Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA

“Kelarutan dengan Pengaruh Konstanta Dielektrik“

Disusun oleh :
Kelompok 1

Aulia Laili Tsuroya P17335119004 Raihana Qonita Azzara P17335119026

Fikri Ikhlasul Amal P17335119016 Siti Arofatun Nadiyah P17335119031

Nofa Novia Fatwariani P17335119022 Syifa Kamilla P17335119032

Kelas : 1A

Dosen Pembimbing :

Hanifa Rahma, M.Si.,Apt

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

JURUSAN FARMASI

2020
A. JUDUL PRAKTIKUM
Kelarutan dengan Pengaruh Konstanta Dielektrik

B. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM


Hari : Senin
Tanggal : 03 Februari 2020

C. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif.
2. Menjelaskan pengaruh konstanta dielektrik terhadap kelarutan suatu zat.

D. DASAR TEORI (Raihana Qonita Azzara P17335119026)


Suatu sifat fisika yang penting dari suatu zat obat adalah kelarutan, terutama
kelarutan sistem dalam air. Jika kelarutan dari zat obat kurang dari yang diinginkan,
pertimbangan harus diberikan untuk memperbaiki kelarutannya (Ansel, 1989).
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu larutan jenuh dalam sejumlah solven. Pada suatu temperatur
tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak terlarut
merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik (Mochtar, 1989).
Kelarutan dari suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat
terlarut dan pelarut, juga bergantung pada temperatur, tekanan, pH larutan, serta
bergantung pada hal terbaginya zat terlarut (Martin, 1992).
Konstanta dielektrik adalah perbandingan nilai kapasitansi kapasitor pada
bahan dielektrik dengan nilai kapasitansi di ruang hampa. Konstanta dielektrik atau
permitivitas listrik relatif juga diartikan sebagai konstanta yang melambangkan
rapatnya fluks elektrostatik dalam suatu bahan bila diberi potensial listrik. Konstanta
dielektrik merupakan perbandingan energi listrik yang tersimpan pada bahan tersebut
jika diberi sebuah potensial, relatif terhadap vakum (ruang hampa). (Sutrisno dan Gie,
1983).
Berikut adalah Konstanta Dielektrik Beberapa Cairan Pada Suhu 25o C
No. Nama Zat Konstanta Dielektrik
1. N-Metilformamida 182
2. Hydrogen sianida 114
3. Formamida 110
4. Air 78,5
5. Gliserol 42,5
6. Metanol 32,6
7. Tetrametilurea 23,1
8. Aseton 20,7
9. n-Propanol 20,1
10. Isopropanol 18,3
11. Isopentanol 14,7
12. 1-Pentanol 13,9
13. Benzil Alkohol 13,1
14. Fenol 9,8 (60o C)
15. Etil asetat 6,02
16. Kloroform 4,80
17. Asam hidroklorida 4,60
18. Dietil eter 4,34 (20o C)
19. Asetonitril 2,92
20. Karbon disulfida 2,64
21. Trietilamin 2,42
22. Toluen 2,38
23. Beeswex (padat) 2,8
24. Benzen 2,27
25. Karbon tertraklorida 2,23
26. 1,4-Dioksan 2,21
27. Pentana 1,84 (20o C)
28. Furfural 41 (20o C)
29. Piridin 12,3
30. Metil salisilat 9,41 (30o C)
(Sumber : Martin, 1992)

E. ALAT DAN BAHAN (Syifa Kamilla P17335119032)

a. Alat b. Bahan
1. Magnetic stirrer 1. Aquadest
2. Batang pengaduk 2. Kertas saring
3. Kaca arloji 3. Asam benzoat
4. Timbangan analitik 4. Fenolftalein
5. Gelas ukur 5. NaOH
6. Gelas kimia 6. Gliserin
7. Corong 7. Etanol
8. Buret
9. Erlenmeyer

