Anda di halaman 1dari 61

Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,

KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

BAB II
METODOLOGI

2.1 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

2.1.1 Pendekatan Normatif dan Teoritis

Dalam pelaksanaan penyelesaian pekerjaan ini ditempuh pendekatan gabungan, yang


menggabungkan antara pendekatan teoritikal,dan pendekatan normatif. Apabila
dalam pendekatan teoritis lebih banyak memandang persoalan yang hendak
diselesaikan dengan sudut pandang teori, sebaliknya dalam pendekatan normatif lebih
banyak melihat dari sudut pandang aspek normatif/legal pada penyelesaian setiap
persoalan yang hendak dipecahkan.

Penggabungan kedua pendekatan tersebut dengan tujuan untuk saling melengkapi,


sehingga didapat penyelesaian persoalan yang terbaik/ paling optimal.Pendekatan
legalitas/ normatif pada dasarnya adalah mengakomodasikan semua unsur legalitas
yang sudah pernah dibuat dan berlaku untuk menjadi pedoman pada pengembangan
selanjutnya, yang menjadi pedoman tentu merupakan legalitas yang tingkatan
kekuatan hukumnya lebih tinggi. Apabila ada perbedaan diantara legalitas yang ada,
akan dipakai ketentuan yang ada pada ketetapan legalitas yang lebih tinggi.
Sedangkan apabila legalitas lebih rinci berbeda dengan apa yang akan dikembangkan,
dapat diabaikan dan dapat dibuat ketentuan transisi untuk mengakomodasikan adanya
perbedaantersebut agar tidak menimbulkan kerugian bagi pihak-pihak tertentu yang
menjadi obyekbagi legalitas yang lebih rinci tersebut pada waktu sebelumnya. Karena
yang dipakai dasar dalam pendekatan ini adalah aspek legalitas, maka urutan tingkat
kekuatan hukum yangdigunakan juga mengikuti ketentuan legal yang ada.

Pendekatan teoritis adalah pendekatan berdasarkan teori yang menjelaskan


secara lebihdetail/ spesifik memiliki kekuatan untuk diacu paling tinggi. Sedangkan

Laporan Akhir | II - 1
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

teori yang lebihumum (memiliki keterkaitan yang relatif agak jauh dari fenomena
yang dipecahkan), akanmemiliki kekuatan untuk diacu lebih lemah.

2.1.1.1 Pendekatan Partisipatif

Pendekatan Partisipatif digunakan untuk memperoleh masukan-masukan dari


berbagai stakeholders dalam penyelesaian masalah yang terkait dengan kepentingan
berbagai pihak stakeholders. Beberapa instrumen dalam pendekatan ini adalah
penyebaran kuesioner, wawancara, diskusi terfokus (FGD), dan pembahasan-
pembahasan/ seminar-seminar untuk mengkaji lebih lanjut hasil dari analisis yang
telah dibuat.Manfaat penggunaan pendekatan tersebut adalah untuk meminimalkan
konflik berbagai kepentingan yang berarti juga mendapatkan hasil akhir yang
menguntungkan untuk semua pihak. Keuntungan lainnya yang akan diperoleh adalah
jaminan kelancaran implementasi hasil perencanaan/pengembangan sistem di
kemudian hari.

2.1.1.2 Pendekatan Pakar

Pendekatan pakar digunakan untuk memperoleh masukan dari para pakar/ ahli dalam
pengembangan suatu kawasan ekosistem, sehingga dapat dirumuskan konsepsi
Rencana Struktur dan Pola Ruang KSN.

2.1.2 Deliniasi Kawasan KSN

2.1.2.1 Deliniasi Kawasan Industri Lhokseumawe (Tipologi KSN Ekonomi


Perlakuan Khusus Non KAPET)

Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Permen PU 15 Tahun 2012, penentuan


delineasi KSN dilakukan sesuai dengan tipologi KSN dilakukan dengan
pertimbangan:

1) kondisi daya dukung fisik dasar;

Laporan Akhir | II - 2
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

2) interaksi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat;

3) potensi perekonomian kawasan; dan

4) ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Delineasi merupakan batas yang ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang


digunakan sebagai batas wilayah perencanaan RTR KSN.Kriteria tertentu yang
dimaksud disesuaikan dengan tipologi KSN.Delineasi KSN mencakup kawasan yang
mempunyai kawasan inti dan kawasan penyangga atau yang tidak mempunyai
kawasan inti dan kawasan penyangga yang penetapannya didasarkan pada ketentuan
peraturan perundang-undangan dan/atau ketentuan teknis sektoral.

Aspek Yang Dipertimbangkan Dalam Penentuan Delineasi KSNKawasan Industri


Lhokseumawe yang merupakan termasuk tipologi kawasan ekonomi dengan
perlakuan Khusus (nonKAPET), keterkaitan kegiatan di kawasan inti dan kawasan
penyangga:

a) kawasan inti pada KSN yaitu kawasan dengan batas tertentu dan memperoleh
fasilitas tertentu untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian tertentu.

b) kawasan penyangga pada KSN yaitu kawasan dengan radius tertentu dari batas
kawasan inti dengan perlakuan khusus yang memiliki fungsi melindungi kawasan
inti ataupun terpengaruh oleh kawasan inti.

c) ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.1.2.2 Deliniasi Kawasan KSN Mahato, KSN Bukit Dua Belas, KSN Berbak
(Tipologi KSN Hutan Lindung-Taman Nasional)

Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Permen PU 15 Tahun 2012, penentuan


delineasi KSN dilakukan sesuai dengan tipologi KSN dilakukan dengan
pertimbangan:

1) kondisi daya dukung fisik dasar;

Laporan Akhir | II - 3
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

2) interaksi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat;

3) potensi perekonomian kawasan; dan

4) ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Delineasi merupakan batas yang ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang


digunakan sebagai batas wilayah perencanaan RTR KSN Mahato.Kriteria tertentu
yang dimaksud disesuaikan dengan tipologi KSN.Delineasi KSN mencakup kawasan
yang mempunyai kawasan inti dan kawasan penyangga yang penetapannya
didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau ketentuan teknis
sektoral.Aspek Yang Dipertimbangkan Dalam Penentuan Delineasi KSNyang
merupakan termasuk tipologi kawasan hutan lindung:
a. keterkaitan kegiatan di kawasan inti dan kawasan penyangga:
 kawasan inti pada kawasan hutan lindung KSN yaitu kawasan dengan batas
tertentu sebagaikawasanhutan lindung sesuai denganketentuanperundang-
undangan
 kawasan penyangga pada kawasan hutan lindung KSN yaitu kawasan dengan
radius tertentu dari bataskawasan inti sebagai kawasan
yangberpotensimempengaruhi kawasan inti
b. ketentuan peraturan perundang-undangan
Terkait deliniasi, berikut di bawah ini adalah peta deliniasi KSN Kawasan
Industri Lhokseumawe, KSN Hutan Lindung Mahato, KSN Bukit Dua Belas, dan
KSN Berbak.

2.1.3 Metode Perumusan Konsep Dan Rencana

2.1.3.1 KSN Kawasan Industri Lhokseumawe (Tipologi Kawasan Ekonomi


Perlakuan Khusus Non KAPET)

A. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang

Laporan Akhir | II - 4
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

Berdasarkan Permen PU 15 Tahun 2012, penentuan tujuan, kebijakan, dan


strategi penataan ruang KSN harus dilakukan dengan mempertimbangkan isu
strategis dan fokus penanganan KSN.

Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang dirumuskan dengan


mempertimbangkan:

a) posisi geografis kawasan terhadap pusat-pusat pertumbuhan di sekitar


kawasan;

b) sektor utama pendukung kawasan ekonomi dengan perlakukan khusus;

c) ketenagakerjaan dan penyediaan permukiman;

d) infrastruktur ekonomi; dan

e) area terbangun sekitar kawasan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka secara rinci muatan tujuan, kebijakan,


dan strategi penataan ruang yaitu sebagai berikut:

a) Tujuan

Tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSN yang ingin dicapai pada
masa yang akan datang. Perumusan tujuan difokuskan pada perwujudan
kawasan ekonomi berdaya saing internasional dalam batas area tertentu
melalui insentif fiskal dan nonfiskal, serta dukungan jaringan prasarana yang
handal.

b) Kebijakan

Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan.


Perumusan kebijakan difokuskan pada:

1) kebijakan terkait dengan penetapan kegiatan;

2) kebijakan terkait dengan ketenagakerjaan;

Laporan Akhir | II - 5
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

3) kebijakan terkait dengan dukungan sistem jaringan prasarana utama


kawasan;

4) kebijakan terkait dengan penetapan standar pelayanan minimal prasarana


dan sarana pendukung; dan

5) kebijakan terkait dengan pelindungan kawasan (termasuk RTH kawasan).

c) Strategi

Strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke dalam langkahlangkah


operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perumusan strategi
difokuskan pada:

1) strategi terkait dengan penetapan jenis kegiatan yang akan dikembangkan


pada kawasan ekonomi dengan perlakukan khusus, meliputi:

a) strategi penetapan jenis kegiatan dengan mempertimbangkan posisi


geografis kawasan, keberadaan bahan baku, serta peluang pasar baik
lokal, regional, maupun internasional; dan

b) strategi penetapan jenis kegiatan dengan mempertimbangkan


persaingan usaha dan karakteristik baik investor nasional maupun
global.

2) strategi terkait dengan ketenagakerjaan, meliputi:

a) strategi penetapan target penyerapan tenaga kerja; dan

b) strategi penetapan komposisi tenaga kerja lokal.

3) strategi terkait dengan dukungan sistem jaringan prasarana utama kawasan


yaitu strategi penetapan standar pelayanan minimal pelayanan sistem
jaringan transportasi (darat, laut, dan udara);

4) strategi terkait dengan penetapan standar pelayanan minimal prasarana


dan sarana pendukung kawasan termasuk hunian khusus, meliputi:

Laporan Akhir | II - 6
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

a) strategi penyediaan permukiman;

b) strategi penyediaan sistem jaringan energi;

c) strategi penyediaan sistem jaringan telekomunikasi;

d) strategi penyediaan sistem jaringan sumber daya air;

e) strategi penyediaan sistem penyediaan air minum; dan

f) strategi penyediaan sistem jaringan air limbah.

5) strategi terkait dengan pelindungan kawasan (termasuk RTH kawasan),


meliputi:

a) strategi pengaturan ruang sekitar kawasan dari kegiatan di sekitar


kawasan yang berpotensi mengganggu; dan

b) strategi pengaturan aksesibilitas menuju kawasan ekonomi dengan


perlakuan khusus.

B. Konsep dan Rencana Pengembangan

Berdasarkan Permen PU 15 Tahun 2012, penentuan konsep pengembangan KSN


sebagai arahan pengembangan struktur ruang dan pola ruang harus dilakukan
dengan menetapkan arahan atau rencana struktur ruang, dan arahan atau rencana
pola ruang sesuai dengan kedalaman muatan rencana yang diatur dalam rangka
pencapaian tujuan penataan ruang KSN.

Konsep pengembangan dirumuskan sebagai berikut:

a. Rencana struktur ruang

Rencana struktur ruang terdiri atas:

1) sistem pelayanan yang ada pada RTRW ; dan

2) sistem jaringan prasarana dan sarana untuk mendukung fungsi kawasan,


meliputi sistem jaringan prasarana utama yang mendukung aksesibilitas

Laporan Akhir | II - 7
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

kawasan ekonomi perlakuan khusus dengan pusat kegiatan ekonomi lain


terkait yang terintegrasi dengan rencana sistem prasarana utama pada
RTRW; dan sistem jaringan prasarana lainnya yang terintegrasi dengan
rencana sistem prasarana utama pada RTRW.

b. Rencana pola ruang

Rencana pola ruang terdiri atas:

1) rencana pola ruang di kawasan inti yang meliputi ruang-ruang untuk


berbagai kegiatan yang telah ditetapkan dan ruang pendukung kegiatan
terkait dengan pelindungan kawasan (seperti ruang pembuangan limbah
kawasan serta pengaturan RTH kawasan); dan
2) rencana pola ruang kawasan penyangga yang lebih menekankan kepada
fungsi penyangga yang membedakan aktivitas kawasan inti dengan
kawasan di sekitarnya. Fungsi penyangga ini antara lain dimaksudkan
untuk menjaga tingkat kesehatan masyarakat di sekitar kawasan industri,
dengan fungsi untuk:
(a) mengurangi kebisingan;
(b) mengurangi hamparan debu;
(c) meningkatkan produksi oksigen untuk mengimbangi produksi gas
berbahaya seperti karbondioksida dan karbonmonoksida;
(d) menjaga iklim mikro untuk mengurangi ekspose panas (heat) dari
kegiatan kawasan; dan
(e) menjaga jarak aman kontaminasi air tanah.

