Laporan Praktikum Lapang Biologi Laut
Laporan Praktikum Lapang Biologi Laut
Oleh :
1. Fikrotul Mufidah (141811535004)
2. Rizki Endah W. (141811535013)
3. Laksa Imtapreta S.M. (141811535016)
4. Sadida Anindya B. (141811535033)
5. Rusdi Abdat (141811535039)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Dan yang merupakan satu petunjuk yang
paling benar yaitu Syariah Islam yang sempurna, dan yang terbaik bagi seluruh alam semesta.
Makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan beberapa tugas mata kuliah Biologi Laut.
Pada makalah ini membahas tentang Praktikum Lapang Biologi Laut di Pulau Tabuhan
Banyuwangi. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak sekali kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis
mengharapkankritik, dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan apabila makalah ini ada kesalahan penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih.
Penyusun
ABSTRAK
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki pantai yang panjang kurang lebih 81.000
km, sehingga pesisir merupakan sumber daya besar bagi Indonesia.Wilayah perairan Indonesia
memiliki potensi yang besar terutama sumber daya hayati, namun jika pengelolaan sumber daya
ini tidak dikelola menjadi sumber daya yang berkelanjutan, maka potensi ini akan berkurang dan
akan menjadi masalah pada masa yang akan datang.Wilayah perairan Indonesia memiliki potensi
yang besar teruta masumber daya hayati, namun jika pengelolaan sumber daya ini tidak dikelola
menjadi sumber daya yang berkelanjutan, maka potensi ini akan berkurang dan akan menjadi
masalah pada masa yang akan datang. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan biota
laut khususnya makrozoobenthos, mengetahui keanekaragaman jenis lamun serta mengetahui
kualitas air di Pulau Tabuhan, Banyuwangi. Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, 07
November 2019 di Pulau Tabuhan Banyuwangi. Parameter yang di ukur meliputi parameter
fisika, kimia, dan biologi. Hasil Praktikum menunjukkan bahwa keanekaragaman
makrozoobenthos di perairan Pulau Tabuhan tergolong tidak produktif karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor luar dan faktor dalam, keanekaragaman lamun di perairan Pulau Tabuhan
tergolong produktif karena terdapat berbagai macam lamun yang tumbuh di setiap stasiun
sedangkan untuk kualitas air pada perairan di Pulau Tabuhan tergolong normal dan sesuai untuk
kebutuhan hidup biota di dalamnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................4
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................5
1.1 Latar Belakang...................................................................................5
1.2 Tujuan ...............................................................................................6
1.3 Manfaat .............................................................................................6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................7
2.1 Pulau Tabuhan...................................................................................7
2.2 Biodiversitas Lamun dan Makrozoobentos ......................................7
BAB 3. METODE .................................................................................................9
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................10
3.1 Hasil...................................................................................................10
3.2 Pembahasan........................................................................................10
BAB 5. PENUTUP.................................................................................................13
4.1 Kesimpulan........................................................................................13
4.2 Saran..................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
1. Pulau Tabuhan
Pulau Tabuhan adalah salah satu tempat wisata pantai dengan tipe laut
terbuka yang berada di Banyuwangi.Pulau Tabuhan ini memiliki eksotisme alam
yang sangat menakjubkan. Terletak di lokasi 20 kilometer dari pusat Kota
Banyuwangi tepatnya di Desa Bangsring, Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi,
Jawa Timur, Indonesia. Pulau Tabuhan memisahkan Pulau Jawa dan Bali. Pulau
ini memiliki keindahan tersendiri karena memiliki kitesurfer dengan kecepatan
angin konstan 20-25 knot. Tepatnya pada 2 kilometer dari tepi pantai terdekat
Banyuwangi. Pulau Tabuhan memiliki luas sekitar 5 hektar dan menawarkan
keindahan alam yang tiada duanya dengan ciri khas pasir putih dan air bening di
sepanjang pantainya. Selain dapat menikmati pemandangan berupa gunung di
daratan Pulau Jawa, terlihat pula hijaunya taman nasional Bali Barat(TNBB). Dua
daratan ini memberikan pengaruh angin yang cukup kencang(Khotimah dan
Hasanudin, 2016).
2. Definisi Lamun
Morfologi : memilki bentuk daun oval seperti telur, berukuran kecil dengan
tangkai daun berpasangan pada setiap nodus.tulang daun kurang dari
delapan dan meiliki rhizoma berwarna putih dan berukuran kecil. Halophile
minor di daerah ini tumbuh pada substrat pasir pecahan karang(Rawung
dkk., 2018).
