ASKEP GANGGUAN KONSEP DIRI Lisma
ASKEP GANGGUAN KONSEP DIRI Lisma
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
1
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah“ASKEP GANGGUAN KONSEP
DIRI: HARGA DIRI RENDAH DAN GANGGUAN CITRA TUBUH” Dengan
baik.Selesainya penyusunan ini berkat bantuan, bimbingan, pengarahan, petunjuk,
dorongan, dan bantuan moril maupun material dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terimaksih kepada :
1. Bapak PARLINDUNGAN PURBA, SH,MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Indonesia Medan.
2. Ibu Dr.IVAN ELISABETH PURBA, M.KES, selaku Rector Universitas Sari
Mutiara Indonesia
3. Ibu TARULI SINAGA, SP. M. KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Medan
4. Ibu Ns. RINCO SIREGAR, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Medan
5. Bapak Ns. JEK AMIDOS PARDEDE, M.Kep Sp.KepJ, selaku Dosen Pengajar
yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada kelompok dalam
menyelesaikan makala ini.
Tim penulis menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari isi maupun susunannya, untuk tim penulis akan membuka diri terhadap kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak dami kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dari pembaca dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khusunya dibidang keperawatan. Akhir kata tim penulis mengucapkan
terimaksih.
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Harga diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan menganalisa kesesuaian prilaku
dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif,yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung.individu yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menilainya negatif dan merasa
dirinya lebih rendah dari orang lain. Gangguan harga diri adalah evaluasi diri yang negatif perasaan
tentang diri, kemampuan diri yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung.
(Townsend, Mary C, 1998)
Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi
diri yang negatif tentang kemampuan atau diri. Harga diri rendah adalah keadaan ketika individu
mengalami evaluasi diri negatif mengenai diri atau kemampuan diri. (Lynda Juall Carpenito-Moyet,
2007)
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan merasa rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
a. Aktuaisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
c. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih
rendah dari orang lain.
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-
kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
4
a. Penolakan dari orang lain
b. Kurang penghargaan
c. Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut dan
tidak konsisten
d. Persaingan antar saudara
e. Kesalahan dan kegagalan yang berulang
f. Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan
3. Faktor predisposisi gangguan peran
a. Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan keadaan
sehat sakit
b. Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus
menerus yang tidak terpenuhi
c. Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang spesifik
dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai
d. Peran yang terlalu banyak
4. Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a. Ketidak percayaan orang tua pada anak
b. Tekanan dari teman sebaya
c. Perubahan dari struktur sosial
5
E. POHON MASALAH
Isolasi sosial : menarik diri
6. SUMBER KOPING
6
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis dentitas ( misal : konser musik,
bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara ( misal : ikut serta dalam
aktivitas social, agama, klub politik, kelompok, atau geng )
c. Aktivitas sementara menguatkan perasan diri ( misal : olah raga yang kompetitif, pencapaian
akademik, kontes untuk mendapatkan poipularitas )
d. Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang
berarti dalam kehidupan individu (misal : penyalahgunaan obat ).
2. Jangka panjang
a. Punutupan identitas ; adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi
individu tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu tersebut.
b. Identitas negatif ; asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan harapan
masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego:
1. Penggunaan fantasi
2. Disosiasi
3. Isolasi
4. Projeksi
5. Pergeseran ( displasement )
6. Peretakan ( splitting )
7. Berbalik marah pada diri sendiri
8. Amuk
H. PERILAKU
1. Mengkritik diri sendiri
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa penting yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu
7. Rasa bersalah
8. Mudah tersinggung atau marah berlebihan
9. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
10. Ketegangan peran yang dirasakan
11. Pandangan hidup pesimis
12. Penolakan tewrhadap kemampuan personal
13. Destruktif terhadap diri sendiri
14. Pengurangan diri
7
15. Menarik diri secara social
16. Penyalahgunaan zat
17. Menarik diri dari realitas
18. Khawatir
( Stuart, Gail Wiscarz, 2007)
C. Konsep Psikofarmaka
1) Chlorpromazine ( CPZ ) : 3 x100 mg
a) Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri
terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental :
waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dam melakukan kegiatan
rutin.
b) Cara kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak khususnya sistem ekstra piramidal.
c) Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit SSP,
gangguan kesadaran yang disebabkan CNS Depresi.
d) Efek samping
(1) Sedasi
(2) Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik / parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam
miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung).
