Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang


Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai
peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit bersifat holistik atau menyeluruh mulai
dari pencegahan, penyembuhan hingga pemulihan penyakit. Saat ini rumah sakit
telah mengalami pergeseran tujuan. Awalnya rumah sakit didirikan dengan tujuan
sosial dan berhubungan dengan keagamaan tetapi seiring dengan berjalannya
waktu, tujuan rumah sakit tidak hanya pelayanan sosial tetapi juga mengarah pada
tujuan ekonomi bahkan komersial. Salah satu yang berpengaruh adalah
globalisasi.
Globalisasi merupakan era terjadinya pengalihan kapital dan teknologi dari
negara dengan biaya tenaga kerja mahal ke negara dengan biaya tenaga kerja
murah. Tujuannya untuk meningkatkan daya saing. Globalisasi diperkuat dengan
adanya perjanjian GATS (General Agreement on Trade in Services). Melalui
perjanjian ini ada empat cara liberalisasi perdagangan jasa yaitu pasokan jasa ke
negara lain tanpa harus menjadi penduduk tetap, penduduk membeli jasa di luar
negeri, kehadiran dari cabang, agen atau anak perusahaan asing dan kehadiran
tenaga kerja atau ahli untuk jangka waktu tertentu di suatu negara untuk
mensuplai jasa. Dampak globalisasi menuntut rumah sakit agar melakukan
perubahan dalam manajemen dan organisasi agar mampu bersaing dengan pesaing
lokal, nasional, dan internasional. Dampak tersebut dapat menjadi ancaman dan
juga menjadi peluang. Jika rumah sakit belum siap bersaing dengan rumah sakit
asing maka kehadiran globalisasi akan menjadi ancaman bagi kelangsungan
kegiatan rumah sakit. Tindakan yang dapat diambil adalah dengan menerapkan
building fences yaitu bersikap defensif dan meminta proteksi dan penghambat dari
pemerintah terhadap kehadiran pihak asing seperti pengaturan tenaga kerja asing.
Namun bagi rumah sakit yang siap bersaing baik itu dari segi pelayanan,
sumber daya yang dimiliki dan pemasaran yang kuat akan menerima kehadiran
globalisasi. Tindakan lainnya yang dapat diambil adalah dengan menerapkan
building winmills yaitu melakukan tindakan akomodatif dan memberdayakan
angin perubahan seperti meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang dimiliki
oleh rumah sakit dan melakukan aliansi strategis dengan pihak luar negeri.
(Taurany, 2008) Saat ini beberapa rumah sakit dalam negeri telah bekerja sama
dengan rumah sakit asing. Mereka menetapkan standar internasional pada
pelayanan yang diberikan. Hal tersebut merupakan salah satu tindakan yang ambil
untuk menghadapi globalisasi.
Menurut Taurany (2008), solusi terbaik untuk menghadapi globalisasi
adalah dengan menyiapkan daya saing yang tinggi melalui kepemimpinan yang
memicu pada perubahan dan manajemen yang profesional, manajemen perubahan,
peningkatan manajemen mutu, pengembangan sumber daya manusia, sarana dan
teknologi, peningkatan kepuasan konsumen, peningkatan budaya organisasi,
pemasaran yang efektif dan peningkatan mekanisme dan kegiatan mengantisipasi,
memantau dan menganalisis perubahan-perubahan lingkungan yang dampaknya
dapat berupa ancaman dan berupa peluang.
Berdasarkan uraian tersebut, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan pemasaran yang efektif. Rumah sakit yang pada mulanya berorientasi
sebagai produsen produk dan jasa, mulai berorientasi pada pemasaran. Rumah
sakit mulai menempatkan kebutuhan, keinginan dan harapan pasien terhadap
produk dan jasa sebagai nilai pelayanan yang harus dipenuhi.
Menurut Kotler (1996), pemasaran merupakan kunci untuk meraih tujuan
organisasi yang lebih efektif dari pada pesaing karena memadukan kegiatan
pemasaran untuk menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar
sasaran. Manajemen pemasaran merupakan upaya yang dapat dilakukan agar
utilisasi pelayanan rumah sakit menjadi lebih tinggi sehingga berdampak pada
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Pemasaran rumah sakit
merupakan suatu unsur yang penting. Tujuan pemasaran rumah sakit adalah
memperkenalkan rumah sakit pada masyarakat luas, menginformasikan sejelas-
jelasnya mengenai fasilitas dan kemampuan pelayanan yang dimiliki oleh rumah
sakit pada masyarakat dan segenap warga rumah sakit, membentuk dan membina
citra rumah sakit melalui kepercayaan dan penghargaan masyarakat terhadap
kemampuan rumah sakit, pemanfaatan sumber daya rumah sakit secara optimal
dan disamping itu rumah sakit juga mengharapkan terjadinya peningkatan
penghasilan. Namun manajemen pemasaran tidak dapat diaplikasikan secara
bebas dalam bidang rumah sakit terutama dalam mengaplikasi promosi. Ada
batasan atau etika yang harus dipatuhi seperti etika promosi rumah sakit.
Dalam hal ini, keefektifan dalam kaitannya dengan meningkatnya utilisasi
pelayanan jasa rumah sakit dengan kata lain banyaknya pasien yang menggunakan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Bagaimanapun juga upaya pemasaran yang
dilakukan bertujuan untuk menginformasikan pelayanan kesehatan yang dimiliki
oleh rumah sakit dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan utilisasi
pelayanan kesehatan. Evaluasi dapat dilakukan dengan mengukur sejauh mana
bauran pemasaran yang digunakan oleh rumah sakit dalam mempengaruhi pasien
untuk memilih berobat di rumah sakit tertentu sebagai tempat pencarian pelayanan
kesehatan. Evaluasi dapat digunakan pada perencanaan upaya pemasaran dan
upaya promosi pada periode selanjutnya.