Rencana pola ruang diarahkan berupa green belt (dapat berupa hutan) yang
disesuaikan dengan luasan kawasan yang berpotensi memberikan dampak.

Laporan Akhir | II - 8
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

C. Arahan Pemanfaatan Ruang

Berdasarkan Permen PU 15 Tahun 2012, penentuan arahan pemanfaatan ruang


KSN harus dilakukan dengan mempertimbangkan perwujudan konsep
pengembangan KSN yang dilaksanakan melalui penyusunan indikasi program
utama 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan (yang tahapan waktu
pelaksanaannya disesuaikan dengan tahapan waktu pelaksanaan RTRWN beserta
indikasi sumber pembiayaan.

Arahan pemanfaatan ruang merupakan upaya perwujudan RTR KSN yang


dijabarkan ke dalam indikasi program utama, indikasi sumber pembiayaan,
indikasi instansi pelaksana, dan indikasi waktu pelaksanaan. Indikasi program
utama merupakan acuan sektor dan daerah dalam menyusun program dalam
rangka mewujudkan RTR KSN dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima)
tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun). Indikasi program utama
dapat memuat strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang dan pola ruang
sebagai dasar pertimbangan penetapan tahapan indikasi program utama.

Penyusunan ketentuan terkait dengan arahan pemanfaatan ruang untuk kawasan


ekonomi dengan perlakuan khusus (nonKAPET) paling sedikit
mempertimbangkan hal-hal berikut:

- Indikasi program utama perwujudan rencana struktur ruang dan rencana pola
ruang difokuskan pada perwujudan kawasan ekonomi dalam batas area
tertentu yang berdaya saing internasional melalui insentif fiskal dan nonfiskal,
serta dukungan jaringan prasarana yang handal.

- Indikasi program utama kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus


(nonKAPET) disusun dengan memperhatikan paling sedikit:

a. indikasi program utama perwujudan struktur ruang, meliputi:

1) indikasi program utama perwujudan sistem pelayanan;

Laporan Akhir | II - 9
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

2) indikasi program utama perwujudan sistem jaringan prasarana dan


sarana;
3) indikasi program utama perwujudan system jaringan prasarana lainnya.

b. indikasi program utama perwujudan struktur ruang, yaitu:

1) indikasi program utama perwujudan kawasan inti;


2) indikasi program utama perwujudan kawasan penyangga.

Indikasi sumber pembiayaan memuat perkiraan pendanaan yang dapat berasal


dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;


b. pembiayaan masyarakat; dan/atau
c. sumber lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.

Indikasi instansi pelaksana memuat instansi Pemerintah dan/atau pemerintah


daerah sebagai pelaksana program pemanfaatan ruang.Adapun indikasi waktu
pelaksanaan memuat tahapan pelaksanaan program pemanfaatan ruang sampai
akhir tahun perencanaan (20 tahun).

D. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Berdasarkan Permen PU 15 Tahun 2012, penentuan arahan pengendalian


pemanfaatan ruang KSN harus dilakukan dengan mempertimbangkan upaya yang
diperlukan agar pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan RTR
KSN.Penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang untuk
pengembanganKSN harus terdiri atas:

1) Arahan peraturan zonasi yang harus memuat jenis kegiatan yang


diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat, dan tidak diperboleh;
prasaranadan saranaminimum; dan ketentuanlain yangdibutuhkan.

Laporan Akhir | II - 10
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

2) Arahan perizinan.

3) Arahan insentif dan disinsentif.

4) Aarahan sanksi

Ketentuan terkait dengan arahan pengendalian pemanfaatan ruang KSN paling


sedikit memuat:

a. Arahan Peraturan Zonasi

Arahan peraturan zonasi dalam RTR KSN merupakan ketentuan zonasi


sektoral pada sistem nasional yang meliputi arahan peraturan zonasi untuk
struktur ruang nasional dan pola ruang nasional. Arahan peraturan zonasi
memuat:

1) jenis kegiatan yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat, dan


tidakdiperbolehkan;
2) prasarana dan sarana minimum; dan
3) ketentuan lain yang dibutuhkan.

b. Arahan Perizinan

Arahan perizinan dalam RTR KSN berfungsi sebagai:

1) acuan bagi pemerintah daerah dalam menyusun ketentuan perizinan


dalam RTRW kabupaten/kota; dan
2) acuan perizinan apabila RTRW kabupaten/kota belum ditetapkan dan
skala peta yang digunakan sebagai dasar perizinan sesuai dengan skala
peta dalam RTR KSN.

c. Arahan Pemberian Insentif dan disinsentif

Arahan pemberian insentif dan disinsentif dalam RTR KSN digunakan untuk:

1) mendukung perizinan pemanfaatan ruang;


2) meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka
mewujudkan tata ruang KSN sesuai dengan RTR KSN;

Laporan Akhir | II - 11
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

3) memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan RTR


KSN;
4) meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka
pemanfaatan ruang yang sejalan dengan RTR KSN.

d. Arahan Pengenaan Sanksi

Arahan pengenaan sanksi dalam RTR KSN memuat arahan ketentuan sanksi,
terutama sanksi administratif, yang diatur lebih lanjut sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan pada tingkat daerah.

E. Pengelolaan

Berdasarkan Permen PU 15 Tahun 2012, penentuan pengelolaan KSN dilakukan


dengan memperhatikan kebutuhan penanganan kawasan sesuai dengan tipologi
KSN. Penentuan pengelolaan KSN dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan
penanganan kawasan sesuai dengan tipologi KSN.

Ketentuan terkait dengan pengelolaan KSN disusun dengan memperhatikan:

a) kelembagaan yang telah diatur sesuai dengan peraturan perundang-


undangan;
b) keterkaitan KSN dengan kewenangan Pemerintah (sektor);
c) keterkaitan KSN dengan kewenangan pemerintah daerah; dan
d) pemangku kepentingan lainnya.

2.1.3.2 KSN Mahato, KSN Bukit Dua Belas dan KSN Berbak (Tipologi Hutan
Lindung-Taman Nasional)

Muatan yang diatur dalam RTR KSN tipologi kawasan hutan lindung-taman nasional
yaitu sebagai berikut:

A. Tujuan, Kebijakan, Dan Penataan Ruang

Laporan Akhir | II - 12
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang dirumuskan dengan


mempertimbangkan:

a) fungsi hutan lindung dan taman nasional terkait dengan besarnya manfaat
perlindungan setempat dan perlindungan kawasan bawahnya serta kekayaan
keanekaragaman hayati;
b) kondisi pemanfaatan ruang kawasan dan sekitar kawasan;
c) kondisi sosial-ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan;
d) keberadaan sistem pusat pelayanan di dalam dan sekitar kawasan; dan
e) kondisi sistem jaringan prasarana di dalam dan sekitar kawasan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka secara rinci muatan tujuan, kebijakan,


dan penataan ruang yaitu sebagai berikut:

a) Tujuan

Tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSN yang ingin dicapai pada
masa yang akan datang. Perumusan tujuan difokuskan pada perwujudan
lingkungan kawasan hutan lindung-taman nasional yang lestari.

b) Kebijakan

Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan.


Perumusan kebijakan difokuskan pada:

1) kebijakan terkait dengan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan;


2) kebijakan terkait dengan pelayanan sistem jaringan prasarana kawasan
inti; dan
3) kebijakan terkait dengan perwujudan kawasan penyangga, yaitu
penetapan batas, zonasi, penetapan kegiatan, dukungan sistem jaringan
prasarana dan sarana kawasan.
c) Strategi

Laporan Akhir | II - 13
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

Strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke dalam langkahlangkah


operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Perumusan strategi
difokuskan pada:

1) strategi terkait dengan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan,


meliputi:
(a) strategi penetapan batas kawasan inti dan kawasan penyangga;
(b) strategi pencegahan pemanfaatan ruang dalam kawasan inti (kawasan
hutan lindung-taman nasional yang berpotensi mengurangi fungsi
lindung kawasan);
(c) strategi pelaksanaan rehabilitasi fungsi lindung kawasan yang
menurun akibat dampak pemanfaatan ruang dalam dan di sekitar
kawasan inti; dan
(d) strategi pengendalian kegiatan budi daya di kawasan penyangga yang
berfungsi melindungi kawasan inti yang dapat berupa pembatasan
prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan inti untuk
mencegah perkembangan kegiatan budi daya yang tidak sesuai
dengan fungsi kawasan.
2) strategi terkait dengan sistem pusat pelayanan dan sistem jaringan
prasarana di kawasan hutan lindung-taman nasional dan sekitarnya,
meliputi:
(a) strategi pengaturan dan penyediaan prasarana dan sarana dalam
rangka pelestarian sosial-ekonomi-budaya masyarakat asli/adat di
lingkungan kawasan inti; dan
(b) strategi pengaturan dan penyediaan prasarana dan sarana dalam
rangka pelestarian kawasan inti.
3) strategi terkait dengan perwujudan kawasan penyangga, meliputi:
(a) strategi penetapan zonasi dan kegiatan kawasan penyangga yang
terintegrasi dengan RTRW; dan

Laporan Akhir | II - 14
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

(b) strategi pengaturan dan penyediaan prasarana dan sarana dalam


rangka pengendalian kawasan penyangga.

2.2 Hasil Focus Group Disscution (FGD)

2.2.1 KSN Kawasan Industri Lhokseumawe

2.2.1.1 Materi dan Pembahasan FGD Ke-2

A. Sesi I : Paparan Materi


(Kasubdit Kebijakan dan Strategi Nasional – Direktorat Penataan Ruang
Wilayah Nasional Kementerian Pekerjaan Umum)
Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai
warisan dunia. Pemerintah berwenang dalam menetapkan kawasan strategis
nasional, perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional, pemanfaatan ruang
kawasan strategis nasional dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan
strategis nasional. Maka dilakukan Penyusunan Materi Teknis Kawasan Strategis
Nasional KSN Industri Lhokseumawe.

A. Perkembangan dan Kondisi Saat Ini PT Arun NGL

Asal mula berkembangnya PT Arun di Kota Lhokseumawe yaitu mulai


ditemukannya potensi gas alam di Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara dengan
potensi gas mencapai 17.7 triliun CF dengan membangun 3unit. Tahun 1980
potensi gas di Lhoksukon diperkirakan dapat bertahan selama 20 tahun. Selain di
Lhoksukon ditemukan potensi gas alam yang berlokasi 80 mil dari bibir pantai
Kabupaten Aceh Utara yang disebut dengan North Sumatera Outsorce dengan
potensi gas alam mencapai 600 mcf. Potensi gas alam tersebut diperkirakan dapat
mencapai usia 5 tahun. Pencarian sumber gas alam terus dilakukan di Pase

Laporan Akhir | II - 15
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

Lhoksukon dan wilayah lainnya. Sehingga potensi gas alam dapat bertahan
selama 40 tahun.

PT Arun pernah menjadi perusahaan dengan mengeksport/pemasok terbesar di


dunia. harga gas 3 dolam mmfcf pada masanya saat ini di tahun 2014 menjadi 18
dolar mmfcf. 1 kapal pengangkut gas bernilai 450 miliar. Hal ini menunjukan
bahwa 1 kapal pengangkut gas alam bermuatan 25.000.000.000 mmfcf.

Kepemilikan PT Arun dimiliki oleh pertamina, Mobil NGL dan JILCO.


Kepemilikan terbesar dimiliki oleh pemerintah yaitu pertamina mencapai 55%.
Sedangkan mobil NGL dan JIlCO 30 % dan 15%. Mobil NGL sebagai pemodal
dan pemilik teknologi sedangkan JILCO mewakili pembeli. Sistem pembayaran
menggunakan system CIF dan FOB. CIF adalah system pembayaran yang
dilakukan di akhir ketika barang sudah sampai ke pemesan, sedangkan FOB
adalah system pembayaran yang dihitung di akhir ketika barang sudah dikirim.
system FOB biasanya dibayar setelah beberapa kali pengiriman gas.

