Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ALAT DAN MESIN PERTANIAN


PERHITUNGAN BIAYA ALAT MESIN PERTANIAN
DODOS

OLEH

KELOMPOK II

1. MIKI EFENDI (1611111010)


2. LUTHFIA ICHWANI NASUTION (1611111013)
3. HAFIFAH NURUL HIDAYANI (1611112030)
4. ARIEF MAHYUDHA (1611113004)

DOSEN PENGAMPU: Dr. DINAH CHERIE, S.TP, M.Si

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur penulis ucapkan pada Allah SWT, atas segala rahmat
dan karunia yang dilimpahkan-Nya pada penulis, khususnya dalam menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh melalui
sumber resmi. Atas selesainya makalah ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada dosen mata kuliah Alat dan Mesin Pertanian, Ibu Dr. Dinah Cherie, S. TP,
M. Si yang telah membimbing kami. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada semua anggota dalam kelompok atas kerjasamanya dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
harapkan adanya perbaikan dan penyempurnaan pada saat pembahasan
berikutnya. Semoga makalah ini dapat menambah pemahaham dan wawasan bagi
pembaca dan diri penulis khususnya. Harapannya untuk pembaca yang juga
membahas seputar isi makalah ini dikemudian hari, gunakanlah data-data sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada.

Padang, November 2018

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
DAFTAR TABEL.........................................................................................
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................
1.2 Tujuan................................................................................................
1.3 Manfaat..............................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
2.1 Landasan Teori..................................................................................
BAB III. METODA......................................................................................
3.1 Alat dan Bahan..................................................................................
3.2 Metode Kerja.....................................................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................
BAB V. PENUTUP.......................................................................................
5.1 Kesimpulan........................................................................................
5.2 Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai nyata pada masing-masing pengujian........................................
2. Nilai asumsi pada masing-masing pengujian.....................................

DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kelapa Sawit..................................................................................
2. Dodos Sawit...................................................................................
3. Egrek Sawit..........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengantarkan manusia pada sistem


kehidupan modern yang sarat dengan teknologi sebagaimana kita alami dewasa
ini. Melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya, manusia akan
dapat memanfaatkan sumber daya alam secara optimal untuk memenuhi berbagai
kebutuhannya. Pada awal peradaban manusia hanya memanfaatkan sumber daya
alam secara langsung tanpa banyak perbaikan, seperti memanfaatkan gua-gua batu
sebagai tempat berteduh, daun-daun dijadikan pakaian, buah-buahan dan umbi-
umbian sebagai makanan dan sebagainya. Kemudian manusia mulai
mengembangkan berbagai 2 Ekonomi Teknik teknologi dan metode dalam rangka
pemanfaatan sumber daya alam secara lebih baik dan optimal (Giatman, M.
2006).
Menurut Giatman. M. 2006 dalam Ekonomi Teknik, dewasa ini teknologi
telah berkembang dengan pesat sehingga dalam praktiknya untuk mewujudkan
suatu kebutuhan manusia akan dihadapkan dengan berbagai pilihan/alternarif.
Alternatif tersebut bisa dalam bentuk desain,/rencana, prosedur, metode, material,
waktu, dan lainnya. Karena setiap pilihan alternative akan berdampak langsung
pada pemakaian sumber daya, di mana sumber daya itu sendiri semakin mahal dan
sulit, maka seyogyanya pemilihan alternatif harus didasarkan pada prinsip-prinsip
efisiensi dan efektivitas dari pemanfaran sumber daya itu sendiri. Prinsip ini akan
menjadi lebih penting lagi bila persoalannya berkaitan dengan penerapan kegitan
keteknikan (engineeing), dimana pada umumnya kegiatan teknik akan melibatkan
biaya awal (investasi) yang relatif besar dan berdampak langsung pula pada
kebutuhan biaya operasional dan perawatan jangka panjangnya.
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman yang menduduki
posisi penting di sektor pertanian dan perkebunan. Hal ini disebabkan dari
berbagai tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit
menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Nasution, 2014).
Kelapa sawit juga merupakan salah satu penyumbang yang relatif besar terhadap
devisa Indonesia. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2008
mencapai 7,3 juta hektar dengan rata-rata hasil produksi 3,27 juta ton/hektar
(Fauzi, 2012).
Kegiatan teknik adalah suatu konsep kegiatan manusia yang berorientasi
pada proses perbaikan/perubahan sifat maupun bentuk dari benda-benda alam
dalam rangka mendapatkan manfaat yang lebih baik dari sebelumnya. Bagaimana
manusia mengubah sifat dan fungsi batu-batuan menjadi bangunan, mengubah
pasir besi menjadi besi dan baja, mengubah kayu menjadi mobiler atau menjadi
kertas, dan sebagainya, yangsemuanya merupakan hasil perancangan teknik yang
dilakukan secara berkesinambungan (Giatman, M. 2006).
Hasil menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit tidak secara nyata
mempengaruhi pendapatan perkapita di Indonesia. Di tingkat wilayah, perkebunan
kelapa sawit memberi pengaruh yang nyata terhadap pendapatan perkapita dengan
hubungan yang bertolak belakang dan pengaruh ini terlihat di semua wilayah.
Produktivitas kelapa sawit memberi pengaruh yang nyata terhadap pendapatan per
kapita di tingkat nasional dengan hubungan yang positif. Namun demikian,
produktivitas kelapa sawit tidak menunjukkan memberi pengaruh yang nyata di
masing-masing wilayah di Indonesia (Hendra.2013).