1.2              Rumusan Masalah


1.      Apa pengertian pemasaran dan manajemen pemasaran ?
2.      Apa saja ciri-ciri organisasi semibisnis ?
3.      Apa masalah utama pemasaran rumah sakit ?
4.      Apa manfaat dari pemasaran ?
5.      Apa saja orientasi pemasaran ?

1.3              Tujuan Penulisan


a.       Untuk mengetahui dan memahami pengertian pemasaran dan manajemen
pemasaran.
b.      Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri organisasi semibisnis.
c.       Untuk mengetahui dan memahami masalah utama pemasaran rumah sakit.
d.      Untuk mengetahui dan memahami manfaat dari pemasaran.
e.       Untuk mengetahui dan memahami orientasi pemasaran.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1              Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran


Pengertian pemasaran menurut ahli pemasaran dunia yaitu Philip Kotler (1985)
adalah: “suatu proses proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu
dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada
pihak lain”. Sedangkan, manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu memilih
pasar-pasar sasaran serta mendapatkan, memelihara, dan memperbanyak
pelanggan melalui penciptaan, penyediaan, dan komunikasi hal-hal yang
bermanfaat. (Philip Kotler, 1985).
Keberhasilan manajemen pemasaran sangat tergantung kepada
bagaimana organisasi itu merancang sesuatu yang akan ditawarkannya
berdasarkan atas kebutuhan dan harapan pasar sasaran, ketepatan dalam
penetapan tariff/harga, komunikasi dalam menginformasikan dan memotivasi,
serta penyediaan tempat untuk penyelenggaraan pelayanan itu kepada pasar
sasaran.

