Moral Dan Etika Pemimpin Dalam Perspektif Alkitab
Moral Dan Etika Pemimpin Dalam Perspektif Alkitab
PENDAHULUAN
2. Gaya Kepemimpinan
a. Gaya kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi
kepada tugas akan tetapi kurang perhatian pada kebutuhan para pekerjanya.
b. Gaya kepemimpinan demokratis adalah mengikutsertakan anggota bawahan
dalam pengambilan keputusan dalam rangka menumbuhkan komitmen kerja
untuk mencapai tujuan.
c. Gaya kepemimpinan kendali bebas (laissezfaire) menekankan bahwa pemimpin
tidak hanya berusaha untuk menjalankan kontrol atau pengaruh terhadap para
anggota kelompok. Dalam gaya kepemimpinan ini cenderung pemimpin sering
memberi kekuasaan pada bawahan.
2. Sistematika Etika
Secara umum, menurut A. Sonny keraf (1993) dalam Rismawaty (2008 : 64), bahwa
etika dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
Pertama, Etika Umum membahas kondisi dasar bagaimana manusia bertindak etis,
dalam mengambil keputusan etis, dan teori etika serta mengacu pada prinsip moral
dasar yang menjadi pegangan dalam bertindak dan tolak ukur atau pedoman untuk
menilai “baik atau buruknya” suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok orang.
Kedua, Etika khusus adalah penerapan prinsip – prinsip moral dasar dalam bidang
khusus, yaitu bagaimana mengambil keputusan dan bertindak dalam kehidupan sehari –
hari pada proses dan fungsional dari suatu organisasi, atau juga sebagai seorang
profesional untuk bertindak etis yang berlandaskan teori – teori etika dan prinsip –
prinsip moral dasar.
Etika khusus ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Etika individiual menyangkut kewajiban dan perilaku manusia terhadap dirinya
sendiri untuk mencapai kesucian kehidupan pribadinya, kebersihan hati nurani dan
berakhlak luhur.
b. Etika sosial berbicara mengenai kewajiban, sikap dan perilaku sebagai anggota
masyarakat yang berkaitan dengan nilai – nilai sopan santun, tata krama dan saling
menghormati, yaitu bagaimana saling berinteraksi yang menyangkut hubungan
manusia dengan manusia, baik secara perorangan dan langsung, maupun secara
bersama – sama atau kelompok dalam bentuk kelembagaan masyarakat dan
organisasi formal lainnya.
C. Konsep Moral
1. PENGERTIAN MORAL
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang
sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka
secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut
sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata
’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja
yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi bila kita
mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita
menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang
berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral
bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak
baik. ‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya
sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu
perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan
baik dan buruk.