Prayer Terapi (Terapi Berdoa)
Prayer Terapi (Terapi Berdoa)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi Komplementer dalam beberapa tahun terakhir semakin
berkembang dan merupakan bagian yang penting dalam pemberian
pelayanan kesehatan khususnya di negara Indonesia. Pada berbagai
sarana pelayanan kesehatan tidak sedikit paisen yang akan bertanya
tentang terapi komplementer dan alternatif pada petugas kesehatan seperti
dokter maupun perawat. Karena masyarakat beranggapan bahwa terapi
omplementer merupakan salah satu pilihan pengobatan yang dapat
dilakukan. Menurut WHO ( World Health Organization) , pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal
dari negara yang bersangkutan, sehingga untuk indonesia seperti minuman
jamu tidak dapat dikategorikan sebagai terapi komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisonal. Terapi komplementer merupakan suatu
kumpulan dari berbagai macam sistem pengobatan dan perawatan
kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari
pengobatan konvensional (Widyastuti, 2008).
Melihat tingkat kebutuhan masyarakat dan berkembangnya penelitian
terhadap terapi komplementer menjadi peluang bagai perawat untuk
berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat berperan sebagai
konsultan untuk klien dalam memilih jenis perawatan yang sesuai dan
dapat bertindak langsung sebagai pemberi asuhan keperawatan dengan
terapi komplementer. Namun, diperlukan pengembangan dengan penelitian
yang lebih lanjut (Evidance based practice) agar dapat diterapkan menjadi
terapi keperawatan yang berbasis bukti (Lee-Poy, Stewart, Ryan, & Brown,
2016).
Sebagai upaya dalam peningkatkan pelayanan keperawatan, maka
terapi komplementer akan semakin berkembang pula sebagai bentuk
pengobatan dan pencegahan terhadap penyakit. Maka dari itu perawat
harus mampu mengetahui jenis- jenis terapi komplementer yang dapat
digunakan dan salah satu diantaranya adalah prayer terapi (terapi berdoa).
Terapi berdoa merupakan bagian dari terapi spiritual yang yang sangat
penting dalam mengatasi penyakit kronis dan mengancam jiwa, krisis
medis, dan penyakit gangguan kejiwaan (Balboni et al., 2013)(Sabki,
Zarrina, Basirah, & Muhsin, n.d.). Agama/spiritual pasien tidak hanya
penting untuk dipenuhi, hal itu juga dikaitkan dengan peningkatan kualitas
hidup pasien dan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan medis
(Mcmillan & Johnston, 2017; Zollfrank et al., 2015)
Terapi doa merupakan bagian dari terapiutik dalam kesehatan dan
penyembuhan. Banyaknya bukti- bukti ilmiah yang mendukung tentang
terapi doa seperti yang dilakukan oleh ( Barnum,2006; O’Brien, 2007)
menyatakan bahwa orang yang mengaku beriman dan selalu berdoa pada
umumnya lebih sehat, hidup lebih lama, dan memiliki tingkat penyakit yang
lebih rendah, lebih cepat sembuh dan memiliki tingkat gangguan emosi
yang rendah dan memiliki kesehatan yang lebih baik dari yang tidak
melakukannya (Barbara Cherry, 2014)
Pemberian terapi doa merupakan perawatan spritual yang
membutuhkan partisipasi semua anggota tim perawatan paliatif, seperti
dokter, perawat, pemeluk agama, pekerja sosial dan dapat melibatkan
bidan dalam melakukan tindakan kebidanan(Vallurupalli et al., 2012)
(Mccabe & Jacka, n.d.). Untuk mengevaluasi perawatan spiritual dalam
perawatan, diperlukan pemahaman dan penelitian yang menggambarkan
peran agama/spiritual pasien yang menerima perawatan dan persepsi
pasien terhadap perawat dalam memberikan perawatan terapi berdoa (Lee-
Poy et al., 2016). Sehingga perawatan spiritual lewat terapi berdoa
memberi manfaat kepada pasien secara emosional dan dapat memperkuat
hubungan terapeutik dengan tenaga kesehatan serta dapat
mengoptimalkan kemandirian pasien dan keluarga agar memungkinkan
untuk menghadapi proses perkembangan penyakit secara normal dengan
rasa sakit seminimal mungkin (Vilalta, Valls, Porta, & Vin˜as, 2014).
B. Tujuan Penulisan
1. Memahami Defenisi Terapi Doa
2. Mekanisme Terapi Doa
3. Memahami Kegunaan Terapi Doa
4. Memahami Jenis-Jenis Doa
5. Memahami Intervensi Terapi Doa
6. Memahami Efektivitas Terapi Doa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Menurut Pusat Nasional Pengobatan Komplementer dan Alternatif
telah mengidentifikasikan bahwa Do’a merupakan bagian dari terapi
komplementer. Therapy doa berasal dari kata “therapy” yang dlam
bahasa inggris bermakna pengobatan dan penyembuhan sedangkan doa
dalam bahasa latin disebut precarius, yang berarti memperoleh dengan
memohon.definisi doa juga dapat didefinisikan secara sederhana yaitu
percakapan dengan Tuhan Yang pengasih dan terapi adalah
penyembuhan atau usaha. Terapi disebut juga dengan interaksi antara
dua p'ihak atau lebih yang satu adalah professional penolong dan yang
lainnya adalah "petolong” (orang yang ditolong) dengan catatan bahwa
interaksi itu menuju pada perubahan atau penyembuhan. Perubahan itu
dapat berupa perubahan rasa, pikir, perilaku, kebiasaan yang
ditimbulkan dengan adanya tindakan profesional penolong dengan latar
ilmu perilaku dan teknik-teknik usaha yang dikembangkannya(Snyder &
Lindquist, 2008).
C. Kegunaan Doa
Doa telah digunakan untuk orang-orang yang memiliki semua
jenis penyakit, dari semua kelompok usia, dan dari semua budaya. Di
sejumlah survei, doa telah menjadi terapi komplementer yang paling
sering digunakan. Tujuan doa yaitu untuk menilai interaksi pikiran tubuh
dan roh, perawat dapat menilai lebih banyak secara holistik dari pada
hanya mengukur status fisiologis atau psikologis. Misalnya, psikologis
dan spiritual yang dapat diukur adalah kepuasan, kesejahteraan secara
keseluruhan, dan orang terkait bahwa mereka lebih tenang (Johnson,
2018; Sabki et al., n.d.; Snyder & Lindquist, 2008).
D. Jenis-Jenis Doa
Adoration: Mengakui kebesaran dari Yang Lebih Tinggi, Doa bisa
berupa kalimat dzikir kepada Allah, dan puji-pujian.
Colloquial: Berkomunikasi secara informal dengan Higher Being
Directed: Meminta hasil tertentu
Intercessory: Berkomunikasi dengan Yang Lebih Tinggi untuk orang
lain yang memiliki kebutuhan
Lementation: Berkomunikasi dengan Yang Lebih Tinggi selama
berkabung
Nondirected: Meminta hal terbaik terjadi dalam situasi tertentu
Petition: Meminta Lebih Tinggi untuk permintaan pribadi
Ritual: Menggunakan kata-kata yang ditetapkan dan / atau praktik
sering dalam iman agama tertentu
Thanksgiving: Menawarkan rasa syukur kepada Yang Lebih Tinggi
untuk permintaan atau hadiah yang diterima
Dalam hal kesehatan, doa syafaat yaitu doa untuk orang lain atau untuk
diri sendiri dalam kaitannya dengan masalah tertentu.
1) Penilaian
Penilaian spiritual harus menjadi bagian dari riwayat kesehatan
pasien yang didapatkan oleh perawat atau tenaga profesional
kesehatan lainnya. Banyak penilaian spiritual termasuk informasi
tentang keyakinan yang dianut oleh pasien, bagaimana mereka
mengatasinya yang lebih tinggi, dan hal-hal yang penting bagi mereka
untuk berdoa.