2.2              Ciri-ciri Organisasi Semi Bisnis


Rumah sakit adalah organisasi semibisnis, tetapi pemasaran rumah sakit tidak
membutuhkan prinsip-prinsip baru dalam pemasaran. Weinberg dan Lovelock
(1977) telah mengidentifikasi empat cirri utama organisasi semibisnis yang perlu
diperhatikan sewaktu menerapkan prinsip-prinsip pemasaran. Cirri-ciri apabila
diterapkan pada rumah sakit adalah sebagai berikut:
a.      Banyak publik
Rumah sakit memiliki paling sedikit dua public utama yang harus diperhatikan
dari sisi pemasaran, yaitu: klien dan penyedia dana. Publik pertama berkaitan
dengan penggunaan dana, sedangkan publik kedua berkaitan dengan perolehan
dana. Memang terdapat publik lain yang juga penting dari segi pemasaran, seperti
lembaga swadaya masyarakat (LSM), media massa, dan lain-lain.
b.      Banyak tujuan
Rumah sakit sebagai organisasi semibisnis cenderung memiliki banyak tujuan
secara simultan, bukan hanya laba. Akibatnya, menjadi lebih sulit dalam
merumuskan strategi yang dapat mencapai seluruh tujuan itu. Para manajer rumah
sakit harus berpikir keras untuk menetapkan skala prioritas dari tujuan-tujuan.
Dengan demikian akan dapat dipilih satu, dua atau tiga tujuan yang terpenting.
c.       Produk utama adalah pelayanan
Rumah sakit tentu lebih mengutamakan pelayanan sebagai produk usahanya
ketimbang barang seperti obat. Sebagaimana pelayanan memiliki cirri-ciri tidak
kasat mata (intangible), tidak dapat dipisahkan (inseparable), bervariasi
(variable), dan tidak dapat ditimbun (perishable). Dalam merumuskan strategi
pemasaran,ciri-ciri tersebut harus diperhatikan.
d.      Diawasi masyarakat
Rumah sakit merupakan sasaran pengawasan oleh masyarakat karena rumah sakit
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat dan mendapat subsidi
(terutama rumah sakit pemerintah). Oleh karena itu, rumah sakit pada umumnya
merasakan tekanan-tekanan politis dari berbagai pihak dan dituntut untuk
beroperasi sesuai dengan kehendak masyarakat.

