BAB II
METODOLOGI
Laporan Akhir | II - 1
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
teori yang lebihumum (memiliki keterkaitan yang relatif agak jauh dari fenomena
yang dipecahkan), akanmemiliki kekuatan untuk diacu lebih lemah.
Pendekatan pakar digunakan untuk memperoleh masukan dari para pakar/ ahli dalam
pengembangan suatu kawasan ekosistem, sehingga dapat dirumuskan konsepsi
Rencana Struktur dan Pola Ruang KSN.
Laporan Akhir | II - 2
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
a) kawasan inti pada KSN yaitu kawasan dengan batas tertentu dan memperoleh
fasilitas tertentu untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian tertentu.
b) kawasan penyangga pada KSN yaitu kawasan dengan radius tertentu dari batas
kawasan inti dengan perlakuan khusus yang memiliki fungsi melindungi kawasan
inti ataupun terpengaruh oleh kawasan inti.
2.1.2.2 Deliniasi Kawasan KSN Mahato, KSN Bukit Dua Belas, KSN Berbak
(Tipologi KSN Hutan Lindung-Taman Nasional)
Laporan Akhir | II - 3
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 4
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
a) Tujuan
Tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSN yang ingin dicapai pada
masa yang akan datang. Perumusan tujuan difokuskan pada perwujudan
kawasan ekonomi berdaya saing internasional dalam batas area tertentu
melalui insentif fiskal dan nonfiskal, serta dukungan jaringan prasarana yang
handal.
b) Kebijakan
Laporan Akhir | II - 5
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
c) Strategi
Laporan Akhir | II - 6
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 7
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Rencana pola ruang diarahkan berupa green belt (dapat berupa hutan) yang
disesuaikan dengan luasan kawasan yang berpotensi memberikan dampak.
Laporan Akhir | II - 8
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
- Indikasi program utama perwujudan rencana struktur ruang dan rencana pola
ruang difokuskan pada perwujudan kawasan ekonomi dalam batas area
tertentu yang berdaya saing internasional melalui insentif fiskal dan nonfiskal,
serta dukungan jaringan prasarana yang handal.
Laporan Akhir | II - 9
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 10
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
2) Arahan perizinan.
4) Aarahan sanksi
b. Arahan Perizinan
Arahan pemberian insentif dan disinsentif dalam RTR KSN digunakan untuk:
Laporan Akhir | II - 11
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Arahan pengenaan sanksi dalam RTR KSN memuat arahan ketentuan sanksi,
terutama sanksi administratif, yang diatur lebih lanjut sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan pada tingkat daerah.
E. Pengelolaan
2.1.3.2 KSN Mahato, KSN Bukit Dua Belas dan KSN Berbak (Tipologi Hutan
Lindung-Taman Nasional)
Muatan yang diatur dalam RTR KSN tipologi kawasan hutan lindung-taman nasional
yaitu sebagai berikut:
Laporan Akhir | II - 12
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
a) fungsi hutan lindung dan taman nasional terkait dengan besarnya manfaat
perlindungan setempat dan perlindungan kawasan bawahnya serta kekayaan
keanekaragaman hayati;
b) kondisi pemanfaatan ruang kawasan dan sekitar kawasan;
c) kondisi sosial-ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan;
d) keberadaan sistem pusat pelayanan di dalam dan sekitar kawasan; dan
e) kondisi sistem jaringan prasarana di dalam dan sekitar kawasan.
a) Tujuan
Tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSN yang ingin dicapai pada
masa yang akan datang. Perumusan tujuan difokuskan pada perwujudan
lingkungan kawasan hutan lindung-taman nasional yang lestari.
b) Kebijakan
Laporan Akhir | II - 13
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 14
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 15
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Lhoksukon dan wilayah lainnya. Sehingga potensi gas alam dapat bertahan
selama 40 tahun.