F. PROSEDUR KERJA (Syifa Kamilla P17335119032)


1. Dibuat larutan dengan komposisi berikut dalam gelas kimia:
a. W1 dibuat dengan 12 ml air dan 8 ml gliserin
b. W2 dibuat dengan 12 ml air, 2 ml etanol, dan 6 ml gliserin
c. W3 dibuat dengan 12 ml air, 4 ml ml etanol, dan 4 ml gliserin
d. W4 dibuat dengan 12 ml air, 6 ml etanol, dan 2 ml gliserin
e. W5 dibuat dengan 12 ml air, dan 8 ml etanol
2. Diaduk sampai homogen dan diberi label pada masing-masing gelas kimia.
3. Asam benzoat ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam masing-masing larutan
hingga diperoleh larutan yang jenuh.
4. Larutan diaduk dengan magnetic stirrer selama 15 menit. Jika ada endapan yang
larut selama pengadukan, asam benzoat ditambahkan lagi sampai diperoleh
larutan yang jenuh kembali.
5. Larutan disaring menggunakan corong dan kertas saring.
6. Kadar asam benzoat yang terlarut dalam masing-masing larutan ditentukan
dengan cara titrasi sebagai berikut:
a. 5 ml larutan zat dipipet.
b. Tiga tetes indikator fenolftalein ditambahkan.
c. Dititrasi dengan NaOH 0,1N sampai timbul warna merah muda.
d. Dilakukan penetapan triplo.
7. Kurva antara kelarutan asam benzoat dibuat dengan nilai konstanta dielektrik
bahan pelarut campur yang digunakan.

G. DATA DAN HASIL PENGAMATAN (Aulia Laili Tsuroya P17335119004)


a. Standarisasi NaOH

Larutan V1 V2 V3 V Rata-rata
Asam Oksalat 6,50 ml 6,60 ml 6,40 ml 6,50 ml

BE Asam Oksalat : 63,035


b. Perhitungan N :

V1.N1=V2.N2
5,00ml×0,1N=6,50ml×N2 ¿
6,50ml ¿
N2=5,00ml×0,1N¿ =0,0769
¿
c. Perhitungan KD :

Wadah Konstanta Dielektrik Larutan


W1  12   0   8 
 100  78,5     100  24,3    100  40,1
 20   20   20   4710  0  1604  63,14
100 100
W2  12   2   6 
  100  78,5     100  24,3    100  40,1
 20   20   20   4710  243  1203  61,56
100 100
W3  12   4   6 
  100  78,5     100  24,3    100  40,1
 20   20   20   4710  486  802  59,98
100 100
W4  12   6   2 
  100  78,5     100  24,3    100  40,1
 20   20   20   4710  729  401  58,40
100 100
W5  12   8   0 
  100  78,5    100  24,3    100  40,1
 20   20   20   4710  972  0  56,82
100 100
d. Perhitungan Kadar Asam Benzoat :

mltitrasi  NNaOH  BMAsamBenzoat


%  100%
mlpemipe tan 1000

Wadah VRata-rata Perhitungan Kadar Asam Benzoat


W1 VR = 2,88 ml 2 , 50×0 ,0769×122 ,12
×100 %=0 , 4696 %
5×1 . 000
W2 VR = 3,80 ml 3 , 40×0 , 0769×122, 12
×100 %=0 , 6386 %
5×1. 000
W3 VR = 4,71 ml 4 , 00×0 , 0769×122 ,12
×100 %=0 ,7513
5×1 .000
W4 VR = 5,96 ml 5 ,50×0 , 0769×122 ,12
×100 %=1 , 0330 %
5×1 .000
W5 VR = 9,26 ml 6 ,67×0, 0769×122, 12
×100 %=1,258 %
5×1. 000
e. Kurva Antara Kelarutan Asam Benzoat Dengan Konstanta Dielektrik Pelarut
Campur :

1.40%
1.26%

1.20%
1.03%
1.00%
Kadar Asam Benzoat (%)