2.3              Masalah Utama Pemasaran Rumah Sakit


Setiap rumah sakit harus dapat mengidentifikasi secara formal permasalahan-
permasalahan pemasaran yang dihadapinya, bukan sekadar menerka-nerka. Bila
hanya menerka-nerka, mungkin tidak semua masalah utama diketahui. Boleh jadi
akan ada masalah penting yang terabaikan. Di samping itu, masing-masing rumah
sakit tentu menghadapi masalah yang berbeda. Oleh karena itu, tidak tepat bila
digunakan hasil identifikasi masalah dari rumah sakit lain untuk menyusun
strategi pemasaran suatu rumah sakit. Dengan dilakukannya identifikasi secara
formal semua masalah penting akan terungkap.
Masalah pemasaran yang dihadapi suatu rumah sakit tidak lain adalah
adanya kesenjangan antara apa yang ditawarkan rumah sakit dengan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan dan diharapkan oleh klien/pasien. Dengan kata lain
terdapat selisih antara penawaran dengan permintaan.
Kotler dan Keller (2009), menyatakan adanya delapan jenis kesenjangan
permintaan. Setiap jenis menghendaki strategi pemasaran yang berbeda. Jenis-
jenis kesenjangan permintaan itu adalah sebagai berikut:
a.      Permintaan negatif
Rumah sakit dikatakan menghadapi permintaan negatif terhadap pelayanannya,
bila sebagian besar komponen pasar tidak menyukai pelayanan yang disediakan.
Bahkan kalau boleh lebih baik membayar untuk menghindarinya. Dalam hal ini,
tugas dari pemasaran adalah menganalisis mengapa pasar tidak menyukai
pelayanan tersebut, dan apakah kiranya suatu program pemasaran akan dapat
mengubah keadaan ini dengan jalan merancang ulang pelayanan menurunkan
tarif/biayanya, dan promosi yang lebih baik.
b.      Tidak ada permintaan
Dalam hal ini konsumen tidak tertarik atau acuh tidak acuh terhadap pelayanan
yang ditawarkan. Tugas pemasaran disini adalah mencari jalan bagaimana
menghubungkan manfaat dari pelayanan dengan kebutuhan dan
keinginan/harapan pasar sasaran.
c.       Permintaan tersamar
Sejumlah konsumen mungkin memiliki keinginan yang besar akan sesuatu yang
tidak diperoleh dari pelayanan-pelayanan yang ada. Dalam hal ini dikatakan
adanya permintaan yang tersamar. Tugas pemasaran adalah mengukur seberapa
besar pasar potensial yang ada, dan mengembangkan pelayanan yang dibutuhkan
atau diharapkan.
d.      Permintaan menurun
Rumah sakit pada suatu saat akan mengalami penurunan permintaan terhadap satu
atau lebih pelayanannya. Tugas dari pemasaran adalah meningkatkan permintaan
yang menurun tadi melalui pemasaran ulang yang kreatif. Untuk itu perlu
dianalisis penyebab sari turunnya permintaan, dan dikaji apakah permintaan dapat
ditingkatkan lagi dengan cara menemukan pasar sasaran bary, mengubah
fitur/atribut atau kemasan dari pelayanan, atau menyelenggarakan komunikasi
yang lebih efektif.
e.       Permintaan tidak teratur
Banyak rumah sakit menghadapi permintaan yang bervariasi secara musiman,
harian, bahkan jam-jaman. Tugas dari pemasaran adalah menemukan cara
bagaimana mengubah pola waktu dari permintaan.
f.        Permintaan penuh
Rumah sakit menghadapi permintaan penuh pada saat pelayanannya berkembang
dengan baik. Dalam hal ini tugas dari pemasaran adalah mempertahankan
permintaan pada tingkat tersebut oleh sebab kemungkinan terjadinya perubahan
pilihan konsumen dan meningkatnya persaingan. Perubahan pilihan (selera)
konsumen dan meningkatnya persaingan akan sangat berpengaruh terhadap
permintaan.
g.      Permintaan berlebihan
Pada suatu saat rumah sakit dapat menghadapi situasi dimana permintaan
melebihi apa yang dapat atau ingin dilayaninya. Tugas pemasaran dalam hal ini
adalah demarketing, yaitu menemukan cara bagaimana menurunkan permintaan
secara sementara atau mungkin juga seterusnya. Dapat juga dilakukan
dermaketing secara selektif dengan cara mengurangi permintaan dari segmen-
segmen pasar yang sebenarnya tidak terlalu membutuhkan pelayanan. Perlu
disadari bahwa demarketing bukan bermaksud menolak permintaan, melainkan
sekadar mengurangi sampai ke tingkat yang mampu dilayani.
h.      Permintaan yang tidak dikehendaki
Pelayanan-pelayanan tertentu sebenarnya tidak untuk dimanfaatkan secara bebas
oleh konsumen. Tugas pemasaran adalah mencegah pemanfaatan yang tidak
semestinya dan menyadarkan mereka yang menyukai untuk berhenti atau
mengurangi konsumsi. Dalam hal ini dapat ditempuh cara-cara seperti
menginformasikan bahayanya, menaikkan harganya, dan mengurangi jumlah atau
waktu pelayanan yang disediakan.

