Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN JIWA DAN SKIZOFRENIA

A. Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa menurut American Psychiatric Association dalam DSM IV-TR
(2000, dalam Towsend, 2009) adalah sindroma perilaku yang secara klinik bermakna atau
sindroma psikologis atau pola yang dihubungkan dengan kejadian distress pada seseorang
atau ketidakmampuan atau peningkatan secara signifikan resiko untuk kematian, sakit,
ketidakmampuan atau hilang rasa bebas. Towsend (2009) menyatakan gangguan jiwa
merupakan respon maladaptif terhadap stressor dari dalam dan luar lingkungan yang
berhubungan dengan perasaan dan perilaku yang tidak sejalan dengan
budaya/kebiasaan/norma setempat dan mempengaruhi interaksi social individu, kegiatan dan
fungsi tubuh.
Menurut Alliance on Mental Illness of America (2010), gangguan jiwa merupakan
kondisi kesehatan individu yang ditandai dengan terjadinya gangguan pola piker, perasaan
mood, kemampuan interaksi serta kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari. Sehingga
gangguan jiwa dapat diartikan sebagai kumpulan gejala yang tercermin dari pola pikiran,
perasaan serta perilaku individu, kumpulan gejala tersebut menyebabkan individu
mengalami ketidakmampuan atau peningkatan secara signifikan resiko untuk kematian, sakit
dan mempengaruhi fungsi kehidupan.

B. Skizofrenia
1. Pengertian Skizofrenia
Isitilah skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata
yaitu “schizo” yang berarti perpecahan/split dan “phren” yang berarti
mind/pikiran.
a. Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa yang ditandai dengan penurunan
atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realita (halusinasi dan waham),
afek yang tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir
abstrak) dan mengalami kesukaran malakukan aktifitas sehari hari (Keliat,
2006).
b. Skizofrenia merupakan suatu sindroma klinis atau proses penyakit yang
mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi,
gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu (Videbeck, 2008).
c. Skizofrenia merupakan gangguan neurobiologikal otak yang persisten dan
serius, sindroma secara klinis yang dapat mengakibatkan kerusakan hidup baik
secara individu, keluarga dan komunitas (Stuart, 2009).

2. Penyebab Skizofrenia
Menurut Stuart (2009) penyebab skizofrenia terdiri atas biologis, psikologis,
social dan lingkungan.
a. Biologis
Menurutk Kaplan & Saddock (2007), pengaruh factor genetic terhadap
skizofrenia belum teridentifikasi secara spesifik namun ada 9 ikatan kromosom
yang dipercayai untuk terjadinya skizofrenia yaitu 1q, 5q, 6p, 6q, 8p, 10p, 13q,
15q, dan 22q. Individu dengan skizofrenia ditemukan bahwa korteks prefrontal
dan korteks limbik otak tidak berkembang dengan sempurna. Biasanya
ditemukan peningkatan volume otak, fungsi yang abnormal dan neurokimia yang
menunjukkan perubahan pada system neurotransmitter (Frisch & Frisch, 2006).
Menurut teori yang disampaikan bahwa pada masa kehamilan khususnya pada
trimester kedua apabila terpapar virus influenza beresiko untuk terjadinya
skizofrenia pada anak (Shives, 2005). Jadi, berdasarkan keterangan diatas
ditinjau bahwa factor biologis skizofrenia terjadi karena genetic, kortek
prefrontal dan kortek limbic yang tidak berkembang, perubahan neurotransmitter
dan adanya serangan virus saat kehamilan.
b. Psikologis
Penyebab skizofrenia secara psikologis adalah karena keluarga dan perilaku
individu itu sendiri. Faktor keluarga, ibu yang sering cemas, perhatian yang
berlebih atau tidak ada perhatian, ayah yang jauh atau yang memberikan
perhatian berlebihan, konflik pernikahan, dan anak yang didalam keluarga selalu
dipersalahkan (Stuart, 2009).
c. Sosial dan Lingkungan
Penyebab skizofrenia secara social dan lingkungan adalah status social ekonomi.
Status sosial ekonomi mengacu pada pendapatan, pendidikan dan pekerjaan
individu (Lipson et al, 1996 dala, Videbeck, 2008).
Isaacs (2005) dalam teori keluarga, bagian fungsi keluarga yang berkaitan
dengan peran keluarga dalam munculnya skizofrenia adalah keluarga yang
sangat mengekspresikan emosi (high expressed emotion). Pola asuh yang
dilakukan oleh keluarga yang terlalu berlebihan menjadi pemicu terjadinya
skizofrenia, baik pola asuh negative maupun positif.