0.80% 0.75%
0.64%
0.60%
0.47%

0.40%

0.20%

0.00%
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Kontasta Dielektrik

H. PEMBAHASAN (Fikri Ikhlasul Amal P17335119016)


Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat
terlarut dalam larutan jenuh dan pada temperatur tertentu. Secara kualitatif
didefinisikan sebagai molekuler homogen. Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut
tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan
pelarut tersebut. Hasil dari zat yang terlarut tersebut ini disebut larutan jenuh. Pelarut
yang digunakan dalam praktikum merupakan pelarut campur sebanyak 20 mlyang
terdiri dari air, alkohol, dan gliserin. Pelarut campur dibuat dalam 5 komposisi yang
berbeda-beda seperti yang tertera dalam prosedur. Dalam ketiga Pelarut tersebut
gliserin memiliki sifat yang lebih kental cairannya dibandingkan air dan alcohol,
sehigga Pada saat pencampuran ketiga cairan, Gliserin tidak bisa cepat larut maka
dilakukan pengocokan untuk menghomogenkan cairan tersebut.
Pada suatu campuran pelarut, Konstanta dielektrik campuran merupakan hasil
penjumlahan konstanta dielektrik masing-masing bahan pelarut sesudah dikalikan
dengan % volume setiap komponen pelarut. Sehingga, dari komposisi pelarut yang
digunakan dalam pelarut campur, konstanta dielektrik dari pelarut campur dapat
ditentukan. Dalam praktikum kali ini didapat dannilai KD setiap pelarut campuran
yaitu W1 (63,14), W2 (61,56), W3 (59,98), W4 (58,4), dan W5 (56,82). Dari hasil
perhitungan Konstanta Dieletrik masing masing pelarut campuran tersebut dapat
diamati bahwa hasil W1 yang yang komposisinya tanpa etanol memiliki Nilai
Konstanta dielektrik yang tinggi dibandingkan Dengan pelarut Campur dengan
komposisi lain yang mengandung etanol. Sehingga dapat dilihat hasil bahwa aethanol
memiliki pengaruh terhadap KD pelarut campuran, yaitu Semakin tinggi kadar etanol
maka akan semakin rendah nilai KD. ini terjadi karena etanol memiliki Nilai KD yang
rendah daripada pelarut yang lain. Dalam praktikum ini digunakan asam benzoat
sebagai zat terlarut untuk mendapatkan larutan jenuh.
Asam Benzoat ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam Masing-masing pelarut dengan
cara diaduk menggunkan magnetic stirrer selama 15 menit. Dalam penambahan asam benzoat
dilakukan menggunakan magnetic stirrer yang berfungsi agar asam benzoate terlarut secara
maksimal dan merata sehingga didapat larutan jenuh yang diinginkan yang ditandai dengan adanya
asam benzoate yang tidak terlarut lagi. kemudian larutan yang diperoleh disaring menggunakan
kertas saring, tujuan dari penyaringan ini untuk memisahkan serbuk Asam benzoat
yang tidak larut lagi dalam larutan jenuh sehingga hasil yang akan diukur hanyalah
dalam bentuk larutan saja.
Untuk mengukur kelarutan Asam Benzoat dalam campuran pelarut dan
pengaruh KD terhadap kelarutan dilakukan proses titrasi. Dalam praktikum kali ini,
titrasi menggunakan larutan NaOH 0,0769 N. Normalitas NaOH ini didapat Dari
hasil standarisasi NaOH dengan menggunakan asam oksalat yang dilakukan Sebelum
pembuatan larutan jenuh asam benzoat. Larutan jenuh asam benzoate yang telah
disaring dipipet sebanyak 5ml kemudian ditambahkan indikator fenoftalein sebanyak
3 tetes. Selanjutnya dilakukan titrasi dengan NaOH 0,0769 sampai terjadi perubahan
warna larutan dari bening menjadi merah muda, titrasi dilakukan tiga kali pada
masing-masing larutan.
Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asam basa yaitu titrasi kelarutan Asam
Benzoat terhadap larutan yang berasal dari basa (NaOH) dengan menggunakan
indikator fenoftalein. Indikator fenoftalein dipilih karena rentang pH yang
dimilikinya, yaitu berkisar antara 8-10.Fenoftalein ini berfungsi untuk mempercepat
reaksi, selain itu menetapkan atau mengetahui titik akhir titrasi atau titik ekuivalen.
Volume NaOH yang dibutuhkan untuk menitrasi Asam benzoat dalam berbagai
konsentrasi pelarut campur berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan oleh praktikan didapat hasil titrasi dengan volume rata-rata sebagai berikut,
W1(2,50ml), W2(3,40ml), W3(4,00ml), W4(5,50ml) dan W5(6,67ml). dari hasil
titrasi tersebut dapat diamati bahwa volume NaOH yang dibutuhkan semakin
meningkat.volume NaOH kemudian Dihitung untuk Menentukan Kadar asam
Benzoat yang Terlarut, dan dihasilkan grafik bahwa kadar asam benzoate yang
terlarut dalam pelarut campuran juga meningkat.
Bila dilihat dari grafik yang dihasilkan dari percobaan dapat disimpulkan
bahwa adanya komposisi pelarut campur dengan perbandingan yang telah ditentukan,
maka tingkat kebutuhan volume NaOH untuk melarutkan Asam benzoat akan
semakin meningkat. Volume NaOH yang dibutuhkan hanya sedikit untuk Asam
benzoat dengan pelarut campur yang kandungan airnya lebih banyak. Sebaliknya
apabila pada komposisi pelarut campur terdapat banyak volume etanol/alkohol, maka
volume NaOH yang dibutuhkan semakin banyak. Asam benzoat sukar larut dalam air
tetapi mudah larut dalam alkohol, oleh karena itu banyaknya volume titran (NaOH)
yang dibutuhkan dipengaruhi oleh kelarutan dari asam benzoat tersebut. Kandungan
alkohol pada pelarut campur yang banyak menyebabkan asam benzoat yang terlarut
pun semakin banyak dan ikatannya semakin kuat, sehingga pada saat dititrasi dengan
NaOH ikatan akan sulit dipisahkan Bila dilihat dari grafik yang didapat atas dasar
pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan diketahui penggunaan alkohol yang
terdapat dalam pelarut campur meningkatkan kelarutan Asam Benzoat. Ini
menunjukan hasil bahwa semakin rendah nilai KD maka akan Semakin Meningkatkan
Kelarutan Suatu Zat.
I. KESIMPULAN (Nofa Novia Fatwariani P17335119022)
Setelah didapatkan hasil dari proses percobaan kelarutan suatu zat dengan
pengaruh konstanta dielektrik, dapat disimpulka bahwa etanol memiliki pengaruh
terhadap nilai konstanta dielektrik pelarut campuran. Semakin tinggi kadar etanol
dalam pelarut campur, maka semakin rendah nilai konstanta dielektriknya. Hal ini
dapat terjadi karena etanol memiliki nilai konstanta dielektrik yang lebih rendah
dibandingkan dengan air dan gliserin. Sedangkan semakin rendah nilai konstanta
dielektrik pelarut campur, maka kelarutan asam benzoat akan semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
(Siti Arofatun Nadiyah P17335119031)

Ansel, H.C. 1989. Pengaruh Bentuk Sediaan Farmasi (edisi IV). Penerjemah: Farida Ibrahim.
Jakarta: Universitas Indonesia press.

Mochtar. 1989. Farmasi Fisika. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Martin A dan Swarbick. 1992. Physical Pharmacy (edisi II). Philadelyphia: Lea&Febigen.

Sutrisno, dan Gie. 1983. Fisika Dasar. Bandung : ITB Press


LAMPIRAN
(Siti Arofatun Nadiyah P17335119031)

W1 W4

W5

Anda mungkin juga menyukai