(3) Gangguan ekstra piramidal ( distonia akut, akatshia, sindrom parkinsontremor, bradikinesia
rigiditas ).
(4) Gangguan endokrin ( amenorhoe, ginekomasti ).
(5) Metabolik ( Jaundice )
(6) Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka pan
2) Halloperidol ( HP ) : 3 x 5 mg
a) Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada lansia, pengendalian hiperaktivitas dan
masalah perilaku berat pada anak-anak.
b) Cara kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai antipsikosis kuat dan efektif untuk
fase mania, penyebab maniak depresif, skizofrenia dan sindrom paranoid. Di samping itu halloperidol
juga mempunyai daya anti emetik yaitu dengan menghambat sistem dopamine dan hipotalamus. Pada
pemberian oral halloperidol diserap kurang lebih 60–70%, kadar puncak dalam plasma dicapai dalam
8
waktu 2-6 jam dan menetap 2-4 jam. Halloperidol ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung
lambat, sebagian besar diekskresikan bersama urine dan sebagian kecil melalui empedu.
c) Kontra indikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang hipersensitif terhadap halloperidol, dan
keadaan koma.
d) Efek samping
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi reaksi ekstapiramidal seperti hipertonia
otot atau gemetar. Kadang-kadang terjadi gangguan percernaan dan perubahan hematologik ringan,
akatsia, dystosia, takikardi, hipertensi, EKG berubah, hipotensi ortostatik, gangguan fungsi hati,
reaksi alergi, pusing, mengantuk, depresi, oedem, retensio urine, hiperpireksia, gangguan akomodasi
3) Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg
a) Indikasi
Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra piramidal berkaitan dengan obat-obatan
antipsikotik.
b) Cara kerja
Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan kedua neurotransmiter mayor secara
alamiah yang terdapat di susunan saraf pusat asetilkolin dan dopamin, ketidakseimbangan defisiensi
dopamin dan kelebihan asetilkolamin dalam korpus striatum. Reseptor asetilkolin disekat pada sinaps
untuk mengurangi efek kolinergik berlebih.
c) Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini atau antikolonergik lain, glaukoma, ulkus peptik stenosis, hipertrofi
prostat atau obstruksi leher kandung kemih, anak di bawah 3 tahun, kolitis ulseratif.
d) Efek samping
Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing, penglihatan kabur, disorientasi, konfusi, hilang
memori, kegugupan, delirium, kelemahan, amnesia, sakit kepala. Pada kardiovaskuler seperti
hipotensi ortostatik, hipertensi, takikardi, palpitasi. Pada kulit seperti ruam kulit, urtikaria, dermatitis
lain. Pada gastrointestinal seperti mulut kering, mual, muntah, distres epigastrik, konstipasi, dilatasi
kolon, ileus paralitik, parotitis supuratif. Pada perkemihan seperti retensi urine, hestitansi urine,
disuria, kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi. Pada psikologis seperti depresi, delusu,
halusinasi, dan paranoid.
9
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan
data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis ,
psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 )
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama panggilan, nama
klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan
dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit, apakah sudah tahu
penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya,
apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada
yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan.
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan klien.
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh
b. Konsep diri
c. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap bagian
tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.
d. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya, kepuasan
klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan
posisinya.
e. Fungsi peran
10
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat, kemampuan klien dalam
melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana
perasaan klien akibat perubahan tersebut.
f. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau
sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika
kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
g. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien dalam berhubungan
dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal
diri tidak sesuai harapan, penilaian klien terhadap pandangan / penghargaan orang lain.
11
4. Alam perasaan
a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
b. Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
c. Khawatir : objeknya belum jelas
5. Afek
a. Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau
menyedihkan.
b. Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
c. Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
d. Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
6. Interaksi selama wawancara
a. Kooperatif : berespon dengan baik terhadap pewawancara
b. Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan
c. Mudah tersinggung
d. Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau tidak ramah
e. Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara
f. Curiga : menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain.
g. Persepsi
Jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada saat klien berhalusinasi.
7. Proses pikir
a. Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
b. Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan
c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat
lainnya
d. Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik yang lainnya.
e. Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali
f. Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali
g. Perbigerasi : kalimat yang diulang berkali-kali
8. Isi fikir
a. Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.
b. Phobia : ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap objek / situasi tertentu.
c. Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang sebenarnya tidak ada.
d. Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
e. Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan yang bermakna
yang terkait pada dirinya.
f. Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang mustahil atau
diluar kemampuannya.
12
g. Waham :
1. Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
2. Somatik : keyakinan klien terhadap tubuhnya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan keyakinan
3. Kebesaran : keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuannya dan diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
4. Curiga : keyakinan klien bahwa ada seseorang yang berusaha merugikan, mencederai dirinya,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
5. Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal yang dinyatakan
secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
6. Waham yang bizar
a. Sisip pikir : klien yakin ad aide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikirannya,
disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
b. Siar pikir : klien yakin ada orang lain yang mengetahui apa yang klien pikirkan walaupun klien
tidak pernah menceritakannya kepada orang, disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai
kenyataan
c. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, disampaikan secara
berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
6. Tingkat kesadaran
a. Bingung : tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada tujuan).
b. Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar
c. Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh klien
dalam sikap yang canggung dan dipertahankan klien tapi klien mengerti semua yang terjadi
dilingkungannya
d. Orientasi : waktu, tempat dan orang
e. Jelaskan apa yang dikatakan klien saat wawancara
f. Memori
1. Gangguan mengingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian lebih dari 1 bulan.
2. Gangguan mengingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu terakhir.
3. Gangguan mengingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
4. Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita yang tidak
benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
5. Tingkat konsentrasi
a. Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya.
b. Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang karena tidak
menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
13
c. Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan atau pengurangan pada benda-
benda yang nyata
d. Daya tilik diri
1. Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan
emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan / klien menyangkal keadaan
penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya
2. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain atau lingkungan yang
menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang
3. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi kemampuan klien
menyiapkan dan membersihkan alat makan.
b. Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan klien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), pergi
menggunakan WC atau membersihkan WC.
c. Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku,
observasi kebersihan tubuh dan bau badan klien.
d. Berpakaian
Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian, observasi
penampilan dandanan klien.
e. Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam, persiapan sebelum tidur dan
aktivitas sesudah tidur.
f. Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.
g. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan lanjut, siapa saja sistem pendukung yang
dimiliki.
h. Aktivitas di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci
pakaian sendiri, mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
i. Aktivitas di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari, aktivitas lain yang dilakukan
di luar rumah.
j. Pola dan mekanisme koping
Data didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya.
14
4. Aspek medis
Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan oleh Dokter, tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat
Dari pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu :
1. Isolasi sosial : menarik diri
Bagan 1
Pohon masalah
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan pasien yang mencakup baik
respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang. (Stuart & Sundeen, 1998 : 41)
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik
pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. (Marilyn E. Doenges, 1999 : 8 )
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan adalah suatu cara
mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap
masalah aktual dan resiko tinggi mencakup respon adaptif maupun maladaptif serta stresor yang
menunjang.
Diagnosa keperawatan yang mungkin untuk masalah gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah :
1) Definisi
15
Suatu kondisi dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasan
a) Mayor
(1) Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon terhadap kejadian kehidupan
b) Minor
1) Definisi
Harga diri rendah situasional : suatu keadaan dimana seseorang memiliki perasaan-perasaan yang
a) Mayor
Kejadian yang berulang atau berkala dari penilaian diri yang negatif dalam berespon terhadap
peristiwa yang pernah dilihat secara positif menyatakan perasaan negatif tentang dirinya (putus asa,
tidak berguna).
b) Minor
16
(4) Kesulitan membuat keputusan
1) Definisi
Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko untuk menglami gangguan dalam cara penerapan
a) Mayor
Respon negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan aktual atau dalam struktur dan / atau fungsi
b) Minor
(5) Perasaan terhadap bagian tubuh, perasaan ketidak berdayaan, keputusasaan, tidak ada
kekuatan, kerentanan
(9) Tingkah laku merusak diri (misal mutilasi, usahah bunuh diri, makan berlebihan, kurang
makan)
17
3. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan
DX keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
1. I TUM :
TUK 1 : : interaksi
Klien dapat
a. Ekspresi wajah
c. Jelaskan kontrak yang harus
membina hubungan
saling percaya yang bersahabat dibuat
b. Hubungan
d. Beri rasa aman dan sikap
terealisasi dengan
e. Lakukan kontak singkat tapi
senang
tangan
menjawab salam
mengungkapkan
perasaannya.