Adanya PT Arun menimbulkan tumbuhnya industri derivative antara lain PT


Asean Aceh fertilizer, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Kertas Kraft Aceh, PT
Humpus Aromatik. Akantetapi ketika produksi gas menurun beberapa
perusahaan telah ditutup antara lain PT Asean Aceh fertilizer berakhir 2002, PT
Pupuk Iskandar Muda berakhir tahun 2003, Kertas Kraft Aceh berakhir tahun
2007 dan Independent Power Production (PLN).

Saat ini PT Arun sedang menunggu hasil keputusan dari PT Pertagas dan
Pemerintah Pusat terkait nasib PT Atun kedepannya. Akantetapi berdasarkan hasil
kajian tim dari PT Arun terdapat cara alternative dalam pemanfaatan potensi PT
Arun yang ada saat ini. Salah satu upaya tersebut dapat berupa pemanfaatan
sarana dan prasarana industri milik PT Arun meliputi:

- Kadin Kazakstan tertarik dengan tending energy di PT Arun NGL terkait


pemanfaatan tangki kosong ketika harga tinggi di simpan dan di jual ke Korea
artinya asset dipinjam oleh pihak luar negeri

Laporan Akhir | II - 16
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

- Terminal Receiving
- Bio Base Energy
- Fuel Bankering
- Kilang BBM
Bio Base Fuel adalah salah satu pemanfaatan tanaman pohon yang menjadi
sumber energy. Tim dari PT Arun pernah membuat pemetaan dasar bahwa lahan
di Kabupaten Aceh Utara dan sekitar sangat potensial untuk pengembangan
tersebut. Pengembangan bio base fuel dapat memanfaatkan tangki energy yang
saat ini berjumlah 5 tangki yang dapat dijasikan untuk bisnis lainnya. missal
tangki kondesat untuk buffer stock (bankering).

Saat ini potensi yang luar biasa berkembang dari dampak pembangunan PT Arun
adalah Sumber Daya Manusia yang berkualitas yaitu tenaga kerja PT Arun.
Tahun 2000 terjadi penurunan tenaga kerja. Pekerja yang di 300 PHK adalah
pekerja yang potensial karena tidak terdapat kebijakan strategis. 300 pekerja
tersebut bekerja di Timur Tengah. Tenaga kerja merupakan Capital Fligh.
Dengan kemampuan dan pengalaman pernah bekerja di PT Arun dan jam terbang
yang tinggi di bidang LPG dan LNG hal ini merupakan kerugian yang besar bagi
pemerintah Indonesia jika potensi sumber daya manusia tidak dikembangkan. PT
Arun pernah memiliki training center dalam skala mikro untuk melatih SDM
yang berkualitas. lulusan mahasiswa di universitas lhokseumawe pernah didik
oleh pihk PT Arun dan memiliki keahlian dan saat ini telah bekerja di Industri
Strategis di Indonesia (Training Centre) Pusat pengembangan SDM di bidang
Gas.

Kurang tanggap dalam memepersiapkan infrastruktur pendukung. Sebagai contoh


tidak dikembangkanya Universitas atau sekolah yang khusus mengkaji di bidang
Gas. Politeknik Lhokseumawe berencana membangun Prodi Migas bekerjasama
dengan Gas Cepu. Untuk pengembangan industri migas di aceh dan wilayah
sekitarnya. Hampir semua sektor migas di Indonesia kekurangan mencari Sumber
Daya Manusia, tenaga kerja yang bebrasis teknologi migas. Pensiunan masih

Laporan Akhir | II - 17
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

dipekerjakan /Direkrut di tempat lain karena minimnya Sumber Daya Manusia


yang ahli di bidang migas.

Banyak sekali yg bisa dilakukan untuk mendukung kawasan industri


lhokseumawe, karena agak sedik lambat dalam merespon aspek sosial dan
budaya sehingga industi high tecnologi menjadi enclave. Saat ini PT Arun
memiliki PT humpus aromatic (produk trasnsisional  menjadi bahan baku lain)
akan tetapi sudah tidak beroperasi tetapi karena industri baru belum berkembang
industri Derivatif. belum sempat dilakukan karena terlalu berkutat pada bahan
baku industri primer gas.

Dirjen Kekayaan Negara (Kementerian Keuangan) semua asset Arun. Bandara


awalnya pinjam pakai. Gedung sekolah tidak diberikan kepada pemerintah, tetapi
PT Arun menginisiatif bagaimana pemerintah bisa mengoperati SD tersebut
menjadi Sekolah Dasar Negeri. Dirjen Kekayaan Negara Kementerian Keuangan
akan menghibahkan. dalam 3 fase.

Ada komtmen bersama dengan PLN (kontak bisnis) pensupplay gas. Terminal
recifing tidak lagi oleh PT Arun. Oleh karena itu PT Pertamina menganjurkan
membuat PT yaitu PT PAG (Perta Arun Gas) untuk mengolah recifing gas. Porsi
dan wewenangnya PT Arun hanya mengurus GAS milik NSO dengan
Lokshukon, mensupplay utilitas tetapi tidak membuat pencairannya. Pemerintah
sepertinya akan mengambil kebijakan kepada PT Arun. Satt ini status PT Arun
adalah Wait and See apakah akan dibubarkan atau bagaimana kelanjutanya. Pihak
Patner bisnis Exxon mobile akan mengusahakan supaya gas tetap di PT Arun
karena dr segi bisnis masih ada kelayakan.

Pemerintah pusat yaitu Dirjen Kekayaan Negara Kementerian Keuangan


mengeluarkan surat keputusan bahwa PT Arun tidak memiliki wewenang untuk
menggunakan kilang dan berakhir tanggal 31 Desember 2014.

B. Perkembangan dan Keterkaitan antara PT Arun NGL dengan PT Tangguh

Laporan Akhir | II - 18
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

PT Tangguh saat ini memiliki 2 kilang yang beroperasi pada tahun 2009
diproyeksikan selesai pada tahun 2035. PT Tangguh saat ini bekerjasama dengan
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral sedang membangun train 3. Train 1 &
2 eksport ke Amerika dan Mexico. Akantetapi Amerikan kebanjiran energy lain
yaitu shell gas. Ada kebijakan pembeli tidak boleh mengambil yg dari tangguh
mulai tahun 2013 sudah mensuplay domestic termasuk ke PIM. Exxon komitmen
ke KOKAS (Korea Selatan). Suplay ke Arun NGL untuk PIM sudah selesai.

Pada tanggal 17 oktober akhir kabinet, PT Tangguh memdatangani perjanjian jual


beli dengan PLN 40% dari produksi train III sebesar 1 Juta Metric ton. Train 3
akan dimulai pada tahun 2019. Train 3 akan diberikan kepada PT Arun. Untuk
tambahan supplay Gas dari tangguh hanya untuk PLN tentunya untuk kelistrikan
kawasan yang ada di Sumatera. PLN sedang membangun 2 sistem generator di
aceh (1 unit 100 megawatt).

Berjalannya regastifikasi pada tahun 2014. Pada tahun 2015 Tangguh mengirim
ke arun 8 kargo 150 ribu metric ton, tahun 2016 12 cargo – tahun 2019 24 cargo
(menunggu III train beroperasi) supplay untuk PLN. kontrak berakhir 2033-2035
dengan PLN. saat ini di Bintuni terdapat kawasan petrokimia termasuk pupuk
(belum menjadi komitmen masih diskusi) terdapat keterbatasan supplay sumber
yang ada.

Masalah social ketika membangun industri perlu memperhatikan sensitifitas


lokasl sehingga tidak timbul masalah-masalah baru ketika orang-orang luar
datang sebagian pendatang. Oleh karena itu direncanakan pekerja tahun 2029
85% warga papua, saat ini tahun 2014 50% org Papua bekerja di PT Tangguh.
Sehingga untuk menghindari konflik social mengajak masyarakat ikut dalam
proyek sehingga mnadapatkan manfaat yg lebih. Peluang bisnis baru yg memicu
berkembang dengan PT Tangguh. Masyarakat ikut terlibat dalam pembangunan
industri lebih lanjut. harapan kedepannya operator both berasal dari orang papua.

Laporan Akhir | II - 19
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

Pengawasan kawasan baru biasanya terjadi konflik social dalam pembangunan


proyek.

C. Kawasan Industri Lhokseumawe menurut Direktoran Industri Kimia Dasar


berbasis Manufaktur Kementerian Perindustrian

Arah kajian jangan terlalu melebar, adanya bagaimana mempertahankan industri


yang ada untuk bertahan. Olefin atau aroimatik terlalu luas. olefin di cilegon.
aromatic di tuban PPTI. untuk pengembangan lebih luas masih jauh. Optimalisasi
gas secara national yg menjadi concern PT Pupuk Iskandar Muda dan Kertas
Kraft Aceh. Mengenai izin pemanfaatan kilang NFL arun dari Dirjen Kekayaan
Negara Kementerian Keuangan pada tangga; 10 Sept 2012 no s-1385/KN/2014
Kementerian Keuangan menyetujui pemanfaatan PT Arun kepada PT Arun Perta
Gas. Kementerian Keuangan memberikan wewenang kepada pertamina untuk
kebijakan dan lain-lainnya. masih dalam sisi hukum dan bisnis.

PT Pupuk Iskandar Muda melakukan MOU (perjanjian) dengan Exxon sehingga


PT Pupuk Iskandar Muda mendapat pasokan gas 55 mmcfd dan Kertas Kraft
Aceh mendapat pasokan 7 mmcfd. Saat ini Bintuni mendapatkan izin
pemanfaatan hutan di teluk bintuni di Desa onar dari Kementerian Kehutanan.
Kontrak Gas Tangguh akan mendirikan pabrik pupuk oleh PT Pupuk Indonesia
dengan kebutuhan gas 180 mmcfd dan perkembangannya komitmen gas.
Pemerintah sudah memerintahkan kepada BP tangguh oleh BP migas. tangguh
akan dikembangkan sebagai petrokimia.

Mengenai olefin dan aromatic untuk menunjang ban. karena ban basis argo.
aromatic adalah kertas harus dipisahkan antara kebutuhan industri dengan
kebutuhan bahan baku sebagai sumber energy. Kebijakan Kementerian
Perindustrian kawasan industri arun akan dipertahankan.

Laporan Akhir | II - 20
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

D. Kawasan Industri Lhokseumawe berdasarkan Bappeda Provinsi Nanggroe


Aceh Darussalam
Kawasan Industri Lhokseumawe untuk menyediakan pola dan struktur ruang
untuk mendukung dan tidak harus dibangun oleh pemerintah dengan kondis
APBN tidak mungkin. bagaimana menyusun struktur pola di kawasan industri.
Harapannya Akan berkembang industri-industri lain yg berkembang tanpa
dibangun oleh pemerintah.

