggi (680-800 kg) dibandingkan kerbau lokal
(360-500 kg). Peternakan pemerintah India memiliki rataan produksi susu kerbau perah
berkisar dari empat sampai tujuh liter sehari dengan rata-rata lama laktasi 285 hari.
Produksi susu kerbau harian di Bulgaria dilaporkan mencapai 12 kg. Hasil analisis yang
dilakukan pada lebih dari 6000 ekor kerbau Nili-Ravi menunjukkan bahwa rata-rata
produksi susu dalam 282 hari masa laktasi adalah 1.925 kg. Produksi susu kerbau Murrah
di India dilaporkan sekitar 1.800 kg. Siregar (1975) disitasi Sirait (1991) menyatakan
bahwa produksi susu kerbau Murrah di Kodya Medan per hari adalah 3,75 liter.
Manajemen pakan memiliki proporsi sebesar tujuh puluh persen dalam produktivitas
susu, dan sisanya adalah breeding dan manajemen kandang. Dalam rangka meningkatkan
efisiensi manajamen pemeliharaan ternak khususnya pemberian pakan, perlu dilakukan
strategi pemberian pakan yang meliputi penyediaan bahan pakan, penyusunan ransum,
penyajian pakan dan peran kelembagaan yang terkait. Penyediaan bahan pakan kerbau
perah harus mempertimbangkan faktor palatabilitas, nilai nutrisi, ketersediaan dan tidak
bersaing dengan kebutuhan manusia, serta harga terjangkau. Kerbau perah hendaknya
diberi dua kelompok pakan yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat.
10
diberikan harus sesuai dengan jumlah dan proporsi semua kebutuhan nutrian sapi perah
dalam keadaan layak 24 jam. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah
memperhatikan tingkat degaradasi pakan di dalam rumen. Dalam hal penyajian pakan
pada sapi perah, beberapa strategi yang dilakukan diantaranya adalah pemberian pakan
cara hijauan dan konsentrat secara bersamaan, menghindari penggilingan pakan hijauan
yang terlalu halus, dan frekuensi pemberian pakan yang sering.
11
BAB VI
KESIMPULAN
6.1. KESIMPULAN
Kerbau merupakan salah satu ternak yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
salah satu ternak perah secara lebih optimal. Jumlah produksi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti iklim, laktasi dan manajemen. Susu kerbau perah memiliki nilai
gizi yang tinggi. Susu kerbau mengandung 4,5 gprotein, 8 g lemak, 4,9 karbohidrat, 463
Kkal energi dan 195 iu kalsium. Susu kerbau lebih kental dibandingkan susu sapi. Kerbau
mengandung 16% bahan padat, sedangkan susu sapi bahan padatnya sebesar 12%.
Managemen pemeliharaan kerbau perah harus diperhatikan dari segi pakan, dan kebersihan
lingkungan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Syed, A. B. 1980. Buffalo Production And Development In Malaysia. Dalam Buffalo
Production For Small Farms. FFTC Series No. 15, Taipei.
Chantalakhana, C. 1980. Breeding Improvement of Swamp Buffalo for Small Farms.
InSoutheast Asia. Dalam Buffalo Production For Small Farms. FFTC Series No.
15,Taipei.
Chutikul, K. 1975. Ruminant (Buffalo) Nutrition. Dalam The Asiatic Water Buffalo.FFTC,
Taipei
Devendra , C. 1993.Ternak ruminansia di Asia. Dalam Woszika-Tomaszewska,
I.M.Mastika, A. Djajanegara, S. Garniner dan T. R. Wiradarya (Eds.). Produksi
Kambingdan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Statistik Peternakan 2007. Direktorat Jenderal
Peternakan, Departemen Pertanian RI, Jakarta.El-Shibiny, S,.Abd
El-Salam,M.H & Ahmed, N.S., 1966. Milchwissensshalft, 27.217
Hadiwiyoto, S., 1994. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Penerbit
Liberty.Yogyakarta.
Kusnadi , U. 2004. Kontribusi Ternak dalam Meningkatkan Pendapatan Petani di Lahan
Marginal Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. J. PembangunanPeternakan
Tropis . Special Edition Oktober 2004
Mahadevan, P. 1978. Water Buffalo Research-Possible Future Trends. World
AnimalReview 25: 2-7.
Mason, I.L. 1974. The Husbandry and Health of The Domestic Buffalo. Food AndA
griculture Organization of The United Nation, Rome
Mudgal,V.1992.Reproduction in River Buffaloes. In : BuffaloProduction. Ed.
NM.Tullohand J.H.G. Holmes. Elsevier-LondonMuhammad, Z. 2002. Model
Pengembangan Kerbau Perah. Laporan Direktorat Budidaya Peternakan, Jakarta.
13