NIM : 19210141004 Matakuliah : Puisi Prodi : Sastra Indonesia Semester : dua Kelas :A Dosen : Kusmarwanti,S.S., M.Pd., M.A.
TUGAS INDIVIDU ANALISIS PUISI
PERCAKAPAN DI SATU DESA
Nanti malam, apa jadi engkau ke rumah? Isteriku membuat dodol biji mangga Kita makan di halaman Berdua kita pecaahkan Besok lusa, tolonglah aku menyabit lalang Buat pengganti atap gubukku Ajaklah Sidun, aku senang padanya Lantaran ketawanya yang menggelegar Dapat mengganjal jiwaku yang sedang lapar Nanti malam, apa jadi engkau ke rumah? Di bawah bulan yang mulai sembuh dari gerhana Sambil menunggu gerhana bulan Bagaimana bisa kutebus Sawah ladangku yang masih tergadai
Puisi “Percakapan di Suatu Desa” karya D. Zawawi Imron memanfaatkan sarana
pertanyaan retoris /Nanti malam, apa jadi engkau ke rumah?/ dan /Nanti malam, apa jadi engkau ke rumah?/. Pertanyaan retoris ini sekaligus mengalami repetisi atau pengulangan sempurna. Hal itu mengimplikasikan “kepastian” yang memungkinkan bahwa “seseorang tersebut berjanji kepada penulis”. Diksi “Percakapan di Suatu Desa” yang muncul dalam judul dan baris-baris puisi mengisyaratkan bahasa yang bersifat umum dan konvensional, dalam artian puisi Percakapan di Suatu Desa ini benar-benar menggambarkan kesederhanaan dalam suatu desa. Namun penulis juga menggunakan sarana retorik Hiperbola atau melebih-lebihkan sesuatu dari yang sebenarnya untuk diksinya. Hal ini didukung oleh baris yang mengandung hiperbola /Lantaran ketawanya yang menggelegar/ Serta menggunakan bahasa kias Personifikasi atau Mempersamakan sesuatu benda dengan manusia /Di bawah bulan yang mulai sembuh dari gerhana/.
Puisi “Percakapan di Suatu Desa”karya D. Zawawi Imron mengandung makna
kesederhanaan akan hidup, bergotong royong, saling membantu, dan kerja keras untuk mencapai suatu tujuan. Dengan kesederhnaan dan gotong royong serta kerja keras, penghuni alam semesta dapat merasakan kebahagiaan dan kenyamanan hidup.