3. Tanda Gejala Skizofrenia


Gejala positif menggambarkan fungsi normal yang berlebihan dan khas,
meliputi waham, halusinasi, disorganisasi pembicaraan dan disorganisasi perilaku
seperti katatonia atau agitasi/kegelisahan. Simpton negatif terdiri dari 5 tipe
gejala, yaitu affective flattening, alogia, avolitian, anhedonia dan gangguan atensi.
Suatu gejala dapat dikatakan symptom negatif apabila ditemukan adanya
penurunan fungsi normal pada klien skizofrenia seperti afek tumpul, penarikan
emosi dalam berkomunikasi, rapport yang buruk dengan lingkungan sekitarnya,
bersikap menjadi lebih pasif dan menarik diri dari hubungan sosial.
Simpton kognitif dapat berupa gangguan pikiran, inkoheren, assosiasi
longgar atau neologisme serta gangguan kognitif spesifik yang lain adalah
gangguan atensi dan gangguan pengolahan informasi. Simpton agresif dan hostile,
simpton ini menekankan pada masalah pengendalian impuls. Hostile bisa berupa
penyerangan secara fisik atau verbal terhadap orang lain, termasuk juga perilaku
mencelakakan diri sendiri (suicide), merusak barang orang lain atau seksual
acting out. Simpton depresi dan anxious pada klien skizofrenia sering kali
didapatkan bersamaan dengan simpton lain seperti mood yang terdepresi, mood
yang cemas, rasa bersalah (guilt), tension, irritabilitas atau kecemasan.
Dari berbagai simpton diatas pada klien skizofrenia menggambarkan
banyaknya masalah yang muncul seperti penyerangan terhadap orang lain,
perilaku mencederai diri sendiri dan orang lain, halusinasi, depresi, rasa
bersalah/harga diri rendah, bunuh diri, menarik diri serta waham/delusi.

4. Terapi Psikofarmaka pada Skizofrenia


Gorman, (2007 dalam Towsend, 2009) menyatakan pengobatan
skizofrenia menggunakan pendekatan terapi antipsikotik dan pengobatan
psikososial. Terapi antipsikotik yang digunakan merupakan gabungan tipikal dan
atipikal antipsikotik yang akan menurunkan gejala sikotik pada fase akut dan
menurunkan kekambuhan klien. Untuk terapi psikososial direkomendasikan 6
terapi psikososial yang telah diriset yaitu skill training, supported employed,
cognitive behaviour therapy, behaviour modification, social learning, dan
assertive community treatment.
Antipsikotik bekerja dengan melakukan blok terhadap post sinaps reseptor
dopamin. Antipsikotik tidak menyembuhkan skizofrenia, tetapi digunakan untuk
mengatasi gejala penyakit yang timbul. Obat ini bersifat multifungsi yang
meliputi 1) menurunkan gejala positif seperti halusinasi dan delusi, 2)
meringankan gangguan pikiran, 3) mengurangi ansietas dan agitasi, dan 4)
memaksimalkan kemampuan yang masih dimiliki klien (Brady, 2004).
Antipsikotik terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok tipikal (konvensional
atau tradisional) yang merupakan antagonis dopamin dan kelompok atipikal yang
merupakan antagonis serotonin dan antagonis dopamin. Kedua kelompok ini
efektif untuk sebagian besar skizofrenia akut yang memburuk dan untuk
mencegah atau memperpanjang jarak kekambuhan (Videbeck, 2008).
Antipsikotik baik tipikal dan atipikal tidak menyembuhkan skizofrenia, tetapi
mengatasi gejala positif dan negatif yang timbul dengan melakukan blok terhadap
post sinaps reseptor dopamin.

Anda mungkin juga menyukai