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui defenisi dari ekonomi teknik;
2. Mengetahui berapa biaya tetap dan biaya tidak tetap pada alsintan dodos;
3. Mengetahui bagaimana nilai ekonomi pada alsintan dodos.
1.3 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mahasiswa memahami analisa ekonomi pada alsintan;
2. Mahasiswa memahami tahapan-tahapan apa saja yang harus dilakukan
dalam menganalisa ekonomi pada alsintan;
3. Mahasiswa mampu menganalisa biaya pada berbagai alsintan yang ada.
BAB II
5.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun
beberapa sumber menyatakan tanaman ini berasal dari dua tempat yaitu benua
Afrika dan Amerika. Tanaman ini untuk pertama kalinya ditanam pada tahun
1848 sebagai tanaman koleksi Kebun Raya Bogor yang diperkenalkan oleh
pemerintahan kolonial Belanda (Fauzi, 2007). Pembudidayaan tanaman ini secara
komersial untuk pertama kalinya dilakukan sekitar tahun 1914 di daerah Deli
Sumatera Utara, hingga saat ini telah berkembang sebagai pusat produksi kelapa
sawit di Indonesia (Said, 1996). Adrien Hallet, seorang berkebangsaan Belgia
dikenal sebagai perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia, ia telah
belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya
kemudian diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit
di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai
mengalami perkembangan (Fauzi, 2007).
Menurut Batubara (2002), kelapa sawit merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang dapat tumbuh baik di Indonesia, terutama di daerah-daerah
dengan ketinggian kurang dari 500 meter dari permukaan laut. Penanaman kelapa
sawit tidak disarankan pada lahan yang lebih tinggi dari 500 meter dari
permukaan laut karena tanaman akan mengalami pertumbuhan yang lambat,
sehingga umur pertama produksi tidak dapat dicapai tepat pada waktunya
walaupun untuk pertumbuhan selanjutnya akan cukup memuaskan.

Gambar 1. Kelapa Sawit


Sumber: Liputan6.com
Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam famili Palmae dan
berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit
berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa
sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa
sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan
Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi
(Lubis, 1992). Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi
pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptkan kesempatan kerja yang
mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara.
Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit (Dirjen Perkebunan,
1987).

2.1.2 Alat Pemanenan Kelapa Sawit

Di Indonesia panen buah kelapa sawit masih dilakukan secara manual


dengan menggunakan alat pemanen yang digerakkan oleh tenaga manusia. Alat
manual ini biasa disebut atau dikenal dengan dodos dan egrek. Dodos
menggunakan pisau dengan bentuk pahat yang disambung dengan pipa panjang,
sedangkan egrek menggunakan pisau dengan bentuk arit yang disambung dengan
2 pipa panjang. Alat tradisional ini membutuhkan tenaga yang besar dari
pengguna karena untuk memotong Tandan Buah Segar (TBS) dilakukan gerakan
menusuk untuk dodos dan menarik untuk egrek (Fauzi ,2012).