2.4              Manfaat dari Pemasaran


Alasan mendasar mengapa rumah sakit harus mempertimbangkan upaya
pemasaran adalah bahwa prinsip-prinsip pemasaran akan memungkinkan rumah
sakit mencapai tujuan-tujuannya secara lebih efektif. Untuk mencapai tujuan-
tujuannya rumah sakit sangat tergantung keoada adanya tukar-menukar secara
sukarela dengan publiknya. Dana yang memadai harus diperoleh, karyawan-
karyawan rumah sakit harus bekerja dengan baik, dan pemanfaatan rumah sakit
oleh klien/pasien harus di tingkatkan. Hal itu semua akan dicapai bila rumah sakit
dapat membertikan imbalan-imbalan yang dirancang dengan baik. Pemasaran
adalah suatu ilmu terapan yang sangat berkaitan dengan permasalahan tersebut.
Pemasaran dirancang untuk menciptakan tiga manfaat utama sebagai berikut.
1.      Meningkatnya kepuasan dari pasar sasaran
Disuatu daerah dimana terdapat hanya satu atau dua rumah sakit, rumah sakit
tersebut berada dalam lingkungan yang nonkompetitif. Dalam lingkungan seperti
ini, permintaan akan pelayanan rumah sakit boleh jadi cukup melimpah.
Akibatnya, rumah sakit menjadi kurang motivasi untuk memuaskan pasar
sasarannya. Rumah sakit cenderung memberikan pelayanan yang kurang baik,
yang mau tidak mau harus diterima oleh klien/pasien. Lama-kelamaan
klien/pasien akan mencari rumah sakit didaerah lain atau pelayanan kesehatan
alternatif yang dapat memuaskan kebutuhan/harapannya. Sementara itu, didaerah
dimana banyak terdapat rumah sakit, mereka hidup dalam lingkungan yang sangat
kompetitif. Namun demikian, tidak jarang dijumpai rumah sakit yang kurang
memiliki kecakapan pemasaran guna mengembangkan pelayanan-pelayanan yang
memuaskan klien. Akibatnya, dari mulut ke mulut akan tersebar berita buruk
tentang rumah sakit, dank lien pun semakin menyusut. Itulah boomerang yang
harus diterima oleh rumah sakit tersebut. Dari kisah ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa pemasaran, dengan keyakinan akan pentingnya kepuasan klien/pasien,
cenderung menghasilkan pelayanan-pelayanan yang semakin memuaskan
klien/pasien.
2.      Meningkatnya efisiensi
Dengan dilaksanakannya pemasaran, maka akan berkembang manajemen yang
yang rasional, dan koordinasi dalam pengembangan pelayanan, penetapan
tarif/harga, promossi atau komunikasi tentang pelayanan-pelayanan yang tersedia,
dan penyediaan tempat atau lokasi penyelenggaraan pelayanan-pelayanan
tersebut. Banyak rumah sakit menyelenggarakan manajemen dan koordinasi
dengan dilandasi pengetahuan yang kurang. Akibatnya diperlukan biaya yang
tinggi untuk pelayanan-pelayanan yang disediakannya, atau dihasilkan pelayanan-
pelayanan yang disediakannya, atau dihasilkan pelayanan-pelayanan yang buruk
untuk biaya yang di sediakannya, atau dihasilkan pelayanan-pelayanan yang
buruk untuk biaya yang disediakannya. Dengan diterapkannya konsep pemasaran,
hal ini tidak akan terjadi.
3.      Meningkatkan dukungan sumber daya
Rumah sakit yang berhasil terus menerus meningkatkan kepuasaan klien/pasien
pasti akan menarik perhatian banyak pihak. Rumah sakit pemerintah yang berhasil
akan mendorong DPRD untuk mengalokasikan lebih banyak dana dari
pemerintah. Rumah sakit swasta yang berhasil, akan mendapat dukungan sumber
daya lebih banyak dari pemiliknya . Rumah sakit-rumah sakit tersebut boleh jadi
juga akan mendapat dukungan sumber daya dari pihak-pihak lain(Misalnya
lembaga-lembaga keagamaan), dan juga dukungan dari karyawannya (dengan
bekerja lebih giat).
Disamping manfaat atau keuntungan tersebut di atas, masih terdapat
keuntungan-keuntungan atau manfaat lain dan diterapkannya konsep pamasaran di
rumah sakit. Kotler (1985) pernah menyelenggarakan sebuah konferensi tentang
pemasaran bagi para pengelola rumah sakit di Amerika Serikat. Konferensi
tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa dengan diterapkannya konsep
pemasaran, maka:
        Rumah sakit akan jauh lebih sensitif terhadap dan memahami tentang kebutuhan-
kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan.
        Rumah sakit akan melupakan niat untuk menyelenggarakan segala jenis
pelayanan bagi semua lapisan masyarakat. Sebagai gantinya, rumah sakit akan
memilih pilak pasar dan memusatkan pelayanannya kepada pasar-pasaran sasaran
tertentu yang paling tepat atau yang secara kompetitif dapat dilayaninya.
        Rumah sakit akan segera menghentikan pelayanan-pelayanan atau program-
program yang tidak memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) atau
keunikan.
        Rumah sakit akan lebih mampu mengembangkan dan menyelenggarakan
pelayanan-pelayanan baru yang berhasil.
        Rumah sakit akan dapat menciptakan sistem yang lebih efektif dalam
menyelenggarakan dan mendekatkan pelayannya kepada klien/pasien.
        Rumah sakit akan dapat menerapkan penetapan tarif/harga yang lebih kreatif.
        Rumah sakit akan dapat menciptakan kepuassan bagi para klien/pasien, dokter,
perawat dan petugas-petugas lainnya.