Deliniasi wilayah harus berkoordinasi dengan kabupaten, kota dan provinsi


karena effecnya akan berakibat panjang dengan konektifitas antara industri lain.
Selain itu harus menyediakan ruang untuk aktifitas lain yang akan berkembang
nantinya. Untuk pengembangan Kawasan Industri Lhokseumawe Pemerintah
Aceh pernah memfasilitasi dengan PT Arun NGL di Lhokseumawe Kedepan ada
ruang yg disediakan untuk mendukung industri. Diharakan yg berkembang bukan
sektor migas saja. missal bio base fuel.

pemerintah Provinsi berharap pemerintah pusat dapat menyediakan regulasi yang


sesuai harapan dan membawa keberlanjutan bagi wilayah di Kawasan Industri
Lhokseumawe. Ada hal-hal spesifik secara nasional tidak terakomodir selama ini.
ada Uundang-Undang khusus no 11 tahun 2011 tentang Pemerintaha Aceh yaitu
bagaimana mengatur Peranan provinsi lebih besar disamping dengan Kab/Kota.
Banyak kebijakan2 yang dibuat provinsi bersebrangan dengan kabupaten/kota.
Selain itu dalam penentuan deliniasi harus memepertimbangkan factor sosial
budaya hal ini dikarenakan segi karakter masyarakat aceh berbeda. dengan adanya
Rencana Tata Ruang Kawasan Industri Lhokseumawe lebih bisa mendorong
untuk muncilnya pengembangan wilayah yang diharapkan. karena selama ini PT
Arun NGL memperhatikan konsep-konsep kearifan lokal untuk menangani
permasalahan ketimpangan social masyarakat. Selain itu konsep Kawasan Industri
Lhokseumawe jangan bertumpang tindih dengan kenyamanan dan keamanan
karena ada aktifitas militer dan radar

Laporan Akhir | II - 21
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

2.2.1.2 Materi dan Pembahasan FGD di Daerah (Hotel Oasis Atjeh, Banda
Aceh)

A. Inventarisir Sarana dan Prasarana Kawasan Industri Lhokseumawe


Guna mendukung Kawasan Industri Lhokseumawe perlu dilakukan Inventarisir
Sarana dan Perasarana yang dimiliki masing-masing Industri di Kawasan Industri
Lhokseumawe. pengelompokanmya dapat terdiri dari 2 kelompok yaitu:
- Masih ada dan berfungsi
- Masih ada dan tidak berfungsi

B. Pertimbangan dan Keluaran dalam pengembangan Kawasan Industri


Lhokseumawe
Dalam mengembangkan kawasan industri yang harus diperhatikan yaitu status
lahan, keterkaitan antara pengembangan sektor pertanian di kawasan penyangga
dengan kawasan inti dan konflik sosial. Selain itu keluaran yang diharapkan
meliputi:
1. Kedepanya pengembangan KIL (Kawasan Industri Lhokseumawe) harus
memiliki trickle down effect (efek penetesan) terhadap kawasan sekitarnya
2. Diharapkan pengembangan KIL (Kawasan Industri Lhokseumawe)
kedepannya setelah gas habis mengembangkan industri berbasis pertanian.
3. Usulan kawasan industri meliputi:
- Kecamatan Banda Baro dan Sawang (Kertas Kraft Aceh)
- Kawasan Industri Pase di Kecamatan Muara Satu (depan kilang arun)

C. Peningkatan Infrastruktur untuk pengembangan Kawasan Industri


Lhokseumawe
Dorongan peningkatan infrastruktur merupakan salah satu factor utama
perkembangan Kawasan Industri Lhokseumawe Belum adanya jaringan jalan
penghubung antara Kabupaten Aceh Utara dengan Kota Lhokseumawe yang

Laporan Akhir | II - 22
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

mendukung kegiatan industri di Kawasan Industri Lhokseumawe merupakan


salah satu tindakan utama yang harus dilakukan. Saat ini Humpus Aromatik
sedang mengembangankan Kilang pengolahan BBM yang juga bisa difungsikan
untuk mengembangan industri aromatic (plastic).

D. Jenis CSR PT Arun kepada Penduduk di Sekitar PT Arun


PT Arun melakukan kerja sama dengan penduduk di sekitar Kota Lhokseumawe
dan Kabupaten Aceh Utara yaitu dengan pembinaan 12 Desa yang memanfaatan
serabut kelapa sebagai bahan baku utama. Diharapkan tanaga kerja yang bekerja
di Kawasan Industri Lhokseumawe merupakan penduduk lokal yang memiliki
KTP Kabupaten Aceh Utara atau Kota Lhokseumawe.

E. Masukan Pengembangan Industri di Kawasan Inti dan Penyangga


Saat ini sudah ada industri yang berkembang di Kabupaten Aceh Utara yaitu
kerajinan tangan namun tidak memiliki korelasi langsung dengan kawasan inti.
Industri yang paling potensial untuk dikembangkan di Kawasan Penyangga
adalah industri yang berbasis pertanian dan perikanan.

Terdapat 20 anak perusahaan Pupuk Iskandar Muda yang dapat dikembangkan


untuk mendukung kegiatan industri di Kawasan Inti. Kertas Kraft Aceh di
Kecamatan Banda Baro dan Sawang diarahkan ke dalam kawasan penyangga.
Kabupaten Aceh Utara telah membuat kebijakan mengembangkan kegiatan
pertanian (pertanian terpadu mengembangkan tanaman pangan dan
perkebunan/kelapa sawit) dan perikanan, sektor migas tidak dipertimbangkan.
Dalam mengembangakan kawasan industri harus diprioritaskan pembangunan
IPAL. Industri yang mungkin dikembangkan berkaitan dengan KIL adalah
Industri kemasan (packaging) dan pengembangan kelapa sawit.

2.2.2 KSN Berbak

Laporan Akhir | II - 23
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

2.2.2.1 Materi dan Pembahasan FGD Ke-1

Resume Kegiatan : Acara FGD dibuka oleh Ibu Reny Windyawati, ST.,
MSc(Kasubdit Kebijakan dan Strategi Nasional – Direktorat Penataan Ruang
Wilayah Nasional Kementerian Pekerjaan Umum)

A. Sesi I : Paparan Materi


(Kasubdit Kebijakan dan Strategi Nasional – Direktorat Penataan Ruang
Wilayah Nasional Kementerian Pekerjaan Umum)
Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai
warisan dunia.
Manfaat kegiatan ini yaitu terciptanya kawasan industri yag modern, terintegrasi,
ramah lingkungan dan berkelanjutan, terwujudnya harmonisasi antara
peningkatan ekonomi, kelestarian lingkungan dan kesejahteraan msyarakat dan
terwujudnya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat lokal di sekitar kawasan
hutan lindung mahato, taman nasional bukit dua belas dan taman nasional berbak.

B. Sesi II : Tim Konsultan


Peran KSN Taman Nasional Berbak :
KSN TNB ditetapkan berdasarkan kriteria seperti yang terdapat pada Peraturan
Pemerintah No 26 Tahun 2008 pasal 80, yaitu sebagai berikut:
“Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi
perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau
diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan”

C. Nilai Strategis :

Laporan Akhir | II - 24
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

• Kawasan perlindungan lahan basah (RAMSAR SITE) Terluas di Asia


Tenggara
• Ekositem kawasan ini adalah hutan rawa gambut dan hutan rawa air tawar,
yang menjadi tempat hidup bagi berbagai jenis flora dan fauna
• Tidak kurang dari 261 jenis tumbuhan (dari 73 famili) – 23 jenis palem, 63
jenis anggrek hutan dan 10 jenis pandan
• Terdapat satwa langka seperti harimau sumatera, tapir, beruang madu, buaya
muara, buaya sinyulong, tungtong, arwana, mentok rimba, burung raja udang,
rangkong dan bangau tongtog
• Tempat persinggahan ±28 spesies burung migran setiap tahunnya
• Potensi karbon sebanyak 25.988.500 ton
• Potensi melepas emisi jika mengalami kerusakan sebesar 95.988.500 ton
CO2e yang justru akan mempercepat laju pemanasan global
• Kawasan IBA (Important Bird Area) oleh Bird Life International, karena
mengandung jenis-jenis burung yang terancam punah secara global
berdasarkan IUCN RED List, seperti Melanoperdix niger, Cairina scutulata,
Mycteria cinerea, Ciconia stormi, Leptoptilos javanicus, Tringa guttifer,
Columba argentina, Alcedo euryzona.
• Secara biogeografis digolongkan dalam bioregion Paparan Sunda Besar
(Sundaland Bioregion).

D. Isu Strategis:
• Pelaku deforestasi lokal yang memperoleh mata pencaharian mereka di dalam
atau dekat daerah Taman Nasional Berbak
• Pelaku deforestasi dari imigran yang kemungkinan akan merambah hutan
Taman Nasional Berbak dan menimbulkan kebocoran emisi karbon pada
periode mendatang

Laporan Akhir | II - 25
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

• Pelaku sektor swasta yang diperkirakan akan merambah kawasan hutan


Taman Nasional Berbak di masa mendatang, seperti perusahaan-perusahaan
kelapa sawit skala kecil
• Ada 32 desa yang bersinggungan langsung dengan Kawasan Taman Nasional,
yaitu : tipe-tipe desa pantai, desa sungai dan desa daratan. Terbentuk sejak
jaman pendudukan pemerintah Hindia Belanda.
• Mempunyai heterogenitas etnis yang tinggi yang meliputi suku-suku Bugis,
Banjar, Melayu Jambi dan Melayu Palembang, Jawa, Batak, dan
Minangkabau.
• Umumnya masyarakat berprofesi sebagai petani kelapa dan karet. Disamping
itu profesi sebagai pegawai, baik negeri atau swasta. Meski begitu, ada juga
yang bergerak di bidang peternakan, perdagangan, menjadi buruh tani ataupun
nelayan.
• Didominasi oleh persawahan, perkebunan/kebun kelapa, semak belukar dan
hutan.
• Struktur penguasaan lahan Pemanfaatan ruang di daratan secara umum terdiri
dari penguasaan individual dan tidak ada bentuk penguasaan lahan secara
kolektif.
• Adanya ketidakjelasan tata batas kawasan hutan yang ada di sekitar desa
mereka menjadikan ketidakpastian bagi masyarakat untuk melakukan
pengelolaan sumberdaya lahan dan usaha ekonomi. Kondisi ini pada akhirnya
berdampak pada luasnya lahan tidur yang menjadi semak belukar dan
meningkatnya konflik tenurial.
• Dilengkapi satu unit bangunan pusat kesehatan masyarakat pembantu, dengan
dilayani satu orang tenaga medis yang berprofesi sebagai bidan desa dan
hanya dilayani satu orang dokter di Desa Air Hitam Laut.- (Kekurangan
failitas )
• Di desa- desa sekitar TN. Berbak umumnya hanya memiliki satu unit Sekolah
Dasar, kecuali di Desa Air Hitam Laut memiliki 2 unit Sekolah Dasar.

Laporan Akhir | II - 26
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

• Taman Nasional Berbak merupakan Kawasan Koridor Ekosistem Penting


RIMBA (Riau-Jambi-Sumatera Barat) yang merrupaka koridor harimau
Sumatera yang langka.
• keberadaan harimau sumatera yang berdasarkan hasil penelitian diperoleh
data mengenai satwa harimau sumatera 22 individu dan 15 individu diketahui
merupakan individu berbeda, yang merupakan Populasi Harimau Sumatera di
Bentang Alam Berbak
• Adanya potensi mengenai pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri (HPHTI) dan HTI
• Disekitar Taman Nasional Berbak yang sudah dilengkapi fasilitas, seperti
sarana kesehatan 1 unit bangunan pusat kesehatan, sarana pendidikan, seperti
2 unit SD.
• Adanya perkumpulan Gita Buana dan masyarakat dalam berperan terhadap
pelestarian mangrove disekitar kawasan Penyangga.
• Konflik di Taman Nasional berbak untuk kebutuhan mengenai penebangan
kayu yang dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk kepentingan individual.

E. Kriteria Deliniasi :
 Penggunaan Lahan
 Kondisi Fisik
 Kesatuan Ekosistem Flora dan Fauna
 Sebaran potensi wisata di Kawasan Penyangga
 Persebaran Rawa Gambut
 Rencana Pembangunan sekitar kawasan inti
 DAS Batanghari

F. Sesi III : Direktur Kawasan Perencanaan Hutan


Dasar Hukum:

Laporan Akhir | II - 27
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

 UU No. 26 Tahun 2007 mengamanatkan provinsi dan kabupaten/kota untuk


melakukan penyusunan atau penyesuaian RTRW-nya.
 Untuk itu, perlu persetujuan substansi kehutanan melalui mekanisme yang
telah diatur di dalam:
- UU No. 41 Tahun 1999;
- UU No. 32 Tahun 2009;
- PP No. 10 Tahun 2010;
- Permenhut No. P 36/Menhut-II/2010;
- Permen LH No. 9 Tahun 2011.

Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan dilakukan untuk:


 Memenuhi tuntutan dinamika pembangunan nasional .
 Optimalisasi distribusi fungsi dan manfaat bagi masyarakat.
 Menjamin keberadaan kawasan hutan secara lestari dan berkelanjutan dengan
luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional.
 Pemantapan kawasan hutan sebagai prasyarat kepastian hukum dan kepastian
usaha.