Pada mulanya semua tanaman budidaya untuk kebutuhan pangan manusia


dihasilkan dan disiapkan dengan menggunakan tenaga otot manusia. Berabad-
abad lalu tenaga hewani digunakan untuk meringankan tenaga manusia. Peralihan
dari usaha tani dengan menggunakan tangan ke abad usaha tani yang modern
mulamula berjalan sangat lambat. Dengan ditemukannya besi, diciptakan
perkakasperkakas yang selanjutnya mengurangi penggunaan tenaga manusia.
Selanjutnya dengan perkembangan bajak baja, motor bakar, traktor usaha tani, dan
mesin usaha tani lainnya, usaha-usaha di bidang pertanian berkembang dengan
cukup pesat (Smith dan Wilkes, 1990).
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di zaman
modern ini, manusia sebagai mahluk yang memiliki potensi untuk berfikir akan
selalu mengembangkan sesuatu hal maka manusia berusaha untuk menciptakan
atau membuat suatu peralatan yang lebih efisien dan praktis yang dapat membantu
bahkan menggantikan tenaga manusia dengan alat bantu yaitu mesin pertanian.
Sektor pertanian merupakan sector yang paling penting dalam pembangunan
ekonomi suatu daerah. Dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang
menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor
pertanian maka produksi pertanian harus ditingkatkan. Penggunaan alat dan mesin
pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan
perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian
masih sederhana dan terbuat dari kayu kemudian berkembang menjadi bahan
logam. Susunan alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya
alat mesin pertanian yang kompleks. Dengan dikembangkannya pemanfaatan
sumberdaya alam dengan motor secara langsung mempengaruhi secara langsung
perkembangan dari alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).
Dodos merupakan salah satu alat pertanian yang digunakan untuk memanen
kelapa sawit. Dodos berfungsi untuk memanen buah kelapa sawit yang berumur di
bawah 8 tahun dengan ketinggian pohon sawit maksimal 5 meter. Bentuk mata
pisau dodos menyerupai kapak. Dodos merupakan alat yang penting untuk
menunjang proses pemanenan kelapa sawit. Hal ini menunjukkan dodos penting
untuk diamati lebih agar dapat meningkatkan produktivitas kerja pada proses
pemanenan.

Gambar 2. Dodos Sawit


Sumber: alatkebunku.com
Pemanenan kelapa sawit dengan alat manual membutuhkan tenaga kerja
yang banyak atau lebih dari satu orang. Sehingga dari segi biaya kurang
ekonomis. Waktu yang digunakan dalam pemanenan kurang efisien. Yang
dilakukan pekerja pemanen kelapa sawit dalam proses pemanenan melakukan dua
aktivitas secara bersamaan yaitu mengangkat alat panen ( dodos dan egrek) dan
memotong TBS serta pelapah daun kelapa sawit. Dengan kondisi ini sebagian
besar pekerja tidak mampu bekerja secara produktif ( 8 jam/hari). Selain itu,
pemanenan secara manual berdampak pada gangguan kesehatan yang sering
dijumpai pekerja pemanen kelapa sawit. Berupa gangguan otot rangka atau
Musculoskeletal Disorders ( MSDs) ( Razak, 1997).
Alat pemanen merek etani dapat digunakan selain untuk proses pemanenan
yaitu untuk pemotongan pelepah. Pemotongan pelepah dilakukan secara rutin
sebelum pemanenan TBS. Agar tidak mengganggu pada saat pemanenan maka
pelepah kelapa sawit perlu dipotong terlebih dahulu. Fungsi dari pemotongan
pelepah kelapa sawit itu sendiri untuk peruningan. Peruningan itu sendiri
dilakukan agar batang kelapa sawit dapat tumbuh optimal.

Gambar 3. Egrek Sawit


Sumber: indotrading

2.1.3 Analisis Biaya Alat Pemanenan Sawit

Analisis ekonomi teknik merupakan alat bantu pengambilan keputusan atas


sejumlah pilihan alternatif teknologi, rancang bangun, dsb. Dengan menggunakan
sudut pandang ekonomis (finansial). Perlu diingat bahwa kebanyakan studi
ekonomi teknik melibatkan komitmen modal dalam periode waktu yang panjang,
sehingga pengaruh waktu menjadi begitu penting untuk dipertimbangkan (Diktat
Usu.2006). Nilai ekonomi dari suatu objek akan sangat tergantung dari hukum
kebutuhan dan ketersediaan (supply and demand). Di mana jika suplay banyak
demand kecil maka harganya jadi turun dan sebaliknya jika supply sedikit
permintaan banyak harga naik, untuk jelasnya lihat grafik supply demand. Oleh
karena itu setiap pelaku ekonomi perlu memahami dan mengetahui kondisi supply
demand tersebut secara baik dan memanfaatkan situasi itu sebagai peluang dalam
mendapatkan keuntungan ekonomisnya secara optimal (Giatman, M. 2006).
Analisis Ekonomi
Ekonomi teknik adalah mengetahui konsekuensi keuangan dari
produk, proyek dan proses-proses yang dirancang oleh seorang pengusaha.
Membantu membuat keputusan rekayasa dengan membuat neraca
pengeluaran dan pendapatan yang terjadi sekarang dan akan datang dengan
menggunakan konsep nilai waktu dari uang (Giatman, 2006).
Jenis-jenis analisis ekonomi yaitu :