III. Klasifikasi Cymodocea rotunda
Kingdom : Plantae
Filum : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Alismatales
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Cymodocea
Spesies : Cymodecea rotunda (Rawung dkk., 2018).
a. DO
b. NO2
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Tuangkan sampel air kolam sebanyak 5ml kedalam botol sampel uji
3. Teteskan reagen 1 sebanyak 5 tetes dan kocok hingga tercampur rata
4. Teteskan reagen 2 sebanyak 5 tetes dan kocok hingga tercampur rata
5. Tunggu 5 menit dan amati warna air dengan warna kertas uji NO2
c. NO3
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Tuangkan sampel air kolam sebanyak 10ml kedalam botol sampel uji
3. Teteskan reagen 1 sebanyak 6 tetes kedalam botol sampel dan kocok
hingga tercampur rata
4. Teteskan reagen 2 sebanyak 6 tetes kedalam botol sampel dan kocok
hingga tercampur rata
5. Tambahkan bubuk reagen 3 sebanyak 1 sendok takar, kocok hingga
tercampur rata dan tunggu selama 15detik
6. Teteskan reagen 4 sebanyak 6 tetes dan kocok hingga tercampur rata
7. Tunggu hingga 5 menit dan amati warna air dengan warna kertas uji
NO3
d. NH3
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Tuangkan sampel air kolam sebanyak 10ml kedalam botol sampel uji
3. Teteskan reagen 1 sebanyak 6 tetes kedalam botol sampel dan kocok
hingga tercampur rata
4. Teteskan reagen 2 sebanyak 6 tetes kedalam botol sampel dan kocok
hingga tercampur rata
5. Teteskan reagen 3 sebanyak 6 tetes dan kocok hingga tercampur rata
6. Tunggu hingga 5 menit dan amati warna air dengan warna kertas uji
NH3
Kecerahan
1. Siapkan secchi disk yang akan digunakan
2. Masukkan secchi disk kedalam perairan hingga secchi disk tidak
tampak, beri tanda batas pada tali secchi disk tersebut dan ukur
panjang tali yang telah diberi tanda menggunakan penggaris atau
meteran
Keterangan:
1. H’ = indeks keanekaragaman
2. E = indeks keseragaman
3. T = jumlah individu
Indeks Keanekaragaman
4. 0,75 – 1 produktif
4.1 Hasil
a. Tabel pengukuran parameter dan identifikasi Pulau Tabuhan stasiun 1
a. Tabel Keanekaragaman Spesies
Thalassia
hemprichi(45)
Halophila 0 0 0 0 0,0134
tricostata
Kelimpahan Thalassia 14,49% 76,92% 53,52% 19,14% 0
Relatif (Kr) hemprichi
Halophila 0 0 0 0 11,58%
tricostata
Indeks Thalassia 0,195 0,183 0,075 0,0108 0
Keanekaragaman hemprichi
(H’)
Syringodium 0,0063 0,015 0,027 0,147 0,147
isoetikolium
Halophila 0 0 0 0 0,0039
tricostata
Indeks Thalassia 0,25 0,235 0,096 0,188 0
Keseragaman (E) hemprichi
Halophila 0 0 0 0 0,05
tricostata
Bulu
Babi 1,16 0,26
-
Holothuria 0,0002
fuscocinere 0
a (1)
Kelimpahan - Asterias 0,014%
Relatif (Kr) sp. (1)
- 0,014%
Holothuria
fuscocinere
a (1)
Indeks - Asterias 0,0000
Keanekaragaman sp. (1) 6
(H’)
-
Holothuria 0,0000
fuscocinere 6
a (1)
Indeks - Asterias 0,0000
Keseragaman (E) sp. (1) 3
-
Holothuria 0,0000
fuscocinere 3
a (1)
Halophila 1 1
minor
Cymodece 1
a rotunda
Kelimpahan Thalassia 100% 0,971%
Relatif (Kr) hemprichii
Cymodece 100%
a rotunda
Indeks Thalassia 0,30 0,28
Keanekaragaman hemprichii
(H’)
Halophila 0,30 0,30
minor
0,30
Cymodece
a rotunda
Indeks Thalassia 0,16 0,15
Keseragaman (E) hemprichii
Diadema setosum 0 0 0 0 1
Kelimpahan 1% 67% 0% 0% 0%
Relatif (Kr) Protoreaster nodosus
0% 67 0% 100% 0%
Actinopyga echinites
0% 0% 0% 0% 100
Diadema setosum
Indeks 0,3 0,13 0 0 0
Keanekaragaman Protoreaster nodosus
(H’)
0 0,13 0 0,3 0
Actinopyga echinites
0 0 0 0 0,3
Diadema setosum
Indeks Protoreaster nodosus 0,99 0,86 0 0 0
Keseragaman (E)
Actinopyga echinites 0 0,86 0 0 2,98
Protoreaster
nodusus 0,625
Kelimpahan Holoturia 100%
Relatif (Kr) impatiens
Protoreaster 0,25%
nodusus
Indeks Holoturia 0,031
Keanekaragaman impatiens
(H’)
Opiotrix sp. 0,226 0,028
Protoreaster 0,075
nodusus
Indeks Holoturia 0 0,1
Keseragaman (E) impatiens
Protoreaster 0,249
nodusus
Parameter Fisika
Suhu
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan suhu perairan di pulau tabuhan
memiliki kisaran antara 29-31oC. hal ini dikarenakan suhu didaerah tersebut
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain kedalaman dan arus sehingga pada
setiap stasiun memiliki kisaran suhu yang berbeda. suhu perairan juga dipengaruhi
oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu
dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman badan air.
Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi air. Pola
arus yang berubah secara mendadak dapat menurunkan nilai suhu pada air. Kisaran
suhu diperairan dangkal lebih besar daripada perairan laut dalam, karena
mengalami banyak pergolakan yang disebabkan oleh angin dan dinamika
oseanografi fisika lainnya (Salim,dkk.2017).
Kecerahan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan kecerahan di perairan Pulau
Tabuhan yaitu 100%. Hal tersebut terjadi karena kondisi lingkungan perairan yang
masih tergolong baik belum tercemar oleh faktor luar. Selain itu keadaan topografi
perairan di Pulau Tabuhan yang dangkal sehingga intensitas cahaya dapat
menembus hingga dasar perairan. Menurut Mainassy (2017) mengatakan bahwa
kecerahan suatu perairan adalah kondisi yang menunjukkan kemampuan intensitas
cahaya matahari untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada
perairan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas
fotosintesa dan produksi primer dalam suatu perairan. Faktor yang mempengaruhi
kecerahan adalah kejernihan yang sangat ditentukan partikel-partikel terlarut dalam
lumpur. Semakin banyak partikel atau bahan organik terlarut maka kekeruhan akan
meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam perairan akan
menurunkan efisiensi makan dari organisme.
Parameter Kimia
Salinitas
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan salinitas di pulau tabuhan
memiliki kisaran antara 30-36 ppm. hal ini dikarenakan pada saat pengamatan
suhunya cukup tinggi sehingga terjadi penguapan dan menyebabkan salinitasnya
tinggi. Tingginya nilai salinitas juga disebabkan tingginya temperatur, hal ini
dikarenakan dipengaruhi oleh penguapan dan daerah penelitian juga berada di
daerah sekitar ekuator ( Juniarti,dkk.2017 ).
NO2
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, hasil pengukuran nitrit
di perairan Pulau Tabuhan pada stasiun 1 hingga stasiun 5 yaitu sebesar 0,3
mg/L. Putri dkk., (2019) menyebutkan bahwa perairan alami umumnya
mengandung nitrit sebesar 0,001 mg/L dan sebaiknya tidak melebihi 0,06
mg/L. Dibandingkan dengan konsentrasi nitrat, konsentrasi nitrit yang
terukur jauh lebih kecil hal ini dikarenakan pada perairan alami, nitrit
umumnya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit karena sifatnya yang
tidak stabil akibat keberadaan oksigen. Sebagaimana kita ketahui bahwa
nitrit umumnya merupakan bentuk transisi antara amoniak dan nitrat dan
segera berubah menjadi bentuk yang lebih stabil yakni nitrat. Meskipun
demikian nitrit merupakan salah satu parameter kunci dalam penentuan
kualitas air karena bersifat racun ketika bereaksi dengan hemoglobin dalam
darah yang menyebabkan darah tidak dapat mengangkut oksigen (Putri dkk.,
2019).
pH
Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan bahwa nilai pH pada
perairan Pulau Tabuhan memiliki kisaran antara 7 – 8. pH tersebut termasuk
dalam kategori optimal dan sesuai dengan pH air laut. Menurut Hamuna
dkk., (2018) PH air laut yang relatif stabil biasanya berada pada kisaran 7,5
– 8,4 kecuali di dekat pantai. PH pada suatu perairan merupakan salah satu
parameter kimia yang cukup penting dalam memantau kestabilan perairan.
Variasi nilai pH perairan sangat mempengaruhi biota di suatu perairan.