18
kemampuan dan dapat aspek positif yang dimiliki
aspek positif yang mengidentifikasikan
dimiliki aspek positif klien, klien
keluarga dan
kemampuan yang b. Hindari memberi penilaian
dimiliki klien negatif, utamakan memberi
pujian yang realistis
TUK 3 :
dengan toleransi
19
yang ada di
b. Bantu keluarga memberikan
dukungan selama klien di
keluarga rumah
2 II TUM :
Kurang Klien dapat Setelah ... kali Bina hubungan saling percaya
motivasi
perawatan diri mearawat dirinya interaksi klien dengan menggunakan prinsip
b.d defisit
perawtan diri sendiri menunjukkan tanda- komunikasi terapeutik :
klien
20
Klien mengetahui Dalam tiga kali Diskusikan dengan klien:
pertemuan klien a. Penyebab klien tidak merawat
pentingnya dapat menyebutkan: diri
a. Penyebab tidak b. Manfaat menjaga pearawatan
perawatan diri merawat diri diri untuk keadaan fisik, mental,
b. Manfaat menjaga dan sosial
pearawatan diri c. Tanda-tanda perawatan diri
c. Tanda-tanda bersih yang baik
dan rapih d. Penyait atau gangguan
d. Gangguan yang keseahatan yang dialami oleh
dialami jika klien jika perawatan diri tidak
perawatan diri tidak adekuat
diperhatikan
3. Klien mengetahui
a. Dalam tiga kali a. Diskusiakan frekuensi
cara-cara
melakukan pertemuan klien menjaga perawatan diri selama
perawatan diri
menyebutkan ini:
frekuensi menjaga
1) Mandi
interaksi klien
4) Ganti pakaian
menjaga kebersihan
6) Gunting kuku
21
3) Cara keramas
keperawatan diri
3) Keramas
e. Berhias
praktek perawatan
2) Gosok gigi
seminggu
kali sehari
22
e. Berhias sehabis
mandi
pakaian bersih,
1) Sarana yang dipelukn klien
berhias. klien
c. Keluarga
2) Anjurkan kepada keluarga
mempraktekan
perawatan diri pada menyiapkan sarana tersebut
klien
c. Diskusikan dengan keluarga
23
(mandi, gosok gigi, keramas,
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan klien. Petunjuk
dalam implementasi :
a. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana.
b. Keterampilam interpersonal, intelektual, tekhnikal dilakukan dengan cermat dan efisien dalam
Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien, perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi
dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien
dapat dipertanggung jawabkan.
2) Fase Perkenalan
Pada fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien, hal-hal yang perlu dikaji adalah alasan klien
meminta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya rasa percaya antara perawat dengan klien.
b) Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif yang mendukung diagnosa
keperawatan.
24
c) Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan tempat dan serta mengingatkan kontrak
sebelumnya.
Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan pelaksanaan
perencanaan yang sudah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada fase ini perawat
mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan
persepsi, fikiran, perasaan dan perbuatan klien.
5) Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari hubungan intim terapeutik yang
sudah terbina dan berada dalam tingkat optimal. Fase terminasi terbagi menjadi :
a) Terminasi sementara
Adalah terminasi akhir dari tiap pertemuan antara perawat dengan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan tercapai dan
evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil tindakan
b. Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang dilakukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :
A :Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah tetap atau muncul
masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien.
25
2) Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil tidak
memuaskan.
3) Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang
4) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan adalah memelihara dan
Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang positif. Klien dan
Hasil yang diharapkan saat merawat klien dengan respon konsep diri mal adatif adalah klien akan
mencapai tingkat aktualitas diri yang maksimal untuk menyadari potensi dirinya.
Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah :
1) Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan kemampuan yang dimiliki
klien.
7) Melakukan kegiatan hidup sehari – hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
1) Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
26
27