1. Ekonomi Deskriptif
Bidang ilmu ekonomi deskriptif adalah analisis ekonomi yang
menggambarkan keadaan yang sebenarnya wujud dalam perekonomian. Setiap
ilmu pengetahuan bertujuan untuk menganalisis kenyataan yang wujud di alam
semesta dan didalam kehidupan manusia.
2. Teori Ekonomi
Teori ekonomi adalah pandangan-pandangan yang mengambarkan sifat
hubungan yang wujud dalam kegiatan ekonomi, dan ramalan tentang peristiwa
yang terjadi apabila suatu keadaan yang mempengaruhinya mengalami
perubahan.
3. Ekonomi Terapan
Bidang ini lazim disebut juga sebagai teori kebijakan ekonomi, yaitu
cabang ilmu ekonomi yang menelaah tentang kebijakan yang perlu
dilaksanakan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi (Farid, 2008).
4. Analisis Biaya
Investasi pada suatu usaha harus didasarkan pada perhitungan ekonomis
agar usaha tersebut tidak merugi. Seiring waktu yang berjalan nilai usaha
tersebut akan mengalami penyusutan dan terjadinya inflasi. Hal ini harus
disadari oleh para investor sebelum melakukan investasi. Untuk
menganalisis kelayakan mesin pemanen kelapa sawit dibutuhkan suatu
analisis kelayakan ekonomi yang dapat mewakili karakteristik mesin
pemanen tersebut.
5. Analisis Biaya Pengoperasian Mesin Pemotong pelepah
Perhitungan biaya pemanenan untuk mesin dan alat dibidang pertanian dan
bidang industry dikenal 2 komponen biaya , yaitu biaya tetap (Fixed Cost) dan
biaya tidak tetap (Variable Cost). Sebelum melakukan investasi pada suatu usaha
harus disadari bahwa nilai usaha tersebut akan mengalami penurunan nilai
(penyusutan) dan terjadinya inflasi terhadap nilai sekarang pada waktu yang akan
mendatang. Karena itu agar usaha tersebut dapat diperkirakan harus dikaitkan
dengan waktu yang bergerak maju. Untuk menganalisis kelayakan mesin pemanen
dibutuhkan suatu analisis kelayakan ekonomi yang dapat mewakili karakteristik
mesin pemanen tersebut.
Menurut Tobing (1991), kelayakan ekonomi merupakan suatu prasyarat
penting untuk aplikasi keteknikan yang berhasil. Oleh sebab itu, untuk
mengetahui kelayakan mesin pemanen kelapa sawit dilakukan analisis ekonomi
dengan cara menghitung jumlah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
pemanenan TBS. Dilakukan analisis biaya tetap, biaya tidak tetap, biaya pokok,
analisis titik impas, benefit cost ratio, untuk mengetahui apakah mesin
menguntungkan jika melakukan pemanenan pada jangka waktu tertentu sesuai
dengan umur ekonomi mesin.

a. Biaya Tetap (Fixed Cost)


Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang dikeluarkan baik pada saat mesin
digunakan maupun dalam keadaan tidak digunakan. Biaya ini tidak tergantung
pada pemakaian alat atau mesin. Biaya penggunaan per jam tidak berubah dengan
penggunaan jam kerja tiap tahun dari pemakaian alat mesin tersebut (Penson, et
al., 1982 dalam Risyanto, 2007). Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap
adalah biaya penyusutan mesin pemanen, bunga modal dan asuransi, biaya pajak,
dan biaya gudang.

Biaya Penyusutan terdiri dari desain dan perkiraan umum pemakaian pada
mesin atau alat. Penyusutan didefinisikan sebgai peurunan dari nilai modal suatu
mesin atau alat akibat berkurangnya umur pemakaian (waktu). Biaya penyusutan
sering merupakan biaya yang terbesar tiap jamnya dan juga merupakan ukuran
nilai suatu mesin atau alat selama waktu yang berjalan berdasarkan perkembangan
teknologi, umur ekonomis, dan umur pelayanan juga merupakan biaya penyusutan
alat.Perhitungan biaya penyusutan dihitung berdasarkan umur ekonomisnya.
Umur dari suatu alat dinyatakan dalam tahun atau jumlah jam kerja, dan lamaya
akan sangat dipengaruhi oleh cara pemeliharaannya.

b. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)