The Joint Commission (2008) mengemukakan penilaian spiritual,
minimal harus memperoleh informasi tentang agama atau keyakinan
dari pasien dan apa keyakinan dan latihan spiritual, jika ada dan
penting bagi pasien. Contoh pertanyaan lain yang dapat memberikan
informasi dan membantu tim kesehatan dalam merencanakan
perawatan holistik adalah:
■ Apakah pasien menggunakan doa dalam hidupnya?
■ Bagaimana pasien mengekspresikan spiritualitasnya?
■ Jenis dukungan spiritual / keagamaan apa yang diinginkan pasien?
1. Persiapan
a) Persiapan perawat
1) Lakukan pengkajian: baca catatan keperawatan dan medis
2) Rumuskan diagnosa yang mungkin terkait
3) Buat perencanaan tindakan
4) Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta perawat lain membantu
jika perlu
5) Cuci tangan dan siapkan alat
b) Persiapan klien
1) Pastikan identitas klien
2) Kaji kondisi klien
3) Jelaskan maksud dan tujuan
4) Jaga privasi klien
5) Pasien dipersilahkan duduk ataupun berbaring
2. Cara kerja
a) Tumbuhkan niat dalam diri untuk minta disembuhkan oleh Tuhan
b) Rilekskan tubuh, kendorkan dari mulai kaki hingga kepala, jangan
ada ketegangan otot
c) Lakukan tahap kesadaran sebagai hamba: sadari keluhan yang
dirasakan, amati keluhan itu, ikuti dengan kesadaran bahwa kita
lemah, tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan apa-apa
d) Lakukan tahap penyadaran akan kekuasaan Tuhan: sadari
kebesaran Tuhan, lihat alam semesta, bagaimana Tuhan
menggerakkan alam ini, menghidupkan alam ini, Tuhan yang
memberi hidup dan memberi mati, Tuhan yang memberi sembuh
dan memberi sakit
e) Lakukan tahap komunikasi sebagai bagian penting dari proses
terapi, tahap ini dapat berbentuk:
1) Ungkapkan seluruh keluhan yang dirasakan kepada Tuhan
2) Ungkapkan segala yang dipikirkan dan apa yang menjadi
kekhawatiran kepada Tuhan
3) Memohon kesembuhan kepada Tuhan baik dengan do’a yang
dihafalkan maupun dzikir sesuai dengan keyakinan pasien
4) Tetap relaks dan masih pada posisi memohon kepada Tuhan
5) Pasrah kepada Tuhan disertai dengan keyakinan bahwa Tuhan
menjawab doa yang dipanjatkan
3. Evaluasi
a) Evaluasi respon pasien
b) Simpulkan hasil kegiatan
c) Berikan reinforcement positif
d) Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
e) Akhiri kegiatan dengan cara yang baik (Blanton, 2011; Kuswardani,
2009).
A. Kesimpulan
Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya
penelitian terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat
untuk berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat dapat
berperan sebagai konsultan untuk klien dalam memilih alternatif yang
sesuai ataupun membantu memberikan terapi langsung.
Terapi doa dapat digunakan sebagai salah satu terapi komplemneter
dalam mendukung pengobatan baik pasien paliatif dalam upaya
menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan keyakinan kepada
Tuhan atas penyakitnya.
B. Saran
Perawat berperan aktif dalam pemberian terapi do’a pada pasien
dengan masalah kesehatan dan kecemasan sebagai intervensi
yang dapat menduung proses penyembuhan pasien.
Perlu dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-
based practice) agar dapat dimanfaatkan sebagai terapi
keperawatan yang lebih baik. maka dibutuhkan penelitian
berkelanjutan tentang doa :
1) Eksplorasi tentang dampak doa hasil kesehatan perlu
mencerminkan banyak budaya dan agama di dunia.
2) Eksplorasi doa yang digunakan dan dampak dari jenis-jenis doa
3) Setiap doa pasien perlu dikembangkan sesuai kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
Balboni, M. J., Sullivan, A., Amobi, A., Phelps, A. C., Gorman, D. P., Zollfrank,
A., … Balboni, T. A. (2013). Why is spiritual care infrequent at the end of
life? spiritual care perceptions among patients, nurses, and physicians and
the role of training. Journal of Clinical Oncology, 31(4), 461–467.
https://doi.org/10.1200/JCO.2012.44.6443
Barbara Cherry, susan J. (2014). Contemporery Nursing Issue,Trend , and
managemen. United State.