2.5.            Orientasi Pemasaran


Banyak yang berpendapat bahwa rumah sakit yang telah menambahkan fungsi
pemasaran dalam organisasinya (misalnya dengan membentuk unit pemasaran),
otomatis telah menjadi rumah berorientasi pemasaran (marketing oriental).
Kenyataannya tidak selalu demikian. Ada sebuah rumah sakit yang telah lama
mencantumkan unit pemasaran dalam organisasinya, namun hanya BOR rumah
sakit itu tidak kunjung meningkat juga. Jadi, sbenarnya hakikat bagaimna hakikat
organisasinya yang sudah malah berorientasi pemasaran ?
1.      Jenis-jenis orientasi
Cara terbaik untuk mengetahui hakikat orientasi pemasaran adalah melalui
perbandingannya dengan 3 jenis orientasi yang lain.
a.      Orientasi Produksi
Banyak rumah sakit memusatkan perhatiannya kepada lancarnya proses produksi
(proses pelayanan), walaupun kerap kali mengorbankan aspek manusia. Misalnya
pasien harus menjalani berbagai macam diagnosis tanpa penjelasan apapun.
Pasien beralih dari satu pemeriksa lain layaknya robot, tanpa mengetahui untuk
apa untuk apa pemeriksaan itu dilakukannya.
Rumah sakit yang berorientasi produk berkeyakinan bahwa tugas utama rumah
sakit adalah mengupayakan kecepatan dan efisiensi pelayanannya.
b.      Orientasi Produk
Sejumlah rumah sakit tetap mempertahankan bentuk suatu pelayanannya, tanpa
menyadari bahwa bentuk seperti itu sebenarnya tidak di sukai oleh sebagian
pasiennya. Misalnya ruang rawat intermidian ( setelah pasien menjalani operasi )
yang hanya memiliki lampu penerangan bersifat umum, yaitu untuk semua pasien
(dan kadang kala juga dan untuk penawar juga). Ketika malam hari lampu masi
menyala maka orang (pasien) yang biasa tidur dalam gelap , nd bisa kunjung
tidur. Sebaliknya , ketika lampus segera d matikan, Orang(pasien) yang biasa tidur
dalam suasana terang, tidak bisa tidur. Rumah sakit tidak punya gagasan untuk
merubah sistem lampu penerangan untuk mengubah sistem lampu penerangan
menjadi bersifat individual. Yaitu di sediakan satu lampu untuk setiap pasien,
sehingga terserah masing-masing pasien untuk mematikan atau menyalahkannya.
Rumah sakit yg berorientasi produk beranggapan bahwa tugas utama Rumah sakit
Adalah menyedaiakan pelayanan yang di sukai oleh semua orang (klien/pasien).
Rumah sakit tidak menyadari bahwa kesukaan/keinginan orang berbeda-beda.

C Orientasi Penjualan
Beberapa Rumah sakit Berkeyakinan bahwa mereka akan dapat meningkatkan
pasar(meningkatkan BOR) dengan cara meningkatkan uapaya “penjualan”.
Mereka bukannya mengubah pelayanannya agar lebih menarik, melainkan
meningkatkan untuk promosi , pemasangan iklan , pemberian hadiah , dan lain-
lain.
Upaya ini boleh jadi memang akan meningkatkan pemanfaatan rumah sakit.
Tetapi peningkatan itu hanya biasanya saja.
Rumah sakit yang berorientasi penjualan beranggapan bahwa tugas utama rumah
sakit adalah merangsang minat (keinginan) masyarakat terhadap pelayanan yang
di sediakannya. Rumah sakit tidak menyadari bahwa keinginan tidak sama dengan
kebutuhan. Mereka yang datang karena rangsangan , boleh jadi sekedar
memuaskan keinginannya (want) bukan kebutuhannya (went).