Saat ini PT Arun sedang menunggu hasil keputusan dari PT Pertagas dan
Pemerintah Pusat terkait nasib PT Atun kedepannya. Akantetapi berdasarkan hasil
kajian tim dari PT Arun terdapat cara alternative dalam pemanfaatan potensi PT
Arun yang ada saat ini. Salah satu upaya tersebut dapat berupa pemanfaatan
sarana dan prasarana industri milik PT Arun meliputi:
Laporan Akhir | II - 16
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
- Terminal Receiving
- Bio Base Energy
- Fuel Bankering
- Kilang BBM
Bio Base Fuel adalah salah satu pemanfaatan tanaman pohon yang menjadi
sumber energy. Tim dari PT Arun pernah membuat pemetaan dasar bahwa lahan
di Kabupaten Aceh Utara dan sekitar sangat potensial untuk pengembangan
tersebut. Pengembangan bio base fuel dapat memanfaatkan tangki energy yang
saat ini berjumlah 5 tangki yang dapat dijasikan untuk bisnis lainnya. missal
tangki kondesat untuk buffer stock (bankering).
Saat ini potensi yang luar biasa berkembang dari dampak pembangunan PT Arun
adalah Sumber Daya Manusia yang berkualitas yaitu tenaga kerja PT Arun.
Tahun 2000 terjadi penurunan tenaga kerja. Pekerja yang di 300 PHK adalah
pekerja yang potensial karena tidak terdapat kebijakan strategis. 300 pekerja
tersebut bekerja di Timur Tengah. Tenaga kerja merupakan Capital Fligh.
Dengan kemampuan dan pengalaman pernah bekerja di PT Arun dan jam terbang
yang tinggi di bidang LPG dan LNG hal ini merupakan kerugian yang besar bagi
pemerintah Indonesia jika potensi sumber daya manusia tidak dikembangkan. PT
Arun pernah memiliki training center dalam skala mikro untuk melatih SDM
yang berkualitas. lulusan mahasiswa di universitas lhokseumawe pernah didik
oleh pihk PT Arun dan memiliki keahlian dan saat ini telah bekerja di Industri
Strategis di Indonesia (Training Centre) Pusat pengembangan SDM di bidang
Gas.
Laporan Akhir | II - 17
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Ada komtmen bersama dengan PLN (kontak bisnis) pensupplay gas. Terminal
recifing tidak lagi oleh PT Arun. Oleh karena itu PT Pertamina menganjurkan
membuat PT yaitu PT PAG (Perta Arun Gas) untuk mengolah recifing gas. Porsi
dan wewenangnya PT Arun hanya mengurus GAS milik NSO dengan
Lokshukon, mensupplay utilitas tetapi tidak membuat pencairannya. Pemerintah
sepertinya akan mengambil kebijakan kepada PT Arun. Satt ini status PT Arun
adalah Wait and See apakah akan dibubarkan atau bagaimana kelanjutanya. Pihak
Patner bisnis Exxon mobile akan mengusahakan supaya gas tetap di PT Arun
karena dr segi bisnis masih ada kelayakan.
Laporan Akhir | II - 18
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
PT Tangguh saat ini memiliki 2 kilang yang beroperasi pada tahun 2009
diproyeksikan selesai pada tahun 2035. PT Tangguh saat ini bekerjasama dengan
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral sedang membangun train 3. Train 1 &
2 eksport ke Amerika dan Mexico. Akantetapi Amerikan kebanjiran energy lain
yaitu shell gas. Ada kebijakan pembeli tidak boleh mengambil yg dari tangguh
mulai tahun 2013 sudah mensuplay domestic termasuk ke PIM. Exxon komitmen
ke KOKAS (Korea Selatan). Suplay ke Arun NGL untuk PIM sudah selesai.
Berjalannya regastifikasi pada tahun 2014. Pada tahun 2015 Tangguh mengirim
ke arun 8 kargo 150 ribu metric ton, tahun 2016 12 cargo – tahun 2019 24 cargo
(menunggu III train beroperasi) supplay untuk PLN. kontrak berakhir 2033-2035
dengan PLN. saat ini di Bintuni terdapat kawasan petrokimia termasuk pupuk
(belum menjadi komitmen masih diskusi) terdapat keterbatasan supplay sumber
yang ada.
Laporan Akhir | II - 19
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Mengenai olefin dan aromatic untuk menunjang ban. karena ban basis argo.
aromatic adalah kertas harus dipisahkan antara kebutuhan industri dengan
kebutuhan bahan baku sebagai sumber energy. Kebijakan Kementerian
Perindustrian kawasan industri arun akan dipertahankan.
Laporan Akhir | II - 20
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 21
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
2.2.1.2 Materi dan Pembahasan FGD di Daerah (Hotel Oasis Atjeh, Banda
Aceh)
Laporan Akhir | II - 22
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 23
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Resume Kegiatan : Acara FGD dibuka oleh Ibu Reny Windyawati, ST.,
MSc(Kasubdit Kebijakan dan Strategi Nasional – Direktorat Penataan Ruang
Wilayah Nasional Kementerian Pekerjaan Umum)
C. Nilai Strategis :
Laporan Akhir | II - 24
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
D. Isu Strategis:
• Pelaku deforestasi lokal yang memperoleh mata pencaharian mereka di dalam
atau dekat daerah Taman Nasional Berbak
• Pelaku deforestasi dari imigran yang kemungkinan akan merambah hutan
Taman Nasional Berbak dan menimbulkan kebocoran emisi karbon pada
periode mendatang
Laporan Akhir | II - 25
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 26
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
E. Kriteria Deliniasi :
Penggunaan Lahan
Kondisi Fisik
Kesatuan Ekosistem Flora dan Fauna
Sebaran potensi wisata di Kawasan Penyangga
Persebaran Rawa Gambut
Rencana Pembangunan sekitar kawasan inti
DAS Batanghari
Laporan Akhir | II - 27
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
G. Notulensi
Berikut adalah beberapa poin penting sebagai masukan dan saran untuk
melengkapi Laporan KSN Taman Nasional Berbak.
Laporan Akhir | II - 28
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Resume Kegiatan :Acara FGD dibuka oleh Ibu Reny Windyawati, ST., MSc
Laporan Akhir | II - 29
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 30
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 31
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 32
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
A. Pengantar
Laporan Akhir | II - 33
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
B. Tujuan
Laporan Akhir | II - 34
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
C. Keluaran (Output)
A. Pengantar
Laporan Akhir | II - 35
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
a. Dasar Penetapan Kawasan Mahato sebagai KSN berfungsi Lindung dan daya
dukung lingkungan
b. Keanekaragaman flora dan fauna di Kawasan Inti Mahato
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi lahan di kawasan inti
d. Trend Perubahan Fungsi Lahan di kawasan inti dan Potret Kawasan Lindung
saat ini
e. Kebijakan terkait mempertahankan kawasan inti Mahato sebagai
perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau
diperkirakan akan punah.
Laporan Akhir | II - 36
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
B. Kedudukan KSN
C. IsuKawasan Inti
• Spasial
1. Terjadinya konversi lahan hutan lindung secara besar-besaran lebih kurang
24.000 hektar menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Tambusai
Laporan Akhir | II - 37
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
• Spasial
Keberadaan permukiman penduduk di jalur jelajah gajah Hutan Lindung
Mahato (www.wwf.or.id 2006).
• ASpasial
Tidak kurang dari 8.000 kepala keluarga menjadi petani kebun sawit. Jumlah
ini belum termasuk sejumlah perusahaan dengan skala besar dan menengah
yang menampung ratusan ribu kepala keluarga (Koran Tempo, 2008);
KSN Hutan Lindung Mahato ditetapkan berdasarkan kriteria seperti yang terdapat
pada Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008 pasal 80, yaitu sebagai berikut:
Laporan Akhir | II - 38
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 39
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 40
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Pada tahun 1990 tutupan hutan alam di Provinsi Riau masih meliputi 60,22%
dan pada tahun 2011 hutan alam yang tersisa hanya 29,17%.
Laporan Akhir | II - 41
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Satwa dilindungi seperti Gajah Sumatera dan Ikan Arwana kehilangan habitat
sehingga satwa-satwa ini terancam punah
Pengelolaan sumber daya hutan berbasis kearifan lokal (hutan adat/hutan desa
dll);
Laporan Akhir | II - 42
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Berikut adalah beberapa poin penting sebagai masukan dan saran untuk
melengkapi Laporan KSN Mahato.