Selain itu tingginya nilai pH sangat menentukan dominasi fitoplankton yang
mempengaruhi tingkat produktivitas primer suatu perairan dimana
keberadaan fitoplankton didukung oleh ketersediaan nutrien dalam suatu
perairan.
DO
Berdasarkan hasil praktikum perairan Pulau Tabuhan memiliki
kisaran oksigen terlarut antara 4,0 mg/l –0,6 mg/l. Hal tersebut menunjukkan
bahwa nilai DO pada perairan tersebut tergolong tinggi karena perairan
tersebut di kelilingi oleh laut sehingga tidak ada bahan organik yang dapat
masuk ke dalam perairan dan keadaan topografi pantai yang dangkal
sehingga proses fotosintesis dapat berjalan optimal. Menurut Patty dkk.,
(2015) nilai oksigen terlarut yang rendah disebabkan oleh tingginya
kekeruhan suatu perairan dan juga mungkin disebabkan oleh meningkatnya
aktivitas mikroorganisme dalam menguraikan zat organik yang
menggunakan oksigen terlarut. Kecenderungan menurunnya oksigen terlarut
di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh meningkatnya bahan-bahan
organik yang masuk kedalam perairan disamping faktor-faktor lainnya
diantaranya adalah kenaikan suhu, salinitas, respirasi, adanya lapisan diatas
permukaan air, senyawa yang mudah teroksidasi dan tekanan atmosfir.
Kandungan oksigen dalam air yang ideal dan sesuai dengan
kehidupan biota yaitu antara 3 – 7 mg/l. Tingginya konsentrasi oksigen
terlarut dalam air dapat disebabkan karena terdapat biota vegetasi laut
(lamun) yang cukup banyak. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan
berasal dari hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut,
selain dari proses difusi dan udara bebas. Umumnya oksigen terlarut
dijumpai pada lapisan permukaan karena oksigen dari udara di dekatnya
dapat secara langsung larut berdifusi ke dalam air laut(Hamuna dkk., 2018).
Fosfat
Tingginya kadar fosfat pada suatu perairan dapat digunakan sebagai
parameter tingkat kesuburan perairan. Kadar fosfat pada perairan 0-0.002
mg/l termasuk pada kategori kesuburan yang kurang subur. Kadar 0.0021-
0.05 menandakan cukup subur. 0.051-.0.1 termasuk subur. 0.1-0.2 sangat
subur. Dan jika melebihi 0.201 menandakan sangat subur sekali suatu
perairan tersebut (Patty dkk., 2015). Fosfat digunakan oleh mikroorganisme
untuk terus berkembang, namun bila terjadi peningkatan fosfat yang
berlebihan dalam air laut dapat memicu terjadinya peledakan populasi alga
atau fitoplankton di perairan yang mampu bersifat toksik (Risamasu dan
Hanif, 2011).
NH3
Limbah merupakan salah satu masalah yang harus ditangani dengan
baik karena limbah dapat mengandung bahan kimia yang berbahaya dan
beracun. Salah satu bahan kimia yang umum terkandung dalam limbah
adalah ammonia (NH3). Kadar ammonia dalam air laut sangat bervariasi dan
dapat berubah secara cepat. Kandungan amonia pada pulau Tabuhan yaitu
12,5 mg/l. Ammonia dapat bersifat toksik bagi biota jika kadarnya melebihi
ambang batas maksimum (Hamuna, dkk., 2018).
NO3
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, kadar nitrat perairan di
pulau tabuhan memiliki kisaran antara 0 – 12,5 mg/l. Kadar nitrat yang
rendah menandakan proses penguraian di perairan pulau tabuhan masih
berjalan dengan baik dan letaknya tidak berdekatan dengan muara sungai.
Rendahnya konsentrasi nitrat diduga karena letaknya yang berada jauh dari
sumber nitrat itu sendiri. Nilai konsentrasi nitrat akan semakin berkurang
apabila semakin menjauhi muara sungai sehingga suplai nitrat sedikit (Rigita
dkk.2015)
PO4
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum lapang di pulau
tabuhan banyuwangi menunjukkan bahwa distribusi fosfat di perairan pantai
tersebut tidak merata antara 0-2 mg/l. Perbedaan kandungan fosfat di
perairan dapat dilihat dari variasi nilai fosfat antar stasiun pengambilan
sampel. Kandungan fosfat dalam perairan pulau tabuhan rata-rata terendah
terdapat pada stasiun 5 dan rata-rata tertinggi pada stasiun 7. Perbedaan
kandungan fosfat antar stasiun disebabkan oleh beberapa hal salah satunya
ialah karena arus air di perairan yang termasuk kategori lambat sehingga
menyebabkan pencampuran air tidak berjalan dengan sempurna dan
menyebabkan terjadinya stratifikasi horizontal(Nugroho dkk., 2014).