G. Notulensi
Berikut adalah beberapa poin penting sebagai masukan dan saran untuk
melengkapi Laporan KSN Taman Nasional Berbak.

a. Menampilkan zona pemanfaatan yang terdapat di Taman Nasional Berbak


b. Dalam penyusunan KSN Taman Nasional Berbak memperhatikan RTR Pulau
Sumatera (Perpres 13 Tahun 2014), Koridor Rimba (Riau, Sumatera barat-
Jambi) dan pengelolaan pesisir
c. Untuk Kawasan inti Taman Nasional Berbak disesuaikan dengan Keputusan
Menteri Kehutanan NomorSK.863/Menhut-II/2014 tgl 29 September 2014

Laporan Akhir | II - 28
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

d. Kriteria deliniasi kawasan penyangga memperhatikan keberadaan lahan


gambut dan DAS
e. Menjelaskan mengenai keanekaragaman hayati dengan memperhatikan 3
(tiga) jenis fungi, yaitu nilai konservasi, nilai komersial dan nilai biodiversitas
f. Menjelaskan tentang strategi pengolahan lahan basah dan pengembangannya
g. Menjelaskan mengenai pengelolaan Ramsar Site
Berikut adalah beberapa poin penting sebagai masukan dan saran untuk
melengkapi Laporan KSN Taman Nasional Berbak.

a. Menampilkan zona pemanfaatan yang terdapat di Taman Nasional Berbak


b. Dalam penyusunan KSN Taman Nasional Berbak memperhatikan RTR Pulau
Sumatera (Perpres 13 Tahun 2014), Koridor Rimba (Riau, Sumatera barat-
Jambi) dan pengelolaan pesisir
c. Untuk Kawasan inti Taman Nasional Berbak disesuaikan dengan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor SK.863/Menhut-II/2014 tgl 29 September 2014
d. Kriteria deliniasi kawasan penyangga memperhatikan keberadaan lahan
gambut dan DAS
e. Menjelaskan mengenai keanekaragaman hayati dengan memperhatikan 3
(tiga) jenis fungi, yaitu nilai konservasi, nilai komersial dan nilai biodiversitas
f. Menjelaskan tentang strategi pengolahan lahan basah dan pengembangannya
g. Menjelaskan mengenai pengelolaan Ramsar Site.

2.2.2.2 Materi dan Pembahasan FGD Ke-2

Resume Kegiatan :Acara FGD dibuka oleh Ibu Reny Windyawati, ST., MSc

A. Sesi I : Paparan Materi


(Kasubdit Kebijakan dan Strategi Nasional – Direktorat Penataan Ruang
Wilayah Nasional Kementerian Pekerjaan Umum)

Laporan Akhir | II - 29
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya


diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai
warisan dunia.
Manfaat kegiatan ini yaitu terciptanya kawasan industri yag modern, terintegrasi,
ramah lingkungan dan berkelanjutan, terwujudnya harmonisasi antara
peningkatan ekonomi, kelestarian lingkungan dan kesejahteraan msyarakat dan
terwujudnya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat lokal di sekitar kawasan
hutan lindung mahato, taman nasional bukit dua belas dan taman nasional berbak.

B. Review FGD I KSN Taman Nasional Berbak


• Perlu dimasukan terkait interaksi antara penduduk suku rimba dengan
penduduk luar kawasan hutan bukit dua belas.
• Memanfaatkan sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh mereka, untuk
mempertahankan kehidupan anak dalam.
• Tata ruang menjadi acuan penting dan perlu diintegrasikan. Sejalan antara
Provinsi, Kabupaten dan Nasional.
• Pemanfaatan keanekaragaman hayati perlu diperhatikan sebagai nilai
ekonomis

C. Sesi II : Tim Konsultan


Berikut adalah beberapa poin penting sebagai masukan dan saran untuk
melengkapi Laporan KSN Taman Nasional Berbak :
a. Hutan budidaya bisa dialihfungsikan menjadi penggunaan lain (termasuk
perkebunan) dengan izin Kementeriaan Kehutanan. Beberapa syarat terkait
pembukaan usaha perkebunan diantaranya:
 Izin Lingkungan;
 Kesesuaian dengan RTRW;

Laporan Akhir | II - 30
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

 Kesesuaian dengan Rencana Perkebunan;


 Harus memiliki sarana, prasarana, sistem, dan sarana pengendalian OPT;
 Harus memenuhi 20% bahan baku dari kebun yang diusahakan sendiri
(khusus Usaha Pengolahan Hasil Perkebunan)
b. Usaha Perkebunan dapat dilakukan pada areal sesuai RTRW yang
peruntukannya kawasan budidaya.
c. Usaha perkebunan kelapa sawit wajib menerapkan prinsip usaha perkebunan
kelapa sawit berkelanjutan, antara lain, usaha perkebunan yang mencapai
skala tertentu wajib memiliki IUP dan telah dilakukan Penilaian.

D. Lampiran Dokumentasi Acara FGD

Laporan Akhir | II - 31
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

Laporan Akhir | II - 32
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

2.2.3 KSN Mahato

2.2.3.1 Materi dan Pembahasan FGD Ke-1

A. Pengantar

KSN Mahato merupakan Kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan


ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah
yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan berupa Gajah Sumatera dan Ikan
Arwana Golden Red Mahato. Hal ini disebabkan oleh perubahan guna lahan
hutan menjadi penggunaan lahan lain. Perubahan kawasan hutan Mahato yang
dirinci mulai tahun 1990-2012 telah berubah cukup signifikan menjadi lahan
perkebunan, semak belukar, tanah terbuka, pertanian lahan kering yang
bercampur dengan semak belukar; (sumber : berdasarkan data perubahan guna
lahan di kawasan hutan Mahato yang dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan Provinsi
Riau).

Laporan Akhir | II - 33
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

Perubahan fungsi tersebut berdampak pada keberadaan gajah Sumatera dan


habitat Ikan Arwana.Habitat seperti gajah yang bahwasannya dulu pernah ada di
kawasan hutan Mahato, saat ini semakin kritis dan keberadaannya semakin tidak
terlihat jejaknya.Sedangkan Habitat langka seperti ikan arwana yang sering
ditemukan di sungai Mahato, saat ini sudah mulai berkurang jumlah dan
sebarannya.Namun telah banyak berkembang dan terdapat penangkarannya pada
kawasan di luar Hutan Mahato yaitu berada pada “Danau Seribu”.

Mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 15 Tahun 2012


tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional,
penyusunan materi teknis adalah bagian dari tata cara proses penyusunan RTR
KSN yang meliputi:

1. Tahap persiapan penyusunan RTR KSN


2. Tahap pengumpulan data dan informasi
3. Tahap pengolahan dan analisis data
4. Tahap perumusan konsep RTR KSN
5. Tahap penyusunan naskah Raperpres
6. Berdasarkan pentingnya pengaruh KSN secara nasional, maka dalam
penyusunan matek ini memerlukan kerjasama dari berbagai pihak yang
terkait. Oleh karena itu, Konsultan Pelaksana Penyusunan Materi Teknis
RTR KSN Mahato akan menyelenggarakan kegiatan Focus Group
Discussion (FGD) bagi para pemangku kepentingan terkait penyusunan
Materi Teknis RTR KSN Mahato.

B. Tujuan

Tujuan dari penyelenggaraan FGD ini adalah:

a. Membangun dan menyatukan pengetahuan, pemahaman serta komitmen


pada pihak yang terkait, terutama terkait kejelasan batas wilayah inti

Laporan Akhir | II - 34
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

Kawasan Strategis Nasional, potensi dan permasalahan yang terdapat di


kawasan tersebut, terutama yang mempengaruhi fungsi kawasan.

b. Terkumpulkannya data tematik terkait kawasan strategis nasional

C. Keluaran (Output)

a. Adanya pemahaman bersama terhadap peran kawasan inti KSN dan


peranan kawasan penyangga sebagai pendukung fungsi kawasan inti.

b. Adanya pemahaman mengenai kebijakan yang akan diterapkan di kawasan


Mahato

c. Jelasnya batas wilayah inti Kawasan Strategis Nasional

d. Teridentifikasinya permasalahan Kawasan Strategis Nasional, terutama


yang mempengaruhi fungsi kawasan

D. Waktu dan Tempat

KegiatanFGDPenyusunanMateri Teknis RTR KSN Mahato akan dilaksanakan


pada tanggal 18 November 2014 di Hotel Grand Tjokro, Kota Pekanbaru.

2.2.3.2 Materi dan Pembahasan FGD Ke-2

A. Pengantar

KSN Mahato merupakan Kawasan lindung yang ditetapkan bagiperlindungan


ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah
yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan berupa Gajah Sumatera dan Ikan
Arwana Golden Red Mahato. Namun, kondisi saat ini sudah berubah dan beralih
fungsi wilayah menjadi perkebunan sawit yang di kuasai oleh PT. Turganda.
Perubahan kawasan hutan mahato yang dirinci mulai tahun 1990-2012 telah

Laporan Akhir | II - 35
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

berubah cukup signifikan menjadi lahan perkebunan, semak belukar, tanah


terbuka, pertanian lahan kering yang bercampur dengan semak belukar; (sumber :
berdasarkan data perubahan guna lahan di kawasan hutan mahato yang
dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Riau).

Perubahan fungsi tersebut berdampak pada keberadaan gajah Sumatera dan


habitat Ikan Arwana.Habitat seperti gajah yang bahwasannya dulu pernah ada di
kawasan hutan mahato, saat ini semakin kritis dan keberadaannya semakin tidak
terlihat jejaknya.Sedangkan Habitat langka seperti ikan arwana yang sering
ditemukan di sungai mahato, saat ini sudah mulai berkurang jumlah dan
sebarannya.Namun telah banyak berkembang dan terdapat penangkarannya pada
kawasan di luar hutan mahato yaitu berada pada “Danau Seribu”.

Untuk mengantisipasi fenomena perubahan fungsi kawasan inti Mahato, perlu


adanya penataan di kawasan penyangga.Penataan kawasan penyangga diharapkan
dapat menghambat penetrasi perubahan guna lahan ke kawasan inti sebagai
tindakan jangka pendek – menengah. Untuk itu diharapkan melalui FGD 1 ini
dapat diperoleh informasi mengenai:

a. Dasar Penetapan Kawasan Mahato sebagai KSN berfungsi Lindung dan daya
dukung lingkungan
b. Keanekaragaman flora dan fauna di Kawasan Inti Mahato
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi lahan di kawasan inti
d. Trend Perubahan Fungsi Lahan di kawasan inti dan Potret Kawasan Lindung
saat ini
e. Kebijakan terkait mempertahankan kawasan inti Mahato sebagai
perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau
diperkirakan akan punah.

Laporan Akhir | II - 36
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

B. Kedudukan KSN

Taman Nasional Mahato terletak di Kabupaten Rokan Hulu (Kecamatan


Tambusai dan Kecamatan Tambusai Utara) dan Kabupaten Padang Lawas
(Kecamatan Barumun, Kecamatan Sosa, dan Kecamatan Barumun Tengah)Hutan
Lindung Sungai Mahato ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Lindung melalui
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 23/Kpts-II/1983 dengan luas 28.800
Ha. Ditata batas sebagian oleh BIPHUT Pekanbaru pada Tahun 1982 dan
dilanjutkan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Riau Tahun 2003 untuk Temu Gelang.

Populasi ikan jenis Scleropages formosus termasuk stren Golden-red Mahato


sebelum tahun 1980 oleh IUCN telah dianggap rawan punah (populasi di alam
hasil penelitian saat itu dianggap sudah mulai sangat menghawatirkan, dan
dikualifikasikan telah berstatus nyaris punah).

Peraturan lindungan di tahun 1980 dengan SK Menteri Pertanian


(No.716/Kpts/Um/10/1980). Karena Indonesia telah ikut meratifikasi
penandatanganan Konvensi Internasional CITES, maka jenis ikan arwana tersebut
di tahun 1980 resmi efektif berlaku masuk CITES appendix 1 (tidak boleh
diperjual-belikan kecuali dari hasil penangkaran),

Tahun 1995, SK Menteri Kehutanan (No.516/Kpts/II/1995), PP No.7/1999, dan


PP No.60/2007. Berbagai regulasi tersebut pada intinya mengikat kita semua
tidak terkecuali siapapun, untuk bertindak nyata melindungi populasi arwana jenis
ini di habitat aslinya, berikut menjaga keutuhuhan habitat sebagai tempat
hidupnya.