Biaya tidak tetap (Variable Cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada
saat alat atau mesin bekerja dan jumlahnya tergantung pada jumlah jam kerja
pemakaian pada saat digunakan. Perhitungan biaya tetap dilakukan dalam satuan
Rp/tahun. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya operator, biaya bahan bakar, biaya
perawatan dan perbaikan alat mesin, dan biaya lain-lain yang tak terduga.

a. Biaya Operator
Biaya operator adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengupah seseorang
yang bertugas untuk mengoperasikan alat pemanen tersebut. Dasar penentuan
biaya operator adalah besarnya upah minimum regional (UMR) biasanya
dinyatakan dalam Rp/hari atau Rp/jam atau juga menggunakan upah buruh harian
yang sesuai dengan upah buruh daerah tempat dilaksanakannya penelitian.
Operator yang digaji bulanan dapat dikonversukan dalam upah Rp/jam dengan
menghitung jumalh jam kerjanya selama setahun.

b. Biaya Bahan Bakar


Biaya bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan bakar
yang dibutuhkan untuk pembakaran di ruang pemanasan. Harga yang digunakan
adalah daerah setempat. Dengan mengetahui biaya bahan bakar di lokasi maka
akan didapat biaya dalam Rp/tahun. Biaya bahan bakar adalah biaya yang
dikeluarkan untuk membeli bahan bakar yang dibutuhkan untuk pembakaran di
ruang pemanasan. Harga yang digunakan adalah daerah setempat. Dengan
mengetahui biaya bahan bakar di lokasi maka akan didapat biaya dalam Rp/tahun.

c. Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan, yang dinyatakan dalam rupiah per tahun, termasuk ke
dalam unsur komponen biaya tidak tetap (Variable Cost). Besarnya biaya ini
tergantung pada tingkat pemakaian serta kerusakan yang terjadi. Biaya
penggantian bagian-bagian alat yang rusak maupun penggantian mesin rutin juga
termasuk dalam biaya pemeliharaan. Biaya pemeliharaan dikeluarkan untuk
memberikan kondisi kerja yang baik bagi mesin dan peralatan. Menurut
Pramudya (2001), besarnya biaya pemeliharaan untuk mesin-mesin pengolah hasil
pertanian beserta mesin penggeraknya diperkirakan sebesar 5% P per tahun.

3. Biaya Lain-Lain
Yang dimaksud dengan biaya lain-lain adalah biaya yang harsu dikeluarkan
untuk mengganti suatu bagian atau suku cadang yang memerlukan suatu
penggantian relatif sering karena pemakaian.

a. Biaya Total (Total Cost)


Biaya total adalah biaya keseluruhan yang diperlukan untuk mengoperasikan
suatu mesin pertanian, biaya ini merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya
tidak tetap yang dinyatakan dalam satuan Rp/tahun .

b. Biaya Pokok Pengoperasian Mesin Pemanenan


Biaya pengoperasian mesin pemanenan merupakan biaya yang diperlukan
untuk memanenTBS. Untuk dapat menghitung biaya pokok pengoperasian mesin
pemanen kelapa sawit, diperlukan data kapasitas alat pemanen kelapa sawit tipe
dodos Etani. Apabila kapasitas alat diketahui atau dapat dihitung, maka biaya
pokok per satuan produk dapat dicari dengan membagi biaya total dengan jumlah
jam kerja alat atau mesin tersebut lalu dikalikan dengan kapasitas alat atau mesin
tersebut.

4. Break Even Point

Menurut Pramudya (2001), Break Even Point (BEP) atau titik impas adalah
suatu tingkat usaha pengelolaan alat dan mesin dimana pemasukan dan
pengeluaran mencapai titik nilai yang sama. Analisis titik impas digunakan untuk
mengetahui pada tingkat produksi berapakah suatu perusahaan akan mulai
mendapatkan keuntungan. Analisis ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui
kaitan antara jumlah produksi, harga jual, biaya produksi, keuntungan dan
kerugian yang akan diperoleh pada suatu tingkat produksi tertentu. Titik impas
akan dicapai pada saat jumlah penerimaan sama dengan jumlah biaya atau
keuntungan sama dengan nol.
5. Net Present Value (NPV)
Menurut Pramudya (2001), Net Present Value (NPV) adalah jumlah selisih
antara nilai terkini dari pemasukan (Benefit) dan nilai terkini dari pengeluaran
(Cost). Analisis NPV digunakan untuk mengetahui apakah penggunaan mesin
pemanen kelapa sawit tersebut layak atau tidak. Jika NPV ≥ 0, maka mesin
pemanen kelapa sawit tersebut layak digunakan. Sedangkan jika NPV ≤ 0, maka
mesin pemanen kelapa sawit tidak layak digunakan. Artinya jika NPV = 0, maka
penggunaan mesin pemanen akan mendapat modal kembali setelah
diperhitungkan Discount Rate yang berlaku. Untuk NPV ≥ 0 usaha dapat
dilaksanakan dengan memperoleh keuntungan sebesar nilai NPV. Sedangkan
apabila NPV ≤ 0, maka sebaiknya usaha tersebut tidak dilaksanakan, dan
dipertimbangkan untuk mencari alternative usaha yang lain yang lebih
menguntungkan.