1. TGHK update menjadi 29.000 ha luasan hutan lindung mahato
2. Berdasarkan data citra SPOT rekaman juli tahun 2013, dimana kebun sawit
ada sekitar ± 11.000 ha;
3. Kabupaten Rokan Hulu juga telah melakukan reoisasi mulai dari tahun 2002;
7. Hutan lindung mahato sebagai zona inti tidak ada alas an lagi untuk tidak di
benah dan diperbaiki untuk kedepannya, karena telah banyak pihak instansi
daerah dan kementerian yang ikut andil untuk mengelola kawasan hutan
lindung mahato;
Laporan Akhir | II - 43
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
15. Indek kualitas lingkungan hidup (IKLH) no 2 paling bawah yaitu sekitar
53,74 (berdasarkan data perhitungan oleh dinas BLH tahun 2012);
16. Indeks kualitas udara sumber utamanya yaitu kebakaran hutan dan lahan;
17. Perubahan kualitas tutupan lahan dimana pada KLHS RPJMD provinsi riau
dimana terdapat tingginya kerusakan DAS Riau (Kampar, Siak, Indragiri,
Rokan) yang merupakan salah sati isu lingkungan strategis;
18. Dalam kurung waktu setiap tahunnya terjadi penurunan kualitas tutupan
lahan sekitar 133 ha;
19. Periode 2009-2011 pada titik sungai rokan dan sungai Kampar yaitu : semar
ringan – sedang dan pada tahun 2012-2013 telah menjadi cemar berat;
20. Pada kawasan hutan lindung mahato juga terdapat jelajah harimau sumatera
(bisa dicek datanya lagi);
22. Data daro BKSDA Riau dimana kawasan mahato masuk kedalah wilayah
kantong (jelajah) gajah;
23. Upaya yang bisa dilakukan di kawasan hutan lindung mahato yaitu penataan
batas di lapangan, pengawasan dan penegakan hokum lingkungan, dan
banyak laigi (dapat dilihat di PPT dari BLH Provinsi Riau);
24. Kawasan hutan lindung mahato dikuasai oleh para perusahaan besar yang
menguasaianya;
Laporan Akhir | II - 44
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
25. Dimana kekuatan masyarakat tidak sepadan dengan kekuatan yang dimiliki
oleh perusahaan swasta yang menguasai lahan mahato di kawasan rokan
hulu;
26. Pekerja dan semuanya dikelola oleh pihak luar rokan hulu yaitu dari pihak
sumatera utara;
28. Pihak provinsi dan kabupaten tidak bisa berbuat banyak dalam menjaga dan
menghukumkeras rambahan hutan mahato oleh perusahaan swasta tersebut;
29. Butuh kekuatan hukum yang kuat agar bisa menghentikan perambahan
pengawasan hutan mahat tersebut;
30. Pertanyaan yang paling mendasr yaitu mau kita apakan kawasan hutan
mahato?
32. Hutan lindung yang ada di Rokan Hulu ada 3 yaitu : hutan lindung mahato,
hutan lindung surigi dan hutan rokan;
33. Pada kawasan hutan lindung di rokan hulu juga memiliki potensi batubara;
36. Rokan hulu merupakan salah satu yang dilalui oleh trans sumatera
kedepannya;
37. Kawasan hutan lindung sudah punya komitmen dari pusat juga untuk
dipertahankan;
Laporan Akhir | II - 45
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
38. Ada sekitar 40.000 ribu lebih penduduk di kawasan luar atau sekitar hutan
mahato;
40. Terebosan hukum apa yang harus dicari untuk mencegah kerusakan kawasan
hutan lindung mahato tersebut;
41. Harapan terhadap pemerintahan daerah, dimana adanya dukungan juga untuk
bergerak untuk mengkaji dan mengelola kawasan hutan lindung mahato
tersebut;
42. Untuk mengelola dan mengkaji kawasan hutan lindung mahato tersebut,
maka harus di buatkan indikasi program kedepannya;
43. Alokasi dana yang jelas untuk masing-masing pihak harus jelas, agar siapa
pun yang terlibat dapat berjalan dengan sedemikian rupa;
44. Jaringan jalan nasional yang menjadi pengelolaan wajib oleh pusat bisa di
sentuh pengembangannya agar bisa membantu jaringan infrastruktur
provinsi riau kedepannya;
45. Pada tahun 2013 juni dimana yang pertama saya lihat adalah landsat hutan
lindung mahato, dimana terlihat sudah kotak-kotak atau sudah terbangun
menjadi kawasan perkebunan, dan habitat lindungnya sudah tidak tahu
kemana;
46. Tentang lokasi dimana KSN adalah usaha untuk kawasan penyangga dimana
telah menjadi kebun di sekitar zona inti;
47. Pada zona inti saja sudah berat perubahannya, bagaimana lagi dengan zona
penyangga?mungkin sudah lebih berat perubahannya;
Laporan Akhir | II - 46
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
50. Apakah pola dari pengembangan kawasan ini ada kawasan hutan mahato
tersebut ada bisa dikembangkan tanaman holtikultura?
51. Pada kawasan tambusai utara itu masih terdapat HPT mahato Kanan;
A. Pengantar
3. Selain untuk perlindungan habitat gajah sumatera dan ikan arwana, Hutan
lindung Mahato berfungsi sebagai pengatur/perlidungan tata Air.
Laporan Akhir | II - 47
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
1 Pak Anwar Syadat Dinas Kehutanan TGHK update menjadi 29.000 ha luasan hutan
(Narasumber Dinas Rokan Hulu lindung Mahato
Kehutanan Rokan Berdasarkan data citra SPOT rekaman juli tahun
Hulu) 2013, dimana kebun sawit ada sekitar ± 11.000 ha;
Kabupaten Rokan Hulu juga telah melakukan
reboisasi mulai dari tahun 2002;
Terdapat 3 pihak perusahaan swasta yang telah
membuka lahan di kawasan hutanlindung Mahato
tersebut tanpa ijin resmi;
Kebijakan di bidang kehutanan, dimana telah
dibentuk UPTD KPHL sungai Mahato yang telah
diajukan ke Kementerian untuk menjaga hutan
Mahato yaitu yang dilakukan oleh personil Polisi
Hutan yang terdiri sekitar 21 personil polisi hutan
tersebut;
Ikan arwana banyak terdapat di kawasan penyangga
yaitu di Rawa 1000 nama lokasi nya;
Hutan lindung Mahato sebagai zona inti tidak ada
alasan lagi untuk tidak dibenahi dan diperbaiki untuk
kedepannya, karena telah banyak pihak instansi
daerah dan kementerian yang ikut andil untuk
mengelola kawasan hutan lindung Mahato tersut;
2 Pak Muchsin Dinas BLH Kondisi lingkungan Provinsi Riau sekurang-kurang
(Narasumber BLH Provinsi Riau ada 6 lokus permasalahan lingkungan yaitu :
Provinsi Riau) (Kasubdit) 1. Kelangkaan SDA yang telah menurun tutupan
lahan sekitar 30%;
2. Kerusakan lingkungan meningkat (gambut,
mangrove telah rusak);
3. Pencemaran lingkungan meningkat (air dan udara
tercemar);
4. Kebakaran hutan;
5. Keanekaragaman hayati terancam punah
(tumbuhan, huwan dan sumber genetic); dan
6. Bencana lingkungan (banjir dan kekeringan);
Indek kualitas lingkungan hidup (IKLH) no 2 paling
bawah yaitu sekitar 53,74 (berdasarkan data
perhitungan oleh dinas BLH tahun 2012);
Indeks kualitas udara sumber utamanya yaitu
kebakaran hutan dan lahan;
Perubahan kualitas tutupan lahan seperti yang
tercantum dalam KLHS RPJMD Provinsi Riau
dimana terdapat tingginya kerusakan DAS Riau
(Kampar, Siak, Indragiri, Rokan) yang merupakan
salah satu isu lingkungan strategis;
Setiap tahunnya terjadi penurunan kualitas tutupan
lahan sekitar 133 ha;
Laporan Akhir | II - 48
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 49
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 50
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 51
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Registrasi Peserta
Laporan Akhir | II - 52
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Narasumber :
1. Perencanaan Kawasan Hutan – Kementerian Kehutanan
2. Kementerian Kehutanan
3. LIPI
Laporan Akhir | II - 53
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Peserta :
WWF
A. Materi
Peran KSN Taman Nasional Bukit Dua Belas :
• Sebagai rumah bagi orang rimba (suku anak dalam)
B. Nilai Strategis :
Mengacu pada SK Menhut No: 46/Kpts-II/1987 tgl 12 Februari 1987, Taman
Nasional Bukit Duabelas merupakan aset nasional berupa:
“Kawasan biosfir yang didalamnya terdapat pula aset nasional yang harus
dilindungi berupa kehidupan suku anak dalam dan tempat hidup bagi flora dan
fauna langka yang harus dilindung, seperti harimau”
Dengan mengacu pada nilai strategis dari kawasam Taman Nasional Bukit
Duabelas seperti yang telah disebutkan, maka nilai strategis yang terkandung
dalam kawasan penyangga, yaitu:
“Mendukung fungsi kawasan lindung Taman Nasional Bukit Duabelas pada
kawasan inti, terutama mendukung perlindungan tempat hidup dan penghidupan
orang rimba dan harimau di Taman Nasional Bukit Duabelas”.