C. IsuKawasan Inti

• Spasial
1. Terjadinya konversi lahan hutan lindung secara besar-besaran lebih kurang
24.000 hektar menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Tambusai

Laporan Akhir | II - 37
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

dan Tambusai Utara  Didukung oleh pernyataan Dinas Kehutanan


Kabupaten Rokan Hulu “Perubahan kawasan hutan mahato yang dirinci
mulai tahun 1990-2012 telah berubah cukup signifikan menjadi lahan
perkebunan, semak belukar, tanah terbuka, pertanian lahan kering yang
bercampur dengan semak belukar”;
2. Kebakaran Hutan sebagai akibat pembakaran lahan oleh perusahaan dan
masyarakat untuk membuka ladang. Kebakaran hutan sering terjadi pada
saat musim kemarau.
• A Spasial
1. Kepala Desa (Kades) mengeluarkan Surat Keterangan Tanah (SKT) di
Hutan Lindung (HL) Mahato;
2. Perambahan Hutan (illegal logging);
3. Berkurangnya populasi gajah sumatera (Dinas Kehutanan: Gajah Sudah
Tidak Terlihat lagi di Kawasan Mahato)
4. Berkurangnya habitat ikan arwana langka akibat konversi lahan (Dinas
Kehutanan Kab. Rokan Hulu)
D. Isu Kawasan Penyangga

• Spasial
Keberadaan permukiman penduduk di jalur jelajah gajah Hutan Lindung
Mahato (www.wwf.or.id 2006).
• ASpasial
Tidak kurang dari 8.000 kepala keluarga menjadi petani kebun sawit. Jumlah
ini belum termasuk sejumlah perusahaan dengan skala besar dan menengah
yang menampung ratusan ribu kepala keluarga (Koran Tempo, 2008);

E. Nilai Strategis Kawasan Inti

KSN Hutan Lindung Mahato ditetapkan berdasarkan kriteria seperti yang terdapat
pada Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008 pasal 80, yaitu sebagai berikut:

Laporan Akhir | II - 38
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

“Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi


Perlindungan Ekosistem, Flora Dan/Atau Fauna Yang Hampir Punah Atau
Diperkirakan Akan Punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan”

PENGATUR TATA AIR, MEMPUNYAI HABITAT GAJAH SUMATERA


DAN HABITAT ASLI IKAN ARWANA MAHATO
(JENIS GOLDEN RED)

F. Nilai Strategis Kawasan Penyangga

“Mendukung Fungsi Kawasan Lindung Pada Zona Inti”

“Menyangga wilayah utama, mencegah terjadinya


BUFFER
ZONE kerusakan dan memberikan lapisan perlindungan
tambahan bagi kawasan inti.”

Beberapa kegiatan yang berpotensi dikembangkan di pusat pelayanan Kawasan


Penyangga KSN Mahato diantaranya adalah:
 Lembaga penyuluhan perkebunan

 Lembaga pelatihan ekonomi kreatif yang tidak merusak kawasan inti

 Pusat Pelatihan dan Penangkaran Gajah Sumatera

 Pusat Pembudidayaan Ikan Arwana Golden Red Mahato

G. Konsep Zona Pemanfaatan

Kawasan penyangga (Buffer Zone) adalah wilayah yang mengelilingi atau


berdampingan dengan area inti dan teridentifikasi, untuk melindungi area inti dari
dampak negatif kegiatan manusia.Dimana Hanya Kegiatan-Kegiatan Yang Sesuai
Dengan Tujuan Konservasi Yang Dapat Dilakukan.

Laporan Akhir | II - 39
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

H. Konsep Pengembangan Infrastruktur

Konsep pengembangan infrastruktur diarahkan pada pengembangan prasarana


dan sarana transportasi.Beberapa konsep pengembangan transportasi yang penting
untuk diperhatikan adalah :
 Untuk mendukung aksesibilitas semua jenis komponen fasilitas kecamatan
dan aksesibilitas dalam skala bagian kawasan penyangga, maka diperlukan
peningkatan dan pembangunan jaringan jalan secara terpadu yang
memudahkan hubungan pergerakan antar bagian wilayah kecamatan di
Kawasa Penyangga. Pemisahan dan penegasan fungsi dari ruas-ruas jalan
sangat diperlukan mengingat intensitas kegiatan yang diarahkan jangan
sampai menggangu kawasan inti.

 Pengembangan transportasi diarahkan untuk mendukung aktivitas ekonomi


dan sosial penduduk. Pelayanan transportasi yang murah, mudah dan efisien
merupakan prioritas utama bagi kebutuhan masyarakatnya sehingga perlu
diprioritaskan pelayanan transportasi umum untuk kemudahan pergerakan ke
bagian wilayah lain.

 Mengembangkan pola jaringan jalan yang paling efisien untuk mendukung


pergerakan penduduk dan medukung fungsi lindung kawasan inti.

 Pengembangan sistem transportasi berfungsi untuk merintis pusat-pusat


pertumbuhan dan pengembangan dan pelayanan baru dan mengendalikan
penggunaan tanah dengan tetap meningkatkan efisiensi pergerakan internal
dan eksternal. Strategi pengembangan transportasi dapat dikelompokkan
menjadi 4 (empat), yaitu pengembangan pola jaringan jalan, hirarki jalan,
aksesibilitas ke pusat pelayanan, dan prasarana transportasi.

Laporan Akhir | II - 40
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

I. Perubahan Kualitas Tutupan Hutan

 Berdasarkan KLHS RPJMD Provinsi Riau (2014), tingginya Tingkat


kerusakan DAS Riau (Kampar, Siak, Indragiri, Rokan) merupakan salah satu
isu lingkungan strategis.

 Deforestasi merupakan penyebab awal kerusakan DAS. Selama kurun waktu


21 tahun (1990-2011), di Provinsi Riau telah terjadi deforestasi sebesar
51,56%.

 Pada tahun 1990 tutupan hutan alam di Provinsi Riau masih meliputi 60,22%
dan pada tahun 2011 hutan alam yang tersisa hanya 29,17%.

 Artinya, dalam kurun waktu tersebut, rata-rata setiap tahunnya, Riau


kehilangan hutan alam seluas 133 ribu ha/tahun (Laporan SRAP Provinsi
Riau, 2012).

J. Perubahan Kualitas Air Sungai

 Berdasarkan hasil pemantauan BLH Provinsi Riau selama 5 (lima) tahun


berturut-turut 2009-2013, dapat diketahui status mutu air Sungai Siak, Sungai
Kampar, Sungai Rokan dan Sungai Indragiri adalah:

 Periode 2009-2011 : cemar ringan-cemar sedang

 Periode 2012-2013 : cemar berat

 Hasil pemantauan ini mengindikasikan adanya penurunan kualitas air sungai


yang signifikan dari cemar ringan/sedang menjadi cemar berat.

K. Sekilas Mengenai Hutan Lindung Sungai Mahato

 Terletak di Kabupaten Rokan Hulu

 Luas sekitar 28.800 ha

 Merupakan habitat gajah sumatera dan ikan arwana

Laporan Akhir | II - 41
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

 Salah satu Kawasan Strategis Nasional (KSN)

 Mengalami alihfungsi menjadi lahan kebun, pemukiman dll.

L. Dampak Lingkungan Perubahan Tutupan Hutan Sungai Mahato

 Satwa dilindungi seperti Gajah Sumatera dan Ikan Arwana kehilangan habitat
sehingga satwa-satwa ini terancam punah

 Hilangnya sumber daya genetik/plasma nuthfah

 Daya dukung lingkungan (ketersediaan lahan) menurun

 Kualitas lingkungan menurun (kualitas air, udara dan hutan)

 Resiko banjir meningkat

M. Upaya Yang Perlu Dilakukan Untuk Menyelamatkan Hutan Lindung

 Penataan batas di lapangan;

 Pengawasan dan penegakan hukum lingkungan;

 Restorasi habitat satwa langka;

 Pengelolaan sumber daya hutan berbasis kearifan lokal (hutan adat/hutan desa
dll);

 Pembinaan konservasi kehati thd masyarakat sekitar;

 Pengembangan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat sekitar;

 Penerapan konsep desa hijau/program kampung iklim (proklim);

 Mendorong implementasi program-program REDD+ dari BP REDD terutama


yang terkait dgn konservasi kehati dan jasa lingkungan.

Laporan Akhir | II - 42
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

N. Hasil Notulensi FGD Ke-2

Berikut adalah beberapa poin penting sebagai masukan dan saran untuk
melengkapi Laporan KSN Mahato.
1. TGHK update menjadi 29.000 ha luasan hutan lindung mahato

2. Berdasarkan data citra SPOT rekaman juli tahun 2013, dimana kebun sawit
ada sekitar ± 11.000 ha;

3. Kabupaten Rokan Hulu juga telah melakukan reoisasi mulai dari tahun 2002;

4. Terdapat 3 pihak perusahaan swasta yang telah membuka lahan di kawasan


hutanlindung mahato tersebut tanpa ijin resmi;

5. Kebijakan di bidang kehutanan, dimana telah dibentuk UPTD KPHL sungai


mahato yang telah diajukan ke Kementerian untuk menjaga hutan mahato
yaitu yang dilakukan oleh personil Polisi Huta yang terdiri sekitar 21
personil polisi hutan tersebut;

6. Ikan arwana banyak terdapat di kawasan penyangga yaitu di Rawa 1000


nama lokasi nya;

7. Hutan lindung mahato sebagai zona inti tidak ada alas an lagi untuk tidak di
benah dan diperbaiki untuk kedepannya, karena telah banyak pihak instansi
daerah dan kementerian yang ikut andil untuk mengelola kawasan hutan
lindung mahato;

8. Kondisi lingkungan Provinsi Riau sekurang-kurang ada 6 lokus


permasalahan lingkungan yaitu :

9. Kelangkaan SDA yang telah menuruntutupan lahan sekitar 30%;

10. Kerusakan lingkungan meningkat (gambut, mangrove telah rusak);

11. Pencemaran lingkungan meningkat (air dan udara tercemar);

12. Kebakaran hutan;

Laporan Akhir | II - 43
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

13. Keanekaragaman hayati terancam punah (tumbuhan, huwan dan sumber


genetic); dan

14. Bencana lingkungan (banjir dan kekeringan);

15. Indek kualitas lingkungan hidup (IKLH) no 2 paling bawah yaitu sekitar
53,74 (berdasarkan data perhitungan oleh dinas BLH tahun 2012);

16. Indeks kualitas udara sumber utamanya yaitu kebakaran hutan dan lahan;

17. Perubahan kualitas tutupan lahan dimana pada KLHS RPJMD provinsi riau
dimana terdapat tingginya kerusakan DAS Riau (Kampar, Siak, Indragiri,
Rokan) yang merupakan salah sati isu lingkungan strategis;

18. Dalam kurung waktu setiap tahunnya terjadi penurunan kualitas tutupan
lahan sekitar 133 ha;

19. Periode 2009-2011 pada titik sungai rokan dan sungai Kampar yaitu : semar
ringan – sedang dan pada tahun 2012-2013 telah menjadi cemar berat;

20. Pada kawasan hutan lindung mahato juga terdapat jelajah harimau sumatera
(bisa dicek datanya lagi);

21. Perubahan peruntukan lahan di kawasan hutan lindung mahato sudah


signifikan dan hasil data dari dinas kehutanan rokan hulu hampir sama
datanya;

22. Data daro BKSDA Riau dimana kawasan mahato masuk kedalah wilayah
kantong (jelajah) gajah;

23. Upaya yang bisa dilakukan di kawasan hutan lindung mahato yaitu penataan
batas di lapangan, pengawasan dan penegakan hokum lingkungan, dan
banyak laigi (dapat dilihat di PPT dari BLH Provinsi Riau);

24. Kawasan hutan lindung mahato dikuasai oleh para perusahaan besar yang
menguasaianya;

Laporan Akhir | II - 44
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

25. Dimana kekuatan masyarakat tidak sepadan dengan kekuatan yang dimiliki
oleh perusahaan swasta yang menguasai lahan mahato di kawasan rokan
hulu;

26. Pekerja dan semuanya dikelola oleh pihak luar rokan hulu yaitu dari pihak
sumatera utara;

27. Penindakan hokum sangat penting untuk menindak lanjuti pengelolaan


kawasan hutan lindung mahato tersebut;