Dalam keputusan MENLH No. 51 Tahun 2004, bahwa baku mutu
konsentrasi maksimum fosfat yang layak untuk kehidupan biota laut adalah
0.015 mg/l. Tingginya kandungan fosfat di perairan disebabkan oleh
beberapa hal seperti tingginya fosfat yang berasal dari proses biogeokimia di
dalam perairan. Sedimen merupakan tempat penyimpanan dan pelepasan
material ke kolom air di perairan muara dan pantai. Senyawa fosfor yang
terikat di sedimen mengalami dekomposisi dengan bantuan bakteri melalui
proses abiotik menghasilkan senyawa fosfat terlarut dapat menghasilkan
difusi kembai ke dalam air. Tingginya konsentrasi fosfat juga berkaitan
dengan adanya gerakan arus yang menjauhi daratan. Air laut memiliki peran
pada proses penyebaran zat hara diantarnya nitrat dan fosfat. Arus laut
membawa partikel massa air dari suatu tempat ke tempat lain (Utami dkk.,
2016).
Tingginya kadar fosfat pada suatu perairan dapat digunakan sebagai
parameter tingkat kesuburan perairan. Kadar fosfat pada perairan 0-0.002
mg/l termasuk pada kategori kesuburan yang kurang subur. Kadar 0.0021-
0.05 menandakan cukup subur. 0.051-.0.1 termasuk subur. 0.1-0.2 sangat
subur. Dan jika melebihi 0.201 menandakan sangat subur sekali suatu
perairan tersebut (Patty dkk., 2015). Fosfat digunakan oleh mikroorganisme
untuk terus berkembang, namun bila terjadi peningkatan fosfat yang
berlebihan dalam air laut dapat memicu terjadinya peledakan populasi alga
atau fitoplankton di perairan yang mampu bersifat toksik (Risamasu dan
Hanif, 2011).
Keanekaragaman Lamun dan Makrozoobenthos
Thalassia hemprichii
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang di lakukan di perairan Pulau Tabuhan
dapat disimpulkan bahwa kualitas air pada perairan ini termasuk dalam kategori
baik dan optimal untuk pertumbuhan biota air. Hal ini disebabkan oleh letak Pulau
yang dikelilingi oleh laut dan tidak adanya saluran air sungai yang masuk sehingga
masih minimnya kandungan bahan organik atau bahan pencemar di dalamnya.
Pada stasiun 5 ditemukan spesies lamun berupa Thalassia hemprichii, Halophila
minor dan Cymodecea rotundata dengan nilai produktifitas yang rendah hal ini
disebabkan karena letak pantai yang langsung mengarah ke arah laut sehingga
nutrien yang di butuhkan organisme air berkurang dan menyebabkan kerapatan
lamun berkurang. Selain lamun pada stasiun 5 juga ditemukan spesies
makrozoobenthos yaitu teripang dan bintang laut dengan nilai produktifitas
dikategorikan tidak produktif. Hal tersebut terjadi karena nilai kerapatan lamun
yang berada pada stasiun 5 yang rendah sehingga makrozoobenthos yang di
temukan sangat sedikit. Lamun merupakan habitat dan sebagai sumber makanan
makrozoobenthos.
5.2 Saran
Dengan keterbatasan hasil yang diperoleh, maka hasil praktikum ini belum
bisa dijadikan referensi akhir mengenai biota pantai yang dapat ditemukan
dipantai-pantai Banyuwangi. Karenanya untuk memperkaya sampel biota laut ini
diperlukan kegiatan serupa yang dilakukan dipantai lain didaerah Banyuwangi
agar dapat membandingkan biota laut yang ada antara perairan satu dengan yang
lainnya. Selain itu, sebaiknya indentifikasi biota laut yang didapatkan tidak hanya
diidentifikasi langsung dilapangan oleh setiap kelompok praktikum akan tetapi
juga dilakukan identifikasi ulang agar hasil yang didapatkan lebih sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Salinitas
Stasiun 4 Stasiun 5
pH
Ammonia
Stasiun 4 Stasiun 5
Nitrit
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Stasiun 4 Stasiun 5
Nitrat
DO
Stasiun 4 Stasiun 5
B. Flora
Cymodocea rotundata Halophila minor Thalassia hemprichii
C. Fauna