6. Benefit/ Cost Ratio (B/C Ratio)


Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio) adalah perbandingan antara nilai terkini dari
pemasukan (Benefit) dan nilai terkini dari pengeluaran (Cost) yang digunakan
untuk mengetahui apakah penggunaan mesin pemanen layak atau tidak.

Menurut Sullivan (2000) untuk mendapat hasil perbandingan antara benefit dan
cost digunakan rumus :

B P
=
C Q

Dimana :

P = nilai total penerimaan , Rp

Q = nilai total pengeluaran, Rp

Menurut Pramudya (2001), jika B/C Ratio > 1, maka penggunaan mesin
pemanen tersebut layak. Sedangkan jika B/C Ratio ˂ 1, maka penggunaan mesin
pemanen tidak layak.
7. Internal Rate Of Return (IRR)

Menurut Pramudya (2001) , untuk memperoleh nilai Internal Rate Of Return


(IRR) merupakan tingkat pengembalian modal yang digunakan dalam suatu
usaha, yang nilainya dinyatakan dalam persen per tahun. Suatu usaha yang layak
dilaksanakan akan mempunyai nilai IRR yang lebih besar dari nilai Discount
Rate. Nilai IRR adalah nilai tingkat bunga, dimana nilai NPV sama dengan nol.
Dalam persamaan dapat dinyatakan :

n
Bt −Ct
∑ (1+ =0
t =1 IRR)

Dari perhitungan IRR yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai


berikut: jika IRR ≥ discount rate maka usaha layak untuk dilaksanakan sedangkan
jika IRR ≤ discount rate maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Untuk
memperoleh nilai IRR dari persamaan di atas dilakukan dengan coba-coba (trial
and eror) karena tidak dapat diselesaikan secara langsung.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan penulis dalam pembuatan makalah ini
adalah literatur yang tertera pada daftar pustaka.
3.2 Metode Kerja

Metode kerja yang digunakan penulis adalah metode kerja yang disesuaikan
dengan hasil penelitian nana aprilliana dalam skiripsi tentang Analisis Ekonomi
Mesin Pemotong Pelepah Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Merek Etani.
Biaya pembelian mesin pemanen kelapa sawit adalah sebesar Rp 3.600.000,00.
Suku bunga bank sebesar 12,03% per tahun, berdasarkan suku bunga usaha kecil
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Umur ekonomis mesin pemanen kelapa
sawit diasumsikan selama 5 tahun. Upah operator ditetapkan berdasarkan buruh di
Desa Payung Mulya, Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi
Lampung. Yang berlaku pada saat pemanenan kelapa sawit yaitu sebesar Rp
100.000,00/hari. Harga bahan bakar bensin yang ditetapkan oleh SPBU 2017
adalah sebesar Rp 6.450,00 perliter. Jam kerja efektif yang digunakan dalam
perhitungan yaitu 4 jam/hari, 6 jam/hari, dan 8 jam/hari. Pada saat penelitian
digunakan jam kerja efektif 6 jam/hari dikarenakan yang biasa digunakan di
masyarakat Pubian. Sedangkan pada jam kerja efektif 4 jam/hari dan 8 jam/ hari
untuk analisis sensitifitas. Berikut parameter nilai nyata dan parameter asumsi
masing-masing pengujian.
Nilai nyata dan nilai asumsi pada masing-masing pengujian ditampilkan pada
Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Nilai nyata pada masing-masing pengujian
No. Parameter Nilai
1. Harga pembelian mesin (P) Rp. 3.600.000,00
2. Suku bunga (i) 12,03%
3. Upah operator (Uop) Rp. 100.000,00/hari