28. Pihak provinsi dan kabupaten tidak bisa berbuat banyak dalam menjaga dan
menghukumkeras rambahan hutan mahato oleh perusahaan swasta tersebut;

29. Butuh kekuatan hukum yang kuat agar bisa menghentikan perambahan
pengawasan hutan mahat tersebut;

30. Pertanyaan yang paling mendasr yaitu mau kita apakan kawasan hutan
mahato?

31. Riau ini adalah penompang perekomonian di Indonesia;

32. Hutan lindung yang ada di Rokan Hulu ada 3 yaitu : hutan lindung mahato,
hutan lindung surigi dan hutan rokan;

33. Pada kawasan hutan lindung di rokan hulu juga memiliki potensi batubara;

34. Apabila di overlay dengan RTRWN/RTRWP dimana kawasn hutan lindung


mahato tersebut masuk kedalam kawasan budidaya;

35. Kabupaten rokan hulu ini merupakan kawasan pendukung KSN/PKSN/Pusat


MP3EI Dumai;

36. Rokan hulu merupakan salah satu yang dilalui oleh trans sumatera
kedepannya;

37. Kawasan hutan lindung sudah punya komitmen dari pusat juga untuk
dipertahankan;

Laporan Akhir | II - 45
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

38. Ada sekitar 40.000 ribu lebih penduduk di kawasan luar atau sekitar hutan
mahato;

39. Pada dasarnya bahwa seluruh riau dalah kawasan hutan;

40. Terebosan hukum apa yang harus dicari untuk mencegah kerusakan kawasan
hutan lindung mahato tersebut;

41. Harapan terhadap pemerintahan daerah, dimana adanya dukungan juga untuk
bergerak untuk mengkaji dan mengelola kawasan hutan lindung mahato
tersebut;

42. Untuk mengelola dan mengkaji kawasan hutan lindung mahato tersebut,
maka harus di buatkan indikasi program kedepannya;

43. Alokasi dana yang jelas untuk masing-masing pihak harus jelas, agar siapa
pun yang terlibat dapat berjalan dengan sedemikian rupa;

44. Jaringan jalan nasional yang menjadi pengelolaan wajib oleh pusat bisa di
sentuh pengembangannya agar bisa membantu jaringan infrastruktur
provinsi riau kedepannya;

45. Pada tahun 2013 juni dimana yang pertama saya lihat adalah landsat hutan
lindung mahato, dimana terlihat sudah kotak-kotak atau sudah terbangun
menjadi kawasan perkebunan, dan habitat lindungnya sudah tidak tahu
kemana;

46. Tentang lokasi dimana KSN adalah usaha untuk kawasan penyangga dimana
telah menjadi kebun di sekitar zona inti;

47. Pada zona inti saja sudah berat perubahannya, bagaimana lagi dengan zona
penyangga?mungkin sudah lebih berat perubahannya;

48. Ada data BKT DAS terhadap tutupan lahan tadi;

49. Mengenai pengembangan kawasan buffer utuk kawasan penyangga, dimana


ada konsep pengembangan konsep agropolitan, itu bagaimana konsep

Laporan Akhir | II - 46
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

tersebut di implementasikan? dan ada tidak bagian untuk pertanian untuk


pengembangan tanaman holtikultura;

50. Apakah pola dari pengembangan kawasan ini ada kawasan hutan mahato
tersebut ada bisa dikembangkan tanaman holtikultura?

51. Pada kawasan tambusai utara itu masih terdapat HPT mahato Kanan;

2.2.3.3 Materi dan Pembahasan FGD Di Daerah

A. Pengantar

1. Perubahan SK Menteri Kehutanan No 23 tahun 1983 menjadi SK Menteri


Kehutanan No. 878 tahun 2014 mengenai delineasi kawasan inti Hutan
Lindung Mahato

2. Isu Hutan Lindung Mahato: DEFORESTASI

3. Selain untuk perlindungan habitat gajah sumatera dan ikan arwana, Hutan
lindung Mahato berfungsi sebagai pengatur/perlidungan tata Air.

4. Pembagian Blok Hutan Lindung:

 Blok Inti : Fungsi Tata Air

 Blok Pemanfaatan : Jasa Lingkungan

5. Penentuan Kawasan Penyangga mengacu kepada PP No 28 Tahun 2011 BAB


VI.

6. Kriteria delineasi kawasan penyangga mengikuti Pola Daerah Aliran Sungai

7. Kebijakan jangka panjang akan dilakukan penghutanan kembali di Kawasan


Hutan Lindung Mahato.

Laporan Akhir | II - 47
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

B. Hasil Notulensi FGD di Daerah

No Nama Instansi Masukan/Tanggapan/Saran

1 Pak Anwar Syadat Dinas Kehutanan  TGHK update menjadi 29.000 ha luasan hutan
(Narasumber Dinas Rokan Hulu lindung Mahato
Kehutanan Rokan  Berdasarkan data citra SPOT rekaman juli tahun
Hulu) 2013, dimana kebun sawit ada sekitar ± 11.000 ha;
 Kabupaten Rokan Hulu juga telah melakukan
reboisasi mulai dari tahun 2002;
 Terdapat 3 pihak perusahaan swasta yang telah
membuka lahan di kawasan hutanlindung Mahato
tersebut tanpa ijin resmi;
 Kebijakan di bidang kehutanan, dimana telah
dibentuk UPTD KPHL sungai Mahato yang telah
diajukan ke Kementerian untuk menjaga hutan
Mahato yaitu yang dilakukan oleh personil Polisi
Hutan yang terdiri sekitar 21 personil polisi hutan
tersebut;
 Ikan arwana banyak terdapat di kawasan penyangga
yaitu di Rawa 1000 nama lokasi nya;
 Hutan lindung Mahato sebagai zona inti tidak ada
alasan lagi untuk tidak dibenahi dan diperbaiki untuk
kedepannya, karena telah banyak pihak instansi
daerah dan kementerian yang ikut andil untuk
mengelola kawasan hutan lindung Mahato tersut;
2 Pak Muchsin Dinas BLH  Kondisi lingkungan Provinsi Riau sekurang-kurang
(Narasumber BLH Provinsi Riau ada 6 lokus permasalahan lingkungan yaitu :
Provinsi Riau) (Kasubdit) 1. Kelangkaan SDA yang telah menurun tutupan
lahan sekitar 30%;
2. Kerusakan lingkungan meningkat (gambut,
mangrove telah rusak);
3. Pencemaran lingkungan meningkat (air dan udara
tercemar);
4. Kebakaran hutan;
5. Keanekaragaman hayati terancam punah
(tumbuhan, huwan dan sumber genetic); dan
6. Bencana lingkungan (banjir dan kekeringan);
 Indek kualitas lingkungan hidup (IKLH) no 2 paling
bawah yaitu sekitar 53,74 (berdasarkan data
perhitungan oleh dinas BLH tahun 2012);
 Indeks kualitas udara sumber utamanya yaitu
kebakaran hutan dan lahan;
 Perubahan kualitas tutupan lahan seperti yang
tercantum dalam KLHS RPJMD Provinsi Riau
dimana terdapat tingginya kerusakan DAS Riau
(Kampar, Siak, Indragiri, Rokan) yang merupakan
salah satu isu lingkungan strategis;
 Setiap tahunnya terjadi penurunan kualitas tutupan
lahan sekitar 133 ha;

Laporan Akhir | II - 48
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

No Nama Instansi Masukan/Tanggapan/Saran

 Periode 2009-2011, tingkat pencemaran pada titik


Sungai Rokan dan Sungai Kampar yaitu : cemar
ringan – sedang dan pada tahun 2012-2013 telah
menjadi cemar berat;
 Pada kawasan hutan lindung Mahato juga terdapat
jelajah harimau sumatera (bisa dicek datanya lagi);
 Perubahan peruntukan lahan di kawasan hutan
lindung Mahato sudah signifikan dan hasil data dari
dinas kehutanan Rokan Hulu hampir sama datanya;
 Data dari BKSDA Riau dimana kawasan Mahato
masuk ke dalam wilayah kantong (jelajah) gajah;
 Upaya yang bisa dilakukan di kawasan hutan lindung
Mahato yaitu penataan batas di lapangan, pengawasan
dan penegakan hukum lingkungan, dan banyak lagi
(dapat dilihat di PPT dari BLH Provinsi Riau);
3 Pak Bambang Kabid Ciptada  Ada beberpa hal yang perlu dipertimbang, yaitu
Provinsi Riau bahwa konsep yang kita kembangkan saat ini pada
KSN Mahato ini yaitu pada kawasan penyangga, yang
di harapkan agar benar-benar ter implementasikan
agar tidak merabat ke kawasan inti;
4 Pak Afrizal Bapeda Rokan Hulu  Masalah peta di kawasan hutan lindung Mahato,
(Kabid) dimana hampir seluruhnya adalah kawasan kelapa
sawit dan dikelola oleh penduduk bukan pribumi
yaitu dari Provinsi Sumatera Utara;
5 Pak Cipta Karya  Kawasan hutan lindung Mahato dikuasai oleh para
Kabupaten Rokan perusahaan besar;
Hulu  Dimana kekuatan masyarakat tidak sepadan dengan
kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan swasta yang
menguasai lahan Mahato di kawasan Rokan Hulu;
 Pekerja dan semuanya dikelola oleh pihak luar Rokan
Hulu yaitu dari pihak sumatera utara;
 Penindakan hokum sangat penting untuk menindak
lanjuti pengelolaan kawasan hutan lindung Mahato
tersebut;
 Pihak Provinsi dan kabupaten tidak bisa berbuat
banyak dalam menjaga dan menghukumkeras
rambahan hutan Mahato oleh perusahaan swasta
tersebut;
 Butuh kekuatan hukum yang kuat agar bisa
menghentikan perambahan pengawasan hutan Mahato
tersebut;
6 Pak Supriadi Bappeda Rokan  Pertanyaan yang paling mendasar yaitu mau kita
(Narasumber Bappeda Hulu apakan kawasan hutan Mahato?
Rokan Hulu)  Riau ini adalah penompang perekomonian di
Indonesia;
 Hutan lindung yang ada di Rokan Hulu ada 3 yaitu :
hutan lindung Mahato, hutan lindung surigi dan hutan
rokan;

Laporan Akhir | II - 49
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

No Nama Instansi Masukan/Tanggapan/Saran

 Pada kawasan hutan lindung di Rokan Hulu juga


memiliki potensi batubara;
 Apabila di overlay dengan RTRWN/RTRWP dimana
kawasan hutan lindung Mahato tersebut masuk ke
dalam kawasan budidaya;
 Kabupaten Rokan Hulu ini merupakan kawasan
pendukung KSN/PKSN/Pusat MP3EI Dumai;
 Rokan Hulu merupakan salah satu yang dilalui oleh
trans sumatera kedepannya;
 Kawasan hutan lindung sudah punya komitmen dari
pusat juga untuk dipertahankan;
 Ada sekitar 40.000 ribu lebih penduduk di kawasan
luar atau sekitar hutan Mahato;
 Pada dasarnya bahwa seluruh Riau adalah kawasan
hutan;
 Terebosan hukum apa yang harus dicari untuk
mencegah kerusakan kawasan hutan lindung Mahato
tersebut;
 Harapan terhadap pemerintahan daerah, dimana
adanya dukungan juga untuk bergerak dalam
mengkaji dan mengelola kawasan hutan lindung
Mahato tersebut;
 Untuk mengelola dan mengkaji kawasan hutan
lindung Mahato tersebut, maka harus di buatkan
indikasi program kedepannya;
 Alokasi dana yang jelas untuk masing-masing pihak
harus jelas, agar siapa pun yang terlibat dapat berjalan
dengan sedemikian rupa;
 Jaringan jalan nasional yang menjadi pengelolaan
wajib oleh pusat bisa disentuh pengembangannya agar
bisa membantu jaringan infrastruktur Provinsi Riau
kedepannya;
7 Pak Rafiq Bappeda Rokan  Arahan pengembangan Hutan Lindung Mahato dalam
Hulu (Kasubdit) RTRWN adalah 1B1 (rehabilitasi dan revitalisasi);
 SK no 23 tahun 1983 menjadi SK Kementerian
kehutanan No. 878 tahun 2014;
 Penegakan hukum dalam pengelolaan kawasan hutan
lindung Mahato;
 Perlu adanya tanggung jawab masing-masing dari tiap
daerah dan pusat yang mengelola kawasan hutan
lindung Mahato;
8 Pak Krisyanto Balai Pemantapan  Berdasarkan citra landsat tahun 2013, Hutan Lindung
Ginting Kawasan Hutan Mahato sudah terlihat kotak-kotak atau sudah
terbangun menjadi kawasan perkebunan, dan habitat
lindungnya sudah tidak tahu kemana;
 Tentang lokasi dimana KSN adalah usaha untuk
kawasan penyangga dimana telah menjadi kebun di
sekitar zona inti;