Blanton, P. G. (2011). The Other Mindful Practice : Centering Prayer &
Psychotherapy, 133–147. https://doi.org/10.1007/s11089-010-0292-9
Budianto, M. (2009). Pengaruh terapi religius doa kesembuhan terhadap
penurunan tingkat kecemasan pasien preoperasi di ruang rawat inap
rumah sakit mardi rahayu kudus di susun oleh mesah budianto.
Hawari, D. (2006). Pendekatan holistik pada Gangguan Jiwa Sizofrenia.
Jakarta: FK UI.
Johnson, K. A. (2018). Prayer : A Helpful Aid in Recovery from Depression.
Journal of Religion and Health. https://doi.org/10.1007/s10943-018-0564-8
Kuswardani, I. (2009). erapi Kultural dan Spiritual Penyakit Jantung Koroner, 1–
12.
Lee-Poy, M., Stewart, M., Ryan, B. L., & Brown, J. B. (2016). Asking patients
about their religious and spiritual beliefs Cross-sectional study of family
physicians Recherche Questionner les patients sur leurs croyances
religieuses et spirituelles Une étude transversale auprès de médecins de
famille. Canadian Family Physician, 62, 555–561.
Mahmodi, Z., & Sayehmiri, K. (2018). The Effect of Attitude and Prayer-Related
Behaviors on Depression : A Systematic Review, 5(1), 34–39.
https://doi.org/10.15171/ijer.2018.08
Mccabe, P., & Jacka, J. (n.d.). THERAPIES IN NURSING AND.
Mcmillan, K., & Johnston, E. (2017). Hospitalized Patients ’ Responses to
Offers of Prayer. Journal of Religion and Health.
https://doi.org/10.1007/s10943-017-0454-5
Sabki, Z. A., Zarrina, C., Basirah, S., & Muhsin, S. (n.d.). Islamic Integrated
Cognitive Behavior Therapy : A Shari ’ ah- Compliant Intervention for
Muslims with Depression.
Sambas, S., & Sukayat, T. (2003). Quantum Doa Membangun Keyakinan Agar
Doa TAk Terhijab dan Mudah dikabulkan. Bandung: Mizan Media Utama.
Snyder, M., & Lindquist, R. (2008). Complementary/ alternative Therapies in
Nursing. (Sp. P. Company, Ed.). New York.
Snyder, M., & Lindquist, R. (2010). Complementary / Alternative Therapies in
Nursing Six Edition (6th ed.). New York: SPringer Publishing Company.
Vallurupalli, M., Lauderdale, K., Balboni, M. J., Phelps, A. C., Block, S. D., Ng,
A. K., … Balboni, T. A. (2012). The Role of Spirituality and Religious
Coping in the Quality of Life of Patients With Advanced Cancer Receiving
Palliative Radiation Therapy. J Support Oncol, 10(2), 81–87.
https://doi.org/10.1016/j.suponc.2011.09.003.The
Vilalta, A., Valls, J., Porta, J., & Vin˜as, J. (2014). Evaluation of Spiritual Needs
of Patients with Advanced Cancer in a Palliative Care Unit. Journal of
Palliative Medicine, 17(5), 592–600. https://doi.org/10.1089/jpm.2013.0569
Widyastuti. (2008). Terapi komplementer dalam keperawatan. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 12(1), 53–57. https://doi.org/10.7454/jki.v12i1.200
Zollfrank, A. A., Trevino, K. M., Cadge, W., Balboni, M. J., Thiel, M. M., Fitchett,
G., … Balboni, T. A. (2015). Teaching Health Care Providers to Provide
Spiritual Care: A Pilot Study. Journal of Palliative Medicine, 18(5), 408–
414. https://doi.org/10.1089/jpm.2014.0306