D. Orientasi pemasaran
Beberapa rumah sakit (terutama di negara-negara maju seperti singapura) telah
meyakini pentingnya memusatkan perhatian tidak pada produksi , produk , atau
penjuaan. Tetapi pada upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien/pasien
yang terus menerus berubah. Mereka menyadari bahwa produksi , produk , dan
penjualan pada dasarnya adalah untuk menghasilkan kepuasaan pasar-pasar
sasaran. Tanpa usaha memuaskan klien/pasien , cepat atau lambat rumah sakit
akan ditinggalkan oleh klien/pasiennya. Pada saatnya lonceng kematian akan
berdenting.
Rumah sakit yang berorientasi pemasaran berkeyakinan bahwa tugas utama dari
rumah sakit ada adalah mengenali kebutuhan dan keinginan pasar-pasar sasaran
dan memuaskannya melalui perancangan , penetapan tarif/harga , komunikasi ,
dan penyediaan pelayanan yang sesuai.
Rumah sakit yang berorientasi pemasaran ini selanjutnya dapat berkembang
menjadi rumah sakit yang berorientasi pemasaran social. Dalam upayanya
memuaskan kebutuhan dan keinginan klien/pasien, rumah sakit menghadapi dua
permasalahan. Pertama, klien/pasien bisa memiliki keinginan yang tidak layak
untuk di penuhi. Baik karena bertentangan norma masyarakat atau merugikan
kesehatannya. Kedua, klien/pasien bisa memiliki hubungan yang tidak
disadarinya yang ingin di puaskan oleh rumah sakit demi peningkatan
kesehatannya. Oleh karena itu , dalam hal pemasaran , rumah sakit lalu
memperhatikan 4 hal , yakni kebutuhan klien/pasien , keinginan klien/pasien ,
perhatian klien/pasien , dan norma masyarakat. Pada saat itu , rumah sakit tdi di
katakan telah berorientasi pemasaran social.
Perkembangan selanjutnya adalah , sebagaimana di kemukakan oleh kotler dan
keller (2009), rumah sakit berorientasi pemasaran holistik. Yaitu rumah sakit telah
menerapkan pandangan yang lebih luas tentang pemasaran dan menyadari
kesaling gantungan antar berbagi , kegiatan sehingga diperlukan integrasi dari
kegiatan-kegiatan tersebut.

2.      Ciri-Ciri keberhasilan rumah sakit Dalam manajemen pemasaran


Adapun ciri-ciri dari rumah sakit yang berhasil menyelenggarakan manajemen
pemasaran secara efektif adalah sebagai berikut.

a.       Klien/pasien melandasi falsafah rumah sakit. Manejemen rumah sakit menghargai
pentingnya mengutamakan perhatian terhadap pasar dan kepuasaan serta
keinginan klien/pasien dalam menyusun rencana-rencana rumah sakit dan
pelaksanannya.
b.      Pemasaran terintegritasi dalam organisasi. Semua karyawan di rumah sakit
diharuskan melaksanakan analisis , perencanaan, pelaksanaan. Dan pengendalian
upaya pemasaran dalam tugasnya
c.       Informasi pemasaran memadai. Manajemen rumah sakit memperoleh informasi
dalam jenis dan mutu memadai yang digunakan untuk menyelenggarakan
pemasaran yang efektif.
d.      Orientasinya strategis. Manajemen rumah sakit merusmuskan strategi Manajemen
rumah sakit merumuskan strategi-strategi dan rencana-rencana yang inovatif
untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang.
e.       Efisien dalam operasionallisasi . kegiatan-kegiatan pemasaran di seleksi dan di
selenggarakan scra
BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan
Dari makalah ini, kami kelompok dapat menyimpulkan:

3.2              Saran
Demikianlah makalah Manajemen Pemasaran Pelayanan Kesehatan yang
berjudul Manajemen Pemasaran Rumah Sakit yang kami buat, tentunya masih
banyak kelemahan dan kekurangan di karenakan keterbatasan pengetahuan kami.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dalam
pembuatan makalah berikutnya lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan untuk para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

enricorawung@gmail.com
http://cinsanggamele.blogspot.com/2018/03/manajemen-pemasaran-rumah-
sakit.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai