Anda di halaman 1dari 11

MINI RISET Skor Nilai :

MK. HUKUM BISNIS


PRODI S1 ADP

PEREBUTAN SENGKETA MEREK

(ANALISIS PADA PT KAPAL API)

DISUSUN OLEH:

NAMA MAHASISWA : 1. ARHAMNI LUBIS (7181144006)

2. DIAN RANTI

3. ICHA TRI C. DAMANIK

4. M. RISKI NASUTION

DOSEN PENGAMPU : Dr. HASYIM, S.Ag., S.E., M.M.

MATA KULIAH : HUKUM BISNIS

PRODI STUDI S1 PEND ADM PERKANTORAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

MEI, 2019
EXCECUTIVE SUMMARY

Konflik dalam perusahaan keluarga dapat dirumuskan sebagai suatu

situasi di tempat kerja di mana dua atau lebih orang atau kelompok orang dalam

keluarga mempunyai ide, pandangan, argumentasi, persepsi, dan pendapat yang

berlawanan atau kontradiktif sehingga mereka saling menyalahkan yang

berakibat pada perusahaan.

Salah satu cara mengatasi konflik antaranggota keluarga ini adalah

dilakukannya pengaturan peran setiap anggota keluarga yang bekerja di

perusahaan. Di samping itu, diperlukan pula kejujuran dari anggota keluarga

dalam mengelola bisnis, termasuk mengenai masalah yang timbul, harapan, dan

rencana untuk masa mendatang.

Salah satu pemicu konflik adalah timbulnya miskomunikasi atau justru

komunikasi yang over dosis. Carlock dan Ward menjelaskan, bahwa banyak

keluarga menghindari untuk berkomunikasi dengan jujur tentang keadaan

sebenarnya demi keutuhan atau harmoni dalam keluarga.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Critical

Journal Review ini sesuai dengan waktu yang diberikan.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Critical Journal Review ini

dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang

terkait. Maka dari itu saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Dr. Hasyim, S.Ag., S.E., M.M, selaku Dosen Pengampu

yang telah membimbing saya dan teman-teman yang senantiasa sudah

membantu.

Saya menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu mengharapkan masukan atau saran dan kritik yang membangun guna

perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya. Saya berharap semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan kita.

Medan, Mei 2020

Penyusun ,

ii
DAFTAR ISI

EXCECUTIVE SUMMARY....................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................2

C. Tujuan ..........................................................................................................

D. Manfaat ........................................................................................................

BAB II ANALISIS MASALAH..............................................................................

BAB III PEMBAHASAN.........................................................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................7

B. Rekomendasi................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bersimbolkan ‘perusahaan keluarga’ sudah nampak sumber konfliknya.


Perusahaan adalah sebuah organisasi yang berbasis nilai-nilai bisnis tentu lebih
rasional dan logis. Sementara organisasi bernama keluarga berlandaskan nilai-nilai
keluarga yang bernuansa emosional.

Dalam derajat tertentu penggabungan dua nilai ini menghasilkan power yang
sangat besar, karena tujuan dan langkah rasional disiram oleh ikatan emosional,
sehingga menghasilkan komitmen dan semangat yang tinggi. Terbukti bahwa
perusahaan keluarga menjadi pioneer dalam bisnis global dan menjadi kontributor
yang handal dalam perekonomian di berbagai negara.

Konflik dalam perusahaan keluarga dapat dirumuskan sebagai suatu situasi

di tempat kerja di mana dua atau lebih orang atau kelompok orang dalam keluarga

mempunyai ide, pandangan, argumentasi, persepsi, dan pendapat yang berlawanan

atau kontradiktif sehingga mereka saling menyalahkan yang berakibat pada

perusahaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi permasalahan bisnis keluarga PT. Kapal Api

2. Bagaimana menganalisis konflik yang terjadi dalam PT. Kapal Api

3. Bagaimana menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis

C. Tujuan

1. Mengetahui permasalahan bisnis keluarga PT. Kapal Api

2. Menganalisis konflik yang terjadi dalam PT. Kapal Api

3. Menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis

4
D. Manfaat

1. Dapat mengetahui permasalahan bisnis keluarga PT. Kapal Api

2. Dapat menganalisis konflik yang terjadi dalam PT. Kapal Api

3. Dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis

BAB II

ANALISIS MASALAH

A. Profil Bisnis

Kopi 'Kapal Api' wira-wiri iklannya muncul di berbagai media. Dengan

tagline 'Jelas Lebih Enak', Kapal Api menjadi salah satu pemain atas pasar kopi siap

saji di Indonesia. Siapa sangka, ada sengketa di balik Kapal Api.

Bisnis kopi ini bermula dari usaha Go Soe Loet pada tahun 1927 di Jalan Pasar

Pabean, Surabaya. Saat itu, Indonesia belum terbentuk dan masih bernama Hindia

Belanda. Loet sudah membuka warung kopi kecil-kecilan. Seiring waktu, usahanya

berkembang.

Loet memiliki lima anak yaitu Indra Boediono, Soedomo Mergonoto, Singgih

Gunawan, Lenny Setyawati, dan Wiwik Sundari. Perusahan itu terus berkembang,

dari 10 karyawan hingga 1.500 an lebih. Hokinya mulai muncul saat Kapal Api

pasang iklan di TVRI pada medio 80-an hingga jadilah Kapal Api sebagai kopi yang

diterima masyarakat luas. Kini produk Kapal Api menguasai 50 persen pasar kopi

secara nasional dengan mereknya, yaitu Kapal Api, Excelso, ABC, Good Day, Ya!

dan Kapten.

B. Konflik yang Terjadi pada PT.Kapal Api

Sengketa sejumlah pemegang saham melawan Direktur Utama PT Santos

Jaya Abadi dan PT Kapal Api berakhir di meja Mahkamah Agung dalam tahap

5
peninjauan kembali (PK). Kopi Kapal Api adalah bisnis keluarga yang didirikan Go

Soe Loet, ayah dari 5 orang anak, yaitu Indra Boedijono, Soedomo Mergonoto (in

casu tergugat I), Singgih Gunawan, Lenny Setyawati, dan Wiwik Sundari Guntur.

Dalam putusannya, MA memenangkan kubu Soedomo Mergonoto, Dirut PT

Santos Jaya Abadi, dan PT Kapal Api yang tercatat sebagai pemegang sebagian

besar sertifikat merek Kapal Api di Indonesia.

“Menolak permohonan Pemohon Peninjauan Kembali PT Santos Jaya Abadi

tersebut,” kutipan dari majelis hakim agung MA yang terdiri atas Hamdi, Panji

Widagdo, dan Ibrahim.. Putusan itu dibacakan pada 19 Oktober 2017 dan diunggah

ke website MA pada 29 November. [1] Perkara bermula dari upaya dua pemegang

saham PT Santos Jaya Abadi dengan total kepemilikan 16% atau sebesar 340.000

lembar saham, yakni Ihsan Mulia Putri, dan Samiaji Guntur.

Dalam gugatan ke Pengadilan Niaga Surabaya, penggugat mengajukan

berkas perkara atas nama PT Santos Jaya Abadi dengan dasar Pasal 97 ayat (6) dan

Pasal 99 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. Adapun posisi

tergugat I adalah Soedomo Mergonoto, Dirut PT Santos Jaya Abadi, PT Kapal Api

(tergugat II), dan Direktorat Merek (tergugat III).

Dalam gugatannya pada 2014 di Surabaya, penggugat mengajukan

pembatalan 58 sertifikat merek Kapal Api dan logo. Alasannya, merek tersebut

dialihkan dari PT Santos Jaya Abadi kepada PT Kapal Api sehingga merugikan

perusahaan. Terhadap gugatan tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Surabaya telah memberi putusan Nomor 07/HKI.MEREK/2014/PN.Niaga.Sby., pada

28 April 2015.

Salah satu amarnya berbunyi, “Menolak gugatan Penggugat untuk

seluruhnya.”

6
Selanjutnya, sengketa merek ini dilanjutkan ke MA dengan pengajuan kasasi

dengan Nomor 723 K/Pdt.Sus-HKI/2015. Putusan kasasi pada 25 November 2015

menguatkan vonis yang dijatuhkan pengadilan niaga.. Tak juga puas, kedua

pemegang saham yang mengatasnamakan PT Santos Jaya Abadi mengajukan

peninjauan kembali pada 8 Desember 2016. Pengajuan PK lewat Kepaniteraan

Pengadilan Negeri/Niaga Surabaya. [2]

Dalam sengketa merek ini, PT Santos Jaya Abadi menggugat kepemilikan

merek Kapal Api yang dipegang oleh PT Kapal Api dan Soedomo. Tapi pada 28

April 2015, PN Surabaya menolak gugatan tersebut. Tidak terima dengan putusan

ini, PT Santos Jaya Abadi lalu mengajukan kasasi ke MA. Tetapi usaha tersebut juga

kandas.

BAB III

PEMBAHASAN

Perusahaan kopi bubuk Kapal Api yang merupakan perusahaan perorangan

Hap Hoo Tjan diubah menjadi badan hukum PT Santos Jaya Abadi dimiliki oleh

Indra Boedijono, Soedomo Mergonoto dan Singgih Gunawan dapat dibenarkan,

karena PT Santos Jaya Abadi didirikan pada tahun 1979 telah sesuai dengan Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang dan kemudian telah ada penyesuaian dengan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 dan diperbarui dengan Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Apalagi Asal usul keuangan

pendirian PT Santos Jaya Coffee Company adalah berasal dari perusahaan

perorangan Hap Hoo Tjan yang dimiliki oleh Go Soe Loet dan Po Guan Cuan.

Terbuktinya keuangan berasal dari Go Soe Loet dan Po Guan Cuan maka PT Santos

Jaya Abadi adalah juga milik keluarga. Dengan demikian PT Santos Jaya Abadi

tidak lain adalah warisan dari Go Soe Loet dan Po Guan Cuan, sehingga Po Guan

Cuan yang mewasiatkan hanya sebatas setengah bagian dari harta bersama dengan

tidak boleh melanggar Legitime Portie. Hendaknya ahli waris lainnya mengajukan

7
gugatan pembagian warisan Go Soe Loet dan pelaksanaan wasiat Po Guan Cuan

yaitu pembagian warisan berupa saham-saham PT Santos Jaya Abadi atas nama

Indra Boedijono, Singgih Gunawan dan Soedomo Mergonoto dengan

memperhatikan Legitime Portie masing-masing ahli waris. [3]

Salah satu cara mengatasi konflik antaranggota keluarga ini adalah

dilakukannya pengaturan peran setiap anggota keluarga yang bekerja di

perusahaan. Di samping itu, diperlukan pula kejujuran dari anggota keluarga dalam

mengelola bisnis, termasuk mengenai masalah yang timbul, harapan, dan rencana

untuk masa mendatang.

Salah satu pemicu konflik adalah timbulnya miskomunikasi atau justru

komunikasi yang over dosis. Carlock dan Ward menjelaskan, bahwa banyak

keluarga menghindari untuk berkomunikasi dengan jujur tentang keadaan

sebenarnya demi keutuhan atau harmoni dalam keluarga.

Suksesi juga menjadi sumber konflik yang utama, dan boleh dikatakan yang

paling rumit dan menjadi ancaman terbesar keberlangsungan hidup perusahaan

keluarga. Sang pendiri sering dihadapkan pada dilema ketika harus memilih

penggantinya.

Selanjutnya, masalah antarpribadi dalam keluarga, distribusi sumber penghasilan

dan kekayaaan, kepemimpinan, sistem dan struktur perusahan juga berpotensi

menjadi sumber konflik.

Proses pembuatan keputusan dan tujuan yang tidak sesuai dalam sistem dan

struktur perusahaan keluarga bisa menjadi sumber konflik. Bagi perusahaan yang

sedang tumbuh, kunci utamanya adalah menanamkan sistem dan struktur yang

baik supaya perusahaan makin berkembang dengan tetap memperhatikan

perubahan.

8
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konflik antara kepentingan bisnis dan kepentingan keluarga disebabkan oleh

adanya perbedaan antara nilai keluarga dan nilai bisnis. Dalam keluarga, hubungan

lebih didasarkan pada emosi, sedangkan dalam bisnis hubungan lebih rasional dan

logis.

Dalam bisnis orang yang memegang suatu jabatan adalah orang yang paling

kompeten, sementara dalam keluarga pertalian darah lebih banyak berbicara. Posisi

puncak sedapat mungkin diisi orang yang pertalian darahnya lebih dekat kepada

pemilik/pendiri. Sementara konflik antaranggota keluarga dapat dirangkum dalam

empat hal, yaitu konflik tujuan, gaya hidup dan kerja, konflik menyangkut kendali

perusahaan, dan leaving the nest (meninggalkan rumah).

Serangkaian tujuan untuk bisnis, keluarga terdekat, dan diri sendiri bisa berbeda

dan menyebabkan konflik. Gaya hidup dan kerja berubah sepanjang waktu dan

berbeda antara satu orang dengan lainnya, sehingga berpotensi menimbulkan

konflik dalam keluarga. Keengganan untuk mengalihkan kendali perusahaan ke

generasi penerus dari pendiri/pemilik mengakibatkan konflik dalam keluarga dan

perusahaan. Putra-putri yang menjadi dewasa merasa selalu diawasi (under the

family microscope) karena merekalah nanti yang diharapkan meneruskan

perusahaan.

B. Rekomendasi

Para pembaca sebaiknya meningkatkan pemahamannya lagi terhadap

pembahasan dalam makalah ini serta dapat meriview makalah ini dengan

memberikan masukan yang konstruktif sehingga makalah ini dapat lebih baik pada

masa yang akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://kabar24.bisnis.com/read/20171204/16/715124/sengketa-merek-kopi-kapal-api-

berakhir-di-ma

https://startuphki.com/perebutan-merek-kopi-kapal-api-dalam-keluarga/

Budiman, D. K. (2020). Sengketa Warisan Perusahaan Perorangan Berubah Menjadi

Perusahaan Berbadan Hukum. JCH (Jurnal Cendekia Hukum), 5(2), 198-212.

10

Anda mungkin juga menyukai