4. Daya motor 0.95 kW (1.3 Hp)

5. Harga Bahan Bakar Rp. 6.450


6. Kecepatan Minimum -2, 800 rpm

Maksimum -10, 500 rpm

Tabel 2. Nilai asumsi pada masing-masing pengujian


No. Parameter Nilai
1. Umur ekonomis alat (n) 5 tahun

2. Jumlah operator (op) 1 orang

3. Jam kerja alat (JK) 8 jam/proses

4. Hari kerja alat (HK) 96 hari/tahun

5. Perawatan dan perbaikan alat 5% P/tahun


6. Biaya gudang 1% P/tahun

1. Biaya Pengoperasian Alat Pemanenan


a. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap ditentukan dengan menggunakan persamaan biaya penyusutan
alat dan biaya gudang. Persamaan penyusutan dihitung dengan menggunakan
metode garis lurus (straight line method) yang juga memperhatikan bunga modal
dan besarnya biaya gudang per tahun diasumsikan sebesar 1% dari harga
pembuatan alat. Sedangkan pajak dan asuransi tidak dihitung, karena alat
beroperasi pada skala petani dengan tingkat produksi yang kecil bukan pada skala
industri dan resiko terjadinya kecelakaan kerja pada operator sangat kecil.
Rumus Untuk Mencari Penyusutan:
P−S
N
Dimana:
P= Harga Awal
S= Harga Akhir 5% P
N= Umur Alat
Rumus Mencari Biaya Bunga Modal:

I= { P+2 S }i
Dimana:
P= Harga Awal
S= Harga Akhir 5% P
i= Bunga Bank
b. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)
Biaya tidak tetap (Variable Cost) dinyatakan dalam rupiah per tahun. Yang
termasuk kedalam biaya tidak tetap adalah biaya operator, biaya pemakaian bahan
bakar, biaya pemeliharaan dan perbaikan, biaya lain-lain. Semua biaya yang
dikeluarkan dari unsur tersebut dijumlahkan dan menghasilkan biaya tidak tetap
per tahun.
1. Biaya Operator
op x Uop
Bo=
Jkb

Dimana :
BO = biaya operator, (Rp/tahun)
Op = jumlah operator, (orang)
JKb = jam kerja per tahun, (hari/tahun)
U op = upah operator, (Rp/hari orang)
2. Biaya Bahan Bakar
BBB=KBB × HK × HBB × J K
Dimana :
KBB = kebutuhan bahan bakar, (kg/proses)
BBB = biaya bahan bakar, (Rp/tahun)
HK = hari kerja (hari/tahun)
HBB = harga bahan bakar, (Rp/kg)
3. Biaya Pemeliharaan

m
BP=P x
900 jam
Dimana :
P = harga pembeliaan alat , ( dalam penelitian ini diterapkan
sebesar Rp.3.600.000,00)
m = nilai pemeliharaan, rata-rata 5%dari harga pembelian alat
c. Biaya Total ( Total Cost)
Biaya total perjam dihitung dengan persamaan berikut
B=BT + BTT
Dimana :
B = biaya total pertahun (Rp/tahun)
BT = biaya tetap pertahun (Rp/tahun)
BTT = biaya tidak tetap pertahun (Rp/tahun)
d. Biaya Pokok
B
BP=
Wt x K
Dimana :
Bp = biaya pokok (Rp/unit produk, misalnya Rp/kg; Rp/l; Rp/ha)
B = biaya total (Rp/tahun)
Wt = jam kerja pertahun (jam/tahun)
K = kapasitas kerja alat/mesin (unit produk/jam, misalnya kg/jam; l/jam;
ha/jam)
e. Net Present Value (NPV)
NPV dapat dihitung dengan persamaan
Bt −Ct
NPV = t
(1+ i)