C. Kriteria Deliniasi :
Dalam menenetukan kawansan penyangga dilakukan pendekatan ecoregion, dan
dalam memperhitungkan parameter yang menjadi nilai strategis dan atau
kehususan yang di miliki kawsan sebagai berikut :
• Daya Jelajah Orang Rimba
Laporan Akhir | II - 54
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
D. Isu Permasalahan :
• Konflik ruang antara orang rimba dan warga sekitar TNBD
• Konflik ruang antar orang rimba
• Terdapat banyak perkebunan sawit di kawasan penyangga
• Hewan yang dilindungi di TNBD diburu oleh orang untuk dijadikan bahan
makanan
E. Potensi Pengembangan :
• Wisata : Live In (hidup di dalam TNBD, dan Mengikuti cara hidup rang
rimba)
• Tanaman obat
• Pohon Jernang
• Berbagai macam Anggrek
F. Notulensi
Berikut adalah beberapa poin penting sebagai masukan dan saran untuk
melengkapi Laporan KSN Taman Nasional Bukit Dua Belas.
a. KSN Taman Nasional Bukit Duabelas perlu diperhatikan aspek sosial dari
masyarakat sekitar dan Suku anak dalam. Karena berpotensi terjadi konflik
antara masyarakat desa penyangga dan suku anak dalam, selain itu potensi
konflik juga bisa terjadi antar suku anak dalam.
b. Masukan-masukan berupa isu, permasalahan dan potensi pengembangan
kawasan serta usulan kebutuhan penanganan akan dipertimbangkan dalam
penyusunan konsep penanganan kawasan pada tahap selanjutnya. Beberapa
usulan konsep penanganan kawasan yang dapat dirangkum adalah:
Biodiversity tumbuhan di Taman Nasional Bukit Duabelas;
Potensi wisata; dan
Laporan Akhir | II - 55
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
2.2.4.2 Materi dan Pembahasan FGD Jambi (Aston Jambi Hotel and
Conference Center, Jambi)
Narasumber :
1. Kepala BAPPEDA Provinsi Jambi
2. Kepala Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas
3. Kepala Balai Taman Nasional Berbak
4. Project Leader Taman Nasional Bukit Dua Belas, KKI Warsi – Jambi, Indonesia
5. Tim Konsultan Pelaksana
A. Materi
Peran KSN Bukit Duabelas
• Sebagai rumah bagi orang rimba (ruang hidup dan penghidupan suku anak
dalam)
• Sebagai daerah tangkapan air DAS Batanghari
• Sebagai kawasan Lindung flora dan Fauna yang terancam punah
• Sebagai salah satu tujuan wisata dalam program Wonderful Indonesia
C. Kriteria Deliniasi
• Daya Jelajah Orang Rimba
• Adanya kesamaan karakteristik fisik
• Kawasan Tangkapan Air DAS Batanghari
Laporan Akhir | II - 56
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
E. Konsep Pengembangan
Pengembangan di Kawasan Penyangga Diperuntukkan bagi masyarakat setempat,
suku anak dalamKonsep Pengembangandan pengembangan wisata di TNBD.
• Pusat pelayanan
• Pengembangan Infrastruktur
• Sarana Pendidikan
• Sarana Kesehatan
• Sarana Perdagangan Jasa
• Pusat Kegiatan Budidaya (perkebunan, pertanian, perikanan)
Pengembangan wisata dan budidaya hasil hutan, yaitu :
• Wisata : Live In (hidup di dalam TNBD, dan Mengikuti cara hidup rang
rimba)
• Pemanfaatan Tanaman obat dan Pohon Jernang
• Budidaya Anggrek
Laporan Akhir | II - 57
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
F. Notulensi
Berikut adalah beberapa poin penting sebagai masukan dan saran untuk
melengkapi Laporan KSN Taman Nasional Bukit Dua Belas.
1. Jumlah suku anak dalam yang ada saat ini adalah 1.750 orang
2. Suku anak dalam yang ada saat ini terbagi menjadi tiga jenis : 1. Suku anak
dalam yang masih asli mengikuti budayanya; 2. Suku anak dalam yang sudah
terakulturasi oleh budaya luar; 3. Suku anak dalam yang sudah mengikuti
kebudayaan dari luar
3. Terdapat 22 desa di wilayah penyangga
4. Konflik ruang antara suku anak dalam dan masyarakat dari wilayah
penyangga
5. Perlu untuk dipertimbangkan adanya SK Gubernur yang mengatur kawasan
penyangga
6. Telah dilakukan penelitian tentang kebiasaan SAD (Suku Anak Dalam) oleh
peneliti dari jerman
7. Ada 471 jenis tanaman di TNBD (Taman Nasional Bukit Duabelas)
8. Perubahan guna lahan untuk penghidupan dan ekspansi ruang
9. Ledakan populasi SAD
10. Kelembagaan SAD di kawasan inti
11. Telah dilakukan pemberian pendidikan dasar untuk SAD di Kabupaten
Batanghari
12. Masyarakat di 22 desa penyangga memimiliki karakteristik budidaya yang
berbeda
13. Masyarakat yang berbatasan langsung dan tidak langsung diikutsertakan
untuk menjaga TNBD
14. Penetapan hutan larangan oleh SAD dan masyarakat desa penyangga untuk
sumber pengairan sawah
15. Perlu diadakan forum komunikasi fasilitator di bidang ekonomi untuk
mengarahkan kegiatan budidaya di kawasan penyangga
Laporan Akhir | II - 58
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
16. Terjadi masalah politik ekonomi sosial dan budaya antara SAD dan
Masyarakat penyangga
17. SAD menjual lahannya untuk memenuhi kebutuhan tersier
18. Anggota satu KK di SAD rata-rata adalah 7 orang
19. SAD harus diberi pendidikan agar bisa berkompetisi dengan orang dari luar
SAD
20. Tidak boleh ada pembangunan infrastruktur di dalam TNBD
21. Pemerintah Provinsi Jambi telah menetapkan bahwa kawasan TNBD
termasuk dalam daerah produksi dalam rencana tata ruang
22. Pemerintah Provinsi Jambi telah merencanakan peningkatan status jalan
menjadi jalan strategis provinsi di jalan Pauh menuju Simpang Jelatan dan di
Butag Utara menuju Margoyoso agar hasil produksi bisa didistribusikan
dengan baik, dan tidak ada penetrasi ke kawasan inti
23. 64% kawasan TNBD berada di Kabupaten Batanghari
24. Kabupaten Batanghari telah menyusun RAN GRK dan REDD+ untuk TNBD
25. TNBD menyimpan 225.125 ton CO2 ekuivalen pertahun
26. Usulan untuk mengkaji DAS Batanghari Sebagai salah satu akses masuk
TNBD
Laporan Akhir | II - 59
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 60
Penyusunan Materi Teknis RTR KSN Kawasan Industri Lhokseumawe,
KSN Mahato, KSN Bukit Duabelas , dan KSN Berbak
Laporan Akhir | II - 61