Laporan Akhir | II - 50
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

No Nama Instansi Masukan/Tanggapan/Saran

 Pada zona inti saja sudah berat perubahannya,


bagaimana lagi dengan zona penyangga? mungkin
sudah lebih berat perubahannya;
 Ada data BKT DAS terhadap tutupan lahan tadi;
9 Pak Harisman Dinas Bina Marga  Untuk kawasan Rokan Hulu yang ada andil bina
marga yaitu masalah jalan dan sungai;
 Pengembangan tembok tebing sungai mahato oleh
Dinas Bina Marga sebagai akibat perambahan hutan;
 Untuk perkembangan jaringan jalan di kawasan
Mahato adalah hanya pengembangan jaringan jalan
yang sudah ada saja, namun tidak mebangun jaringan
jalan baru karena kawasan Mahato terdapat hutan
lindung yang menjadi KSN yang ditetapkan oleh
pemerintah Pusat;
 Pada dasarnya sejak nenek moyang dahulu telah
menetap di kawasan yang ditetapkan oleh pusat
sebagai kawasan hutan lindung di kawasan Riau;
10 Pak ….. Dinas Pertanian  Pada kawasan Tambusai Utara itu masih terdapat
Rokan Hulu HPT Mahato Kanan;
11 Pak……. PT. Turganda  Terkait dengan masukan dari instansi daerah dan
pusat terhadap PT. Turganda terkait dengan salah satu
perusahan yang ada di kawasan hutan lindung Mahato
tersebut untuk disampaikan ke pimpinan PT.
Turganda;
Sumber : Hasil Masukan Notulensi FGD Ke-2 Tahun 2014

Laporan Akhir | II - 51
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

C. Lampiran Dokumentasi Acara Fgd Daerah

Registrasi Peserta

Pembukaan FGD Oleh Dinas PU Provinsi Riau

Laporan Akhir | II - 52
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

Pengantar Materi KSN dari Tim Konsultan

Presentasi dari Narasumber

2.2.4 KSN Bukit Duabelas

2.2.4.1 Materi dan Pembahasan FGD I (Hotel Ambhara)

 Narasumber :
1. Perencanaan Kawasan Hutan – Kementerian Kehutanan
2. Kementerian Kehutanan
3. LIPI

Laporan Akhir | II - 53
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

Peserta :
 WWF

A. Materi
Peran KSN Taman Nasional Bukit Dua Belas :
• Sebagai rumah bagi orang rimba (suku anak dalam)

• Sebagai daerah tangkapan air DAS Batanghari

• Sebagai kawasan Lindung flora dan Fauna yang terancam punah

• Sebagai salah satu tujuan wisata dalam program Wonderful Indonesia

B. Nilai Strategis :
Mengacu pada SK Menhut No: 46/Kpts-II/1987 tgl 12 Februari 1987, Taman
Nasional Bukit Duabelas merupakan aset nasional berupa:
“Kawasan biosfir yang didalamnya terdapat pula aset nasional yang harus
dilindungi berupa kehidupan suku anak dalam dan tempat hidup bagi flora dan
fauna langka yang harus dilindung, seperti harimau”
Dengan mengacu pada nilai strategis dari kawasam Taman Nasional Bukit
Duabelas seperti yang telah disebutkan, maka nilai strategis yang terkandung
dalam kawasan penyangga, yaitu:
“Mendukung fungsi kawasan lindung Taman Nasional Bukit Duabelas pada
kawasan inti, terutama mendukung perlindungan tempat hidup dan penghidupan
orang rimba dan harimau di Taman Nasional Bukit Duabelas”.

C. Kriteria Deliniasi :
Dalam menenetukan kawansan penyangga dilakukan pendekatan ecoregion, dan
dalam memperhitungkan parameter yang menjadi nilai strategis dan atau
kehususan yang di miliki kawsan sebagai berikut :
• Daya Jelajah Orang Rimba

Laporan Akhir | II - 54
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

• Adanya kesamaan karakteristik fisik


• Kawasan Tangkapan Air DAS Batanghari

D. Isu Permasalahan :
• Konflik ruang antara orang rimba dan warga sekitar TNBD
• Konflik ruang antar orang rimba
• Terdapat banyak perkebunan sawit di kawasan penyangga
• Hewan yang dilindungi di TNBD diburu oleh orang untuk dijadikan bahan
makanan
E. Potensi Pengembangan :
• Wisata : Live In (hidup di dalam TNBD, dan Mengikuti cara hidup rang
rimba)
• Tanaman obat
• Pohon Jernang
• Berbagai macam Anggrek

F. Notulensi
Berikut adalah beberapa poin penting sebagai masukan dan saran untuk
melengkapi Laporan KSN Taman Nasional Bukit Dua Belas.
a. KSN Taman Nasional Bukit Duabelas perlu diperhatikan aspek sosial dari
masyarakat sekitar dan Suku anak dalam. Karena berpotensi terjadi konflik
antara masyarakat desa penyangga dan suku anak dalam, selain itu potensi
konflik juga bisa terjadi antar suku anak dalam.
b. Masukan-masukan berupa isu, permasalahan dan potensi pengembangan
kawasan serta usulan kebutuhan penanganan akan dipertimbangkan dalam
penyusunan konsep penanganan kawasan pada tahap selanjutnya. Beberapa
usulan konsep penanganan kawasan yang dapat dirangkum adalah:
 Biodiversity tumbuhan di Taman Nasional Bukit Duabelas;
 Potensi wisata; dan

Laporan Akhir | II - 55
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

 Penangan konflik ruang yang terjadi di kawasan penyangga.

2.2.4.2 Materi dan Pembahasan FGD Jambi (Aston Jambi Hotel and
Conference Center, Jambi)

 Narasumber :
1. Kepala BAPPEDA Provinsi Jambi
2. Kepala Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas
3. Kepala Balai Taman Nasional Berbak
4. Project Leader Taman Nasional Bukit Dua Belas, KKI Warsi – Jambi, Indonesia
5. Tim Konsultan Pelaksana

A. Materi
Peran KSN Bukit Duabelas
• Sebagai rumah bagi orang rimba (ruang hidup dan penghidupan suku anak
dalam)
• Sebagai daerah tangkapan air DAS Batanghari
• Sebagai kawasan Lindung flora dan Fauna yang terancam punah
• Sebagai salah satu tujuan wisata dalam program Wonderful Indonesia

B. Nilai Strategis KSN


Mendukung fungsi kawasan lindung Taman Nasional Bukit Duabelas pada
kawasan inti, terutama mendukung perlindungan tempat hidup dan penghidupan
orang rimba dan harimau di Taman Nasional Bukit Duabelas

C. Kriteria Deliniasi
• Daya Jelajah Orang Rimba
• Adanya kesamaan karakteristik fisik
• Kawasan Tangkapan Air DAS Batanghari

Laporan Akhir | II - 56
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

D. Permasalahan Pergerakan Kegiatan Budidaya ke Kawasan Inti


 Permasalahan Aspek Spasial
 Permasalahan yang terjadi di kawasan penyangga dilihat dari aspek spasial
yaitu mengenai alih fungsi lahan
 Permasalahan Dilihat Dari Aspek Aspasial
 Konflik Ruang (Konflik antara masyarakat di kawasan penyangga dan orang
rimba)
 Permasalahan
- Konflik ruang antara orang rimba dan warga sekitar TNBD
- Konflik ruang antar orang rimba
- Terdapat banyak perkebunan sawit di kawasan penyangga
- Hewan yang dilindungi di TNBD diburu oleh orang untuk dijadikan bahan
makanan

E. Konsep Pengembangan
Pengembangan di Kawasan Penyangga Diperuntukkan bagi masyarakat setempat,
suku anak dalamKonsep Pengembangandan pengembangan wisata di TNBD.
• Pusat pelayanan
• Pengembangan Infrastruktur
• Sarana Pendidikan
• Sarana Kesehatan
• Sarana Perdagangan Jasa
• Pusat Kegiatan Budidaya (perkebunan, pertanian, perikanan)
Pengembangan wisata dan budidaya hasil hutan, yaitu :
• Wisata : Live In (hidup di dalam TNBD, dan Mengikuti cara hidup rang
rimba)
• Pemanfaatan Tanaman obat dan Pohon Jernang
• Budidaya Anggrek

Laporan Akhir | II - 57
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

F. Notulensi
Berikut adalah beberapa poin penting sebagai masukan dan saran untuk
melengkapi Laporan KSN Taman Nasional Bukit Dua Belas.
1. Jumlah suku anak dalam yang ada saat ini adalah 1.750 orang
2. Suku anak dalam yang ada saat ini terbagi menjadi tiga jenis : 1. Suku anak
dalam yang masih asli mengikuti budayanya; 2. Suku anak dalam yang sudah
terakulturasi oleh budaya luar; 3. Suku anak dalam yang sudah mengikuti
kebudayaan dari luar
3. Terdapat 22 desa di wilayah penyangga
4. Konflik ruang antara suku anak dalam dan masyarakat dari wilayah
penyangga
5. Perlu untuk dipertimbangkan adanya SK Gubernur yang mengatur kawasan
penyangga
6. Telah dilakukan penelitian tentang kebiasaan SAD (Suku Anak Dalam) oleh
peneliti dari jerman
7. Ada 471 jenis tanaman di TNBD (Taman Nasional Bukit Duabelas)
8. Perubahan guna lahan untuk penghidupan dan ekspansi ruang
9. Ledakan populasi SAD
10. Kelembagaan SAD di kawasan inti
11. Telah dilakukan pemberian pendidikan dasar untuk SAD di Kabupaten
Batanghari
12. Masyarakat di 22 desa penyangga memimiliki karakteristik budidaya yang
berbeda
13. Masyarakat yang berbatasan langsung dan tidak langsung diikutsertakan
untuk menjaga TNBD
14. Penetapan hutan larangan oleh SAD dan masyarakat desa penyangga untuk
sumber pengairan sawah
15. Perlu diadakan forum komunikasi fasilitator di bidang ekonomi untuk
mengarahkan kegiatan budidaya di kawasan penyangga

Laporan Akhir | II - 58
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

16. Terjadi masalah politik ekonomi sosial dan budaya antara SAD dan
Masyarakat penyangga
17. SAD menjual lahannya untuk memenuhi kebutuhan tersier
18. Anggota satu KK di SAD rata-rata adalah 7 orang
19. SAD harus diberi pendidikan agar bisa berkompetisi dengan orang dari luar
SAD
20. Tidak boleh ada pembangunan infrastruktur di dalam TNBD
21. Pemerintah Provinsi Jambi telah menetapkan bahwa kawasan TNBD
termasuk dalam daerah produksi dalam rencana tata ruang
22. Pemerintah Provinsi Jambi telah merencanakan peningkatan status jalan
menjadi jalan strategis provinsi di jalan Pauh menuju Simpang Jelatan dan di
Butag Utara menuju Margoyoso agar hasil produksi bisa didistribusikan
dengan baik, dan tidak ada penetrasi ke kawasan inti
23. 64% kawasan TNBD berada di Kabupaten Batanghari
24. Kabupaten Batanghari telah menyusun RAN GRK dan REDD+ untuk TNBD
25. TNBD menyimpan 225.125 ton CO2 ekuivalen pertahun
26. Usulan untuk mengkaji DAS Batanghari Sebagai salah satu akses masuk
TNBD

Laporan Akhir | II - 59
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

D. Lampiran Dokumentasi Acara Fgd Daerah

Laporan Akhir | II - 60
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak

Laporan Akhir | II - 61

Anda mungkin juga menyukai