Dimana :
B = nilai total penerimaan sekarang, (Rp)
C = nilai total pengeluaran sekarang, (Rp)
i = suku bunga bank,
t = tahun ke-t
Jika NPV > 0, maka alat pemanen kelapa sawit ini dapat digunakan.
Sedangkan jika NPV < 0, maka alat pemanen tidak layak digunakan. Artinya, jika
NPV = 0, penggunaaan alat pemanen akan mendapat modal kembali setelah
diperhitungkan Discount Rate yang berlaku. Untuk NPV > 0, proyek dapat
dilaksanakan dengan memperoleh keuntungan sebesar nilai NPV. Sedangkan
apabila NPV < 0, makam sebaliknya proyek tersebut tidak dapat dilaksanakan dan
dipertimbangkan lagi untuk mencari alternatif-alternatif yang lebih
menguntungkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan biaya ekonomi pada alaty mesin pertanian memiliki beberapa
metoda, diantaranya analisis ekonomi biaya investasi. Analisis ekonomi biaya
investasi ini banyak digunakan untuk kepentingan rancangan teknik dan
menentukan berapa biaya atau cost yang di keluarkan untuk membuat alat atay
mesin pertanian tersebut. Ekonomi teknik juga berperan terhadap nilai ekonomis
dari alat mesin pertanian tersebut.
Analisis ekonomi biaya investasi pada alat biasanya didahului dengan
menghitung biaya tetap pada alat dan mesin pertanian tersebut. Biaya tetap
adalah biaya yang dikeluarkan baik pada saat mesin digunakan maupun dalam
keadaan tidak digunakan. Biaya ini tidak tergantung pada pemakaian alat atau
mesin. Biaya penggunaan per jam tidak berubah dengan penggunaan jam kerja
tiap tahun dari pemakaian alat mesin tersebut. Biaya tetap meliputi biaya
penyusutan, biaya modal dan asuransi (jika ada), biaya pajak (untuk pajak yang
ditetapkan pemerintah Indonesia pada alat mesin pertanian sebesar 2% dari harga
beli), dan biaya gudang.
Penyusutan dihitung dengan menggunakan rumus :
P−S
N
Penyusutan ini dihitung dengan mengurangkan harga beli dengan harga akhir dari
mesin kemudian dibagi dengan umur alat atau mesin. Penyusutan biasanya
dihitung dalam pertahun. Biaya bunga modal adalah biaya yang dikeluarkan
untuk modal awal sesuai dengan modal yang telah ditentukan oleh Bank
Indonesia untuk alat Mesin pertanian.
Biaya tidak tetap adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat alat atau
mesin bekerja dan jumlahnya tergantung pada jumlah jam kerja pemakaian pada
saat digunakan. Perhitungan biaya tetap dilakukan dalam satuan Rp/tahun. Biaya
tidak tetap terdiri dari biaya operator, biaya bahan bakar, biaya perawatan dan
perbaikan alat mesin, dan biaya lain-lain yang tak terduga. Untuk biaya bahan
bakar dari alat atau mesin dihitung dengan menggunakan rumus:
Pemakaian BB ( l )∗harga/¿
BBB=
Hp jam

Untuk biaya reparasi atau perbaikan pada dodos (karena termasuk alat mesin
pertanian saat panen) dihitung dengan menggunakan rumus:
5 %P/tahun
P = harga beli dari alat atau mesin.
Biaya operator tergantung dengan keadaan local. Biasanya untuk satu hari kerja
8/jam operator akan diberikan gaji dengan tarif Rp100.000/kg atau
Rp100.000/ha.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kegiatan analisis ekonomi dapat menunjang dan membantu dalam hal
pengeluaran biaya untuk alat tersebut. Analisis ekonomi dengan terapan teknik
dapat membantu para engineer dalam merancang sebuah alat atau mesin seperti
alat dan mesin pertanian sehingga dapat menimbang cost dan kefektifan dari alat
yang dibuat oleh engineer tersebut.
Kegiatan menganalisis ekonomi dari alat atau mesin yang diciptakan
berguna untuk menentukan nilai akhir dari alat tersebut. Pada saat menganalisa
biaya ekonomi dalam sebuah alat umur dari alat tersebut juga diperhitungkan. Ini
berguna sebagai acuan untuk memperbaiki dodos tersebut. Untuk perhitungan
biaya ekonomi pada dodos yang diteliti oleh Nana Aprilliana memiliki nilai
ekonomi yang bagus, sehingga dapat digunkan di halayak umum ataupun untuk
buruh-buruh pada pabrik kelapa sawit.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari makalah ini adalah;
1. Presentator sebaiknya lebih mendalami isi dari materi yang akan
disampaikan;
2. Buku yang menjadi literature dalam pembuatan makalah ini, harus lebih
ditingkatkan atau diperbanyak;
3. Keseragaman antara satu sama yang lain harus lebih ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Y., Widiastuti, Y.E., Satyawibawa,I., dan Hartono, R. 2002. Kelapa Sawit;
Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analis Usaha dan Pemasaran.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Giatman, M. 2006. Ekonomi Teknik. Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Pahan, I.2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pramudya,B. 2001. Ekonomi Teknik. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Razak, J. 1997. Design and Development of An Oil Palm Fresh Fruit Bunch
Cutting Device. Thesis. University Putra Malaysia.

Risyanto, M.H.E.2007. Analisis Biaya Pengeringan Dengan Menggunakan Tiga


Bahan Bakar Pada Alat Pengering Gabah Tipe Bak Segitiga. (Skripsi).
Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Tarigan, A.A., Daulay, S.B., dan Munir,A.P. 2013. Rancang Bangun Alat
Pemotong Pelepah Kelapa Sawit Mekanis. J. Rekayasa Pangan dan Pert.,
Vol 1 No.4 Th. 2013.

Tobing, L.M.L. 1991. Ekonomi Teknik. Rakan Offset. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai