Anda di halaman 1dari 27

AMLIATI

15020180134
C7
KLP 5

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN
“ DIABETES MELLITUS “

OLEH:
NAMA : AMLIATI
STAMBUK : 15020180134
KELAS : C7
KELOMPOK :5
ASISTEN : ANGGA SETIA HADDI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020

1
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

DAFTAR ISI

Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Praktikum.................................................................................
D. Manfaat Praktikum...............................................................................

BAB II Teori Dasar


A. Landasan Teori......................................................................................
B. Uraian Bahan .......................................................................................
C. Uraian Hewan Coba..............................................................................

BAB III Metode Praktikum


A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum ........................................
B. Bahan dan Alat Praktikum....................................................................
C. Prosedur Kerja......................................................................................

BAB IV Pembahasan
A. Hasil......................................................................................................
B. Pembahasan..........................................................................................

BAB V Kesimpulan..........................................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................
Lampiran ..........................................................................................................

2
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

BAB I PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellits merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai
dengan kadar glukosa darah melebihi batas normal. Apabila penyakit ini
dibiarkan tak terkendali maka akan menimbulkan komplikasi-komplikasi
yang dapat berakibat fatal, termasuk penyakit jantung, ginjal, kebutaan,
dan mudah terkena ateroskolosis.
Gejala khas diabetes mellitus berupa pliuria, polydipsia, lemas, dan
berat badan turun (meskipun nafsu makan meningkat), hiperglikemia, dan
glukosuria. Gejala lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah
kesemutan, gatal, mata kabur, dan impoten pada pasien pria serta pruritus
vulvae pada pasien wanita, biasanya diabetes muncul pada usia diatas 40
tahun dan anak-anak yang masing-masing berlainan sifatnya.
Umumnya, diabetes mellitus disebabkan oleh rusaknya sebagian
kecil / sebagian besar sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans pada
pancreas yang berfungsi menghasilkan insulin, sehingga terjadi
kekurangan insulin. Disamping itu, DM (diabetes mellitus) juga dapat
terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukkan
glukosa ke dalam sel.
Jika tidak ditangani secara cepat dan tepat, dalam jangka panjang
diabetes dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Jika tidak waspada, DM
dapat mengakibatkan gangguan pembuluh darat otak (stroke), pembuluh
darah mata (gangguan penglihatan), pembuluh darah jantung (penyakit
jantung coroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), pembuluh darah
kaki (luka yang sukar sembuh / gangrene).
Pengpbatan DM secara langsung terhadap kerusakan pulau-pulau
Langerhans di pancreas belum ada langkah utama pengobatan dapat
dilakukan dengan cara melakukan diet, yakni mengurangi kalori dan
meningkatkan konsumsi vitamin, melakukan olahraga secara teratur,
mengonsumsi obat-obatan hipoglekimia oral, melakukan terapi insulin.
Ternyata sampai sekarang ini masih banyak penderita DM
bertambah banyak. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak
masyarakat khususnya penderita DM yang tidak tanggap terhadap
penyakitnya. Hal itu mungkin disebabkan karena ketidaktahuannya akan
penyakit DM tersebut, tidak ada biaya berobat atau ketidakpedulian
terhadap DM itu sendiri. Padahal sudah jelas betapa penyakit DM itu dapat
menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal.

3
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana pengaruh
dari obat antidiabetes melitus Glibenklamid, Metformin, dan Akarbose
serta ekstrak herba krokot terhadap hewan coba mencit (Mus musculus)?
C. Tujuan Praktikm
tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui dan memahami
pengaruh dari obat antidiabetes melitus Glibenklamid, Metformin, dan
Akarbose serta ekstrak herba krokot terhadap hewan coba mencit (Mus
musculus) dalam penurunan kadar glukosa darah.
D. Manfaat Praktikum
manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui pengaruh dari
obat antidiabetes melitus Glibenklamid, Metformin, dan Akarbose serta
ekstrak herba krokot terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).

4
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

BAB II TEORI DASAR

A. Landasan Teori
Diabetes mellitus adalah kelompok kelainan heterogen secara klinis
dangan genetika yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam
darah. Hiperglikemia disebabkan oleh kekurangan sekresi insulin atau
karena resistensi sel-sel tubuh terhadap kerja insulin atau karena
kombinasi semuanya. ( Oletsky, 2004: 457 )
Diabetes mellitus didefenisikan sebagai peningkatan glukosa darah
yang berkaitan dengan tidak ada atau kurang memadainya sekresi insulin
pancreas, dengan atau tanpa gangguan efek insulin. (katzung et al, 2012:
753).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes
melitus ditandai dengan hiprglikemia puasa dan postprandial,
aterosklerotik dan penyakit vaskuler mikroangiopati, dan neuropati.
Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun
mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien
dengan kelainan toleransi glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan
gangguan toleransi glukosa) dapat tepat beresiko mengalami komplikasi
metabolik diabetes (Sylvia,dkk.2006).
Diabetes terdapat 4 tipe, yaitu :
1. Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM ; tipe I) disebabkan oleh
defisiensi absolut yang biasanya terjadi sebelum usia 15 tahun dan
mengakibatkan penurunan berat badan, hiperglikomin, hetoksidosis,
asteroksis, kerusakan retina dan gagal ginjal. Karena sel batu pada
langerhans rusak maka pasien membutuhkan injeksi insulin.
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM ; tipe II)
disebabkan oleh penurunan pelepasan insulin atau kelainan respon

5
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

jaringan terhadap insulin yang menyebabkan hiperglikemia, tetapi


tidak hetoksidosis.
3. Berbagai sebab spesifik yang lain yang menyebabkan kadar glukosa
darah meningkat, seperti penyakit nonpancreatic dan akibat terapi
obat
4. Disebut juga Gestational diabetes (GDM), tidak normalnya kadar
glukosa darah di masa-masa awal kehamilan dimana plasenta dan
hormon-2 plasenta menimbulkan resistensi insulin yang nyata pada
trimester terakhir.

Gejala Diabetes Melitus (Tan Hoan, 2010) :

a. Poluria (banyak berkemih)

b. Polidipsia ( banyak minum)

c. Polifagia (banyak makan)

Disamping naiknya kadar gula darah,diabetes bercirikan adanya gula dalam kemih
(glycosuria) dan banyak berkemih karena glukosa yang di ekskresikan mengikat
banyak air. Akibatnya timbul rasa sangat haus, kehilangan energy, turunnya berat
badan serta rasa letih. Tubuh mulai membakar lemak untuk memenuhi kebutuhan
energinya, yang disertai pembentukan zat-zat perombakan antara lain aseton,
asam hirdroksibutirat dan diasetat, yang membuat darah menjadi asam. Keadaan
ini, yang disebut ketoacidosis dan terutama timbul pada tipe 1, amat berbahaya
karena akhirnya dapa menyebabkan pingsan. Napas penderita yang sudah menjadi
sangat kurus sering kali juga berbau aseton (Tan Hoan,2010)

Penyebab dari diabetes mellitus adalah kekurangan hormone insulin, yang


berfungsi memungkinkan glukosa masuk kedalam sel untuk dimetabolisir,
(dibakar) dan demikian dimanfaatkan sebagai sumber energi. Akibatnya ialah
glukosa bertumpuk didalam darah (hyperglikemia) dan akhirnya dieskresikan
lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu, produksi kemih sangat
meningkat dan penderitah sering berkemih, merasah haus, berat badan menurun
dan merasa lelah. Penyebab lainya adalah menurunnya kepekaan reseptor sel bagi

6
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

insulin (eksistensi insulin ) yang diakibatkan oleh makanan terlalu banyak dan
kegemukan (overweight) (Tjay ,2007).

Insulin merupakan kadar gula darah dengan menstimulasi pengambilan


glukosa perifer dan menghambat produksi glukosa hepatit. Waktu paruh insulin
pada orang normal sekitar 5-6 menit dan memanjang pada pasien diabetes mellitus
yang membentuk antibody terhadap insulin. Hormone ini dimetabolisme terutama
di hati, ginjal, dan otot, dan mengalami filtrasi di ginjal dan kemudian diserap
kembali di tubulus ginjal dan juga merupakan tempat metabolismenya. Gangguan
fungsi ginjal yang berat lebih berpengaruh terhadap kadar insulin di dalam darah
dibandingkan gangguan fungsi hati(Sukandar, 2008).

Kriteria Penderita Diabetes Melitus (Handoko, 2003) :

a. Seseorang dikatakan menderita penyakit diabetes mellitus bila hasil


pemeriksaaan kadar glukosa darah puasanya ≥ 126 mg/dl (plasma vena) atau
pada pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam setelah minum larutan glukosa
75 gram hasilnya ≥ 200 mg/dl.

b. Seseorang dikatakan terganggu terhadap toleransi glukosa bila hasil


pemeriksaan kadar glukosa dara puasanya 110-125 mg/dl (plasma vena) atau
pada kadar glukosa darah 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 gram
hasilnya antara 140-199 mg/dl.

c. Seseorang dikatakan normal (tidak mengidap DM) jika hasil pemeriksaan


kadar glukosa darah puasanya ≤ 110 mg/dl (plsma vena) atau pada
pemeriksaan kadar glukosa darah 1 jam setelah minum larutan glukosa ‹ 180
mg/dl dan hasil pemeriksaan kadar kadar glukosa darah 2 jam setelah minum
larutan glukosa ‹140 mg/dl.

Mekanisme sekresi insulin.

a. Sediaan insulin kerja-cepat dan kerja-singkat

Empat sediaan insulin masuk dalam kategori ini : insulin regular, insulin
lispro, dan insulin glulisine. Insulin regular merupakan zinc insulin berbentuk

7
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

kristalin yang mudah larut, kerja singkat. Insulin regular biasanya diberikan
subkutan (atau intravena pada kegawatdaruratan), dan dengan cepat
menurunkan kadar glukosa darah. Insulin regular, insulin lispro, dan insulin
aspart merupakan kategori kehamilan B. insulin glulisine belum diteliti pada
kehamilan. Karena awitan kerja yang cepat dan durasi kerjanya singkat,
bentuk lispro, aspart, dan glulisine digolongkan sebagai insulin kerja-cepat
(Harvey , 2013).

b. Insulin kerja-sedang

Neutral protamine Hagedorn (NPH) insulin merupakan suspensi insulin zinc


berbentuk kristalin yang dikombinasikan pada pH netral dengan polipeptida
muatan netral, protamina. Durasi kerjanya sedang. Hal ini disebabkan absorbs
lambat insulin karena konjugasinya dengan protamin sehingga membentuk
kompleks yang kurang larut. NPH insulin hanya boleh diberikan secara
subkutan (tidak pernah intravena) dan berguna dalam mengobati semua
bentuk diabetes, kecuali diabetes ketoasidosis atau hiperglikemia emergensi
(Harvey, 2013).

c. Sediaan insulin kerja-panjang

 Insulin glargine : titik isoelektrik insulin glargine lebih rendah


dibandingkan insulin manusia, yang menyebabkan presipitasi pada
lokasi penyuntikan sehingga memperluas kerjanya. Obat ini lebih
lambat awitannya dibandingkan NPH insulin dan memiliki efek
glikemik panjang dan datar-tidak memiliki puncak. Seperti insulin
lainnya, obat ini harus diberikan secara subkutan (Harvey, 2013).
 Insulin detemir : insulin detemir memiliki rantai samping asam lemak.
Tambahan rantai samping asam lemak. Tambahan rantai samping
asam lemak meningkatkan kaitan dengan albumin. Disosiasi lambat
dari albumin mengakibatkan sifat kerja-lama yang serupa dengan
insulin (Harvey, 2013).
1. Sulfonilurea

8
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

Agen-agen ini diklasifikasikan sebagai perangsang sekresi insulin (insulin


secretagogue) karena agen-agen ini mencetuskan pelepasan insulin dari
sel-sel β pankreas. Obat-obat primer yang digunakan saat ini adalah
tolbutamide dan derivate generasi kedua, glyburide, glipizide, dan
glimepiride (Harvey, 2013).

Mekanisme kerja sulfonilurea: Hal ini meliputi 1) stimulasi pelepasan


insulin oleh sel-sel β pankreas dengan cara menghambat kanal K+ sensitif-
ATP, mengakibatkan depolarisasi dan pemasukan Ca2+; 2) penurunan
produksi glukosa hepatik; dan 3) peningkatan sensitivitas perifer terhadap
insulin (Harvey, 2013).

2. Biguanid

Metformin, satu-satunya biguanid yang saat ini tersedia, digolongkan


sebagai penyensitisasi insulin; obat ini meningkatkan ambilan glukosa dan
penggunaannya oleh jaringan-jaringan target sehingga menurunkan
resistensi insulin. Seperti sulfonilurea, metformin memerlukan insulin
untuk kerjanya, tetapi obat ini berbeda dengan sulfonilurea karena tidak
memicu sekresi insulin (Harvey, 2013).

Mekanisme kerja utama metformin adalah reduksi keluaran (output)


glukosa hepatik, sebagian besar dengan menghambat glukoneogenasis
hepatik. [Catatan: Kelebihan glukosa yang dihasilkan oleh hepar
merupakan sumber utama glukosa darah yang tinggi diabetes Tipe 2, yang
menyebabkan glukosa darah yang tinggi saat bangun pada pagi hari.].
Metformin juga memperlambat absorpsi gula oleh usus dan meningkatkan
ambilan dan penggunaan glukosa di perifer. Sifat obat ini yang sangat
penting adalah kemampuannya menurunkan hiperlipidemia dalam batas
sedang (konsentrasi kolesterol lipoprotein berdensitas-rendah [low-density
lipoprotein/LDL] dan lipoprotein berdensitas sangat rendah [very-low-
density lipoprotein/VLDL] menurun, dan kolesterol lipoprotein

9
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

berdensitas-tinggi [high-density lipoprotein/HDL] meningkat) (Harvey,


2013).

3. Penghambat α-glukosidase

Acarbose dan miglitol merupakan obat-obat peroral yang aktif yang


digunakan untuk terapi pasien dengan diabetes Tipe 2 (Harvey, 2013).

Obat-obat ini digunakan saat permulaan makan. Obat-obat ini bekerja


menunda pencernaan karbohidrat sehingga mengakibatkan penurunan
kadar glukosa pascaprandial. Kedua obat ini menghasilkan efek dengan
menghambat α-glukosidase yang terikat-membran secara reversibel pada
batas vili usus. Enzim ini bertanggung jawab pada hidrolisis oligosakarida
menjadi glukosa dan gula-gula lainnya. [Catatan: Acarbose juga
menghambat α-amilase pankreas sehingga menganggu pemecahan pati
menjadi oligosakarida] (Harvey, 2013).

4. Thiazolidinedione

Kelompok lain agen penyensitisasi insulin adalah thiazolidinedione (TZD)


atau, lebih akrab disebut glitazone. Meskipun insulin diperlukan untuk
kerja obat-obat ini, obat-obat ini tidak memicu pelepasan insulin dari sel β
pankreas sehingga tidak terjadi hiperinsulinemia. Troglitazone merupakan
agen pertama dari kelompok ini yang disetujui untuk terapi diabetes Tipe
2, tetapi telah ditarik setelah sejumlah kematian akibat hepatotoksisitas
dilaporkan. Saat ini, dua anggota kelompok ini telah tersedia, pioglitazone
dan rosiglitazone (Harvey, 2013).

Meskipun mekanisme pasti TZD menurunkan resistensi insulin masih


diungkap, agen ini diketahui menargetkan reseptor- yang-diaktivasi-
proliferator peroksisom (peroxisome proliferator-activated receptor- /
PPAR)- suatu reseptor hormon nukleus. (Harvey, 2013).

5. Meglitinide

10
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

Agen-agen golongan ini meliputi repaglinide dan netaglinide. Meskipun


bukan merupakan sulfonilurea, obat-obat ini memiliki kerja yang sama
(Harvey, 2013).

Seperti sulfonilurea, kerja obat-obat ini bergantung kepada fungsi sel-sel β


pankreas. Obat-obat ini berikatan pada lokasi yang berbeda pada reseptor
sulfonilurea yang terkait kanal kalium sensitif-ATP

6. Incretin mimetics

Sitagliptin merupakan penghambat dipeptidil peptidase-IV (DPP) yang


aktif per oral dan digunakan untuk terapi pasien dengan diabetes Tipe 2.
Saat ini agen-agen lain dalam kategori ini sedang dikembangkan (Harvey,
2013).

7. Pramlintide

Pramlintide merupakan analog amylin sintetik yang diindikasikan sebagai


tambahan bagi terapi insulin saat waktu makan pada pasien dengan
diabetes Tipe 1 atau Tipe 2. Dengan bekerja sebagai amilinomimetik,
pramlintide menunda pengosongan lambung, menurunkan sekresi
glukagon pascaprandial, dan memperbaiki kepuasan (Harvey, 2013).

8. Exenatide

Exenatide merupakan inretin mimetic dengan rangkaian polipeptida,


sekitar 50 persen yang homolog dengan GLP-1. Exenatide tidak hanya
memperbaiki sekresi insulin yang tergantung-glukosa, tetapi juga
memperlambat waktu pengosongan lambung, menurunkan asupan
makanan, menurunkan sekresi glukosa pascaprandial, dan mendorong
proliferasi sel β (Harvey, 2013).

B. Uraian Bahan
1. Akarbose (IAI, 2017: hal. 245)

Indikasi : terapi penambahan untuk diabetes mellitus

11
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

Kontra Indikasi : Hipersensitif, gangguan intestinal kronis berkaitan

dengan absorpsi dan pencernaan, gangguan ginjal


berat, kehamilan dan menyusui
Efek Samping :
Gangguan pencernaan seperti kembung, diare,
nyeri saluran cerna
Perhatian : Peningkatan enzim hati
2. Aquadest (Ditjen POM, 2014: hal. 63)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

Pemerian :
Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Kegunaan : Sebagai zat pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
3. Glibenklamid (Ditjen POM, 2014: hal. 496)
Nama Resmi : GLIBENCLAMIDE
Nama Lain : Glibenklamida
Berat Molekul : 494,0 g/mol
Rumus Molekul : C23H28ClN3O5S

Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk hablur; putih atau hampin putih


Kelarutan :
Agak sukar larut dalam metilen klorida; sukar larut
dalam etanol dan metanol; praktis tidak larut dalam
air
Kegunaan : Obat diabetes melitus

12
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


4. Glukosa (Ditjen POM, 2014: hal. 296)
Nama Resmi : DEXTROSE
Nama Lain : Dextrosa, Glukosa
Berat Molekul : 180,16 g/mol
Rumus Molekul : C6H12O6

Rumus Struktur :

Pemerian : Habur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk

granul putih; tidak berbau; rasa manis

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air mendidih; mudah


larut dalam air; larut dalam etanol mendidih; sukar
larut dalam etanol
Kegunaan : Sebagai penginduksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5. Krokot (Moenandir, 2010: hal. 28-29)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom: Tracheibionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Caryophyliidae
Order : Portulaceles
Family : Portulacaceae
Genus : Portulaca
Species : Portulaca oleracea
Karakteristik

13
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

Krokot merupakan tanaman yang dapat dikonsumsi sebagai masakan,


obat herbal, dan juga bisa digunakan untuk tanaman hias karena
keindahan bunganya. Batang krokot berbentu bulat, beruas,dan
berwarna merah kecoklatan, daun tunggal, berbentuk bulat telur, ujung
dan pangkalnya tumpul, tepi daun rata, berdaging, panjang 1-3 cm, lebar
1-2 cm, dan berwarna hijau. Bunganya majemuk, letaknya di ujung
cabang, kecil, kelopak berwarna hijau, bertaju dan bersayap, lalu
mahkota berbentuk jantung, kepala putiknya berjumlah tiga sampai
dengan lima, berwarna putih, atau kuning. Buahnya berbentuk kotak,
berbiji banyak, dan berwarna hijau, lalu bijinya berbentuk bulat, kecil,
mengkilat, dan berwarna hitam, akar tunggang dan berwarna putih kotor
(Dalimartha, 2009).
6. Na-CMC (Ditjen POM, 1979: hal. 401)
Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYL CELLULOSUM
Nama Lain : Natrium Karboksimetil Selulosa
Berat Molekul : 263,2 g/mol
Rumus Molekul : C8H16NaO8
Rumus Struktur :

Pemerian :
Serbuk atau butiran putih atau kuning gading, tidak
berbau dan bersifat higroskopik
Kelarutan :
Mudah terdispersi dalam air membentuk suspensi
koloida, tidak larut dalam etanol
Kegunaan : Sebagai kontrol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
7. Metformin (Ditjen POM, 2014: hal. 848)
Nama Resmi : METFORMIN HYDROCHLORIDE
Nama Lain : Metformin Hidroklorida
Berat Molekul : 165,6 g/mol
Rumus Molekul : C4H11N5.HCl

14
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

Rumus Struktur :

Pemerian :
Serbuk hablur; putih, tidak berbau atau hampir
tidak berbau; higroskopik
Kelarutan :
Mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam
aseton dan dalam metilen kiorida, sukar larut
dalam etanol
Kegunaan : Obat diabetes melitus
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik, simpan dalam suhu
ruang
C. Uraian Hewan Coba
Mencit (Mus musculus)
 Klasifikasi (Jasin, 1991)
Kingdom : Animalia
Phylum : Cordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
 Karakteristik (Malole, 1989)
Berat badan dewasa : 20 – 40 g jantan; 18 – 35 g betina
Mulai dikawinkan : 8 minggu (jantan dan betina)
Lama kehamilan : 19 – 21 hari

Jumlah pernapasan :
140 – 180/menit, turun menjadi
80 dengan anestesi, naik sampai
Tidal volume : 0,09
230 -dalam
0,23 stress

Detak jantung :
600-650/menit, turun menjadi 350
dengan anestesi, naik sampai 750 dalam
15
stress
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

Volume darah : 76-80 mL/kg

Tekanan darah : 130-160 sistol; 102-110 diastol, turun


menjadi 110 sistol, 80 diastol dengan
anestesi
Kolesterol : 26,0-82,4 mg/100 mL

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum


Tempat : Laboratorium Farmakologi
Waktu : Selasa, 5 Mei 2000
B. Bahan dan Alat Praktikum
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah akarbose, aqudest,
glibenklamid, glukosa, ekstrak herba krokot, na-cmc, metformin, dan
hewan coba mencit (Mus musculus).
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah gunting, glukometer,
restrainer, spoit 10 mL.
C. Prosedur Kerja
Mencit ditimbang sebelum praktikum. Kemudian dipuasakan kurang
lebih selama 8 jam. Diukur kadar glukosa darah (kadar glukosa puasa).
Diberikan glukosa 50%. Diukur kadar glukosa induksi. Mencit dibagi
menjadi 5 kelompok. Kelompok 1 diberi Na-CMC, kelompok 2 diberi
Glibenklamid, kelompok 3 diberi Metformin, kelompok 4 diberi Akarbose,
dan kelompok 5 diberi ekstrak herba krokot. Diukur kadar glukosa darah
pada menit ke 30, 60, 120, dan 150.

16
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Kelompok BB GDP GDI Glukosa Darah Terapi


Mencit (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL)
(g) 30 60 120 150
1. Na-CMC 25 85 250 300 325 350 355
2. Glibenkl 26 80 275 250 180 150 100
amid
3. Metformi 30 82 260 180 140 100 80
n
4. Akarbos 25 80 256 225 190 150 120
e
5. Ekstrak 20 85 275 250 230 200 180
Herba
Krokot

B. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan uji diabetes melitus terhadap hewan
coba mencit. Pada praktikum ini mencit dipuasakan terlebih dahulu sekitar
8 jam. Tujuannya adalah agar tidak ada zat-zat pengganggu terutama
makanan, yang dapat mengganggu hasil kadar gula darah, sehingga kadar

17
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

gula darah yang diperoleh adalah yang sebenarnya. Setelah dipuasakan


diukur kadar gula darahnya sebagai kadar awal. Kemudian diinduksi
dengan glukosa 50% untuk meningkatkan kadar gula dari hewan coba.
Setelah diinduksi dibiarkan diukur lagi kadar gula darah induksinya.
Mencit kemudian dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok 1 diberi Na-
CMC, kelompok 2 diberi Glibenklamid, kelompok 3 diberi Metformin,
kelompok 4 diberi Akarbose, dan kelompok 5 diberi ekstrak herba krokot.
Kadar gula darahnya diukur pada menit ke-30, 60, 120, dan 150.
Glibenklamid termasuk dalam golongan sulfonilurea dengan
mekanisme kerja merangsang sekresi insulin, mengurangi produksi
glukosa hati dan meningkatkan sensitivitas insulin. Metformin masuk ke
dalam golongan biguanide dengan mekanisme kerja yaitu menghambat
glukoneogenesis hati dan menghambat absorpsi gula pada usus. Akarbose
termasuk dalam inhibitor α glukosidase, obat ini menghambat enzim α
glukosidase yang mana berperan dalam pencernaan karbohidrat diusus,
sehingga absorpsi glukosa menurun, dan kadar gula darah menurun.
Hasil yang diperoleh adalah mencit kelompok satu mengalami
peningkatan kadar gula darah, hal ini karena Na-CMC merupakan pelarut,
bukan zat aktif yang berperan dalam mengatasi diabetes. Mencit kelompok
2 mengalami penurunan yang cukup banyak dari 275 mg/dL menjadi 100
mg/dL. Kelompok 3 mengalami penurunan kadar gula darah yang tinggi
dari 260 mg/dL menjadi 80 mg/dL. Kelompok 4 menurun dari 256 mg/dL
menjadi 120 mg/dL. Dan ekstrak herba krokot menurun dari 275 mg/dL
menjadi 180 mg/dL.
Dari hasil tersebut nampak bahwa Metformin efektif dalam
mengatasi diabetes melitus, diikuti dengan Glibenklamid, Akarbose, dan
ekstrak herba krokot.

18
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini adalah nampak bahwa Metformin
efektif dalam mengatasi diabetes melitus, diikuti dengan Glibenklamid,
Akarbose, dan ekstrak herba krokot.
B. Saran
Saran saya pada praktikum kali ini yaitu para asisten dapat
menjelaskan materi praktium yang mudah dipahami oleh praktikan.

19
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan


RI : Jakarta.
Ditjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan RI :
Jakarta.
Gunawan,Gan Sulistia, 2012, “Farmakologi dan Terapi Edisi 5”..Fakultas
Kedokteran-Universitas Indonesia: Jakarta.

Harvey. 2013. “Farmakologi Ulasan Bergambar”. EGC.Jakarta.


Sylvia A. Price (2006)”Patofisiologi”, EGC. Jakarta.

IAI. 2017. Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 51 Tahun 2017 s/d 2018.
Isfi Peneerbitan : Jakarta.
Katzung G, dkk, 2013. ”Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 12”. EGC.
Jakarta.
Moenandir, J. 2010. Ilmu Gulma. UB Press : Malang.
Malole. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium. IPB :
Bogor.
Sukandar, Elin Yulinah, dkk, 2008, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI
Penerbitan : Jakarta.

Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat-Obat Penting. Percetakan PT Gramedia:


Jakarta.

20
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

LAMPIRAN LEMBAR KERJA

A. Bahan
No Nama Bahan Jumlah Ket
1. Na-CMC 50 mL Pelarut
2. Glibenklamid 13,13 mg Antidiabetes Sulfonilurea
3. Metformin 14,69 mg Antidiabetes Biguanid
4. Akarbose 19,63 mg Antidiabetes α Inhibitor
Glukosidae
5. Ekstrak Herba Krokot 26 mg Ekstrak

Perhitungan bahan:
1. Glibenklamid
Dik :
Glibenklamid 5 mg
Berat rata-rat 50,5 mg
Dibuat dalam 10 mL
Penyelesaian :
 Dosis Mencit 20 g = Dosis obat x Fk

21
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

= 5 mg x 0,0026
= 0,013 mg
 Dosis maksimal mencit = 30 g x Dosis Mencit 20g
20 g

= 10 x 0,013 mg
= 0,13 mg
 Larutan stok = V.Larutan yang dibuat x Dosis Maksimal
Vp Maksimal

10 mL
= x 0,013 mg
1 mL

= 1,3 mg
 BYD = Larutan Stok x Berat rata-rata
Berat etiket

= 1,3 mg x 50,5 mg
5 mg

= 0,26 x 50,5 mg
13,13 mg
2. Metformin
Dik :
Metformin 500 mg
Berat rata-rat 565 mg
Dibuat dalam 10 mL
Penyelesaian :
 Dosis Mencit 20 g = Dosis obat x Fk
= 500 mg x 0,0026
= 1,3 mg
 Dosis maksimal mencit = 30 g x Dosis Mencit 20g
20 g

= 10 x 1,3 mg
= 13 mg
 Larutan stok = V.Larutan yang dibuat x Dosis Maksimal

22
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

Vp Maksimal

10 mL
= x 13 mg
1 mL

= 130 mg
 BYD = Larutan Stok x Berat rata-rata
Berat etiket

= 130 mg x 565 mg
500 mg

= 0,26 x 565 mg
= 14, 69 mg

3. Acarbose
Dik :
Acarbose 25 mg
Berat rata-rat 75,5 mg
Dibuat dalam 10 mL
Penyelesaian :
 Dosis Mencit 20 g = Dosis obat x Fk
= 20 mg x 0,0026
= 0,052 mg
 Dosis maksimal mencit = 30 g x Dosis Mencit 20g
20 g

= 10 x 0,052 mg
= 0,52 mg
 Larutan stok = V.Larutan yang dibuat x Dosis Maksimal
Vp Maksimal

10 mL
= x 0,52 mg
1 mL

= 5,2 mg
 BYD = Larutan Stok x Berat rata-rata
Berat etiket

23
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

= 15,2 mg x 75,5 mg
20 mg

= 0,26 x 75,5 mg
= 16,63 mg
4. Ekstrak herba krokot
Dik :
Ekstrak herba krokot 200 mg / kg BB
Penyelesaian :
 Dosis Mencit 20 g = Dosis obat x Fk
= 200 mg x 0,0026
= 0,52 mg
 Dosis maksimal mencit = 30 g x Dosis Mencit 20g
20 g

= 10 x 0,52 mg
= 2,6 mg
 Larutan stok = V.Larutan yang dibuat x Dosis Maksimal
Vp Maksimal

10 mL
= x 5,2 mg
1 mL

= 52 mg

B. Alat
No Nama Alat Jumlah
1. Glukometer 1
2. Restrainer 1
3. Gunting 1
4. Spoit 1 mL 1

C. Hewan
Mencit (Mus musculus)

D. Cara Kerja
Mencit ditimbang sebelum praktikum. Kemudian dipuasakan kurang

24
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

lebih selama 8 jam. Diukur kadar glukosa darah (kadar glukosa puasa).
Diberikan glukosa 50%. Diukur kadar glukosa induksi. Mencit dibagi
menjadi 5 kelompok. Kelompok 1 diberi Na-CMC, kelompok 2 diberi
Glibenklamid, kelompok 3 diberi Metformin, kelompok 4 diberi Akarbose,
dan kelompok 5 diberi ekstrak herba krokot. Diukur kadar glukosa darah
pada menit ke 30, 60, 120, dan 150.

E. Tabel Pengukuran Kadar Glukosa Darah


Perlakuan BB VP Kadar Kadar glukosa setelah menit
(mL) glukosa awal 30’ 60’ 120’ 150’
(gram)
(mg/dL)

Kontrol 25 0,83 250 300 325 350 355


Glibenklamid 26 0,87 275 250 180 150 100
Metformin 30 1 260 180 140 100 80
Akarbose 25 0,83 256 225 190 150 120
Ekstrak 30 1 275 250 230 200 180

Herba Krokot

F. Kesimpulan
Setelah diinduksi dengan glukosa 50%, mencit kemudia dibagi menjadi 5
kelompok. Kelompok 1 diberi Na-CMC, kelompok 2 diberi Glibenklamid,
kelompok 3 diberi Metformin, kelompok 4 diberi Akarbose, dan kelompok 5
diberi ekstrak herba krokot. Kadar gula darahnya diukur pada menit ke-30, 60,
120, dan 150.
Pada mencit kelompok 1 mengalami peningkatan kadar gula darah, hal ini
karena Na-CMC merupakan pelarut, bukan zat aktif yang berperan dalam
mengatasi diabetes. Mencit kelompok 2 mengalami penurunan yang cukup

25
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

signifikan dari 275 mg/dL menjadi 100 mg/dL. Kelompok 3 mengalami


penurunan kadar gula darah yang sangat signifikan yaitu dari 260 mg/dL
menjadi 80 mg/dL. Kelompok 4 menurun dari 256 mg/dL menjadi 120 mg/dL.
Dan ekstrak herba krokot menurun dari 275 mg/dL menjadi 180 mg/dL.

Makassar, 05 Mei 2020

ANGGA SETIA HADDI

Asisten Pendamping

26
DIABETES MELLITUS
AMLIATI
15020180134
C7
KLP 5

27
DIABETES MELLITUS

Anda mungkin juga menyukai