SSK Kab Tanah Laut 2017 PDF
SSK Kab Tanah Laut 2017 PDF
Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) ini merupakan tindak lanjut dari dokumen
Buku Putih Sanitasi (BPS), Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan Memorandum Program Sanitasi (MPS)
yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya sebagai review kegiatan-kegiatan apa saja yang telah
direalisasi dan belum terealisasi pada berdasarkan dokumen sebelumnya serta menjadi acuan baru
perencanaan untuk tahun berikutnya. Penyusunan Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK)
merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dari Program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukimanan (PPSP). Dokumen ini berisi rencana tindak program dan kegiatan prioritas sektor
sanitasi serta komitmen pendanaannya selama 5 tahun kedepan.
Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari
berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai unit kerja terkait,
baik melalui sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat kabupaten, provinsi maupun
kementerian/lembaga. Dari sisi penganggaran, dokumen ini juga memuat rancangan dan komitmen
pendanaan untuk implementasi berbagai program pembangunan sektor sanitasi yang direncanakan,
baik komitmen alokasi penganggaran pada tingkat kabupaten, provinsi, pusat maupun dari sumber
pendanaan lainnya yang terkait dan peduli dengan sanitasi.
Untuk sumber penganggaran dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen dalam dokumen
ini akan menjadi acuan dalam tindak lanjut melalui proses penganggaran formal tahunan. Oleh
karenanya rencana investasi yang disusun di dalam dokumen Memorandum Program ini harus
mempertimbangkan kemampuan pemerintah daerah tidak hanya dari aspek teknis dan waktu, tetapi
yang lebih utama adalah dalam penyediaan anggaran (biaya).
Oleh karena persoalan sanitasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan
daerah, dan tidak dapat diselesaikan secara parsial, penyusunan rencana program investasi di dalam
dokumen Memorandum Program ini juga ditekankan pada aspek keterpaduan dengan rencana
pengembangan wilayah/ kawasan berdasarkan skala prioritas tertentu atau yang ditetapkan dalam
rangka menjawab tantangan pembangunan.
Memorandum program ini dilengkapi dengan tabel-tabel rencana investasi program, rencana
pelaksanaannya sampai akhir 5 (lima) tahun ke depan, peta-peta pokok yang dapat menjelaskan arah
pengembangan dan struktur ruang kotanya.
Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) merupakan wadah bagi seluruh program
dan kegiatan pembangunan sektor sanitasi Kabupaten Tanah laut yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Kota, Provinsi, Pusat dan masyarakat setempat dalam kurun waktu 5 tahun, yang pendanaannya
berasal dari berbagai sumber seperti APBN, APBD Provinsi, APBD Kota, Bantuan Luar Negeri
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan tersusunnya dokumen Review SSK ini adalah:
pembangunan sanitasi mulai tahun 2019 sampai dengan tahun 2022 yang telah tercantum dalam
dokumen SSK.
Sanitasi Kabupaten Tanah Laut selama 5 tahun yaitu tahun 2019 sampai dengan tahun 2022, baik
pendanaan yang dialokasikan dari APBD Kota, Propinsi, Pemerintah Pusat maupun sumber
pendanaan lain non-pemerintah.
c. Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak
swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan
sanitasi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita penjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah berkenan melimpahkan berkah
serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten
(SSK) ini dapat disusun dan disajikan menjadi dokumen yang merupakan terminal dari seluruh
dokumen perencanaan terkait sanitasi Kabupaten Tanah Laut Tahun 2019-2022.
Dokumen ini merupakan satu rangkaian yang tdak terpisahkan dengan dokumen lainnya
yang tersusun yang berkaitan dengan perencanaan sanitasi sebelumnya sepert Buku Puth Sanitasi
(BPS), Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan Memorandum Program Sanitasi (MPS). Dokumen ini
juga bersifat sebagai review dari dokumen perencanaan sanitasi sebelumnya terkait realisasi
kegiatan dan anggaran. Dokumen ini merupakan bagian dari Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP) yang digalang oleh Pemerintah Pusat dalam rangka mempercepat
pembangunan sanitasi Nasional dan pemenuha partsipasi internasional untuk pencapaian Universal
Accsess 100-0-100 dan SDG’s.
Dokumen ini utamanya berisi rencana penganggaran dan kesepakatan atau komitmen
bersama dari berbagai pihak terkait mendukung kota dalam menyusun rencana program investasi
pembangunan sanitasi dalam rangka Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), yang
secara teknis telah disusun berdasarkan hasil study dan sinkronisasi dengan semua domumen
perencanaan yang lain yang terkait sanitasi, analisis kelembagaan, kemampuan keuangan daerah
dan data pendukung lainnya yang berkaitan dengan rencana implementasi. Dengan telah
tersusunnya Program dan Anggaran sanitasi untuk Jangka Menengah diharapkan perencanaan
tahunan dapat dilakukan lebih optmal dan matang.
Dokumen ini bersifat terbuka dan akan selalu diperbaharui berdasarkan pencapaian
kesepakatan pendanaan ataupun sesuai dengan kemajuan yang telah dicapai.
Pemerintah bersama pemangku kepentngan kota dengan ini menyatakan komitmen penuh dalam
mendukung program pengembangan sanitasi jangka menengah ini, serta berupaya mendorong
pelaksanaan kebijakan pengembangan sanitasi yang lebih efektf, partsifatf dan berkelanjutan.
Dengan adanya dokumen Pemutakhiran SSK ini, disamping akan makin mendorong
komitmen Pemerintah Kabupaten Tanah Laut dalam menyusun program investasi bidang sanitasi
juga diharapkan dapat memberikan penguatan dalam prosedur dan komitmen dukungan pendanaan
dari lingkungan eksternal Pemerintah Kabupaten/Kota, baik dari masyarakat atau kerjasama dengan
swasta serta semua pihak yang peduli terhadap pengembangan sanitasi.
Semoga dokumen ini dapat dilaksanakn dengan komitmen penuh dan optmal serta
bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
RINGKASAN EKSEKUTIF ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 METODOLOGI PENYUSUNAN 4
1.3 DASAR HUKUM 5
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN 9
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERESIKO
LAMPIRAN 2. HASIL ANALISA SWOT
LAMPIRAN 3. HASIL PEMBAHASAN PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN
LAMPIRAN 4. DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN
LAMPIRAN 5. DAFTAR PERUSAHAAN PENYELENGGARA CSR YANG POTENSIAL
LAMPIRAN 6. KESIAPAN IMPLEMENTASI
LAMPIRAN 7. RENCANA KERJA TAHUNAN
BAB I PENDAHULUAN
Sanitasi merupakan segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang
memenuhi persyaratan kesehatan melalui pembangunan sanitasi (Peraturan Presiden Republik
Indonesia No.185 Tahun 2014). Pemerintah Indonesia dalam rangka pencapaian pembangunan
sanitasi telah mencanangkan target layanan air minum dan sanitasi mencapai 100% pada akhir
tahun 2019.
Universal access adalah komitmen pemerintah untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar air
minum dan sanitasi masyarakat Indonesia dan lebih dari itu, sebagian besar diantaranya memenuhi
standar pelayanan minimum (SPM). Air minum dan sanitasi adalah layanan dasar yang
pemenuhannya bukan sekedar akan meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup, tetapi
pada akhirnya juga meningkatkan kesehatan masyarakat.
Walaupun semakin mendekati target MDGs, cita-cita mencapai 100% akses sanitasi pada
2019 bukanlah hal yang mudah. Menko Kesra Agung Laksono, dalam pembukaan City Sanitation
Summit XIV September lalu, mengatakan bahwa tantangan terbesar saat ini berkaitan dengan
populasi penduduk yaitu adanya gap layanan sebesar 120 juta jiwa (53 juta jiwa di perkotaan, dan
66 juta jiwa di perdesaan) karena tingginya Total Fertility Rate (TFR) Indonesia.
1) Periode pertama yaitu Program PPSP tahun 2010-2014 yang dimaksudkan untuk memfasilitasi
Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun perencanaan strategis pembangunan sanitasi di
wilayahnya.
Pada tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Tanah Laut melalui Kelompok Kerja Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Tanah Laut telah menyusun dan
mempublikasikan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Tanah Laut. Buku Putih Sanitasi
merupakan “database sanitasi kota atau kabupaten” yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan
disepakati seluruh SKPD serta pemangku kepentingan terkait pembangunan sanitasi.
Selanjutnya, berpijak dari informasi yang ada di dalam Buku Putih Sanitasi, Pokja AMPL
Kabupaten Tanah Laut berupaya untuk menyusun Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Tanah
Laut tahun 2013-2017. SSK tersebut adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi
kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kota yang
dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan
sanitasi pada tingkat kota. Selain itu, dengan adanya SSK diharapkan agar pembangunan
sanitasi dapat berlangsung secara sistematis,terintegrasi, dan berkelanjutan.
Setelah penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) maka pada
tahun 2014 disusun Memorandum Program Sanitasi (MPS) yang merupakan acuan bagi SKPD
teknis dalam melaksanakan pembangunan di sektor sanitasi.
2) Pada periode kedua yaitu Program PPSP Tahun 2015-2019, yang pada saat ini tengah
memasuki phase ke 2 berupa pelaksanaan/implementasi program dari dokumen SSK yang
disusun pada periode sebelumnya dan pemutakhiran dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK).
Dokumen Pemutakhiran SSK berisi pemetaan kondisi sanitasi skala kabupaten/kota, kerangka
pengembangan dan pentahapan sanitasi, strategi pembangunan sanitasi, serta kebutuhan
program/kegiatan pembangunan sanitasi di Kabupaten/kota hingga 5 (lima) tahun mendatang. Selain itu,
beberapa hal yang ikut melatar belakangi pemutakhiran SSK adalah sebagai berikut :
Program dan Kegiatan yang dirumuskan dalam dokumen SSK Mutakhir merupakan hasil
konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi
dari berbagai kelembagaan terkait, baik sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat Kab/Kota, Provinsi
maupun Kementerian/Lembaga untuk periode Jangka Menengah. Dari sisi penganggaran, dokumen
ini juga memuat rancangan dan komitmen pendanaan untuk implementasinya, baik komitmen
alokasi penganggaran pada tingkat Kabupaten, Provinsi, Pusat maupun dari sumber pendanaan
lainnya.
Dokumen SSK Kabupaten Tanah Laut Tahun 2017 ini, selanjutnya akan diposisikan sebagai
acuan di dalam perencanaan strategis sektor sanitasi skala Kabupaten. Dokumen ini merupakan
dokumen perencanaan sistem sanitasi kabupaten yang telah disesuaikan dengan program kegiatan
untuk sektor sanitasi dengan dokumen perencanaan pemerintah lainnya seperti RPJPD, RPJMD,
Renstra, dan RTRW Kabupaten Tanah Laut.
Metodologi merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh suatu kebenaran dengan
menggunakan penelusuran berdasarkan urutan atau tata cara tertentu sesuai dengan apa yang akan
dikaji secara ilmiah. Penyusunan pemutakhiran SSK dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu :
1) Studi literatur maupun data sekunder, seperti data kependudukan, sosial, dan ekonomi, data
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), serta data rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tanah Laut;
2) Review Buku Putih Sanitasi (BPS), Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK), dan Memorandum Program
Sanitasi (MPS) Kabupaten Tanah Laut;
3) Internalisasi terhadap Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut maupun stakeholder terkait lainnya;
4) Konsultasi dengan Pokja Provinsi dan Satker terkait di Pemerintah Provinsi;
5) Akses Sumber Pendanaan Non-Pemerintah;
6) Pengawalan Program dan Kegiatan kedalam mekanisme penganggaran.
Secara lebih teknis, proses penyusunan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Tanah Laut
terdiri dari beberapa tahapan yang tidak terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain sebagai berikut :
Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Tanah Laut mengacu pada beberapa peraturan
perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional/pusat maupun daerah. Beberapa peraturan
perundangan yang menjadi rujukan dalam pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman di Kabupaten Tanah Laut antara lain :
Sistematika penulisan Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Tanah Laut ini terdiri dari 6
bab yang meliputi :
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan penjelasan kerangka pengembangan sanitasi yang ada di Kabupaten Tanah Laut
mencakup :
Berisikan penjelasan mengenai strategi sanitasi yang mencakup tidak hanya aspek teknis
saja tetapi juga mencakup aspek non teknis yang meliputi :
Aspek kelembagaan;
Aspek pendanaan;
Aspek partisipasi masyarakat dan dunia usaha serta;
Aspek kesetaraan jender dan keberpihakan pada masyarakat miskin.
Instrumen yang digunakan dalam bab ini adalah analisis SWOT dan kerangka kerja logis (KKL)
Berisikan penjelasan tentang matrik kerangka kerja logis (KKL) untuk pengelolaan air
limbah domestik, persampahan maupun drainase. Bab ini juga menguraikan alur pikir penanganan
permasalahan pembangunan sanitasi permukiman (air limbah, persampahan, drainase).
Berisikan mekanisme monitoring dan evaluasi (monev) strategi sanitasi kota untuk 5 (lima) tahun ke
depan.
Kabupaten Tanah Laut merupakan salah satu wilayah di Provinsi Kalimantan Selatan yang secara
geografis terletak pada koordinat 3°30’33” – 4°11’38” LS dan 114°30’20” – 115°23’31” BT, dengan
Ibukota Kabupaten berada di Kota Pelaihari yang berjarak sekitar 60 Km dari Kota Banjarmasin sebagai
2.1.1 Administratif
Secara administrasi, Kabupaten Tanah Laut terdiri dari 11 wilayah kecamatan yaitu Panyipatan,
Takisung, Kurau, Bumi Makmur, Bati-bati, Tambang Ulang, Pelaihari, Bajuin, Batu Ampar, Jorong dan
Kintap dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 135 desa/kelurahan dengan luas wilayah 3.631,35 km²
atau 363.135 ha atau hanya 9,71% dibandingkan dengan luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.
Kabupaten Tanah Laut terdiri dari 11 (sebelas) kecamatan, daerah yang paling luas adalah
Kecamatan Jorong dengan luas 628,00 km², kemudian Kecamatan Batu Ampar seluas 548,10 km²,
sedangkan kecamatan luas daerahnya paling kecil adalah Kecamatan Kurau dengan luas hanya 127,00
12
Gambar 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Tabel 2.1
Nama dan Luas Wilayah Per Kecamatan serta Jumlah Kelurahan/Desa
Luas Wilayah
Sumber: Kabupaten Tanah Laut Dalam Angka Tahun 2016 & Instrumen SSK
13
2.1.2 Wilayah Kajian SSK Kabupaten Tanah Laut
Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Tanah Laut berisi pemetaan kondisi sanitasi skala
kabupaten, kerangka pengembangan dan pentahapan pembangunan sanitasi, strategi pembangunan
sanitasi serta kebutuhan program/kegiatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Tanah Laut hingga 5
(lima) tahun mendatang.
Dalam rangka memberikan pemetaan yang menyeluruh, wilayah kajian pemutakhiran Strategi
Sanitasi Kabupaten meliputi seluruh wilayah Kabupaten Tanah Laut yang meliputi 11 kecamatan yang
terbagi dalam 135 desa/kelurahan. Wilayah kajian SSK tersebut dapat dilhat pada gambar berikut ini.
Gambar 2.2
Wilayah Kajian SSK Kabupaten Tanah Laut
14
Secara lebih rinci gambaran mengenai wilayah kajian pemutakhiran SSK adalah sebagai berikut :
a. Kecamatan Penyipatan
Secara astronomis, Kecamatan Panyipatan terletak pada posisi 3,88573º – 4,8015º Lintang
Selatan dan 114,619º – 114,825º Bujur Timur , dengan luasan wilayah mencapai ± 33.600 ha atau
9,25% dari luas wilayah Kabupaten Tanah Laut dengan ketinggian 25 – 100 meter diatas permukaan
laut. Kecamatan Panyipatan memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Pelaihari;
Sebelah Timur : Kecamatan Jorong;
Sebelah Selatan : Laut Jawa dan Takisung;
Sebelah Barat : Laut Jawa
Dari segi wilayah administrasi Kecamatan Panyipatan memiliki 10 (sepuluh) desa dengan
komoditas unggulan pertanian berupa jagung dan memiliki potensi wisata yang cukup menonjol
berupa wisata pantai. Untuk lebih jelasnya, luas masing-masing kelurahan dan jumlah Rukun
Tetangga (RT) serta Rukun Warga (RW) di Kecamatan Panyipatan dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2
Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Panyipatan
LUAS JUMLAH
NO. KECAMATAN PANYIPATAN
ha % RT RW
1Desa Batakan 4.500 13.39 21 7
2Desa Tanjung Dewa 4.200 12.50 15 5
3Desa Kandangan Lama 6.000 17.86 9 4
4Desa Batu Tungku 2.500 7.44 12 5
5Desa Kuringkit 2.400 7.14 10 2
6Desa Bumi Asih 1.500 4.46 13 3
7Desa Batu Mulia 750 2.23 15 3
8Desa Sukaramah 1.750 5.21 16 4
9Desa Panyipatan 6.900 20.54 13 4
10Desa Kandangan Baru 3.100 9.23 10 3
TOTAL 33.600 100,00 134 40
Sumber : Kecamatan Panyipatan Dalam Angka, 2016
b. Kecamatan Takisung
Secara astronomis, Kecamatan Takisung terletak pada posisi 3º72’ – 3º99’ Lintang Selatan dan
114º603’ – 114º697’ Bujur Timur, dengan luasan wilayah mencapai ± 34.300 ha atau 9,4% dari luas
wilayah Kabupaten Tanah Laut dengan ketinggian 5 meter diatas permukaan laut. Kecamatan
Takisung memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut:
15
Sebelah Utara : Kecamatan Kurau;
Sebelah Timur : Kecamatan Pelaihari;
Sebelah Selatan : Kecamatan Panyipatan;
Sebelah Barat : Laut Jawa
Dari segi wilayah administrasi Kecamatan Takisung memiliki 12 (dua belas) desa dengan
potensi wisata yang cukup menonjol berupa wisata pantai. Untuk lebih jelasnya, luas masing-masing
kelurahan dan jumlah Rukun Tetangga (RT) serta Rukun Warga (RW) di Kecamatan Takisung dapat
dilihat pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3
Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Takisung
LUAS JUMLAH
NO. KECAMATAN TAKISUNG
ha % RT
1 Desa Kuala Tambangan 5.920 17,26 15
2 Desa Telaga Langsat 4.320 12.62 13
3 Desa Takisung 4.630 13.50 18
4 Desa Gunung Makmur 2.690 7.84 21
5 Desa Sumber Makmur 2.130 6.21 17
6 Desa Benua Tengah 2.250 6.56 19
7 Desa Benua Lawas 2.250 6.56 12
8 Desa Ranggang 1.130 3.29 10
9 Desa Batilai 600 1.75 5
10 Desa Ranggang Dalam 1.500 4.37 7
11 Desa Pegatan Besar 4.530 13.21 10
12 Desa Tabanio 2.340 6.82 22
TOTAL 34.300 100,00 169
Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Takisung, 2016
c. Kecamatan Kurau
Secara astronomis, Kecamatan Kurau terletak pada posisi 3,56309-3,72364 Lintang Selatan dan
114,583-114,711 Bujur Timur, dengan luasan wilayah mencapai ± 12.700 ha atau 3,50% dari luas
wilayah Kabupaten Tanah Laut. Kecamatan Kurau memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Bumi Makmur;
Sebelah Timur : Kecamatan Bati-bati dan Kecamatan Tambang Ulang;
Sebelah Selatan : Kecamatan Takisung;
Sebelah Barat : Laut Jawa
Dari segi wilayah administrasi Kecamatan Kurau memiliki 11 (sebelas) desa. Untuk lebih
jelasnya, luas masing-masing kelurahan dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Kurau dapat
dilihat pada tabel 2.4 berikut.
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) TANAH LAUT
16
Tabel 2.4
Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Kurau
LUAS JUMLAH
NO. KECAMATAN KURAU
ha % RT
1
Desa Sungai Bakau 1.500 11.81 4
2
Desa Raden 1.500 11.81 5
3
Desa Maluka Baulin 900 7.09 6
4
Desa Bawah Layung 1.500 11.81 13
5
Desa Tambak Karya 1.000 7.87 5
6
Desa Padang Luas 1.600 12.60 7
7
Desa Tambak Sarinah 450 3.54 6
8
Desa Sarikandi 450 3.54 6
9
Desa Handil Negara 900 7.09 3
10
Desa Kali Besar 1.500 11.81 5
11
Desa Kurau 1.400 11.02 13
TOTAL 12.700 100,00 72
Sumber : Kecamatan Kurau Dalam Angka, 2016
Tabel 2.5
Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Bumi Makmur
LUAS JUMLAH
NO. KECAMATAN BUMI MAKMUR
ha % RT RW
1 Desa Pantai Harapan 1.850 13.12 5 2
2 Desa Sungai Rasau 2.050 14.54 9 3
3 Desa Handil Maluka 900 6.38 7 2
4 Desa Handil Labuan Amas 3.500 24.82 7 3
5 Desa Handil Suruk 600 4.26 5 2
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) TANAH LAUT
17
LUAS JUMLAH
NO. KECAMATAN BUMI MAKMUR
ha % RT RW
6 Desa Handil Gayam 600 4.26 6 3
7 Desa Kurau Utara 250 1.77 12 4
8 Desa Bumi Harapan 150 1.06 5 2
9 Desa Handil Babirik 600 4.26 6 3
10 Desa Handil Birayang Bawah 2.000 14.18 6 2
11 Desa Handil Birayang Atas 1.600 11.35 6 3
TOTAL 14.100 100,00 74 29
Sumber : Kecamatan Bumi Makmur Dalam Angka, 2016
e. Kecamatan Bati-bati
Secara astronomis, Kecamatan Bati-bati terletak pada posisi 3,51086º – 3,6318º Lintang Selatan
dan 114,691º– 114,92º Bujur Timur, dengan luasan wilayah mencapai ±23.475 ha atau 6,46% dari luas
wilayah Kabupaten Tanah Laut dengan ketinggian 25 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Bati-
bati memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kota Banjarbaru;
Sebelah Timur : Kabupaten Banjar, Kecamatan Bajuin;
Sebelah Selatan : Kecamatan Tambang Ulang;
Sebelah Barat : Kecamatan Kurau, Kecamatan Bumi Makmur
Dari segi wilayah administrasi Kecamatan Bati-bati memiliki 14 (empat belas) desa. Untuk
lebih jelasnya, luas masing-masing kelurahan dan jumlah Rukun Tetangga (RT) serta Rukun Warga
(RW) di Kecamatan Bati-bati dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6
Wilayah Administrasi dan Jumlah RT di Kecamatan Bati-bati
LUAS JUMLAH
NO. KECAMATAN BATI-BATI
ha % RT
1 Desa Benua Raya 1.300 5.54 15
2 Desa Bati-bati 900 3.83 12
3 Desa Padang 700 2.98 10
4 Desa Ujung 600 2.56 8
5 Desa Ujung Baru 1.000 4.26 7
6 Desa Nusa Indah 2.300 9.80 10
7 Desa Kait-kait 1.576 6.71 13
8 Desa Kait-Kait Baru 924 3.94 14
9 Desa Bentok Darat 4.000 17.04 16
10 Desa Banyu Irang 1.400 5.96 10
11 Desa Bentok Kampung 2.775 11.82 7
12 Desa Sambangan 800 3.41 4
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) TANAH LAUT
18
LUAS JUMLAH
NO. KECAMATAN BATI-BATI
ha % RT
13
Desa Liang Anggang 3.150 13.42 12
14
Desa Pandahan 2.050 8.73 12
TOTAL 23.475 100,00 150
Sumber : Kecamatan Bati-bati Dalam Angka, 2016
f. Kecamatan Tambang Ulang
Secara astronomis, Kecamatan Tambang Ulang terletak pada posisi 3,59849º – 3,70628º
Lintang Selatan dan 114,669º – 114,881º Bujur Timur, dengan luasan wilayah mencapai ± 16.075 ha
atau 4,43% dari luas wilayah Kabupaten Tanah Laut dengan ketinggian 25 – 100 meter diatas
permukaan laut. Kecamatan Tambang Ulang memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Bati-bati;
Sebelah Timur : Kecamatan Pelaihari;
Sebelah Selatan : Kecamatan Pelaihari;
Sebelah Barat : Kecamatan Kurau
Dari segi wilayah administrasi Kecamatan Tambang Ulang memiliki 9 (sembilan) desa dengan
desa yang paling luas daerahnya adalah desa martadah dengan luas 4.603 ha dan desa yang paling
kecil adalah desa Sungai Pinang dengan luas 600 ha. Seluruh desa yang ada di Kecamatan Tambang
Ulang termasuk dalam klasifikasi desa swasembada. Untuk lebih jelasnya, luas masing-masing
kelurahan dan jumlah Rukun Tetangga (RT) serta Rukun Warga (RW) di Kecamatan Tambang Ulang
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.7
Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Tambang Ulang
KECAMATAN TAMBANG LUAS JUMLAH
NO.
ULANG
ha % RT
1
Desa Bingkulu 1.750 10.89 9
2
Desa Kayu Habang 2.075 12.90 6
3
Desa Gunung Raja 1.700 10.58 8
4
Desa Pulau Sari 1.050 6.53 10
5
Desa Tambang Ulang 1.200 7.47 8
6
Desa Sungai Jelai 1.575 9.80 10
7
Desa Sungai Pinang 600 3.73 4
8
Desa Martadah 4.603 28.63 6
9
Desa Martadah Baru 1.522 9.47 13
TOTAL 16.075 100,00 74
Sumber : Kecamatan Tambang Ulang Dalam Angka, 2016
19
g. Kecamatan Pelaihari
Secara astronomis, Kecamatan Pelaihari terletak pada posisi 3,64062º – 3,99204º Lintang
Selatan dan 114,642º – 114,872º Bujur Timur, dengan luasan wilayah mencapai ± 37.895 ha dengan
ketinggian 25 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Pelaihari memiliki batas-batas wilayah
administrasi sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Tambang Ulang;
Sebelah Timur : Kecamatan Bajuin dan Batu Ampar;
Sebelah Selatan : Kecamatan Panyipatan;
Sebelah Barat : Kecamatan Takisung.
Tabel 2.8
Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Pelaihari
LUAS JUMLAH
NO. KECAMATAN PELAIHARI
Ha % RT RW
1 Sungai Riam 4233 11.17 18 4
2 Kampung Baru 3277 8.65 9 3
3 Sumber Mulia 105 2.77 11 4
4 Tampang 115 3.04 4 2
5 Sarang Halang 11 2.9 16 0
6 Bumi Jaya 8 2.11 14 4
7 Atu-atu 300 0.79 12 2
8 Angsau 105 2.77 36 7
9 Pelaihari 15 3.96 29 8
10 Karang Taruna 22 5.81 18 4
11 Telaga 23 6.07 10 3
12 Guntung Besar 6 1.58 5 2
13 Panjaratan 16 4.22 9 3
14 Tungkaran 2775 7.32 5 2
15 Panggung 39 10.29 24 5
16 Pabahanan 28 0.74 12 5
17 Ambungan 135 3.56 9 3
18 Panggung Baru 19 5.02 6 3
19 Ujung 21 5.54 13 4
20 Pemuda 444 11.69 12 4
TOTAL 37.895 100,00 272 72
Secara administrasi, Kecamatan Pelaihari memiliki 20 desa dan kelurahan yang terdiri atas 5 (lima)
kelurahan dan 15 desa. Kecamatan ini juga memiliki jumlah penduduk terbesar di Kabupaten Tanah
Laut yaitu 66.523 jiwa, hal ini disebabkan Kecamatan Pelaihari merupakan ibukota Kabupaten
Tanah Laut dimana sebagian besar kegiatan pemerintahan dan perekonomian berpusat disini.
20
Apabila dilihat dari topografi wilayah, maka potensi kecamatan Pelaihari meliputi pertanian padi
sawah, perkebunan, peternakan dan pariwisata.
h. Kecamatan Bajuin
Secara astronomis, Kecamatan Bajuin terletak pada posisi 3,58525º – 3,83203º Lintang Selatan
dan 114,788º – 114,964º Bujur Timur, dengan luasan wilayah mencapai ± 196,80 km² dengan
ketinggian 25 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Bajuin memiliki batas-batas wilayah
administrasi sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Tambang Ulang;
Sebelah Timur : Kecamatan Batu Ampar;
Sebelah Selatan : Kecamatan Panyipatan;
Sebelah Barat : Kecamatan Takisung.
Tabel 2.9
Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Bajuin
LUAS JUMLAH
NO. KECAMATAN BAJUIN
ha % RT RW
1 Desa Tirta Jaya 550 2.76 12 2
2 Desa Galam 800 4.06 6 2
3 Desa Pamalongan 900 4.57 9 3
4 Desa Sungai Bakar 1.750 8.89 7 2
5 Desa Tanjung 8.000 40.65 7 3
6 Desa Bajuin 1.700 8.63 9 3
7 Desa Ketapang 1.000 5.08 6 2
8 Desa Kunyit 400 2.03 25 6
9 Desa Tebing Siring 4.580 23.27 16 4
TOTAL 19.680 100,00 97 27
Sumber : Kecamatan Bajuin dalam Angka, 2016
21
Sebelah Barat : Kecamatan Pelaihari.
Tabel 2.10
Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW di Kecamatan Batu Ampar
LUAS JUMLAH
NO. KECAMATAN BATU AMPAR
ha % RT RW
1 Desa Tajau Pecah 25.200 45.98 15 4
2 Desa Jilatan 19.200 35.03 6 2
3 Desa Jilatan Alur 1.300 2.37 14 3
4 Desa Ambawang 635 1.16 13 3
5 Desa Durian Bungkuk 700 1.28 20 4
6 Desa Tajau Mulia 600 1.09 10 3
7 Desa Gunung Mas 1.000 1.82 10 3
8 Desa Batu Ampar 400 0.73 15 5
9 Desa Damar Lima 675 1.23 8 4
10 Desa Damit 1.800 3.28 24 4
11 Desa Damit Hulu 1.000 1.09 18 4
12 Desa Pantai Linuh 500 1.82 12 3
13 Desa Bluru 1.200 0.91 10 3
14 Desa Gunung Melati 1.200 2.19 11 2
TOTAL 54.810 100,00 186 47
Sumber : Kecamatan Batu Ampar Dalam Angka, 2016
j. Kecamatan Jorong
Secara astronomis, Kecamatan Jorong terletak pada posisi 3,68058º – 4,10942º Lintang Selatan
dan 114,738º – 114,167º Bujur Timur, dengan luasan wilayah mencapai ± 62.800 ha dengan ketinggian
9 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Jorong memiliki batas-batas wilayah administrasi
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Batu Ampar;
Sebelah Timur : Kecamatan Kintap;
Sebelah Selatan : Laut Jawa;
Sebelah Barat : Kecamatan Panyipatan.
Tabel 2.11
Wilayah Administrasi dan Jumlah RT di Kecamatan Jorong
LUAS JUMLAH
NO. KECAMATAN JORONG
ha % RT
1 Desa Sabuhur 23.500 37.44 25
2 Desa Swarangan 17.500 27.88 12
3 Desa Alur 478 0.76 18
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) TANAH LAUT
22
LUAS JUMLAH
NO. KECAMATAN JORONG
ha % RT
4 Desa Jorong 2.622 4.18 13
5 Desa Karang Rejo 1.500 2.39 18
6 Desa Muara Asam-asam 1.000 1.59 7
7 Desa Asam Jaya 900 1.43 8
8 Desa Asri Mulya 900 1.43 14
9 Desa Asam-asam 5.600 8.92 16
10 Desa Batalang 2.300 3.64 9
11 Desa Sungai Baru 6.500 10.35 18
TOTAL 62.800 100,00 158
Sumber : Kecamatan Jorong Dalam Angka, 2016
k. Kecamatan Kintap
Secara astronomis, Kecamatan Kintap terletak pada posisi 3,56197º – 3,94786º Lintang Selatan
dan 115,378º – 115,078º Bujur Timur, dengan luasan wilayah mencapai ± 53.700 ha dengan ketinggian
0.5 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Kintap memiliki batas-batas wilayah administrasi
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Banjar;
Sebelah Timur : Kabupaten Tanah Bumbu;
Sebelah Selatan : Laut Jawa;
Sebelah Barat : Kecamatan Jorong.
Tabel 2.11
Wilayah Administrasi dan Jumlah RT di Kecamatan Kintap
LUAS JUMLAH
NO. KECAMATAN KINTAP
ha % RT
1 Desa Pandansari 5.000 9.31 17
2 Desa Salaman 1.000 1.86 10
3 Desa Kintapura 2.800 5.21 16
4 Desa Pasir Putih 1.200 2.23 13
5 Desa Kintap Kecil 3.700 6.89 11
6 Desa Kintap 1.300 2.42 9
7 Desa Muara Kintap 4.900 9.12 11
8 Desa Bukit Mulia 1.733 3.23 20
9 Desa Sumber Jaya 2.475 4.61 15
10 Desa Kebun Raya 1.920 3.58 14
11 Desa Mekar Sari 1.732 3.23 10
12 Desa Sebamban Baru 1.080 2.01 12
13 Desa Sungai Cuka 5.760 10.73 13
14 Desa Riam Adungan 19.100 35.57 8
TOTAL 53.700 100,00 179
Sumber: Kecamatan Kintap Dalam Angka, 2016
2.1.3 Demografi
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) TANAH LAUT
23
Jumlah penduduk wilayah Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2016 seluruhnya berjumlah
348.552 jiwa. Dilihat dari perbandingan Kecamatan Pelaihari merupakan kecamatan di wilayah
perencanaan yang paling tinggi jumlah penduduknya (70.608 jiwa), sementara kecamatan dengan
Jumlah penduduk berdasarkan jumlah rumah tangga (KK) saat ini adalah sebesar 80.582
KK, dengan jumlah KK terbesar berada di Kecamatan Pelaihari yaitu 17.652 KK dan terkecil
Tabel 2.12
Desa/
No Kecamatan ∑ Penduduk
Kelurahan
1 Panyipatan 10 28.908
2 Takisung 12 33.096
3 Kurau 11 15.120
4 Bumi Makmur 11 15.220
5 Bati-Bati 14 46.676
6 Tambang Ulang 9 18.052
7 Pelaihari 20 70.608
8 Bajuin 9 14.932
9 Batu Ampar 14 26.328
10 Jorong 11 33.756
11 Kintap 14 45.856
Total 135 348.552
Sumber : Data Sanitarian Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut, Tahun 2016
24
Tabel 2.13
Jumlah penduduk dan kepala keluarga perkotaan saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Jumlah Penduduk
Wilayah Perkotaan
Nama
Kecamatan Tahun
2017 2018 2019 2020 2021 2022
jiwa KK jiwa KK Jiwa KK jiwa KK jiwa KK jiwa KK
Panyipatan - - - - - - - - - - - -
Takisung - - - - - - - - - - - -
Kurau - - - - - - - - - - - -
Bumi
- - - - - - - - - - - -
Makmur
Bati-bati - - - - - - - - - - - -
Tambang - - - - - - - - - - - -
Ulang
Pelaihari 38.860 9715 41563 10391 42986 10747 44455 11114 45975 11494 47548 11887
Bajuin - - - - - - - - - - - -
Batu Ampar - - - - - - - - - - - -
Jorong - - - - - - - - - - - -
Kintap - - - - - - - - - - - -
TOTAL 38.860 9715 41563 10391 42986 10747 44455 11114 45975 11494 47548 11887
25
Tabel 2.14
Jumlah penduduk dan kepala keluarga perdesaan saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Jumlah Penduduk
Wilayah Perdesaan
Nama
Kecamatan Tahun
Kurau 15120 3780 16172 4043 6725 4181 17297 4324 17889 4472 18500 4652
Bumi 15220 3805 16279 4070 16836 4209 17411 4353 18007 4502 18623 4656
Makmur
1166 1248 1290 1334 1380 1427
Bati-bati 46676
9
49923
1
51631
8
53396
9
55223
6
57111
8
Tambang 18052 4513 19308 4827 19968 4992 20651 5163 21357 5339 22088 5522
Ulang
Pelaihari 31748 7937 33957 8489 35117 8779 36319 9080 37562 9391 38846 9712
Bajuin 14932 3733 15971 3993 16517 4129 17082 4271 17666 4417 18270 4568
Batu 26328 6582 28160 7040 29123 7281 30119 7530 31149 7787 32214 8054
Ampar
1032
Jorong 33756 8439 36104 9026 37339 9335 38616 9654 39937 9984 41303
6
1146 1226 1268 1311 1356 1402
Kintap 45856 49046 50724 52458 54252 56108
4 2 1 5 3 7
30969 7742 33123 8280 34256 8564 35428 8857 36639 9160 37892 9473
TOTAL 2 3 7 9 6 2 0 0 9 0 9 2
26
Tabel 2.15
Jumlah penduduk dan kepala keluarga perkotaan dan perdesaan Kabupaten Tanah Laut
saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Jumlah Penduduk
Jiwa
jiwa KK jiwa KK KK jiwa KK jiwa KK jiwa KK
3197
Panyipatan 28908 7227 30919 7730 7994 33070 8268 34201 8550 35371 8843
7
3660
Takisung 33096 8274 35396 8850 9152 37861 9465 39156 9789 40495 10124
9
1672
Kurau 15120 3780 16172 4043 4181 17297 4324 17889 4472 18500 4625
5
Bumi 1683
15220 3805 16279 4070 4209 17411 4353 18007 4502 18623 4656
Makmur 6
1166 1248 5163 1290 1334
Bati-bati 46676 49923 53396 55223 13806 57111 14278
9 1 1 8 9
Tambang 1996
18052 4513 19308 4827 4992 20651 5163 21357 5339 22088 5522
Ulang 8
1765 1888 7810 1956 2019
Pelaihari 70608 75520 80774 83537 20884 86394 21599
2 0 3 2 4
1651
Bajuin 14932 3733 15971 3993 4129 17082 4271 17666 4417 18270 4568
7
Batu 2912
26328 6582 28160 7040 7281 30119 7530 31149 7787 32214 8054
Ampar 3
3733
Jorong 33756 8439 36104 9026 9335 38616 9654 39937 9984 41303 10326
9
1146 1226 5072 1268 1311
Kintap 45856 49046 52458 54252 13563 56108 14027
4 2 4 1 5
34855 8713 37280 9320 3855 9638 39873 9968 39873 10309 42647 10669
TOTAL 2 8 0 0 2 8 5 4 5 4 7 1
27
Tabel 2.16
Tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Sumber : Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut Tahun 2017
28
2.1.4 Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan merupakan
masalah global, sebagian orang memahami secara subyektif dan komparatif sementara yang lainnya
menilai dari sisi moran dan evaluative. Sekarang kemiskinan memberikan dampak yang beraneka ragam
mulai tindak criminal, pengangguran, kesehatan dan masalah lainnya.
Tabel 2.17
Jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Tanah Laut dirinci per Kepala Keluarga
29
2.1.5 Rencana Tata Ruang Kabupaten Tanah Laut
(1) Sistem Perkotaan yang ada di Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Ayat 1 huruf a
terdiri atas :
a. PKL;
b. PKLp;
c. PPK; dan
d. PPL
(2) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaituPerkotaan Pelaihari, yakni sebagai Ibukota
Kabupaten Tanah Laut dengan luas perkotaan ± 60 Km² dengan rencana pengembangan RTH
seluas 30 % dari luas perkotaan;
(3) PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. Perkotaan Bati-Bati, sebagaimana dengan dicantumkannya Bati-Bati sebagai salah satu Kota
Satelit Kawasan Strategis Provnsi (KSP) Perkotaan Banjar Bakula. Luas Perkotaan Bati-Bati
adalah ± 28 Km² dengan rencana pengembangan RTH seluas 30 % dari luas perkotaan;
b. Perkotaan Jorong, rencana pengembangan perkotaan Jorong dengan adanya penetapan
Kawasan Strategis Nasional Jorong sebagai Kawasan Industri. Luas Perkotaan Jorong adalah ±
76 Km² dengan rencana pengembangan RTH seluas 30 % dari luas perkotaan
(4) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. perkotaan Takisung di Kecamatan Takisung berfungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan
skala Kecamatan, pusat kegiatan pertanian, perkebunan, permukiman, perdagangan dan jasa
skala kecamatan dan atau beberapa desa berfungsi sebagai pelayanan kegiatan pariwisata
untuk skala lokal dan provinsi. Luas Perkotaan Takisung adalah ± 45 Km² dengan rencana
pengembangan RTH seluas 30 % dari luas perkotaan;
b. perkotaan Kintap berfungsi sebagai pusat kegiatan industri, permukiman, perdagangan dan jasa
yang melayani skala kabupaten dan atau beberapa kecamatan di Kecamatan Kintap. Luas
Perkotaan Kintap adalah ± 48 Km² dengan rencana pengembangan RTH seluas 30 % dari luas
perkotaan
(5) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdiri atas :
a. desa Kurau di Kecamatan Kurau;
b. desa Handil Babirik di Kecamatan Bumi Makmur;
c. desa Tambang Ulang di Kecamatan Tambang Ulang;
d. desa Batu Ampar di Kecamatan Batu Ampar;
e. desa Panyipatan di Kecamatan Panyipatan; dan
f. desa Bajuin di Kecamatan Bajuin.
(6) Penetapan pusat-pusat kegiatan Kabupaten akan ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan yang penetapannya dilakukan melalui Peraturan Daerah.
(1) Fungsi pelayanan pusat kegiatan lokal (PKL) Perkotaan Pelaihari adalah:
a. Kawasan perdagangan skala regional kabupaten, meliputi pusat perbelanjaan seperti plasa dan
supermarket, tempat grosir, pasar regional (pasar hewan);
30
b. Jasa atau pelayanan, terdiri dari perbankan cabang, lembaga asuransi cabang, jasa kesehatan
berupa rumah sakit, perhotelan dan perusahaan jasa swasta lainnya;
c. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD, SLTP dan SLTA / Kejuruan, dan Perguruan
tinggi);
d. Olah raga/rekreasi meliputi gedungolah raga (GOR) yang merupakan kompleks fasilitas
olahraga dan gedung hiburan, serta pengembangan ruang terbuka hijau yang dapat dijadikan
tempat rekreasi bagi masyarakat;
e. Transportasi meliputi terminal tipe C;
f. Pengembangan wisata buatan dan budaya atau spiritual;
g. Pemerintahan meliputi kantor-kantor pemerintahan skala kabupaten;
h. Pusat pengembangan kawasan perkantoran kabupaten; dan
i. Pusat pengembangan permukiman perkotaan.
(2) Fungsi pelayanan pusat kegiatan lokal promosi (PKLp) Bati-Bati adalah:
a. pusat pemerintahan kecamatan;
b. pusat perdagangan dan jasa meliputi perbankan, pasar lokal serta pelayanan kesehatan berupa
puskesmas;
c. pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD, SLTP dan SLTA dan Kejuruan);
d. transportasi pelabuhan sungai;
e. pelayanan pemerintah, meliputi kantor kecamatan;
f. pusat pelayanan lintas kecamatan; dan
g. pusat pengembangan perumahan dan fasilitas penunjangnya
h. pusat pengembangan kawasan industri menengah-kecil;
31
a. pusat pemerintahan kecamatan;
b. pendidikan, meliputi pendidikan dasar dan menengah;
c. perdagangan dan jasa, meliputi pasar, pertokoan, dan bengkel;
d. pelayanan kesehatan berupa puskesmas;
e. pengembangan RTH
f. transportasi, meliputi pelabuhan transit untuk angkutan sungai dan laut nelayan;
g. pusat pengembangan kawasan pariwisata regional;
h. pusat pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan dan perkebunan;
i. pengembangan kawasan perikanan tangkap dan perikanan tambak; dan
j. kawasan konservasi.
32
33
Gambar 2.3
Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Tanah Laut
35
b. PERSAMPAHAN
Meningkatnya
pelayanan sampah skala
kabupaten dari 3,9 %
menjadi 50 %
Terwujudnya pengelolaan Adanya masterplan Master Plan Master Plan
sampah persampahan skala Persampahan = 0 Persampahan = 1
terpadu sampai dengan kabupaten sampai
tahun dengan tahun 2018
2018
Masyarakat tidak lagi Berkurangnya Persentase Persentase masyarakat
membuang sampah secara masyarakat yang masyarakat yang yang mengelola sampah
tidak benar membuang sampah membuang sampah rumah tangga dengan
secara tidak benar dari = 96,1% membuang
96,1 % menjadi 0 % sembarangan = 84,10%
Bertambahnya jumlah truk Tersedianya 12 truk Jumlah Truk = Jumlah truk = 21
pengangkutan sampah di sampah di tahun 2018
tahun
36
c. DRAINASE
37
2.3 PROFIL SANITASI SAAT INI
Air Limbah domestik domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan
permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama (Permen PU No. 4
tahun 2017).
Di Kabupaten Tanah Laut telah memiliki IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) tetapi belum
difungsikan, bangunan ini dibangun pada tahun 2013 tetapi belum difungsikan hingga tahun 2017.
Dalam skala rumah tangga, masyarakat di Kabupaten Tanah Laut telah melakukan pengelolaan air
limbah dengan membuat jamban berupa tangki septik. Namun demikian, masih terdapat sebagian
masyarakat yang melakukan buang air besar sembarangan (BABS) dan memiliki fasilitas
pengolahan yang mencemari lingkungan seperti cubluk, plengsengan/cemplung.
Pengelolaan sanitasi khususnya dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Tanah
Laut pada saat ini belum tersedia sarana instalasi pengolahan air limbah (IPAL) domestik,
khususnya untuk air limbah rumah tangga (grey water) dan air limpasan dibuang langsung ke
sistem drainase dan lahan terbika. Sedangkan untuk limbah black water seperti limbah dari
kamar mandi (tinja) menggunakan pengolahan setempat (SPALD setempat). Kelemahan dari
kondisi ini adalah seringkali masyarakat tidak mengetahui standart teknis dan kesehatan yang
telah ditentukan. Salah satu syarat yang kurang diperhatikan oleh masyarakat saat membangun
tangki septik adalah jarak antar tangki septik dan sumber air/sumur gali kurang dari 10 meter,
terutama di kawasan-kawasan permukiman dan perumahan padat penduduk dan daerah sekitar
pantai dimana masyarakat masih banyak yang membuat sumur di dekat pantai terutama yang
memeiliki rumah dekat dengan pantai hal ini dapat menjadi penyebab penyakit akibat
masyarakat tidak memperhatikan jarak antara sumber air/sumur dengan septik tank.
Di kabupaten Tanah Laut air limbah merupakan suatu masalah dimana masih banyak
masyarakat yang belum memiliki jamban keluarga menyebabkan banyak masyarakat yang
masih Buang air di sembarang tempat baik dilaut, hutan, sungai maupun drainase.
Berikut adalah diagram sistem sanitasi (DSS) yang memberikan pemetaan sistem sanitasi
eksisting di Kabupaten Tanah Laut.
38
Gambar 2.5
Diagram Sistem Sanitasi (DSS) Pengelolaan Air Limbah Domestik
Kabupaten Tanah Laut
Sub – sistem
Sub – sistem Sub-sistem Pengolahan
Sarana Pengguna Pengolahan Pengangkutan/ Lumpur Tinja/ Lingkungan
setempat Pengumpulan Pengolahan
Terpusat
A.
6.02%
Pantai/ laut
5.243 KK
KEBUN/ LAHAN
B.
26.85%
23.396
KK
C.
67.13%
58.499
KK
D.
IPLT
0%
0 KK
39
Tabel 2.18 Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini
Di Kabupaten Tanah Laut Untuk Klasifikasi Wilayah Perkotaan
40
Tabel 2.19
Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini Di Kabupaten Tanah Laut Untuk Klasifikasi Wilayah
Perdesaan
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi (vii) (vii (ix) (x) (xi) (xii)
) i)
1. Panyipa 7227 7227 732 0.8 3785 4. 1472 1. 1238 1. - - - -
tan 3 7 4
2. Takisun 8274 8274 454 0.5 3231 3. 4048 4. 541 0. - - - -
g 7 6 6
3. Kurau 3780 3780 433 0.5 358 0. 1592 1. 1397 1. - - - -
4 8 6
4. Bumi 3805 3805 167 0.2 2488 2. 1039 1. 111 0. - - - -
Makmu 9 2 1
r
5. Bati- 11669 11669 163 0.2 3301 3. 7977 9. 228 0. - - - -
bati 8 2 3
6. Tamba 4513 4513 56 0.1 1225 1. 2279 2. 953 1. - - - -
ng 4 6 1
Ulang
7. Pelaiha 17652 7937 276 0.3 1053 1. 5638 6. 970 1. - - - -
ri 2 5 1
8. Bajuin 3733 3733 260 0.3 1209 1. 2194 2. 70 0. - - - -
4 5 1
9. Batu 6582 6582 59 0.1 2534 2. 2257 2. 1732 2. - - - -
Ampar 9 6 0
1 Jorong 8439 8439 172 2.0 1621 1. 4456 5. 634 0. - - - -
0. 8 9 1 7
1 Kintap 11464 11464 915 1.1 1954 2. 5981 6. 2614 3. - - - -
1. 2 9 0
TOTAL 87.138 77.423 524 6.0 22.759 26 38.933 44 10.48 12 - - -
3 % .1 .7 8 .0
41
Keterangan :
(1) Termasuk dalam kategori “Tanpa akses/BABS” adalah KK yang belum memiliki akses sanitasi air
limbah, KK yang melakukan praktik buang air besar langsung di kebun, sungai, laut, sungai,
ladang/sawah, dsb, dan KK yang melakukan praktik pembuangan langsung atau direct discharge
(memiliki jamban namun buangannya tidak ditampung dan langsung dibuang ke badan air/saluran
drainase)
(2) Cubluk dan tangki septik tidak layak terhitung sebagai akses dasar di wilayah perdesaan dan
terhitung bukan akses di wilayah perkotaan. Tangki septik tidak layak adalah tangki septik individual
yang tidak memenuhi standar SNI 03-2398-2002
(3) SPALD Setempat adalah sistem pengolahan air limbah domestik setempat
(4) SPALD-S Skala Individual diperuntukkan bagi 1 unit rumah tinggal
(5) SPALD-S Skala Komunal diperuntukkan bagi dua hingga sepuluh unit rumah tinggal
(6) IPALD Permukiman: sistem pengolahan air limbah domestik terpusat untuk lingkup permukiman
dengan jumlah penduduk terlayani sebanyak 50 – 20.000 jiwa. Termasuk dalam sistem SPALD-T
Permukiman adalah IPAL Komunal, IPAL Kawasan dan MCK Kombinasi.
(7) IPALD Permukiman Berbasis Masyarakat : bagi IPAL dengan cakupan pelayanan di bawah 150 unit
rumah tinggal
(8) IPALD Permukiman Berbasis Institusi : bagi IPAL dengan cakupan pelayanan di atas 150 unit rumah
tinggal
(9) IPALD Perkotaan: sistem pengolahan air limbah domestik terpusat untuk lingkup perkotaandan/atau
regional dengan jumlah penduduk terlayani minimal 20.000 jiwa.
(10) IPALD Kawasan Tertentu: sistem pengolahan air limbah domestik terpusat yang digunakan pada
kawasan komersial dan kawasan rumah susun
42
Tabel 2.20 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik
Kondisi
Jumlah/ Tidak
No Jenis Satuan Berfung Keterangan
Kapasitas Berfung
si
si
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI/KEGIATAN PEMERINTAH
SWASTA MASYARAKAT
KABUPATEN
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan air limbah
domestik skala kabupaten/kota √ - -
43
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI/KEGIATAN PEMERINTAH
SWASTA MASYARAKAT
KABUPATEN
Membangun jaringan atau saluran pengaliran Belum ada jaringan
limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor)
Membangun sarana IPLT dan atau IPAL √
PENGELOLAAN
Menyediakan layanan penyedotan lumpur Belum ada layanan
- -
Tinja sedot tinja
Mengelola IPLT dan atau IPAL - - -
Melakukan penarikan retribusi penyedotan
- - -
lumpur tinja
Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah
domestik, dan atau penyedotan air - - -
limbah domestik
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas
teknis bangunan (tangki septik, dan saluran - - -
drainase perkotaan) dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Mengatur prosedur penyediaan layanan air
limbah domestik (pengangkutan, personil, √
peralatan, dll)
Melakukan sosialisasi peraturan, dan
pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah √
domestik
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran
√
pengelolaan air limbah domestik
MONITORING DAN EVALUASI
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
capaian target pengelolaan air limbah √
domestik skala Kabupaten/Kota
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air √
limbah domestik
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
efektivitas layanan air limbah domestik, dan
√
atau menampung serta mengelola keluhan
atas layanan air limbah domestik
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
√
baku mutu air limbah domestik
44
Tabel 2.22 Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Tanah Laut
KETERSEDIAAN PELAKSANAAN
BELUM TIDAK KET
EFEKTIF
SUBSTANSI PERATURAN TIDAK EFEKTIF EFEKTIF ERA
ADA DILAKSA
ADA DILAKSAN DILAKSA NGA
NAKAN
AKAN NAKAN N
AIR LIMBAH DOMESTIK
Target capaian pelayanan
pengelolaan air limbah domestik
di Kabupaten/Kota dalam
√
memberdayakan masyarakat dan
badan usaha dalam pengelolaan
air limbah domestik
Kewajiban dan sanksi bagi
Pemerintah Kabupaten/Kota
√
dalam penyediaan layanan
pengelolaan air limbah domestik
Kewajiban dan sanksi bagi
PemerintahKabupaten/Kota
Dalam memberdayakan
√
masyarakat danbadan usaha
dalampengelolaan air limbah
domestik
Kewajiban dan sanksi bagi
masyarakat dan atau
pengembang untuk menyediakan √
sarana pengelolaan air limbah
domestik di hunian rumah
Kewajiban dan sanksi bagi
industri rumah tangga untuk
Menyediakan sarana pengelolaan √
air limbah domestik di tempat
usaha
Kewajiban dan sanksi bagi kantor
Untuk menyediakan sarana
√
pengelolaan air limbah domestik
di tempat usaha
Kewajiban penyedotan air
limbah domestik untuk
masyarakat,industri rumah √
tangga, dan kantor pemilik
tangki septik
Retribusi penyedotan air limbah
√
domestik
Tatacara perizinan untuk
kegiatan pembuangan air
limbah domestic bagi kegiatan
√
permukiman, usaha rumah
tangga, dan perkantoran
45
KETERSEDIAAN PELAKSANAAN
BELUM TIDAK KET
EFEKTIF
SUBSTANSI PERATURAN TIDAK EFEKTIF EFEKTIF ERA
ADA DILAKSA
ADA DILAKSAN DILAKSA NGA
NAKAN
AKAN NAKAN N
Peluang keterlibatan
swasta dalam pengelolaan air √
limbah domestik
Kewajiban dan sanksi bagi
swasta dalam pengelolaan air √
limbah domestik
Layanan Pemerintah
Kabupaten/Kota bagi masyarakat
√
yang tidak mampu dalam
pengelolaan air limbah domestik
Rantai pelayanan air limbah menggambarkan alur pengelolaan air limbah dari hulu hingga hilir
dengan mempertimbangkan tingkat kemananan pengelolaan pada setiap sub sistem pengelolaannya.
Rantai pelayanan air limbah merupakan tahap lanjutan dalam pemetaan kondisi sanitasi di suatu
Kabupaten/Kota setelah dilakukannya pemetaan melalui DSS. Pemetaan DSS bersifat kulitatif,
sedangkan pemetaan dengan rantai pelayanan air limbah bersifat kuantitatif yang bersumber dari
penambahan data. Data yang ditambahkan dapat berupa data primer dari studi EHRA, maupun data
sekunder. Penambahan data tesebut diharapkan dapat memberi gambaran yang lebih terperinci terkait
kondisi sanitasi di suatu Kabupaten/Kota. Penggunaan rantai pelayanan air limbah dapat memberi
gambaran tingkat keamanan dari pengelolaan air limbah domestik eksisting.
Pengelolaan air limbah secara aman ditunjukan oleh panah dengan warna hijau sementara
pengelolaan yang tidak aman ditunjukan oleh panah dengan warna merah. Panah yang berwarna kuning
merepresentasikan akses dasar yang ada di Kabupaten/Kota. Pemisahan warna kuning pada akses dasar
ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa penerapan cubluk di kawasan perdesaan pada
Kabupaten/Kota pada dasarnya tidak terhitung sebagai pengelolaan air limbah yang aman, namun hanya
sebagai akses dasar yang untuk kedepannya harus ditingkatkan lagi menjadi akses yang layak dan aman.
Persentase pengelolaan yang aman ditampilkan pada ujung kanan diagram, dimana seluruh persentase
pengelolaan air limbah domestik yang aman dari tiap sistem akan terakumulasi. Sementara itu persentase
pengelolaan yang tidak aman akan ditampilkan di bagian bawah diagram, dimana seluruh persentase
pengelolaan air limbah domestik yang aman dari tiap sistem akan terakumulasi.
46
Tabel 2.23. Rekapitulasi Shit Flow Diagram Kabupaten Tanah Laut
47
48
Gambar 2.6. Rantai Pelayanan Air Limbah Kabupaten Tanah Laut
Sampah didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik yang dianggap
tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi
pembangunan. Besarnya penduduk dan keragaman aktivitas di kota-kota metropolitan di Indonesia
seperti Jakarta mengakibatkan munculnya persoalan umum dalam pelayanan prasarana perkotaan,
seperti masalah persampahan saat ini. Diperkirakan hanya sekitar 60 % sampah kota-kota besar di
Indonesia yang dapat terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang operasi utamanya sebesar
80.235,87 ton setiap hari, penanganan sampah yang diangkut dan dibuang ke TPA adalah sebesar 4,2 %
yang dibakar sebesar 37,6 % ,yang dibuang ke sungai 4,9 % dan tidak tertangani sebesar 53,3 %.
Sampah yang dibuang ke lingkungan akan menimbulkan masalah bagi kehidupan dan kesehatan
lingkungan, terutama kehidupan manusia. Masalah tersebut dewasa ini menjadi isu yang hangat dan
banyak disoroti karena memerlukan penanganan serius. Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan
keberadaan sampah diantaranya adalah sebagai berikut
Masalah estetika(keindahan) dan kenyamanan yang merupakan gangguan bagi pendangan mata
Sampah yang terdiri atas berbagai bahan organic dan organik apabila telah terakumulasi dalam
jumlah yang cukup besar, merupakan sarang atau tempat berkumpulnya berbagai binatang yang
dapat menjadi vektor penyakit
Sampah yang berbentuk debu atau bahan membusuk dapat mencemari udara. Bau yang timbul
akibat adanya dekomposisi materi organik dan debu yang beterbangan akan mengganggu
saluran pernafasan, serta penyakit lainnya.
Timbulan lindi (leachate) sebagai efek dekomposisi biologis dari sampah memiliki potensi yang
besar dalam mencemari badan air sekelilingnya, terutama air tanah di bawahnya.
Sampah yang kering akan mudah beterbangan dan mudah terbakar
Sampah yang dibuang sembarangan dapat menyumbat saluran-saluran air buangan dan
drainase, kondisi seperti ini dapat menimbulkan bahaya banjir alibat terhambatnya pengaliran air
buangan dan air hujan
Beberapa siifat dasar dari sampah, seperti kemampuan termampatan yang terbatas,
keanekaragaman komposisi, waktu untuk terdekomposisi sempurna yang cukup lama dan
sebagainya dapat menimbulkan beberapa kesulitan dalam pengelolaannya.
49
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, kurangnya lkemauan dari Pemerintah Daerah,
kurangnya kesadaran penghasil sampah akan pentingnya penanganan sampah yang baik
merupakan masalah tersendiri dalam pengelolaan sampah, khususnya di kota-kota besar.
Peningkatan jumlah penduduk yang demikian pesat di daerah perkotaan (urban) telah meningkatkan
jumlah timbulan sampah. Dari studi evaluasi yang telah dilaksanakan di kota-kota di Indonesia, dapat di
identifikasi masalah-masalah pokok dalam pengelolaan persampahan kota, diantaranya adalah sebagai
berikut:
Permasalahan yang dihadapi dalam teknis operasional di lapangan dalam pengelolaan persampahan kota
di antaranya :
50
Koordinasi sektoral antar birokrasi pemerintah seringkali lemah
Manajemen operasional lebih di titikberatkan pada aspek pelaksanaan, sedangkan aspek
pengendalian lemah
Perencanaan operasional seringkali hanya untuk jangka pendek
Kondisi pada perkotaan yang diuraikan tersebut diatas relatif berbeda dengan kondisi di perdesaan yang
umumnya tidak menghadapi permasalahan dalam penanganan persampahan. Ketersediaan lahan di
perdesaan masih cukup luas mempermudah masyarakat desa mengelola sendiri persampahan yang
ditimbulkannya. Uraian diatas merupakan kondisi saat ini yang tidak bisa dilepaskan dari perencanaan
dan konstruksi yang benar, pelaksanaan dan pengawasan penanganan sampah yang telah dilakukan oleh
pemerintah pada masa lalu.
Sistem pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah mulai dari
tempat/penampungan sampah dari sumber timbulan sampah sampai ke Tempat Penampungan
Sementara (TPS) atau sekaligus ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Kondisi pengumpulan sampah di
Kabupaten Tanah Laut masih menggunakan cara membuang sampah ke TPS maupun sarana yang telah
disediakan. Sedangkan berdasarkan SNI-3242-2008, pola operasional pengumpulan sampah terdiri dari :
51
Hasil analisa menunjukkan Proses pengumpulan sampah masih dilakukan dengan pola
individual tidak langsung. Proses pengumpulan ini dilakukan dari sumber sampah menuju TPS yang
dalam pengelolaannya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu yang dikelola oleh warga dan dikelola oleh Bidang
Kebersihan (petugas kebersihan/pasukan kuning). Keterlibatan petugas kebersihan untuk pengumpulan
sampah rumah tangga bukan hanya terdapat di Kecamatan Pelaihari tetapi telah mencakup 10
kecamatan lainnya meskipun dengan frekuensi pengangkutan 2 kali sehari.
Berikut adalah diagram sistem sanitasi (DSS) pengelolaan persampahan di Kabupaten Tanah
Laut. Diagram ini memuat informasi mengenai infrastruktur pengelolaan persampahan (TPS, TPS 3R,
TPST, TPA dll). Kondisi yang digambarkan dalam DSS adalah kondisi pengelolaan persampahan
eksisting skala kabupaten (perkotaan maupun perdesaan). Dalam gambar berikut disajikan data per
sistem yang menjadi penggambaran pengelolaan persampahan tingkat rumah tangga maupun sampah
dar fasum.
52
Gambar 2.7 Diagram Sistem Sanitasi (DSS) Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Tanah Laut
A
BAKAR
BANK SAMPAH
Keterangan :
53
54
Gambar 2.8 Peta Sebaran TPS di Kecamatan Pelaihari
55
Sumber : Master Plan Persampahan Kabupaten Tanah Laut Tahun 2015
Tabel 2.26
Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI/KEGIATAN PEMERINTAH SWASTA MASYARAKAT
KABUPATEN
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan sampah
√ - -
skala kabupaten/kota,
Menyusun rencana program
persampahan dalam rangka pencapaian √ - -
target
Menyusun rencana anggaran program
persampahan dalam rangka pencapaian √ - -
target
PENGADAAN SARANA
Menyediakan sarana pewadahan sampah
√ √ -
di sumber sampah
Menyediakan sarana pengumpulan
(pengumpulan dari sumber sampah ke √ - -
TPS)
Membangun sarana Tempat
Penampungan Sementara (TPS) √ - -
58
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI/KEGIATAN PEMERINTAH SWASTA MASYARAKAT
KABUPATEN
PERENCANAAN
pembinaan dalam hal pengelolaan
sampah
KETERSEDIAAN PELAKSANAAN
BELUM TIDAK KET
SUBSTANSI EFEKTIF
TIDAK EFEKTIF EFEKTIF ERA
PERATURAN ADA DILAKSA
ADA DILAKSAN DILAKSA NGA
NAKAN
AKAN NAKAN N
PERSAMPAHAN
Target capaian
pelayanan
pengelolaan
√
persampahan di
Kabupaten/Kota
Ini
Kewajiban dan
sanksi bagi
Pemerintah
Kabupaten/Kota
dalam √
menyediakan
layanan
pengelolaan
sampah
Kewajiban dan
sanksi bagi √
Pemerintah
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) TANAH LAUT
59
KETERSEDIAAN PELAKSANAAN
BELUM TIDAK KET
SUBSTANSI EFEKTIF
TIDAK EFEKTIF EFEKTIF ERA
PERATURAN ADA DILAKSA
ADA DILAKSAN DILAKSA NGA
NAKAN
AKAN NAKAN N
PERSAMPAHAN
Kabupaten/Kota
dalam
memberdayakan
masyarakat dan
badan usaha
dalam
pengelolaan
sampah
Kewajiban dan Ada.
sanksi bagi Peratur
masyarakat untuk an
mengurangi Daerah
sampah, menyediakan No.
tempat sampah di
hunian rumah,
dan membuang ke
TPS
Kewajiban dan
sanksi bagi kantor
/ unit usaha di
kawasan
komersial /
fasilitas sosial /
fasilitas umum √
untuk mengurangi
sampah,
menyediakan
tempat sampah,
dan membuang ke
TPS
pengumpulan
sampah dari
sumber ke TPS,
dari TPS ke TPA,
pengelolaan di √
TPA, dan
pengaturan waktu
pengangkutan
sampah dari TPS ke TPA
Kerjasama
pemerintah
Kabupaten/Kota
√
dengan swasta
atau pihak lain
dalam
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) TANAH LAUT
60
KETERSEDIAAN PELAKSANAAN
BELUM TIDAK KET
SUBSTANSI EFEKTIF
TIDAK EFEKTIF EFEKTIF ERA
PERATURAN ADA DILAKSA
ADA DILAKSAN DILAKSA NGA
NAKAN
AKAN NAKAN N
PERSAMPAHAN
pengelolaan
sampah
Retribusi sampah
√
atau kebersihan
Tabel 2.28
Kondisi Sarana dan Prasarana Persampahan di Kabupaten Tanah Laut
Jenis Kondisi
N Prasarana /
Satuan Jumlah Kapasitas Ritasi/ hari Rusak Rusak Keterangan
o Sarana Baik
Berat Ringan
1 Pewadahan
Gerobak - - - - - - - -
Sampah
Motor Sampah unit 3
Baik
/ tossa
Pick Up unit 1
Baik
Sampah
2 Pengumpulan (ulin) 5 - √
Bak beton unit 50 0.25 √
Bak Ulin unit 5 1,5
Kontainer unit 9 6 1 x /hari √ - -
Transfer depo - - -
T4 sampah Unit 74 -
√
terpilah
SPA - - -
3 Pengangkutan
Dump truck unit 4 √
Armroll truck unit 16 √
Compactor unit - - - -
-
truk
4 Pengolahan
sampah
TPS 3R Unit 1 - Berfung
si
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) TANAH LAUT
61
Jenis Kondisi
N Prasarana /
Satuan Jumlah Kapasitas Ritasi/ hari Rusak Rusak Keterangan
o Sarana Baik
Berat Ringan
62
c. Drainase
Tabel 2.30
Pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan drainase perkotaan
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI/KEGIATAN PEMERINTAH
SWASTA MASYARAKAT
KABUPATEN
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan drainase
√ - -
perkotaan skala kabupaten
Menyusun rencana program
drainase perkotaan dalam rangka pencapaian √ - -
target
Menyusun rencana anggaran program
drainase perkotaan dalam rangka pencapaian √ - -
target
PENGADAAN SARANA
Menyediakan sarana drainase perkotaan √ - -
PENGELOLAAN
Membersihkan saluran drainase perkotaan √ - -
Memperbaiki saluran drainase perkotaan yang √ - -
rusak
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas √ - -
teknis
bangunan (saluran drainase perkotaan) dalam
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) TANAH LAUT
63
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI/KEGIATAN PEMERINTAH
SWASTA MASYARAKAT
KABUPATEN
pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Menyediakan advis planning untuk
pengembangan
kawasan permukiman, termasuk penataan √ - -
drainase
perkotaan di wilayah yang akan dibangun
Memastikan integrasi sistem drainase
perkotaan
(sekunder) dengan sistem drainase sekunder √ - -
dan
Primer
Melakukan sosialisasi peraturan, dan
pembinaan √ - -
dalam hal pengelolaan drainase perkotaan
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran
- - -
pengelolaan drainase perkotaan
MONITORING DAN EVALUASI
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
capaian target pengelolaan drainase
√ - -
perkotaan
skala Kabupaten/Kota
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan
√ - -
drainase
perkotaan
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
efektivitas layanan drainase perkotaan, dan
atau √ - -
menampung serta mengelola keluhan atas
kemacetan fungsi drainase perkotaan
64
Tabel 2.40 Peraturan drainase perkotaan Kabupaten Tanah Laut
KETERSEDIAAN PELAKSANAAN
BELUM TIDAK KET
EFEKTIF
SUBSTANSI PERATURAN TIDAK EFEKTIF EFEKTIF ERA
ADA DILAKSA
ADA DILAKSAN DILAKSA NGA
NAKAN
AKAN NAKAN N
DRAINASE PERKOTAAN
Target capaian
pelayanan
pengelolaan
√
drainase perkotaan
di Kabupaten/Kota
ini
Kewajiban dan
sanksi bagi
Pemerintah
Kabupaten/Kota √
dalam
menyediakan
drainase perkotaan
Kewajiban dan
sanksi bagi
Pemerintah
Kabupaten/Kota
dalam √
memberdayakan
masyarakat dalam
pengelolaan
drainase perkotaan
Kewajiban dan
sanksi bagi
masyarakat dan
atau pengembang
untuk menyediakan
√
sarana drainase
perkotaan, dan
menghubungkanny
a dengan sistem
drainase sekunder
Kewajiban dan
sanksi bagi
masyarakat untuk
memelihara sarana
√
drainase perkotaan
sebagai saluran
pematusan air
hujan
65
2.4 AREA BERESIKO DAN PERMASALAHAN MENDESAK SANITASI
Risiko sanitasi adalah adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan atau
lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sector sanitasi dan perilaku hidup bersih dan
sehat. Penetapan area beresiko bertujuan untuk menentukan prioritas dari pelaksanaan
program/kegiatan sanitasi.
Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat risiko sanitasi dilakukan dengan menggunakan:
i. Pemetaan dan penilaian sanitasi kabupaten Tanah Laut berdasarkan data sekunder
ii. Pemetaan dan penilaian kondisi sanitasi berdasarkan hasil studi EHRA
iii. Pemetaan dan penilaian kondisi sanitasi berdasarkan penilaian persepsi SKPD
Air limbah adalah air yang telah mengalami penurunan kualitas karena pengaruh manusia.
Air limbah perkotaan biasanya dialirkan di saluran air kombinasi atau saluran sanitasi, dan diolah di
fasilitas pengolahan air limbah atau septik tank. Air limbah yang telah diolah dilepaskan ke badan air
penerima melalui saluran pengeluaran. Air limbah, terutama limbah perkotaan, dapat tercampur
dengan berbagai kotoran seperti feses maupun urin.
Limbah manusia, feses, tisu toilet, urin, atau cairan tubuh lainnya, disebut juga dengan limbah
hitam.
Pengeluaran septik tank
Pengeluaran pengolahan limbah
Air yang digunakan untuk mencuci, disebut juga dengan air kelabu
Air hujan yang jatuh di atas atap dan pekarangan dan tidak dikumpulkan
Air hujan yang mengalir di jalan raya, lahan parkir, dan infrastruktur lainnya yang biasanya
mengalir ke selokan atau saluran drainase lainnya
Air tanah yang mengalami infiltrasi ke saluran pembuangan air
Kelebihan cairan yang diproduksi industri (minuman, minyak goreng, pestisida, pelumas, cat,
dan sebagainya)
Limbah industri hasil samping pengolahan bahan baku
Air pendingin kendaraan atau industri
66
Air limbah dari tempat pembuangan sampah akhir
Sisa air irigasi yang tidak diserap tanaman
Penentuan area beresiko dilakukan melalui penilaian dengan metode pemberian skor
berdasarkan data sekunder yang telah tersedia. Indikator-indikator yang digunakan untuk
menentukan prioritas skoring merupakan juga hasil kesepakatan yang diambil antar SKPD dan studi
EHRA.
Beberapa variabel yang digunakan untuk skoring adalah:
o Kepadatan Penduduk
o Angka Kemiskinan
o Jamban komunal
o Jamban Pribadi
Dalam tabel berikut dijelasakan permasalahan mendesak dan area-area beresiko sanitasi air limbah
domestik yang menjadi prioritas penanganan.
Wilayah Prioritas
No Area Beresiko
Kecamatan Kelurahan/Desa
1 Risiko 3 Panyipatan Batakan
Kuringkit
Bumi Asih
Batu Mulya
Takisung Tabanio
Bumi Makmur Pantai harapan
Sungai Rasau
Handil Maluka
Handil Birayang Bawah
Bati-bati Benua Raya
Pandahan
Tambang Ulang Sungai Pinang
Pelaihari Karang Taruna
Bajuin Sungai Bakar
Batu Ampar Sungai Bakar
Gunung Mas
Jorong Sabuhur
2 Risiko 4 Pelaihari Angsau
Pelaihari
Bumi Makmur Kurau Utara
Swarangan
Jorong Swarangan
Muara Asam-asam
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) TANAH LAUT
67
Tabel 2.42 Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik
No Permasalahan Mendesak
Aspek Teknis : Permasalahan terkait ketersediaan dan keberfungsian sarana dan prasarana (sarana
Pengguna, pengangkutan/pengumpulan, pengolahan lumpur tinja/pengolahan terpusat, lingkungan)
serta ketersediaan dokumen perencanaan teknis
1 Praktik buang air besar sembarangan (BABs) di Kabupaten Tanah Laut sebanyak 6,02%
(5.243 KK) dan berdasarkan Hasil SFD Akses Layak dari Instrumen (EHRA) 100% belum
aman
2 Masih terdapat 26,85% rumah tangga yang memiliki akses dasar/ tangki septik individual tidak
layak
3 Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang dibangun pada tahun 2014 belum berfungsi
4 Masterplan air limbah yang ada perlu direview
Aspek Non Teknis : Permasalahan terkait pendanaan, kelembagaan, peraturan dan perundang-
undangan, peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dan komunikasi
1 Regulasi yang mengatur pengolahan air limbah domestik belum ada
2 Kurang optimalnya media setempat dalam mempromosikan permasalahan air limbah di
Kabupaten Tanah Laut
68
b. Area Beresiko dan Permasalahan Persampahan
Timbulan sampah yang ada di Kabupaten Tanah Laut sebagian besar merupakan sampah dari
kegiatan rumah tangga, pertokoan, perkantoran, industri, fasilitas pendidikan, pasar, jalan.
Pengelolaan persampahan di sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah Laut telah menyediakan
armada yang mengangkut sampah ke 10 kecamatan tetapi armada tersebut belum mampu melayani
semua desa untuk melakukan pengangkutann sampah setiap hari. Sebagian wilayah yang kurang
mempunyai lahan untuk membuang secara terbuka atau untuk membakar sampah, terpaksa dibuang
ke sungai/laut dan pinggir jalan serta hutan-huan. Sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten
Tanah Laut dimulai dari sumber timbulan sampah sampai dengan pemprosesan akhir di TPA
Persampahan di Kabupaten Tanah Laut masih menjadi masalah, kurangnya sarana
pengakutan sampah, minimnya kesadaran masyarakat tentang pengelolaan dan pengolahan sampah
dari sumbernya, sehingga masyarakat masih banyak yang melakukan pembakaran sampah dan
membuang sampah ke sungai, drainase, hutan.
Wilayah Prioritas
No Area Beresiko
Kecamatan Kelurahan/Desa
1 Risiko 3 Panyipatan Batakan
Kuringkit
Bumi Asih
Batu Mulya
Takisung Tabanio
Kurau Maluka Baulin
Bawah Layung
Bumi Makmur Pantai harapan
Sungai Rasau
Handil Maluka
Handil Birayang Bawah
Bati-bati Benua Raya
Bati-bati
Ujung Baru
Nusa Indah
Tambang Ulang Sungai Pinang
Pelaihari Sarang Halang
Atu-atu
Angsau
Pelaihari
Karang Taruna
Bajuin Sungai Bakar
Batu Ampar Sungai Bakar
Gunung Mas
PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) TANAH LAUT
69
Wilayah Prioritas
No Area Beresiko
Kecamatan Kelurahan/Desa
Jorong Sabuhur
Swarangan
Asri Mulya
Asam-asam
Sungai Baru
2 Risiko 4 Bajuin Pamalongan
Bati-bati Pandahan
Jorong Muara Asam-asam
Kintap Kintap
No Permasalahan Mendesak
Aspek Teknis : Permasalahan terkait ketersediaan dan keberfungsian sarana dan prasarana (sarana
Pengguna, pengangkutan/pengumpulan, pengolahan lumpur tinja/pengolahan terpusat, lingkungan)
serta ketersediaan dokumen perencanaan teknis
1 77.6% masyarakat masih melakukan pembakaran sampah (berdasarkan data EHRA)
2 83 % masyarakat belum melakukan pemilahan sampah setempat (berdasarkan data EHRA)
3 TPA Bakunci masih beroperasi dengan control landfill
4 Pengangkutan sampah skala kabupaten belum maksimal (13,23%) per hari
Aspek Non Teknis : Permasalahan terkait pendanaan, kelembagaan, peraturan dan perundang-
undangan, peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dan komunikasi
1 Belum ada pemisahan antara regulator dan operator dalam penanganan persampahan
2 Produk yang mengatur Persampahan belum sepenuhnya diterapkan dan perlu perbaikan
Wilayah Prioritas
No Area Beresiko
Kecamatan Kelurahan/Desa
1
Risiko 3 Pelaihari Karang Taruna
2
Risiko 4 Pelaihari Angsau
70
Tabel 2.46 Permasalahan Mendesak Drainase
No Permasalahan Mendesak
Aspek Teknis : Permasalahan terkait ketersediaan dan keberfungsian sarana dan prasarana (sarana
Pengguna, ketersediaan dokumen perencanaan teknis
Aspek Non Teknis : Permasalahan terkait pendanaan, kelembagaan, peraturan dan perundang-
undangan, peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dan komunikasi
71
BAB III
KERANGKA PEMBANGUNAN
SANITASI
3.1 VISI DAN MISI SANITASI
Untuk menyusun visi dan misi sanitasi Kabupaten Tanah Laut, acuan utama yang digunakan
adalah visi dan misi Kabupaten Tanah Laut. Aspek sanitasi umumnya belum dinyatakan secara tegas
dalam pernyataan visi dan misi Kabupaten Tanah laut sehingga perlu dirumuskan untuk mendukung
pembangunan sanitasi kabupaten. Visi sanitasi harus dinyatakan dalam suatu pernyataan yang mudah
dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. Pernyataan visi sanitasi harus mencerminkan kondisi yang
dicita-citakan, mudah dibayangkan, mudah dikomunikasikan, tidak bermakna sempit, mudah disesuaikan
dengan kondisi kota yang dinamis, dan dapat dirumuskan secara singkat, jelas dan padat.
72
Di samping itu, visi sanitasi seharusnya mengandung makna:
Sedangkan misi sanitasi kabupaten menunjukkan tugas-tugas pokok para pelaku pembangunan
sanitasi sesuai visi sanitasi yang ingin dituju. Perumusan misi sanitasi berisi rumusan umum mengenai
upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan misi. Dalam hal ini mencakup pengembangan
setidaknya 3 subsektor. Proses formulasi visi dan misi sanitasi kabupaten dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
Tabel 3.1 visi dan misi sanitasi Kabupaten Tanah Laut Tahun 2017 - 2022
Visi Misi Kabupaten Tanah Laut Visi Misi Sanitasi Kabupaten Tanah Laut
Visi Sanitasi Kabupaten Tanah Laut 2017 - 2022 :
Visi Kabupaten Tanah Laut 2013-2018 :
“TANAH LAUT BERKEMAJUAN, KAMPIUN, ”TERBANGUNNYA SISTEM SANITASI YANG
RELIJIUS, AKUNTABLE, DAN TERUNGGUL TERINTREGASI, BERLANJUT MENUJU
MASYARAKAT TANAH LAUT YANG SEHAT ”
(BerKaRAkTer)”.
Misi :
Misi :
1. Peningkatan dan pengembangan nilai nilai agama 1. Misi Air Limbah Domestik
dalam praktek bernegara, berpemerintahan, dan Meningkatkan akses terhadap sarana dan
bermasyarakat. prasarana pengelolaan air limbah domestik
2. Pengembangan dan penguatan daya saing ekonomi yang berkualitas.
rakyat berbasis pertanian, perkebunan, peternakan,
kelautan dan perikanan, kehutanan UKM, UMKM, 2. Misi Persampahan
industri, kearifan lokal, perdagangan dan jasa. Mendorong pembangunan sarana dan
3. Peningkatan kualitas SDM melalui peningkatan prasarana pengelolaan sampah yang ramah
pelayanan pendidikan dan kesehatan. lingkungan
73
4. Peningkatan pembangunan infrastruktur daerah dan
infastruktur wilayah.
3. Misi Drainase
5. Pengembangan potensi pariwisata menuju Tanah
Laut sebagai daerah tujuan wisata di Kalimantan Mengembangkan infrastruktur drainase yang
Selatan yang lebih unggul secara komparatif terkoneksi dan terintegrasi
maupun secara kompetitif.
6. Reformasi birokrasi, peningkatan pelayanan publik
dan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik.
7. Pengembangan inovasi, tehnologi, budaya, dan
kreatifitas daerah.
8. Peningkatan pembinaan generasi muda dan
pengembangan kepemimpinan daerah.
9. Peningkatan penyelamatan dan kelestarian
lingkungan.
10. Pengentasan kemiskinan.
Sesuai dengan visi dan misi sanitasi Kabupaten Tanah Laut, maka pengembangan sanitasi
diarahkan kepada sektor air limbah, sektor persampahan dan sektor drainase.
Dalam pedoman penyusunan Pemutakhiran SSK ini, tahapan pengembangan sanitasi dibagi
menjadi 3 tahapan, yaitu:
1) Tahapan jangka pendek
Tahapan jangka pendek dihitung 2 tahun dari tahun penyusunan dokumen (2019).
2) Tahapan jangka menengah
Tahapan jangka menengah dihitung 5 tahun dari tahun penyusunan dokumen (2022). Tahapan
jangka menengah dirumuskan berdasarkan kebijakan sanitasi di tingkat nasional, Provinsi dan
Kabupaten/Kota dan hasil analisis zonasi pada Instrumen SSK.
3) Tahapan jangka panjang
Tahapan jangka panjang dihitung 10 tahun dari tahun penyusunan dan mengacu pada kebijakan
sanitasi di tingkat nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota dan visi misi sanitasi Kabupaten/Kota.
Hasil analisa tahapan pengembangan sanitasi kemudian dimasukkan kedalam tabel tahapan
pengembangan untuk tiap sektor sanitasi. Dalam penentuan target tahapan pengembangan sanitasi
tersebut dapat mengacu pada RPJMN 2015-2019. Di dalam target RPJMN, Pemerintah Indonesia
menargetkan peningkatan akses penduduk terhadap sanitasi (air limbah domestik, persampahan, dan
drainase perkotaan) menjadi 100% pada tingkat kebutuhan dasar pada tahun 2019. Target 100%
akses sanitasi dijabarkan menjadi 85% akses layak dan 15% akses dasar.
74
a. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik
Pada sektor air limbah, target 85% akses layak terbagi menjadi 85% target pengelolaan air
limbah domestik sistem setempat dengan sasaran adalah penduduk di kawasan perkotaan serta
perdesaan; dan target 15% lainnya merupakan target pengelolaan air limbah domestik sistem
terpusat dengan sasaran adalah penduduk di kawasan perkotaan. Sedangkan target 15% akses
dasar hanya diperuntukkan bagi penduduk yang berada di kawasan perdesaan (rural)
Target ini selanjutnya akan diturunkan ke tingkat propinsi berdasarkan kondisi eksisting dan
kapasitas propinsi.
Baseline 2014
Target 2019
(proyeksi 2010 – 2013)
Propinsi
Akses Akses Tidak Ada Akses Akses
TOTAL
Layak Dasar akses layak Dasar
Target propinsi Kalimantan Selatan selanjutnya akan dijabarkan ke tingkat kabupaten yang
merupakan tanggung jawab propinsi Kalimantan Selatan
Baseline 2014
Target 2019
(proyeksi 2010 – 2013)
KABUPATEN
Akses Akses Tidak Ada Akses Akses
TOTAL
Layak Dasar akses layak Dasar
Tahapan pengembangan air limbah domestik Kabupaten Tanah Laut diisikan ke dalam tabel
tahapan pengembangan air limbah domestik Kabupaten Tanah Laut yang dibagi menjadi wilayah
perkotaan dan perdesaan. Tabel tersebut menunjukkan persentase eksisting air limbah domestik serta
target jangka pendek, menengah dan panjang dari sistem pengelolaan air limbah yang direncanakan.
75
Sistem pengelolaan air limbah domestik berdasarkan pada Peraturan Menteri PUPR No.
04/PRT/M/2017 terdiri dari Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) Setempat dan SPALD
Terpusat. Dalam perhitungan persentase capaian eksisting dan penentuan target pentahapan
pembangunan air limbah, pokja dapat menggunakan bantuan Instrumen SSK, dimana dalam instrumen
tersebut terdapat tiga kemungkinan kondisi yang dapat diterapkan di Kabupaten Tanah Laut adalah:
1. Kondisi 1 : Pengelolaan dengan Akses Dasar
2. Kondisi 2 : Pengelolaan dengan SPALD Setempat
3. Kondisi 3 : Pengelolaan dengan SPALD Terpusat
Pengelolaan dengan akses dasar adalah pengelolaan dengan praktik dasar sederhana yang
layak untuk kawasan kepadatan rendah dan daerah dengan tingkat kerawanan sanitasi rendah. Contoh
infrastruktur yang termasuk kedalam kategori akses dasar adalah cubluk dan plengsengan. Akses dasar
hanya boleh diterapkan di kawasan perdesaan dengan kepadatan penduduk yang rendah. Penerapan
akses dasar di perkotaan sudah tidak boleh lagi dilakukan dan masuk dalam kategori tidak layak.
Pengelolaan dengan akses dasar pada Instrumen SSK ditujukan untuk mengakomodir 15% pemenuhan
akses dasar pada target universal. SPALD Setempat yang selanjutnya disebut SPALD-S adalah sistem
pengelolaan yang dilakukan dengan mengolah air limbah domestik di lokasi sumber, yang selanjutnya
lumpur hasil olahan diangkut dengan sarana pengangkut ke Sub-sistem Pengolahan Lumpur Tinja.
Berdasarkan kapasitas pengolahannya SPALD Setempat terdiri atas:
1. Skala individual diperuntukkan: 1 unit rumah tinggal, Cubluk Kembar, Tangki Septik dengan
bidang resapan, jamban bersama, biofilter dan unit pengolahan air limbah fabrikasi.
2. Skala komunal diperuntukkan: 2 - 10 unit rumah tinggal dan/atau bangunan Mandi Cuci Kakus
(MCK).
SPALD Terpusat yang selanjutnya disebut SPALD-T adalah sistem pengelolaan yang dilakukan
dengan mengalirkan air limbah domestik dari sumber secara kolektif ke Sub-sistem Pengolahan Terpusat
untuk diolah sebelum dibuang ke badan air permukaaan. Berdasarkan cakupan pelayanan SPALD-T
terdiri atas:
1. Skala perkotaan, untuk lingkup perkotaan dan/atau regional dengan minimal layanan 20.000
(dua puluh ribu) jiwa.
2. Skala permukiman, untuk lingkup permukiman dengan layanan 50 (lima puluh) sampai 20.000
(dua puluh ribu) jiwa.
3. Skala kawasan tertentu, untuk kawasan komersial dan kawasan rumah susun
Untuk pengembangan sistem pengelolaan air limbah Kabupaten Tanah Laut dapat digambarkan sebagai
berikut:
76
Zona 1, merupakan area yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan pilihan sanitasi
setempat dengan skala rumah tangga. Tahapan penanganannya dengan kegiatan utama untuk
perubahan perilaku dan pemicuan (STBM) dengan pemilihan SPAL-Setempat Individual dengan
kapasitas per layanan 1 KK per unit. Zona 1 ini meliputi :
No Kelurahan/Desa No Kelurahan/Desa
1 Tanjung Dewa 14 Asam Jaya
2 Batu Tungku 15 Asam-asam
3 Kuringkit 16 Batalang
4 Bumi Asih 17 Kintap
5 Batu Mulya 18 Muara Kintap
6 Sukaramah 19 Bukit Mulia
7 Panyipatan 20 Sumber Jaya
8 Kandangan Baru 21 Kebun Raya
9 Gunung Makmur 22 Mekar Sari
10 Sumber Makmur 23 Sungai Cuka
11 Benua Tengah
12 Tabanio
13 Jorong
Zona 2, merupakan area yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan perubahan perilaku
dilakukan dengan program-program berbasis masyarakat maka pemilihan sistemnya adalah
Sistem Komunal dengan kapasitas layanan 10 KK per unit. Wilayah-wilayah yang masuk dalam
zona ini adalah :
77
No Kelurahan/Desa No Kelurahan/Desa No Kelurahan/Desa
16 Kurau 46 Galam 75 Liang anggang
17 Pantai Harapan 47 Pamalongan 76 Pandahan
18 Sungai Rasau 48 Sungai Bakar 77 Damar Lima
19 Handil Maluka 49 Tanjung 78 Damit
20 Handil Labuan Amas 50 Bajuin 79 Damit Hulu
21 Handil Suruk 51 Ketapang 80 Pantai Linuh
22 Handil Gayam 52 Kunyit 82 Bluru
23 Bumi Harapan 53 Tebing Siring 83 Gunung Melati
24 Handil Babirik 54 Jilatan Alur 84 Alur
25 Handil Birayang Bawah 55 Ambawang 85 Karang Rejo
26 Handil Birayang Atas 56 Durian Bungkuk 86 Muara Asam-asam
27 Benua Raya 57 Tajau Mulia 87 Asri Mulya
28 Bati-bati 58 Gunung Mas 88 Sungai Baru
29 Padang 59 Batu Ampar
Zona 3, merupakan area yang diatasi dalam jangka menengah dengan pemilihan SPAL-
Terpusat Skala Kawasan. Wilayah-wilayah yang masuk ke dalam zona ini adalah kelurahan-
kelurahan yang memiliki kepadatan low urban menuju ke medium urban.
No Kelurahan
1 Sarang Halang
2 Angsau
3 Pelaihari
4 Karang Taruna
5 Pabahanan
Jumlah wilayah yang masuk ke dalam 3 (tiga) zonasi sistem sebanyak 116 kelurahan/desa,
sementara 21 desa lainnya dikategorikan sebagai wilayah/area yang diperbolehkan menggunakan
akses dasar.
Tabel berikut menjelaskan tahapan pengembangan air limbah domestik di Kabupaten Tanah Laut yang
didasarkan pada pengembangan secara bertahap (jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang).
78
Tabel 3.5
Tahapan pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Tanah Laut
Di sektor persampahan, target 85% akses layak terbagi menjadi 80% penanganan persampahan
yang berbasis TPA dengan sasaran adalah penduduk yang berada di kawasan perkotaan dan
perdesaan; dan 20% penanganan persampahan melalui pengurangan sebelum diangkut ke TPA
dengan sasaran adalah penduduk yang berada di kawasan perkotaan. Sedangkan target 15%
akses dasar berupa penanganan sampah mandiri hanya diperuntukkan bagi penduduk yang
berada di kawasan perdesaan
79
Tahapan pengembangan persampahan Kabupaten Tanah Laut dibagi menjadi wilayah
perkotaan dan perdesaan. Tabel dibawah menunjukkan persentase eksisting serta target jangka
pendek, menengah dan jangka panjang dari sistem penanganan persampahan eksisting dan
yang direncanakan. Berdasarkan Permen PUPR No. 03/PRT/M/2013 tentang penyelenggaraan
prasarana dan sarana persampahan dalam penganganan rumah tangga dan sampah sejenis
rumah tangga, sistem pengelolaan persampahan terbagi atas upaya pengurangan dan
penanganan.
Dalam perhitungan persentase capaian eksisting dan penentuan target pentahapan
pengembangan persampahan, terdapat tiga kondisi yang mungkin diterapkan yaitu :
1. Penanganan sampah mandiri
2. Penanganan sampah terangkut ke TPA
3. Penanganan sampah terangkut ke TPA dengan upaya pengurangan
Penanganan mandiri adalah sistem penanganan sampah yang dikelola mandiri oleh masyarakat
di wilayah perdesaan. Penangan ini hanya dapat diaplikasikan pada wilayah dengan kriteria
sebagai berikut:
Klasifikasi wilayah perdesaan
Kepadatan penduduk kurang dari 20 jiwa/hektar
Lokasi tidak berdekatan atau terjangkau dengan wilayah pelayanan persampahan
Adapun wilayah kelurahan atau desa dengan kriteria selain yang disebutkan di atas, maka akan
dilakukan penanganan persampahan dengan pengangkutan ke TPA. Sementara itu mengingat
adanya target pengurangan volume sampah sebanyak 20% di wilayah perkotaan, maka akan
dilaksanakan upaya pengurangan dengan pendekatan infrastruktur TPS 3R dan/atau TPST 3R.
Penerapan upaya pengurangan tersebut diterapkan pada wilayah klasifikasi perkotaan dengan
kepadatan penduduk tinggi.
Dalam menentukan tahapan pengembangan persampahan ada 2 faktor yang menjadi
indikator yaitu: tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial/CBD, permukiman, fasilitas umum,
terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Kedua kriteria tersebut sangat berhubungan dengan
aktivitas penghuninya yang akan mempengaruhi perhitungan jenis dan volume timbulan sampah.
Pengelolaan sampah di Kabupaten Tanah Laut ditangani oleh DPPLH dan pihak
kecamatan. Cakupan pelayanan pengelolaan sampah Kabupaten Tanah Laut sampai saat ini
telah melayani 11 kecamatan. Hal ini pun persebarannya tidak merata di semua desa, pelayanan
difokuskan pada area pusat perkotaan. Cakupan layanan terbanyak berada di Kelurahan Pelaihari
karena ini merupakan Ibukota Kabupaten Tanah Laut yang merupakan pusat CBD dan pusat
80
aktivitas permukiman, perdagangan dll. Selebihnya dikelola secara partisipasi masyarakat baik
secara dibakar, ditimbun, maupun dikelola dengan membentuk kelembagaan pengelolaan
sampah. Berdasarkan hasil pengisian profil sanitasi maka dihasilkan 3 (tiga) zona pengelolaan
persampahan yaitu :
1. Zona 1 merupakan area yang ditangani dengan akses dasar atau penanganan sampah
mandiri dan diaplikasikan pada wilayah perdesaan
No Kelurahan/Desa No Kelurahan/Desa
1 Kuala Tambangan 7 Tungkaran
2 Telaga Langsat 8 Pemuda
3 Kayu habang 9 Tanjung
4 Martadah 10 Jilatan
5 Kampung baru 11 Swarangan
6 Guntung besar 12 Riam adungan
81
No Kelurahan/Desa No Kelurahan/Desa No Kelurahan/Desa
19 Pegatan Besar 55 Gunung Raja 91 Muara Asam-asam
20 Tabanio 56 Pulau Sari 92 Asam Jaya
21 Sungai Bakau 57 Sungai Jelai 93 Asri Mulya
22 Raden 58 Sungai Pinang 94 Asam-asam
23 Maluka Baulin 59 Martadah Baru 95 Batalang
24 Bawah Layung 60 Sungai Riam 96 Sungai Baru
25 Tambak Karya 61 Sumber Mulya 97 Pandansari
26 Padang Luas 62 Tampang 98 Salaman
27 Tambak Sarinah 63 Bumi Jaya 99 Pasir Putih
28 Sarikandi 64 Atu-atu 100 Kintap kecil
29 Handil Negara 65 Telaga 101 Muara kintap
30 Kali Besar 66 Panjaratan 102 Bukit Mulia
31 Pantai Harapan 67 Panggung 103 Sumber Jaya
32 Sungai Rasau 68 Ujung Batu 104 Kebun Raya
33 Handil Maluka 69 Tirta Jaya 105 Mekar Sari
34 Handil Labuang 70 Galam 106 Sebamban Baru
Amas
35 Handil Suruk 71 Pamalongan 107 Sungai Cuka
36 Handil Gayam 72 Sungai Bakar 108 Bingkulu
No Kelurahan/Desa No Kelurahan/Desa
1 Kurau 9 Ambungan
2 Bati-bati 10 Panggung Baru
3 Tambang Ulang 11 Bajuin
4 Sarang Halang 12 Batu Ampar
5 Angsau 13 Jorong
6 Pelaihari 14 Kintapura
7 Karang Taruna 15 Kintap
8 Pabahanan
82
Tabel 3.9
Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Tanah Laut
Keterangan :
(1) Volume sampah yang tidak ditangani maupun tidak diangkut (dibakar, dbuang ke sungai dll)
(2) Volume sampah yang dikelola mandiri oleh masyarakat dengan cara ditimbun maupun dikompos
(3) Volume sampah yang masuk ke TPA
(4) Volume sampah yang tereduksi akibat pengolahan di fasilitas TPST, TPS 3R, bank sampah
Penanganan drainase difokuskan pada wilayah rawan genangan, yaitu wilayah Kelurahan/Desa
dengan skor risiko sanitasi sektor drainase tinggi (3) dan sangat tinggi (4). Mengacu pada target
akses universal, pada tahun 2019 (tahapan jangka pendek) ditargetkan terwujudnya
pengentasan genangan (lebih dari 30 cm selama 2 jam). Dengan demikian, penanganan
drainase perkotaan dilaksanakan hanya dalam 1 (satu) pentahapan yaitu tahap pengembangan
jangka pendek (n+2).
Pelayanan drainase di Kabupaten Tanah Laut masih terpusat di wilayah perkotaan yaitu
Kecamatan Pelaihari, sementara itu wilayah perdesaan membangun drainase yang sifatnya
drainase lingkungan yang terdanai oleh dana desa.
83
Tabel 3.10 Tahapan Pengembangan drainase perkotaan Kabupaten Tanah Laut
84
3.2.2 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN SANITASI
Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, maka ditetapkan tujuan dan sasaran
pembangunan sektor sanitasi di Kabupaten Tanah Laut untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan.
Tujuan merupakan pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi,
melaksanakan misi dan menangani isu strategis/permasalahan yang dihadapi. Sementara sasaran
dirumuskan untuk mencapai tujuan, merupakan target yang spesifik dan terukur, mudah dicapai dan
rasional untuk dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Perencanaan Untuk mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan strategis tersebut diperlukan perencanaan
mengenai cara atau langkah demi langkah yang perlu dilakukan, atau umum disebut sebagai strategi.
Pada bagian awal bab ini telah dijelaskan mengenai visi dan misi sanitasi Kabupaten Tanah
Laut, selain itu diperlukan penajaman dari visi dan misi tersebut yang dijabarkan menjadi tujuan
dan sasaran.
Tabel 3.11 Tujuan dan Sasaran Air Limbah
Tujuan Sasaran Data Dasar
Meningkatkan akses rumah tangga Menurunnya angka BABS dari BABS = 6,2%
terhadap pengelolaan air limbah 6,02% menjadi 0 % pada tahun
domestik yang aman dan memadai 2019
Berkurangnya angka rumah tangga Akses tidak layak = 26.85%
yang memilik akses dasar menjadi
akses layak dari 0,73% menjadi 0 %
di wilayah perkotaan dan 26,12%
menjadi 12.72% di wilayah
perdesaan pada tahun 2022
Berfungsinya sarana pengolahan IPLT = 1 (belum difungsikan)
lumpur tinja (IPLT) pada tahun 2018
Tersedianya regulasi tentang Perda air limbah = 0
pengolahan air limbah domestik
Meningkatnya peran swasta dan
masyarakat dalam pengelolaan air
limbah domestik
85
b) Persampahan
86
c) Drainase
Tabel 3.13 Tujuan dan Sasaran Drainase
Tabel 3.14 Skenario Pencapaian sasaran air limbah, persampahan dan drainase
Tahun
Komponen
2013 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Air Limbah Domestik
Akses Layak¹ 67.14 68% 70.91 72% 74% 76.13%
%
Akses Dasar² 26.85 23 % 20.36 15 % 7.5% 0%
% %
Persampahan
Akses Layak¹ 13.99% 30% 69% 75% 85% 95.66%
Akses Dasar² 0.08% 0.09% 1% 2% 3% 4.33
Drainase Perkotaan : Luas 7.6 7 5.8 4.8 3.2 2.4
Genangan
Angka di atas hanya untuk kepentingan ilustrasi. Tidak menggambarkan fakta maupun kondisi
sebenarnya. Tambahkan keterangan bahwa data n, n+2 (jangka pendek), dan n+5 (jangka menengah)
diambil dari Tabel Tahapan Pengembangan.
(1) Termasuk pada akses layak air limbah domestik adalah sistem penanganan air limbah domestik
yang telah sesuai dengan standar dan ketentuan sistem yang berlaku
(2) Termasuk pada akses dasar air limbah domestik adalah cubluk dan tangki septik yang tidak
memenuhi standar
(3) Termasuk pada akses layak persampahan perkotaan adalah sampah terproses 3R/TPST/Bank
Sampah dan sampah terangkut ke TPA. Akses layak persampahan perdesaan adalah sampah
terproses 3R/TPST/Bank Sampah, sampah terangkut ke TPA dan sampah dikelola mandiri oleh
masyarakat
87
(4) Termasuk pada akses dasar persampahan adalah sampah dikelola mandiri dengan cara
pengomposan dan penimbunan sampah, khusus untuk wilayah perdesaan
Tabel 3.16
Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan Di Kabupaten Tanah Laut
88
Tabel 3.17
Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab/Kota untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi
Sanitasi
89
BAB IV
STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
Perencanaan secara garis besar diartikan sebagai proses mendefinisikan tujuan organisasi,
membuat strategi untuk mencapai tujuan dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.
Perencanaan dibuat untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada. Strategi merupakan
langkah-langkah yang berisi program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi
pengelolaan sanitasi di didasarkan pada isu-isu strategis dan permasalahan yang saat ini dihadapi. Isu
strategis dan tantangan dalam pengelolaan sanitasi kabupaten ini tidak hanya mengenai masalah teknis,
tetapi juga terkait dengan aspek non teknis seperti aspek kebijakan daerah dan kelembagaan, keuangan,
komunikasi, keterlibatan pelaku bisnis, pemberdayaan masyarakat, aspek jender dan kemiskinan, serta
aspek monitoring dan evaluasi. Strategi pengelolaan sanitasi ini selanjutnya akan dijabarkan menjadi
program dan kegiatan.
Kondisi Kabupaten Tanah Laut saat ini menggambarkan bahwa masih terdapat rumah tangga
yang secara langsung membuang air limbah (grey water) ke halaman rumahnya maupun ke saluran
lingkungan, sedangkan untuk black water dilakukan dengan sistem pengelolaan setempat. Perilaku
masyarakat yang membuang air limbah mereka tanpa didahului dengan pengolahan, tidak tersedianya
regulasi lokal yang mengatur pengelolaan air limbah domestik permukiman, serta tidak adanya struktur
yang khusus mengelola air limbah domestik pada instansi teknis yang ditugaskan untuk menangani
pengelolaan sanitasi yang menyebabkan pengelolaan air limbah domestik belum tertangani secara
maksimal.
90
Limbah rumah tangga umumnya dibuang langsung ke genangan air yang merupakan dasar dari
rumah. Kendati sudah menggunakan septik tank, namun bagian dasarnya tidak kedap. Oleh karena itu
pengembangan IPAL untuk permukiman menjadi prioritas utama untuk dibangun disinergikan dengan
pemicuan dan kampanye stop BABS serta pengelolaan air limbah domestik tingkat rumah tangga.
Perkembangan ini tentunya memerlukan antisipasi pengelolaan agar tidak mencemari dan
menurunkan kualitas lingkungan, terutama air tanah dan air permukaan di Kabupaten Tanah Laut. Untuk
itu perlu disusun pentahapan pembangunan mulai dari jangka pendek, jangka menengah hingga
pembangunan jangka panjang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi pada masing-masing
kawasan.
Gambar 4.1 Posisi pengelolaan air limbah domestik Kabupaten Tanah Laut
Berdasarkan gambar diatas maka posisi pengelolaan air limbah berada pada posisi
pertumbuhan stabil dimana kondisi internalnya kuat dan memiliki banyak peluang yang bisa
dimanfaatkan. Strategi pengembangan air limbah domestik selama 5 tahun mendatang berdasarkan
91
dengan isu strategis yang ada saat ini serta kaitannya dengan tujuan dan sasaran pembangunan air
limbah domestik adalah sebagai berikut :
Strategi 1 dalam rangka meningkatkan kinerja pokja AMPL dalam menjalin kemitraan dengan
beberapa program sejenis yang mendukung pencapaian akses universal serta melakukan advokasi
ke stakeholder yang baik eksekutif maupun legislatif dalam mengeluarkan kebijakan pengelolaan air
limbah.
Tujuan : Meningkatkan akses rumah tangga terhadap pengelolaan air limbah domestik yang aman
dan memadai
Sasaran :
Strategi ini dimaksudkan untuk mengakses penganggaran baik yang bersumber dari pemerintah
maupun non pemerintah untuk mencapai akses universal 2019 dengan penyediaan infrastruktur
sanitasi yang layak.
Tujuan : Meningkatkan akses rumah tangga terhadap pengelolaan air limbah domestik yang aman
dan memadai
Sasaran :
Strategi 3 ini dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat agar terlibat aktif dalam pengelolaan
air limbah yang baik dengan memanfaatkan media lokal milik pemerintah maupun swasta.
92
Tujuan : Meningkatkan akses rumah tangga terhadap pengelolaan air limbah domestik yang aman
dan memadai
Sasaran :
1. Meningkatknya peran media lokal milik pemerintah maupun swasta dalam pengolahan air
limbah
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Tanah Laut berdasarkan gambar diatas berada pada posisi
pertumbuhan cepat. Strategi pengembangan persampahan selama 5 tahun mendatang sesuai dengan
isu strategis yang ada saat ini serta kaitannya dengan tujuan dan sasaran pembangunan persampahan
adalah sebagai berikut :
93
Strategi 1 ini dalam rangka meningkatkan kelengkapan produk hukum/NPSM sebagai landasan dan
acuan pelaksanaan pengelolaan persampahan seperti peraturan-peraturan daerah yang
mendukung pengelolaan persampahan.
Tujuan : Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
Tujuan : Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
Strategi 3 ini untuk menanamkan pemahaman pengelolaan sampah dan kesadaran masyarakat
akan upaya 3R dengan memanfaatkan media-media yang ada termasuk media milik pemerintah
Kabupaten Tanah Laut yaitu radio tuntung pandang maupun radio swasta
Tujuan : Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
Sasaran : Meningkatnya kualitas pengurangan sampah dari sumbernya melalui pola 3R dari
0.15% menjadi 3.7% pada wilayah perkotaan dan 0.53% menjadi 1 % di wilayah
perdesaan.
94
Strategi 4 : Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana sesuai daerah pelayanan
Strategi 4 ini dalam rangka mengurangi sampah yang tidak terproses dengan meningkatkan serta
mengoptimalkan sarana prasarana operasional pengelolaan sampah.
Tujuan : Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
Sasaran : Meningkatnya cakupan pelayanan pengangkutan sampah sebesar 91% pada tahun
2022.
Strategi 5 ini dalam rangka memaksimalkan dan meningkatkan pengelolaan TPA sehingga berfungsi
secara optimal .
Tujuan : Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
Sasaran : 1. Meningkatnya sistem operasional pengelolaan TPA dari control landfill menjadi
sanitary landfill tahun 2022.
95
4.3 DRAINASE PERKOTAAN
Strategi pengembangan drainase lingkungan selama 5 tahun mendatang sesuai dengan isu
strategis yang ada saat ini serta kaitannya dengan tujuan dan sasaran pembangunan drainase
lingkungan adalah sebagai berikut :
Strategi 1 : Mensinergikan program kegiatan penanganan sanitasi dengan program kegiatan yang
direncanakan melalui APBN, forum CSR dan APBD Prop maupun sumber dana
yang lain
Strategi 1 ini dalam rangka mendukung penyusunan masterplan drainase kabupaten serta peraturan
pengelolaan drainase yang terintegrasi sehingga mendukung kinerja Pemerintah Daerah dalam
penyelenggaraan pengelolaaan drainase secara keseluruhan sehingga diharapkan pengelolaan
drainase bisa berjalan dengan baik. Berkurangnya titik-titik genangan diawali dengan proses kajian
dimana pada tahun 2017 telah dilakukan review master plan drainase dan direncanakan hingga
tahun 2022 penyusunan beberapa kajian terkait genangan dan master plan kecamatan.
96
Strategi ini terkait dengan :
Tujuan : Membangun jaringan drainase perkotaan yang terkoneksi dan ramah lingkungan serta
berkelanjutan
Sasaran :
• Berkurangnya sisa luas genangan yang belum tertangani menjadi 5.8 ha pada tahun
2019
• Tersedianya regulasi yang mengatur pengelolaan drainase perkotaan
Strategi 2 : Mengoptimalkan sosialisasi dengan berbagai media elektronik secara
berkelanjutan terkait pemeliharaan drainase lingkungan yang terbangun
Strategi 2 ini dalam rangka memaksimalkan keterlibatan peran media-media yang ada di Kabupaten
Tanah Laut baik media milik swasta maupun pemerintah dalam melakukan pemeliharaan drainase
yang terbangun yang selama ini masih dilakukan oleh pemerintah.
Tujuan : Membangun jaringan drainase perkotaan yang terkoneksi dan ramah lingkungan serta
berkelanjutan
Sasaran : Berperannya media lokal baik swasta maupun pemerintah turut mempromosikan
pemeliharaan drainase yang terbangun
Strategi 3 ini dalam rangka meningkatkan kesadaran & membangun komitmen masyarakat untuk
memelihara drainase yang telah terbangun dengan menggerakkan kelompok-kelompok masyarakat,
karang taruna, RT & RW dimana perilaku masyarakat yang sering menjadikan drainase sebagai
tempat pembuangan sampah.
Tujuan : Membangun jaringan drainase perkotaan yang terkoneksi dan ramah lingkungan serta
berkelanjutan
Sasaran :
97
BAB V
KERANGKA KERJA LOGIS
Kerangka kerja logis atau KKL merupakan alur pikir penentuan kebijakan untuk menangani
permasalahan pembangunan sanitasi permukiman. KKL dapat digunakan sebagai alat untuk
menunjukkan hubungan logis secara berurutan serangkaian langkah dalam menentukan kebijakan
pembangunan sanitasi permukiman. Selain itu, KKL juga dapat digunakan sebagai alat untuk memeriksa
konsistensi output antar bab pada dokumen SSK.
Untuk dapat mengisi setiap kolom dalam KKL, perlu memperhatikan proses dan output
proses, serta penuangan output proses dalam setiap bab-nya. Misalnya: kolom permasalahan mendesak
terkait dengan proses 2 dan outputnya tertuang dalam subbab 2.4 perihal Area Beresiko dan
Permasalahan Mendesak; kolom Isu strategis terkait dengan proses tahap 2 dan outputnya tertuang
dalam lampiran 1.2.1 sampai 1.2.6 perihal studi EHRA dan kajian lainnya; kolom tujuan dan sasaran
bersumber dari proses tahap 3 dan outputnya tertuang dalam subbab 3.2.2 perihal tujuan dan sasaran
pembangunan sanitasi; dan seterusnya.
Berdasarkan perumusan permasalahan mendesak, akan dirumuskan isu-isu strategis.
Paparan isu strategis mencakup isu strategis aspek teknis maupun non teknis meliputi aspek kebijakan
daerah dan kelembagaan, keuangan, komunikasi, pemberdayaan masyarakat, aspek jender dan
kemiskinan.
Berikut disajikan kerangka kerja logis (KKL) untuk sektor air limbah, persampahan dan
drainase
98
5.1 Matriks KKL Pengelolaan Air Limbah Domestik
99
5.2 Matriks KKL Pengelolaan Persampahan
100
• Meningkatka karakteristik
n sampah
Produk yang Tersusunnya kelengkapan Program Penyusunan
mengatur regulasi produk Legislasi peraturan daerah
Persampahan pengelolaan hukum/NPS Daerah penyelenggaraan
belum efektif persampaha M sebagai persampahan
diterapkan n dalam landasan skala kabupaten
dan perlu bentuk dan acuan
perbaikan peraturan pelaksanaan
daerah pengelolaan
maupun persampaha
peraturan n
bupati
Belum ada Meningkat Pembentukan
pemisahan nya kinerja UPT
antara operator persampahan
regulator dan layanan
operator persampaha
dalam n dalam
penanganan bentuk UPTD
persampahan
101
5.3 Matriks KKL Pengelolaan Drainase
102
BAB VI
PROGRAM, KEGIATAN DAN
INDIKASI PENDANAAN SANITASI
6.1 RINGKASAN
Berikut ini ringkasan mengenai rekapitulasi total anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan
sanitasi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun yaitu tahun 2018-2022, baik berdasarkan sumber anggaran
(APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN, PHLN, swasta/CSR dan masyarakat) maupun jenis
kegiatan (air limbah, persampahan, drainase).
Untuk rekapitulasi anggaran sanitasi Kabupaten Tanah Laut berdasarkan sumber anggaran
(APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN, PHLN, swasta/CSR dan masyarakat) dapat dilihat pada
table 6.1. dan 6.2. dibawah ini.
Tabel 6.1
Rekapitulasi Indikasi kebutuhan Biaya Pengembangan sanitasi untuk 5 Tahun
Sumber : Matrik Program & Kegiatan Sanitasi Kabupaten Tanah Laut Tahun 2017
103
Tabel 6.2
Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi untuk 5 tahun per Sumber
Anggaran
Sumber : Matrik Program & Kegiatan Sanitasi Kabupaten Tanah Laut Tahun 2017
x Rp 1 juta
Tahun Anggaran
Total
No Uraian Kegiatan
2018 2019 2020 2021 2022 Anggaran
x Rp 1 juta
Tahun Anggaran
Total
No Uraian Kegiatan
2018 2019 2020 2021 2022 Anggaran
104
Tabel 6.5 Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan APBN
x Rp 1 juta
Tahun Anggaran
Total
No Uraian Kegiatan
2018 2019 2020 2021 2022 Anggaran
x Rp 1 juta
Tahun Anggaran
Total
No Uraian Kegiatan
2018 2019 2020 2021 2022 Anggaran
1 Air Limbah Domestik - 3.050 4.050 4.050 4.050 15.200
2 Persampahan - - - - - -
3 Drainase Perkotaan - - - - - -
JUMLAH - 3.050 4.050 4.050 4.050 15.200
Sumber : Matrik Program & Kegiatan Sanitasi Kabupaten Tanah Laut Tahun 2017
x Rp 1 juta
Tahun Anggaran
Total
No Uraian Kegiatan
2018 2019 2020 2021 2022 Anggaran
1 Air Limbah Domestik 2.664 10.164 12.664 15.164 14.269 54.925
2 Persampahan 75 225 225 300 300 1.125
3 Drainase Perkotaan - - - - - -
JUMLAH 2.739 10.389 12.889 15.464 14.569 56.050
Sumber : Matrik Program & Kegiatan Sanitasi Kabupaten Tanah Laut Tahun 2017
105
Tabel 6.8 Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Masyarakat
x Rp 1 juta
Tahun Anggaran
Total
No Uraian Kegiatan
2018 2019 2020 2021 2022 Anggaran
1 Air Limbah Domestik 200 460 760 960 1.433 3.823
2 Persampahan - - - - - -
3 Drainase Perkotaan - - - - - -
JUMLAH 200 460 760 960 1.433 3.823
Sumber : Matrik Program & Kegiatan Sanitasi Kabupaten Tanah Laut Tahun 2017
Funding-Gap merupakan selisih antara jumlah anggaran yang dibutuhkan dikurangi dengan jumlah dana
yang tersedia.Funding Gap terjadi bila jumlah anggaran yang dibutuhkan jauh lebih besar daripada yang
tersedia. Untuk rekapitulasi anggaran Funding Gap yang dibutuhkan untuk pembangunan sanitasi
Kabupaten Tanah Laut dalam jangka waktu 5 (lima) tahun yaitu tahun 2018 - 2022, dapat dilihat pada
tabel 6.9. dibawah ini.
Dari tabel 6.9. terlihat bahwa total daftar tunggu (funding gap) sebesar Rp.162.293 Milyar dan
prosentase gap antara daftar tunggu dan kebutuhan pendanaan sanitasi sebesar 60,2%.
106
BAB VII
MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN
SSK
107
1. Memverifikasi tingkat efektifitas dan efisiensi proses pelaksanaan kegiatan.
2. Mengidentifikasi capaian dan kelemahannya.
3. Menetapkan rekomendasi langkah perbaikan untuk mengoptimalkan pencapaian.
Sedangkan evaluasi bertujuan untuk menilai konsep, desain, pelaksanaan, dan manfaat
kegiatan dan program pembangunan sanitasi.
Hasil pemantauan dan evaluasi sangat penting sebagai umpan balik bagi pengambil
keputusan berkaitan:
1. Kemajuan relatif capaian strategis pembangunan sanitasi dengan dilaksanakannya kegiatan-
kegiatan pembangunan dalam kerangka kebijakan dan strategi yang disepakati.
2. Bentuk usaha peningkatkan kinerja dan akuntabilitas institusi dalam usaha pencapaian visi
pembangunan sanitasi.
3. Kelembagaan untuk pemantauan dan evaluasi sanitasi.
Kegiatan monitoring dan evaluasi capaian SSK sektor air limbah domestik dilakukan tiap tahun
sekali pada akhir tahun. Adapun format tabel capaian yang digunakan untuk mengisi capaian strategis,
yaitu sebagaimana ditampilkan pada tabel 7.1. sampai dengan 7.6. Capaian strategis ini memberikan
informasi rencana (indikasi investasi, output, dan outcome) dan realisasinya. Dengan demikian dari tabel
capaian strategis dapat diketahui perbandingan antara rencana dan realisasi kegiatan sektor air limbah
domestik.
108
Tabel 7.1 Capaian Strategis Air limbah 1
Tujuan : Meningkatkan akses rumah tangga terhadap pengelolaan air limbah domestik yang
aman dan memadai
Sasaran : Menurunnya angka BABS dari 6,2% menjadi 0 % pada tahun 2019
Program : Program Penyehatan Lingkungan
Kegiatan : Kampanye stop BABs
Pemicuan STBM
Pengadaan cetakan closet & gorong-gorong WC
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Outcome Indikasi
Investasi Output Output Outcome
(Jiwa) Investasi
(Rp. Jt)
Kampanye stop
1 250 1 Paket 348.552
BABS
Pengadaan cetakan
2 sarana closet & 500 1 Paket 348.552
gorong-gorong WC
3 Stimulan jamban
54.105 10.821 unit 348.552
sehat
4 Pemicuan STBM 100 3 Paket 348.552
5 Program seribu 4 pket 348.552
50
jamban sehat
6 Pelatihan wirausaha 1 pket 348.552
50
sanitasi
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
Dari tabel 7.1 terlihat untuk mencapai sasaran air limbah 1 membutuhkan anggaran total selama 5 tahun
sebesar Rp.55.055 Milyar
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Investasi Outcome Indikasi
Output Output Outcome
(jiwa) Investasi
( x juta)
109
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
Dari tabel 7.2 terlihat untuk mencapai sasaran air limbah 2 membutuhkan anggaran total selama 5 tahun
sebesar Rp.142.423 Milyar
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Investasi Outcome Indikasi
Output Output Outcome
(jiwa) Investasi
( x jt)
Rapat Koordinasi Pemerintah
Kab./Kota/Pokja AMPL,
1 Masyarakat dan Sumber 50 5 paket 348,552
Pendanaan Non-Pemerintah
untuk pendanaan Sanitasi di
Kab./Kota
2 Pembentukan lembaga 100 1 UPTD 348,552
pengelola IPLT
3 Pelatihan pengelola IPLT 30 1 paket 348,552
4 Pengadaan Truk Tinja 1.050 3 unit 348,552
5 Operasi dan Pemeliharaan 400 4 pket 348,552
IPLT
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
Dari tabel 7.3 terlihat untuk mencapai sasaran air limbah 3 membutuhkan anggaran total selama 5 tahun
sebesar Rp. 1.550 milyar.
110
Tabel 7.4 Capaian Strategis Air limbah 4
Tujuan : Meningkatkan akses rumah tangga terhadap pengelolaan air limbah domestik yang aman
dan memadai
Sasaran : Tersedianya regulasi tentang pengolahan air limbah domestik
Program : Program Legislasi daerah
Kegiatan : Penyusunan perda/perbup pengelolaan air limbah domestik
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Outcome Indikasi
Investasi Output Output Outcome
(jiwa) Investasi
(Rp. Jt)
Penyusunan Perda/perbup
1 Penyusunan Peraturan 200 1 paket 348,552
Pengelolaan Air Limbah
Domestik
Penyusunan Perda tentang
2 Akses Sumber Pendanaan 200 1 paket 348,552
Sanitasi dari sumber Non-
Pemerintah
Penyusunan Perda
3 Pengelolaan IPLT dan 200 1 paket 348,552
Kerjasama swasta
Penyusunan Perda
4 Pengelolaan SPALD-T Skala 200 1 pket 348,552
Kota
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
Dari tabel 7.4 terlihat untuk mencapai sasaran air limbah 4 membutuhkan anggaran total sebesar Rp. 800
jt.
111
Tabel 7.5. Capaian Strategis Air Limbah 5
Tujuan : Meningkatkan akses rumah tangga terhadap pengelolaan air limbah domestik yang
aman dan memadai
Sasaran : Meningkatnya peran media lokal milik pemerintah maupun swasta dalam pengelolaan
air limbah
Program : Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Kegiatan : Pembuatan video sanitasi
Talkshow pengelolaan air limbah domestik
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Outcome Indikasi
Investasi Output Output Outcome
(jiwa) Investasi
(Rp. Jt)
1 Pembuatan video sanitasi 50 1 paket 348,552
2 Talkshow pengelolaan air 10 5 pket 348,552
limbah
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
Dari tabel 7.5 terlihat untuk mencapai sasaran air limbah 5 membutuhkan anggaran total selama 5 tahun
sebesar Rp.60 jt.
112
113
Monitoring kegiatan infrastruktur sektor Air limbah domestik dilakukan tiap tahun pada akhir tahun. Monitoring kegiatan ini dapat menggunakan format tabel capaian
kegiatan sebagaimana ditampilkan pada Tabel 7.6. Dari Tabel capaian kegiatan dapat diketahui perbandingan antara rencana kegiatan dan realisasi kegiatannya.
Tabel 7.6. Infrastruktur dan Akses Air Limbah Kabupaten Tanah Laut
Dari tabel 7.6. dapat diketahui insfrastruktur rencana ada 4 kegiatan yaitu SPALD-S Individual, SPALD Terpusat Skala Permukiman, serta pengadaan Truk tinja.
Sedangkan realisasi akan diisi tiap tahun oleh Pokja AMPL saat tahap implementasi kegiatan air limbah domestik.
Tabel 7.7. Pelaporan Monev Implementasi SSK Sektor Air Limbah Kabupaten Tanah Laut
PenanggungJawab Pelaporan
Penanggung jawab utama monitoring dan evaluasi implementasi SSK sektor air limbah domestik
dilakukan oleh BAPPEDA Bidang Infrastruktur & Pengembangan Wilayah. Sedangkan pengumpul data,
dokumentasi, serta pengolah data adalah Dinas PU PR, Dinas Kesehatan, BPMPD, DPRKPLH. Laporan
hasil monitoring dan evaluasi disampaikan kepada Bupati Tanah Laut dan Kepala SKPD.
B. Sektor Persampahan
Kegiatan monitoring dan evaluasi capaian SSK sektor persampahan dilakukan tiap tahun sekali
pada akhir tahun. Adapun format tabel capaian yang digunakan untuk mengisi capaian strategis, yaitu
sebagaimana ditampilkan pada tabel 7.8.s/d 7.15. Capaian strategis ini memberikan informasi rencana
(indikasi investasi, output, dan outcome) dan realisasinya. Dengan demikian dari tabel capaian strategis
dapat diketahui perbandingan antara rencana dan realisasi kegiatan sektor persampahan.
114
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Outcome Indikasi
Investasi Output Output Outcome
(Jiwa) Investasi
(Rp. Jt)
Penyuluhan tentang
1 persampahan kepada 348,552
250 5 paket
masyarakat dan
kelompok masyarakat
Kampanye
2 pengurangan sampah 125 5 paket 348,552
dari sumbernya
Kampanye tatacara dan
3 gerakan pemilihan 125 5 paket 348,552
sampah dari sumbernya
Pembentukan Pokmas
4 baru ditingkat RT/RW 348,552
57 57 paket
tentang pengolahan
sampah
Pembentukan kader
5 warga peduli lingkungan 40 4 paket 348,552
di setiap kelurahan
Pelatihan 3R bagi
6 aparat pengelola 75 3 Paket 348,552
persampahan
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
Dari tabel 7.8. Terlihat untuk mencapai sasaran persampahan 1 membutuhkan anggaran selama 5 tahun
total sebesar Rp.350 jt.
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Outcome Indikasi
Investasi Output Output Outcome
(jiwa) Investasi
( x Jt)
Bank Sampah
1 Pembebasan lahan 450 348.552
2 Pembangunan Bank Sampah 2.250 348.552
3 Operasi dan Pemeliharaan 50 348.552
PEMBANGUNAN TEMPAT
PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU
(TPS 3R) SKALA KOTA
115
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Outcome Indikasi
Investasi Output Output Outcome
(jiwa) Investasi
( x Jt)
1 Penyusunan studi kelayakan 400 1 dok 2.800 KK
2 Penyusunan studi lingkungan 400 1 dok 2.800 KK
3 Sosialisasi rencana pembangunan
200 1 keg 2.800 KK
TPS 3R
4 Pembebasan lahan 1.400 Ha 2.800 KK
5 Penyusunan DED TPS 3R 400 1 dok 2.800 KK
6 Supervisi & Pembangunan TPS 3R 14.000 Unit 2.800 KK
7 Pembentukan kelembagaan
1.400 5 KSM 2.800 KK
pengelola TPS 3R
8 Pelatihan pengelola TPS 3R 400 5 keg 2.800 KK
9 Operasi dan Pemeliharaan TPS 3R 400 ls 2.800 KK
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
Dari tabel 7.9 terlihat untuk mencapai sasaran persampahan 2 membutuhkan anggaran selama 5 tahun
total sebesar Rp.26.620 Milyar.
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Investasi Output Outcome Indikasi
Output Outcome
(jiwa) Investasi
( x 1 Jt)
1 Pembangunan fasilitas 348,552
1.000 1 paket
penunjang TPA
2 Supervisi dan Pembangunan 150 1 keg 348,552
fasilitas penunjang TPA
3 Pembentukan kelembagaan 300 1 UPT 348,552
pengelolaan TPA
4 Pelatihan pengelolaan TPA 40 4 keg 348,552
Penyuluhan dan bimbingan
5 terhadap masyarakat di sekitar 40 4 keg 348,552
TPA Bakunci
6 Penyusunan Perda 200 1 dok 348,552
Pengelolaan TPA Bakunci
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
Dari tabel 7.10 terlihat untuk mencapai sasaran persampahan 3 membutuhkan anggaran selama 5 tahun
total sebesar Rp.1. 730 Milyar.
116
Tabel 7.11. Capaian Strategis Persampahan 4
Tujuan : Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengelolaan sampah yang ramah lingkungan
Sasaran : Meningkatnya cakupan pelayanan pengangkutan sampah sebesar 91,43 % pada
tahun 2022
Program : Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Kegiatan : Pembangunan TPS Biasa
Pengadaan kendaraan pengangkut sampah
Pengadaan alat angkut ke TPA
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Investasi Outcome Indikasi
Output Output Outcome
(jiwa) Investasi
( x 1 Jt)
1 Pembangunan TPS Biasa 3.822 182 unit 348,552
Kendaraan Pengangkut Sampah
2 Pengadaan gerobak sampah 100 50 unit 348,552
3 Pengadaan gerobak sampah 1.950 165 unit 348,552
bermotor (roda 3)
4 Pengadaan mobil pick up 1.020 8 unit 348,552
sampah
5 Pengadaan kontainer 2.000 50 unit 348,552
Alat angkut ke TPA
6 Pengadaan dump truck 5.700 16 unit 348,552
7 Pengadaan Compactor Truck 1.000 1 unit 348,552
8 Pengadaan Amroll Truck 1.500 1 unit 348,552
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
Dari tabel 7.11.terlihat untuk mencapai sasaran persampahan 4 membutuhkan anggaran selama 5 tahun
total sebesar Rp. 21.762 Milyar.
117
Tabel 7.12. Capaian Strategis Persampahan 5
Tujuan : Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengelolaan sampah yang ramah lingkungan
Sasaran : Tersedianya dokumen perencanaan persampahan yang komprehensif
Program : Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Kegiatan : Penyusunan Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) - (review
master plan persampahan)
Studi tentang kualitas dan kuantitas sampah Kab./Kota
Penyusunan Rencana Usaha (Business Plan) Persampahan
Studi Analisis karakteristik sampah
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Investasi Outcome Indikasi
Output Output Outcome
(jiwa) Investasi
( x Jt)
Penyusunan Perencanaan
Teknis dan Manajemen
1 Persampahan (PTMP) - 500 1 dokumen 348,552
(review master plan
persampahan)
2 Studi tentang kualitas dan 200 1 dokumen 348,552
kuantitas sampah Kab./Kota
3 Penyusunan Rencana Usaha 200 1 dokumen 348,552
(Business Plan) Persampahan
4 Studi Analisis karakteristik 200 1 dokumen 348,552
sampah
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
Dari tabel 7.12. Terlihat untuk mencapai sasaran persampahan 5 membutuhkan anggaran selama 5 tahun
total sebesar Rp.1.1 Milyar.
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Investasi Output Outcome Indikasi
Output Outcome
(jiwa) Investasi
( x Jt)
1 Penyusunan Perda
200 1 paket 348,552
Pengelolaan Persampahan
Penyusunan Kebijakan
2 Kerjasama Pengelolaan 200 1 paket 348,552
Persampahan
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
118
Dari tabel 7.13.terlihat untuk mencapai sasaran persampahan 6 membutuhkan anggaran selama 5 tahun
total sebesar Rp.400 jt.
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Investasi Output Outcome Indikasi
Output Outcome
(jiwa) Investasi
( x Jt)
1 Pembentukan Lembaga 348,552
300 UPTD
Pengelola TPA
Pembentukan Lembaga
2 Pengelola layanan 20 UPTD 348,552
persampahan
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
Dari tabel 7.14. Terlihat untuk mencapai sasaran persampahan 7 membutuhkan anggaran selama 5 tahun
total sebesar Rp. 320 jt.
119
120
Monitoring kegiatan infrastruktur dan akses persampahan dilakukan tiap tahun pada akhir tahun. Monitoring kegiatan ini dapat menggunakan format tabel capaian kegiatan
sebagaimana ditampilkan pada Tabel 7.15. Dari Tabel infrastruktur dan akses persampahan dapat diketahui perbandingan antara rencana dan realisasi kegiatan infrastruktur.
Tabel 7.15. Infrastruktur dan Akses Persampahan Kabupaten Tanah Laut
Dari tabel 7.16. dapat diketahui bahwa penanggung jawab utama monitoring dan evaluasi implementasi
SSK sektor persampahan dilakukan oleh Bappeda. Sedangkan pengumpul data, dokumentasi, serta
pengolah data adalah Dinas PU PR, DPRKPLH, Dinas Kesehatan, BPMPD. Laporan hasil monitoring dan
evaluasi diberikan/disampaikan kepada Bupati Kabupaten Tanah Laut dan Kepala SKPD terkait.
C. Sektor Drainase
Kegiatan monitoring dan evaluasi capaian SSK sektor drainase dilakukan tiap tahun sekali pada
akhir tahun. Adapun format tabel capaian yang digunakan untuk mengisi capaian strategis, yaitu
sebagaimana ditampilkan pada tabel 7.17 s/d 7.21. Capaian strategis ini memberikan informasi rencana
(indikasi investasi, output, dan outcome) dan realisasinya. Dengan demikian dari tabel capaian strategis
dapat diketahui perbandingan antara rencana dan realisasi kegiatan sektor drainase.
Tujuan : Membangun jaringan drainase perkotaan yang terkoneksi dan ramah lingkungan serta
berkelanjutan
Sasaran : Berkurangnya sisa luas genangan yang belum tertangani menjadi 5.8 ha pada tahun
2019
Program : Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong
Program Peningkatan dan Pemeliharaan Drainase
Kegiatan : Pembangunan drainase sekunder
Pembangunan drainase tertier
Pemeliharaan saluran drainase
Penyusunan master plan dan data base drainase
121
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Investasi Output Outcome Indikasi
Output Outcome
(jiwa) Investasi
( x Jt)
Penyusunan data base sistem
1 drainase kota/kawasan 300 1 dok 348,552
permukiman
Studi kelayakan system
2 drainase perkotaan/kawasan 200 1 dok 348,552
permukiman
3 Penyusunan studi genangan 350 1 dok 348,552
4 Penyusunan master plan Kec. 200 1 dok 46.676
Bati-bati
5 Penyusunan master plan Kec. 50 1 dok 45.856
Kintap
6 Penyusunan master plan Kec. 50 1 dok 33.096
Takisung
7 Penyusunan master plan Kec. 200 1 dok 33.756
Jorong
8 Penyusunan master plan Kec. 200 1 dok 14.932
Bajuin
9 Penyusunan master plan Kec. 200 1 dok 18.052
Tambang Ulang
10 Penyusunan master plan Kec. 200 1 dok 28.908
Panyipatan
11 Penyusunan master plan Kec. 200 1 dok 15.120
Kurau
12 Penyusunan master plan Kec. 200 1 dok 26.328
Batu Ampar
13 Pembangunan saluran drainse 1.600 2.200 70.608
sekunder
14 Pembangunan saluran drainse 480 5 pket 70.608
tertier
15 Pembangunan sistem jaringan 2.500 1 pket 70.608
drainase perkotaan Pelaihari
Supervisi Pembangunan
16 sistem jaringan drainase 50 1 pket 70.608
perkotaan Pelaihari
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
Dari tabel 7.17. Terlihat untuk mencapai sasaran drainase 1 membutuhkan anggaran selama 5 tahun total
sebesar Rp.6. 980 M.
Tujuan : Membangun jaringan drainase perkotaan yang terkoneksi dan ramah lingkungan serta
berkelanjutan
Sasaran : Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam melakukan pemeliharaan drainase
Program : Program
Kegiatan : Pembentukan lembaga pengelola drainase skala kota
Pembentukan pokmas pengelola drainase mandiri
122
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Investasi Output Outcome Indikasi
Output Outcome
(jiwa) Investasi
(x Jt)
Pembentukan Lembaga
1 Pengelola Sistem Drainase 100 UPT 348,552
Skala Kab./Kota
Pembentukan Kelompok
2 Masyarakat Pengelola Sistem 20 1 keg 12.884
Drainase Lingkungan Mandiri
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
Dari tabel 7.18. Terlihat untuk mencapai sasaran drainase 2 membutuhkan anggaran selama 5 tahun total
sebesar Rp. 120 jt.
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Investasi Output Outcome Indikasi
Output Outcome
(jiwa) Investasi
( x Jt)
1 Sosialisasi perda pengelolaan 348,552
50 1 keg
drainase
2 Himbauan pemeliharaan 50 1 keg 348,552
drainase
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
Dari tabel 7.19. Terlihat untuk mencapai sasaran drainase 3 membutuhkan anggaran selama 5 tahun total
sebesar Rp. 100 jt.
123
Rencana Realisasi
Indikasi
No Sub Kegiatan Investasi Output Outcome Indikasi
Output Outcome
(jiwa) Investasi
( x Jt)
1 Bantek Raperda Pengeloaan 348,552
300 1 dok
Drainase
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
Dari tabel 7.20. Terlihat untuk mencapai sasaran drainase 4 membutuhkan anggaran selama 5 tahun total
sebesar Rp. 100 jt.
124
125
Monitoring kegiatan infrastruktur dan akses sektor drainase dilakukan tiap tahun pada akhir tahun. Monitoring kegiatan
infrastruktur dan akses sektor drainase ini dapat menggunakan format tabel capaian kegiatan sebagaimana ditampilkan pada
Tabel 7.21.
Tabel 7.21. Infrastruktur dan Akses Drainase Kabupaten Tanah Laut
BAPPEDA
Bupati&
Tabel Capaian Infrastruktur & Dinas PU PR Dinas PU PR Okt-Des tahun
Kepala
Strategis Pengembangan DPRKPLH DPRKPLH berjalan
SKPD
Wilayah
BAPPEDA Dinas PU PR Dinas PU PR
DPRKPLH DPRKPLH Bupati&
Tabel Infrastruktur Infrastruktur & Okt-Des tahun
Kepala
dan Akses Pengembangan berjalan
SKPD
Wilayah
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut 2017
Dari tabel 7.2. Dapat diketahui penanggung jawab monitoring dan evaluasi implementasi SSK sektor
drainase dilakukan oleh Bappeda. Sedangkan pengumpul data, dokumentasi, serta pengolah data adalah
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, DPRKPLH, BPMPD. Laporan hasil Monitoring dan evaluasi
diberikan/disampaikan kepada Bupati Tanah Laut dan Kepala SKPD terkait.
Untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi tiap sektor perlu disusun jadwal monev tiap tahun agar bisa
terlaksana dengan baik. Jadwal monitoring dan evaluasi sanitasi Kabupaten Tanah Laut disajikan pada
Tabel 7.23. berikut:
Tabel 7.23. Jadwal Monitoring dan Evaluasi Sanitasi Kabupaten Tanah Laut
Rencana Monev
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1 Pelatihan Nawasis
2 Input Menu Progres
3 Input Menu
Infrastruktur
4 Input Menu Investasi
5 Input Menu Akses
Sumber: Hasil Analisa Pokja AMPL Kabupaten Tanah Laut
Dari tabel 7.23. Dapat diketahui kegiatan dimulai bulan Maret yaitu pelatihan Nawasis dan diikuti kegiatan
lainnya sampai dengan bulan Desember.
126
KAJIAN STRUKTUR ORGANISASI DAERAH
Berikut ini adalah Struktur Organisasi Perangkat Daerah yang Terlibat dalam pengelolaan Sanitasi
BUPATI
WAKIL BUPATI
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN
FASILITASI SUB BAGIAN LAYANAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN TATA
SUB BAGIAN OTONOMI PEMBENTUKAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SOSIAL SUB BAGIAN UMUM
PENGEMBANGAN PENGADAAN SECARA HUBUNGAN USAHA DAN
DAERAH PRODUK HUKUM KELEMBAGAAN DAN KEBUDAYAAN DAN RUMAH TANGGA
POTENSI ELEKTRONIK (LPSE) MASYARAKAT KEPEGAWAIAN
DAERAH
PEREKONOMIAN
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN SUB BAGIAN BINA SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN
BANTUAN HUKUM DAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN
ADMINISTRASI BADAN USAHA MILIK PENDIDIKAN DAN PENGADAAN BARANG PERENCANAAN DAN
HAK ASASI MANUSIA TATA LAKSANA PEMBERITAAN PERLENGKAPAN
PEMERINTAHAN DAERAH (BUMD) AGAMA DAN JASA KEUANGAN
(HAM)
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN SUB BAGIAN
SUB BAGIAN SUB BAGIAN MONITORING DAN
SUB BAGIAN ANALISIS KEMASYARAKATAN PEMBINAAN SUB BAGIAN
KERJASAMA DOKUMENTASI DAN EVALUASI
JABATAN DAN KESEJAHTERAAN KOMPETENSI DAN KEPROTOKOLAN
PEMERINTAHAN INFORMASI HUKUM PEREKONOMIAN
RAKYAT EVALUASI PELAPORAN
PEMBANGUNAN
H. BAMBANG ALAMSYAH
Gambar 2. Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tanah Laut
Sumber: Ortala, 2017
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI NOMOR : 68 TAHUN 2016
TANGGAL : 14 DESEMBER 2016
DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG DAN PERTANAHAN
KELOMPOK
JABATAN SEKRETARIAT
FUNGSIONAL
SEKSI PENINGKATAN,
SEKSI PENGATURAN TANAH
SEKSI OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAN
SEKSI TATA BANGUNAN SEKSI PEMANFAATAN TATA RUANG PEMERINTAH DAN FASILITAS UMUM
PEMELIHARAAN PENGAIRAN PENGAWASAN JALAN DAN
JEMBATAN
UPT DINAS
ttd
H. BAMBANG ALAMSYAH
Gambar 3. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang Kabupaten Tanah Laut
Sumber: Ortala, 2017
DINAS KESEHATAN
KELOMPOK
JABATAN SEKRETARIAT
FUNGSIONAL
UPT DINAS
H. BAMBANG ALAMSYAH
Gambar 4. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut
KELOMPOK
JABATAN SEKRETARIAT
FUNGSIONAL
SEKSI PEMANFAATAN DAN SEKSI PERTAMANAN DAN RUANG SEKSI KAJIAN DAMPAK SEKSI PENEGAKAN HUKUM
SEKSI PENCEMARAN LINGKUNGAN
PENGAWASAN PERUMAHAN TERBUKA HIJAU LINGKUNGAN LINGKUNGAN HIDUP
RAKYAT, KAWASAN
PERMUKIMAN
UPT DINAS
H. BAMBANG ALAMSYAH
Gambar 5. Struktur Organisasi Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Tanah Laut
Studi penilaian risiko kesehatan lingkungan (EHRA) adalah sebuah studi partisipatif di
kabupaten untuk memahami kondisi fasilitasi sanitasi dan higienitas serta perilaku-perilaku
masyarakat skala rumah tangga.
Studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, seperti :
1. Mendapatkan gambaran kondi-si fasilitas sanita-si & perilaku yg beresiko thd. Ke-
sehatan Lingkungan
2. Memberikan advokasi kepada pemangku kepentingan dan masyarakat akan pentingnya
layanan sanitasi
3. Menyediakan informasi dasar yang valid dlm. Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan
4. Data EHRA representatif utk penentuan area beresiko di tingkat desa/kelurahan
5. Menjadi rujukan bersama mengenai indikator sanitasi
6. Menjadi masukan Pemutakhiran dokumen SSK
A. AIR LIMBAH
89.50%
100.00%
3.30%
0.00% 0.20%3.30%
0.50%
0.00%
1.10%
2.00%
0.00%
1.6%
11.4% 7.5%
28.6% 33.3%
95.1% 88.7%
82.9%
71.4% 66.7%
0.9%
0.9%
2.9%
2.9% 3.3%
0% 1.9%
0 1 2 3 TOTAL
100%
90%
80%
70% 66.7
60% 91.7
100.0 100.0 100.0
50%
40%
30%
20% 33.3
10% 8.3
0%
.0 Grafik Persentase
.0 Tangki Suspek
.0 Aman dan Tidak Aman
0 1 2 3 Total
100%
90% 28.8
80%
70%
60% 87.5 86.3
96.7 99.2
50%
40% 71.3
30%
20%
10% 12.5 13.8
3.3 .8
0%
0 1 2 3 Total
B. PERSAMPAHAN
15.00%
Dibuang ke sungai/kali/laut/danau
Dibiarkan saja sampai membusuk
Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk
Grafik Perilaku Pemilahan Sampah Oleh Rumah Tangga
100%
80%
61%
40%
39%
20%
13% 17%
10% 8.20%
0%
0 1 2 3 Total
C. DRAINASE
100% 5.4
.4 2.5
1.5 2.5 2.8
.3
2.5
2.9 9.0 15.0 10.8
80%
60% 100.0 55.0
91.3 87.0 83.6
40%
20% 27.5
0%
0 1 2 3 Total
100%
90%
80%
70%
85.7 84.6 79.3 81.9
60%
50%
40%
30%
20%
14.3 15.4 20.7 18.1
10%
.0
0%
0 1 2 3 Total
Ya Tidak
100% 16.7
20.0
80% 16.7
20.0
60%
100.0
40% 66.7
60.0
20%
0%
0 1 2 3 Total
Lainnya 3.1%
44.0%
56.0%
Ya Tidak ada
Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga
D. PHBS
9.4
90.6
Ya Tidak
Grafik Waktu Melakukan CTPS
Kajian Peran serta Swasta dalam Penyediaan Layanan Sanitasi (Sanitation Supply
Assessment) dibutuhkan untuk mengetahui dengan jelas peta dan potensi peran swasta dalam
penyediaan layanan sanitasi di Kabupaten/Kota. Penyedia layanan sanitasi mencakup beberapa
stakeholder, diantaranya: (i) Pemerintah, (ii) Dunia Usaha terkait sanitasi, (iii) LSM/KSM terkait
sanitasi, dan (iv) Dunia usaha pada umumnya.
Dalam kajian ini lebih difokuskan untuk penyedia layanan selain pemerintah. Lingkup
peran swasta sebagai penyedia layanan mencakup di antaranya: pengoperasian TPA sampah,
kontrak pekerjaan penyapuan jalan protokol dan pengangkutan sampah, jasa penyedotan
lumpur tinja dari tangki septik, pengelolaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT),
pengelolaan atau daur ulang sampah 3R, pengadaan sarana dan prasarana sanitasi, dan lain-
lain.
Hasil dari kajian ini diharapkan dapat menggambarkan peta peran swasta dalam
penyediaan layanan sanitasi, pembelajaran yang dapat diambil serta potensinya dalam
pembangunan sanitasi di
Kabupaten/Kota. Hal lain yang lebih penting adalah pada saat pelaksanaan kajian juga
hendaknya terjadi proses advokasi kepada para responden. Selanjutnya dari hasil advokasi
tersebut diharapkan
ada tindak lanjut berupa usaha penggalangan sinergi atau partisipasi antara para penyedia
layanan sanitasi tersebut dengan pihak pemerintah serta ada peluang pendanaan dalam
pembangunan sanitasi.
Peran swasta dalam penyedia layanan air limbah domestik
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI/KEGIATAN PEMERINTAH
SWASTA MASYARAKAT
KABUPATEN
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan air limbah
domestik skala kabupaten/kota √ - -
KETERSEDIAA PELAKSANAAN
N
BELUM TIDAK
EFEKTIF EFEKTI EFEKTI
SUBSTANSI PERATURAN
TIDAK DILAK F F
ADA KET
ADA SANAKA DILAKS DILAKS
N ANAKA ANAKA
N N
AIR LIMBAH DOMESTIK
Target capaian pelayanan
pengelolaan air limbah domestik
di Kabupaten/Kota
dalam memberdayakan √
masyarakat dan badan usaha
dalam pengelolaan air limbah
domestik
Kewajiban dan sanksi bagi
Pemerintah Kabupaten/Kota
√
dalam penyediaan layanan
pengelolaan air limbah domestik
Kewajiban dan sanksi bagi
Pemerintah Kabupaten/Kota
Dalam memberdayakan
√
masyarakat dan badan usaha
dalam pengelolaan air
limbah domestik
Kewajiban dan sanksi bagi
masyarakat dan atau pengembang
untuk
√
menyediakansarana
pengelolaan air limbah domestik
di hunian rumah
Kewajiban dan sanksi bagi
industri rumah tangga untuk
menyediakan sarana √
pengelolaan air limbah domestik
di tempat usaha
Kewajiban dan sanksi bagi kantor
untuk
Menyediakan sarana pengelolaan √
air limbah domestik di tempat
usaha
Kewajiban penyedotan air
limbah domestik untuk
masyarakat, industri rumah √
tangga, dan kantor pemilik
tangki septik
Retribusi penyedotan air
√
limbah domestik
Tatacara perizinan untuk kegiatan
pembuangan air
limbah domestic bagi kegiatan √
permukiman, usaha rumah
tangga, dan perkantoran
KETERSEDIAA PELAKSANAAN
N
BELUM TIDAK
EFEKTIF EFEKTI EFEKTI
SUBSTANSI PERATURAN
TIDAK DILAK F F
ADA KET
ADA SANAKA DILAKS DILAKS
N ANAKA ANAKA
N N
Peluang keterlibatan
swasta dalam pengelolaan air √
limbah domestik
Kewajiban dan sanksi bagi swasta
dalam pengelolaan air √
limbah domestik
Layanan Pemerintah
Kabupaten bagi masyarakat
√
yang tidak mampu dalam
pengelolaan air limbah domestik
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI/KEGIATAN
PEMERINTAH SWASTA MASYARAKAT
KABUPATEN
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan sampah
√ - -
skala kabupaten/kota,
Menyusun rencana program persampahan
√ - -
dalam rangka pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program
persampahan dalam rangka pencapaian √ - -
target
PENGADAAN SARANA
Menyediakan sarana pewadahan sampah
√ √ -
di sumber sampah
Menyediakan sarana pengumpulan
(pengumpulan dari sumber sampah ke √ - -
TPS)
Membangun sarana Tempat
√ - -
Penampungan Sementara (TPS)
Membangun sarana pengangkutan
sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan √ - -
Akhir (TPA)
Membangun sarana TPA √ - -
Menyediakan sarana pengolahan sampah
√ - -
(komposting, pembangkitan listrik dll)
PENGELOLAAN
Mengumpulkan sampah dari sumber ke √ - √
TPS
Mengelola sampah di TPS √ - -
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI/KEGIATAN
PEMERINTAH SWASTA MASYARAKAT
KABUPATEN
Mengangkut sampah dari TPS ke TPA √ - -
Mengelola TPA √ - -
Melakukan pemilahan sampah √ - √
Melakukan penarikan retribusi sampah - -
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Mengatur prosedur penyediaan layanan
sampah (jam pengangkutan, personil, √ - -
peralatan, dll)
Melakukan sosialisasi peraturan, dan
pembinaan dalam hal pengelolaan √ - -
sampah
Memberikan sanksi/teguran terhadap
pelanggaran √ - -
pengelolaan sampah
MONITORING DAN EVALUASI
Melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap capaian target pengelolaan √ - -
sampah skala Kabupaten/Kota
Melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap kapasitas infrastruktur sarana √ - -
pengelolaan persampahan
Melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap efektivitas layanan
persampahan, dan atau menampung √ - -
serta mengelola keluhan atas layanan
persampahan
Tabel Peraturan Persampahan Kabupaten Tanah laut
KETERSEDIAAN PELAKSANAAN
BELUM TIDAK
EFEKTI
EFEKTI EFEKTI KET
F
SUBSTANSI PERATURAN TIDAK F F ERA
ADA DILAKS
ADA DILAKS DILAKS NG
ANAKA
ANAKA ANAKA AN
N
N N
PERSAMPAHAN
Target capaian pelayanan
Pengelolaan persampahan di √
Kabupaten/Kota Ini
Kewajiban dan sanksi bagi
Pemerintah Kabupaten/Kota
Dalam menyediakan √
Layanan pengelolaan
Sampah
Kewajiban dan sanksi bagi
Pemerintah Kabupaten/Kota
Dalam memberdayakan
√
masyarakat dan badan usaha
dalam pengelolaan
sampah
Kewajiban dan sanksi bagi Ada.
masyarakat untuk mengurangi Peratur
sampah, menyediakan tempat an
sampah di hunian rumah, Daerah
dan membuang ke TPS No.
Kewajiban dan sanksi bagi kantor /
unit usaha di
Kawasan komersial /
fasilitas sosial / fasilitas umum √
untuk mengurangi sampah,
menyediakan tempat sampah,
dan membuang ke TPS
Pengumpulan sampah dari
sumber ke TPS, dari TPS ke TPA,
pengelolaan di
√
TPA, dan pengaturan waktu
Pengangkutan sampah dari TPS ke
TPA
Kerjasama pemerintah
Kabupaten/Kota dengan swasta
√
atau pihak lain dalam
pengelolaansampah
Retribusi sampah atau kebersihan √
Pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan drainase perkotaan
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI/KEGIATAN PEMERINTAH
SWASTA MASYARAKAT
KABUPATEN
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan drainase
√ - -
perkotaan skala kabupaten
Menyusun rencana program
drainase perkotaan dalam rangka √ - -
pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program
drainase perkotaan dalam rangka √ - -
pencapaian target
PENGADAAN SARANA
Menyediakan sarana drainase perkotaan √ - -
PENGELOLAAN
Membersihkan saluran drainase perkotaan √ - -
Memperbaiki saluran drainase perkotaan √ - -
yang rusak
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas √ - -
teknis bangunan (saluran drainase
perkotaan) dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
Menyediakan advise planning untuk
pengembangan kawasan permukiman,
√ - -
termasuk penataan drainase
perkotaan di wilayah yang akan dibangun
Memastikan integrasi sistem drainase
perkotaan (sekunder) dengan sistem √ - -
drainase sekunder dan Primer
Melakukan sosialisasi peraturan, dan
pembinaan dalam hal pengelolaan drainase √ - -
perkotaan
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran
- - -
pengelolaan drainase perkotaan
MONITORING DAN EVALUASI
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
capaian target pengelolaan drainase √ - -
perkotaan skala Kabupaten/Kota
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan √ - -
drainase perkotaan
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
efektivitas layanan drainase perkotaan, dan
√ - -
atau menampung serta mengelola keluhan
atas kemacetan fungsi drainase perkotaan
Tabel Peraturan drainase perkotaan Kabupaten Tanah Laut
KETERSEDIAAN PELAKSANAAN
TIDAK
EFEKTI
BELUM EFEKTI KET
F
SUBSTANSI PERATURAN TIDAK EFEKTIF F ERA
ADA DILAKS
ADA DILAKS DILAKS NG
ANAKA
ANAKAN ANAKA AN
N
N
DRAINASE PERKOTAAN
Target capaian pelayanan
Pengelolaan drainase perkotaan √
di Kabupaten/Kota ini
Kewajiban dan sanksi bagi
Pemerintah Kabupaten/Kota
√
Dalam menyediakan drainase
perkotaan
Kewajiban dan sanksi bagi
Pemerintah Kabupaten/Kota
Dalam memberdayakan √
masyarakat dalam pengelolaan
drainase perkotaan
Kewajiban dan sanksi bagi
masyarakat dan atau
pengembang untuk
menyediakan sarana drainase √
perkotaan, dan
menghubungkannya dengan
sistem drainase sekunder
Kewajiban dan sanksi bagi
masyarakat untuk memelihara
sarana drainase perkotaan √
sebagai saluran pematusan air
hujan
KAJIAN KOMUNIKASI DAN MEDIA
Kajian Komunikasi dan Pemetaan Media merupakan upaya pengumpulan dan analisis
data primer dan sekunder untuk mendapatkan gambaran tingkat komunikasi di antara
stakeholder dan peta media terkait pembangunan sanitasi.
Kajian ini diperlukan untuk menyusun Strategi Kampanye dan Komunikasi, disamping
juga bermanfaat sebagai sarana advokasi program pembangunan sanitasi di Kabupaten/Kota
untuk stakeholder kunci, yakni pemerintah dan media massa. Identifikasi yang tepat tentang
pengalaman dan kapasitas Kabupaten/Kota dalam menjalankan kampanye/pemasaran sanitasi
serta sejauh mana pemahaman mereka mengetahui peran media massa dalam mendukung
pembangunan sanitasi, akan menentukan kualitas kajian ini. Karena itu informasi yang diperoleh
dari kajian ini harus lengkap dan dapat dipercaya, mencakup beragam media: cetak, audio-
visual, luar ruang, internet.
Pada akhirnya kajian ini harus mampu mengidentifikasi media yang efektif dan efisien
dalam menjangkau target yang dituju. Hanya dengan cara demikian, kajian ini dapat membantu
Kabupaten/Kota menyusun perencanaan media yang baik.
IFAS 1. Adanya dokumen Rencana Pembangunan Jangka 1. Kabupaten Tanah Laut memiliki forum CSR yang
Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Tata Ruang menjadi wadah bagi perusahaan-perusahaan.
2. Ada program NUSANTARA SEHAT
Wilayah (RTRW).
3. Adanya program KOTA SEHAT dan program
2. Di Kabupaten Tanah Laut telah dibentuk pokja AMPL
3. Kabupaten Tanah Laut telah memperoleh layanan KOTAKU yang mendukung pencapaian Universal
Sanimas/SLBM Access
4. Ada surat edaran Bupati tentang pemanfaatan dana desa 4. Tersedia sumber-sumber potensial pendanaan
untuk pembangunan sanitasi sanitasi alternatif (pendanaan bersumber dari
5. Ada peluang pendanaan dari APBN berupa DAK dan APBD
CSR/swasta)
Provinsi serta dana desa berupa dana bantuan keuangan 5. Ada pertemuan rutin dengan pihak swasta
6. Sebagian geografi daerah Kabupaten Tanah Laut
dan dana satker provinsi untuk pembangunan sanitasi
6. Kabupaten Tanah Laut memiliki 1 unit IPLT (Instalasi sesuai untuk tipikal sistem sanitasi yang layak
Pengolahan Lumpur Tinja)
7. Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memiliki media lokal
yang dapat dijadikan wadah/media untuk melakukan
kampanye maupun promosi terkait perlaku BABS
8. Telah ada master plan air limbah
9. Sosialisasi pengelolaan air limbah telah dilaksanakan di
setiap puskemas hingga tingkat desa
10. Adanya sanitarian puskesmas yang bekerjasama dengan
TNI dan masyarakat dalam pembuatan closet
EFAS
PELUANG (O) STRATEGI S-O STRATEGI W-O
1. Mendorong sinergitas antar program dalam mendukung 1. Memaksimalkan peran pokja AMPL untuk
pencapaian Universal Access melakukan advokasi serta meningkatkan peran
2. Memaksimalkan dokumen master plan air limbah sebagai
serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah
acuan dalam penanganan area yang merupakan prioritas 2. Mendorong ketersediaan regulasi/aturan yang
dan dokumen tersebut dapat dijadikan readiness criteria terkait dengan pengelolaan air limbah dan
dalam pengajuan program kegiatan pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Memanfaatkan dukungan pendanaan alternative yang ada 3. Mengoptimalkan akses pendanaan untuk
di pihak pemerintah maupun swasta sehingga target 80% pembangunan sarana sanitasi yang sesuai SPM
akses layak dapat diwujudkan
4. Menggalang kerjasama antara pihak pemerintah maupun
swasta dalam me
ANCAMAN (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T
1. Mengoptimalkan sosialisasi dan kampanye/promosi stop 1. Melakukan advokasi dengan stakeholder maupun
1. Lembaga yang menangangi air limbah dalam proses
BABS melalui media yang ada di kabupaten serta pihak propinsi untuk menyelesaikan serah terima
pembentukannya cukup panjang
gerakan pemicuan stop BABS hingga tingkat desa pengelolaan IPLT
2. Kepedulian masyarakat dalam menjaga fasilitas yang
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
terbangun masih kurang
pentingnya pengelolaan air limbah domestik
3. Masyarakat belum memahami sepenuhnya pentingnya
dengan menggunakan sarana sanitasi yang
pengelolaan air limbah domestik
4. Masih terdapat 26,8% masyarakat yang memiliki sarana memenuhi standar teknis melalui peningkatan
sanitasi yang tidak layak (cubluk) peran media lokal baik milik pemerintah maupun
5. Praktek BABS di Kabupaten Tanah Laut sebanyak 6.02%
swasta
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
IFAS 1. Peraturan daerah tentang pengelolaan persampahan telah 1. Pemerintah Kabupaten belum memisahkan
fungsi regulator dan operator untuk pengelolaan
ada
pelayanan persampahan.
2. Telah mulai dilakukannya program 3R di beberapa wilayah
perumahan-perumahan dalam rangka memicu minat untuk 2. Jaringan dan kemitraan antara SKPD belum
maksimal dalam membangun budaya 3R di
mengurangi sampah di lingkungan rumah tangga (reducing).
masyarakat
3. Ada program sekolah adiwiyata yang memaksimalkan
pengelolaan sampah (pembentukan bank sampah dan 3. Pembinaan maupun evaluasi belum maksimal
dilaksanakan oleh SKPD
komposting sampah organik)
4. Adanya master plan persampahan
4. Potensi pendanaan lain misalnya dana desa
5. Telah dibangun 1 unit TPS 3R dan beberapa bank sampah
belum dimaksimalkan untuk meningkatkan
dalam mendukung upaya 3R di masyarakat layanan persampahan
6. Kabupaten Tanah Laut masuk dalam TPA Regional
5. TPA belum dioperasikan dengan metode
Banjarbakula
sanitary landfill
7. Radio tuntung pandang telah digunakan untuk sosialisasi
dan promosi persampahan (larangan buang sampah 6. Sarana pewadahan persampahan belum
menyebar hingga ke tingkat desa
sembarangan)
8. Kabupaten Tanah Laut meraih Piala Adipura pada tahun
7. Media yang digunakan belum menjangkau
2017 seluruh masyarakat (minat masyarakat masih
9. Layanan persampahan telah menjangkau 11 kecamatan kurang)
EFAS
STRATEGI S-O STRATEGI W-O
PELUANG (O)
1. Sudah ada beberapa pelaku bisnis yang terlibat dalam
1. Mendorong pelaksanaan kemitraan pengelolaan sampah 1. Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA dan
layanan sanitasi di Kabupaten seperti para pengepul
baik pelaku bisnis, forum CSR, SKPD pengelola kinerja institusi pengelola persampahan
dan pengolah sampah, dan pengusaha daur ulang
persampahan
sampah. Hal ini merupakan peluang yang bisa
2. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R
dikembangkan lebih lanjut baik dalam bentuk kemitraan
melalui berbagai macam media lokal maupun media swasta
antara pemerintah dan swasta maupun yang dikelola 3. Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana sesuai
penuh oleh pihak swasta. daerah pelayanan
2. Beberapa perusahaan telah berkontribusi dalam
pengadaan wadah persampahan
3. Ada lembaga-lembaga tingkat desa yang bisa dijadikan
mitra dalam pengurangan sampah
4. Ada peluang untuk memanfaatkan lebih banyak ragam
media untuk sosialisasi pentingnya pengelolaan
persampahan
5. Teknologi tepat guna persampahan semakin beragam
6. Adanya upaya oleh masyarakat untuk mereduksi
sampah skala rumah tangga dengan program 3R.
ANCAMAN (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T
1. Belum optimalnya penegakan sanksi perda 1. Meningkatkan kelengkapan produk hukum/NPSM sebagai
persampahan landasan dan acuan pelaksanaan pengelolaan
2. Ada kecenderungan penurunan anggaran persampahan
persampahan
3. 77.6% masyarakat masih melakukan pembakaran
sampah (berdasarkan data EHRA)
4. 83 % masyarakat tidak melakukan pemilahan sampah
setempat (data EHRA)
DRAINASE PERKOTAAN
IFAS 1. Adanya SOPD yang menangani drainase yaitu 1. Adanya forum CSR
2. Adanya peluang dana dari APBN, APBD
dinas tata kota dan kebersihan & dinas PUPR
2. Adanya anggaran drainase Propinsi maupun sumber dana yang lain
3. Saat ini sedang dilakukan review master plan 3. Adanya media elektronik maupun media
drainase Kabupaten Tanah Laut cetak sebagai media kampanye maupun
4. Radio tuntung pandang digunakan untuk
sosialisasi
sosialisasi dan promodi pemeliharaan drainase 4. Adanya kelompok masyarakat (pokmas)
lingkungan yang terbangun karang taruna, RT & RW
5. adanya kegiatan masyarakat tingkat RT &
RW
6. Kontur tanah yang berbukit memaksimalkan
pengaliran air
EFAS
PELUANG (O) STRATEGI S-O STRATEGI W-O
1. Adanya forum CSR 1. Mensinergikan program kegiatan penanganan sanitasi 1. Sumber penganggaran selain untuk fisik juga
dengan program kegiatan yang direncanakan melalui untuk menfasilitasi penyusunan regulasi terkait
2. Adanya peluang dana dari APBN, APBD Propinsi APBN, forum CSR dan APBD Prop maupun sumber sanitasi
maupun sumber dana yang lain dana yang lain
2. Memfasilitasi sumber kegiatan selain dari
3. Adanya media elektronik maupun media cetak sebagai 2. Mengoptimalkan sosialisasi dengan berbagai media pemerintah
media kampanye maupun sosialisasi elektronik secara berkelanjutan terkait pemeliharaan
drainase lingkungan yang terbangun 3. Mengoptimalkan sistem drainase yang
4. Adanya kelompok masyarakat (pokmas) karang taruna, terintegrasi
RT & RW 3. Meningkatkan aktifitas gotong royong kelompok
masyarakat untuk memelihara sarana drainase yang 4. Mendorong sosialisasi terkait kegiatan sanitasi
5. adanya kegiatan masyarakat tingkat RT & RW sudah terbangun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
A. PERENCANAAN UMUM
Review Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) 11 kecamatan 348.552 363.135 dok 1 1 300 300 +
C. SPALD SETEMPAT
(1). Pembangunan Tangki Septik Komunal (10 KK)
(2). SPALD-S Skala Komunal - dibangun oleh pemerintah, diserahkan dan dikelola
oleh KSM
(2.2). Pembebasan Lahan/Tanah 30 desa 2.812 KK ls 1000 1000 1000 1000 4000 100 100 100 100 400 +
(2.3). Perencanaan Detail (DED) Pembangunan IPAL Komunal 30 desa 2.812 KK dok 1 1 1 1 4 50 50 50 50 200 +
(2.4). Pembangunan IPAL Komunal 30 desa 2.812 KK unit 6 8 8 8 30 3,000 4,000 4,000 4,000 15,000 +
(2.5). Biaya Operasi dan Pemeliharaan IPAL Komunal 30 desa 2.812 KK ls 1 1 1 1 4 60 60 60 60 240 +
D. SPALD TERPUSAT
(2.9). Pengawasan Teknis dan Supervisi Pembangunan RSH Skala Kawasan keg 1 1 1 1 4 150 150 150 150 600 +
900 KK
(5). IPLT
(a). Pembentukan Kelembagaan Pengelola IPLT 11 kecamatan 348.552 363.135 UPT 1 1 50 50 +
(b). Pelatihan bagi Pengelola IPLT 11 kecamatan 348.552 363.135 keg 1 1 30 30 +
(c). Pengadaan Truk Tinja 11 kecamatan 348.552 363.135 unit 1 1 1 3 350 350 350 1,050 +
(d). Operasi dan Pemeliharaan IPLT dan Fasilitasnya 11 kecamatan 348.552 363.135 keg 1 1 1 1 4 100 100 100 100 400 +
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
(3). Penyusunan Perda dalam penyelengaraan sistem air limbah rumah tangga 11 kecamatan 348.552 363.135 dok 1 1 300 300 +
(4). Penyusunan Perda Pengelolaan IPLT dan Kerjasama swasta 11 kecamatan 348.552 363.135 dok 1 1 300 300 +
(5). Pembentukan Lembaga Pengelolaan UPTD Air Limbah 11 kecamatan 348.552 363.135 UPT 1 1 100 100 +
(6). Penyusunan Perda Pengelolaan SPALD-T Skala Kota 11 kecamatan 348.552 363.135 dok 1 1 300 300 +
(7). Pembentukan Lembaga Pengelolaan SPALD-T Skala Kota 11 kecamatan 348.552 363.135 UPT 1 1 100 100 +
+
F. PEMASARAN SANITASI
(1). Penyusunan Perda tentang Akses Sumber Pendanaan Sanitasi dari sumber Non-
11 kecamatan 348.552 363.135 dok 1 1 200 200 +
Pemerintah
(4). Pembentukan Lembaga Peduli Sanitasi ditingkat Kab./Kota 11 kecamatan 348.552 363.135 KSM 1 1 10 10 +
(5). Lomba Sanitasi Lingkungan ditingkat Kab./Kota 11 kecamatan 348.552 363.135 keg 1 1 1 1 4 30 30 30 30 120 +
Jumlah Pembiayaan / Pendanaan Air Limbah 4,109 47,129 52,549 56,159 42,652 202,598
B. PROGRAM PERSAMPAHAN
A. PERENCANAAN UMUM
(1). Penyusunan Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) - (review
Pelaihari 348.552 363.135 dok 1 1 500 500 +
master plan persampahan)
(2). Studi tentang kualitas dan kuantitas sampah Kab./Kota Pelaihari 348.552 363.135 dok 1 1 200 200 +
(3). Penyusunan Rencana Usaha (Business Plan) Persampahan Pelaihari 348.552 363.135 dok 1 1 200 200 +
(4). Studi Analisis karakteristik sampah Pelaihari 348.552 363.135 dok 1 1 200 200
(5). Penyebarluasan Informasi Yang Bersifat Penyuluhan Bagi Masyarakat 11 kecamatan 348.552 363.135 keg 1 1 1 1 1 5 100 100 100 100 100 500 +
+
Atu-atu, Bajuin, Kel.
(6). Pengadaan komposter skala rumah tangga unit 100 100 100 200 200 700 75 75 75 150 150 525 +
Katang Taruna +
(7). Kegiatan jemput sampah kel. Pelaihari 15.764 1500 keg 1 1 1 1 4 10 10 10 10 40 +
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
(1). Pembebasan Lahan 11 kecamatan 348.552 363.135 m2 100 200 300 400 820 1820 10 20 30 40 82 182 +
(3). Supervisi dan Pembangunan TPS 11 kecamatan 348.552 363.135 unit 10 20 30 40 82 182 200 400 600 800 1,640 3,640 + +
Jumlah Pembiayaan / Pendanaan Persampahan 3,065 12,735 13,565 13,500 16,432 59,297
C. PROGRAM DRAINASE
A. PERENCANAAN UMUM
(1). Penyusunan Data Base Sistem drainase kota/kawasan permukiman Pelaihari 348.552 363.135 dok 1 1 300 300 +
(2). Studi Kelayakan Sistem Drainase Perkotaan/kawasan permukiman Pelaihari 348.552 363.135 dok 1 1 200 200 +
(3). Penyusunan studi genangan Pelaihari 348.552 363.135 dok 1 1 350 350
(4). Penyusunan Masterplan Drainase Kecamatan Bati Bati Pelaihari dok 1 1 200 200
(5). Penyusunan Masterplan Drainase Kecamatan Kintap Pelaihari dok 1 1 50 50
(6). Penyusunan Masterplan Drainase Kecamatan Takisung Pelaihari dok 1 1 50 50
(7). Penyusunan Masterplan Drainase Kecamatan Jorong Pelaihari dok 1 1 200 200
(8).Penyusunan Masterplan Drainase Kecamatan Bajuin Pelaihari dok 1 1 200 200
(9). Penyusunan Masterplan Drainase Kecamatan Tambang Ulang Pelaihari dok 1 1 200 200
(10). Penyusunan Masterplan Drainase Kecamatan Panyipatan Pelaihari dok 1 1 200 200
(11). Penyusunan Masterplan Drainase Kecamatan kurau Pelaihari dok 1 1 200 200
(12). Penyusunan Masterplan Drainase Kecamatan Batu Ampar Pelaihari dok 1 1 200 200
-
B. SALURAN DRAINASE SEKUNDER
(1). Pembangunan Saluran Drainase Sekunder
(a). Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan Drainase Sekunder 23.14 dok 1 1 1 1 4 50 50 50 50 200 +
(b). Sosialisasi Rencana Pembangunan Saluran Drainase Sekunder Kel. Angsau & Kel keg 1 1 1 1 4 10 10 10 10 40 +
(c). Pembebasan lahan Pelaihari ls 1 1 1 1 4 90 30 40 60 220 +
(d). Supervisi dan Pembangunan Saluran Drainase Sekunder m 900 300 400 600 2200 450 160 210 320 1,140 +
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Kel. Angsau & Kel
(b). Pemeliharaan Saluran Drainase Tersier (Darlingmas) keg 1 1 1 1 1 5 10 10 10 10 40 +
Pelaihari
(c). Pengerukan Sedimen Saluran Drainase Tersier keg 1 1 1 1 1 5 100 100 100 100 400 +
(3). Pembangunan Sistem Jaringan Drainase Kawasan Kota Pelaihari Kel. Pelaihari 1 2,500 2,500
(4). Supervisi Pembangunan Sistem Jaringan Drainase Primer Kota Pelaihari (APBD
1 50 50
Kab./Kota)
(3). Sosialisasi Perda Pengelolaan Sistem Drainase & himbauan pemeliharaan drainase 11 kecamatan 348.552 363.135 keg 1 1 2 50 50 100 +
(4). Pembentukan Kelompok Masyarakat Pengelola Sistem Drainase Lingkungan Mandiri 11 kecamatan 348.552 363.135 KSM 1 1 2 10 10 20 +
Jumlah Pembiayaan / Pendanaan Drainase 2,850 1,620 1,720 890 620 7,700
JUMLAH TOTAL ANGGARAN 10,024 61,484 67,834 70,549 59,704 269,595 0 0 0 0 0
No Nama Perusahaan Penyelenggara CSR Alamat, No. Telp, e-mail dan Contact person yang dapat dapat dihubungi
1 PT. BRIDGESTONE KALIMANTAN Kec. Bati-bati, Kec. Tambang Ulang. Email :sujiono-ir@bskp.co.id
PLANTATION (BSKP)
Bid. Usaha : Perkebunan Karet
2 PT. CITRA PUTRA KEBUN ASRI Kec. Jorong, Kec. Pelaihari, Kec. Batu Ampar, Kec. Kintap.
Bid. Usaha : Perkebunan Kelapa Sawit Email : andrianor86@gmail.com
3 PT. JAPFA COMPFEED Kec. Bati-bati. Email : alfonso@bjm.japfacomfeed.com
Bid, Usaha : Pakan Ternak
4 PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII Desa Ambungan Kec. Pelaihari. Email : inshira.alvin19@gmail.com
Bid. Usaha : Perkebunan Kelapa Sawit/
Pabrik pengolahan minyak
5 PT. CANDI ARTHA Desa Tajau Pecah, Kec. Batu Ampar. Email : candi_artha@yahoo.co.id
Bid. Usaha : Perkebunan Kelapa Sawit
6 BANK RAKYAT INDONESIA CAB. Kel. Pelaihari. Email : m.riza.ridani11@gmail.com
PELAIHARI. Bid. Usaha : perbankan
7 PT. GAWI MAKMUR KALIMANTAN (GMK) Kecamatan Batu Ampar, Kec. Kintap, Kec. Jorong. Email : legalgmk@yahoo.com
Bid. Usaha : Perkebunan Kelapa Sawit
8 PT. SENTOSA SUKSES UTAMA (SSU) Kec. Bajuin, Kec. Tambang Ulang, Kec. Jorong, Kec. Pelaihari. . Email :
Bid. Usaha : Perkebunan Kelapa Sawit legalgmk@yahoo.com
9 PT. KINTAP JAYA WATINDO (KJW) Kec. Kintap, Kec. Bajuin, Kec. Kurau, Kec. Takisung. Email :
Bid. Usaha : Perkebunan Kelapa Sawit yudijawattie@yahoo.co.id
10 PT. SMART CORPORATION Kintap. Email : adelliarosalien22@gmail.com
Bid. Usaha : Perkebunan Kelapa Sawit
11 PT. POLA KAHURIPAN INTI SAWIT Kintap, Email : jailuddin71@gmail.com
Bid. Usaha : Perkebunan Kelapa Sawit
12 PT. INDORAYA EVERLATEX Kintap, Email : jailuddin71@gmail.com
Bid. Usaha : Perkebunan Kelapa Sawit &
Kakao
13 PT. BANGUN KALIMANTAN Dusun suka maju desa sabuhur, Kec. Jorong. Email :
Bid. Usaha : Perkebunan Kelapa Sawit & bangun_kalimantan@yahoo.com
Peternakan
No. Kegiatan Monev Tahunan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Penanggungjawab/ Pengawalan
1. Rapat Koordinasi Reguler Pokja AMPL KabupatenTanah Laut
2. Pengawalan Penganggaran Sumber APBD BAPPEDA
-Musrenbang Desa BAPPEDA
-Musrenbang Kec. BAPPEDA
-Forum SKPD – Renja SKPD BAPPEDA
-Musrenbang Kab./Kota TAPD & BAPPEDA
-Penetapan RKPD TAPD & BAPPEDA
-KUA PPAS TAPD & BAPPEDA
-Penyusunan RKA-SKPD & RAPBD TAPD & BAPPEDA
-Asistensi RKA-SKPD & RAPBD TAPD & BAPPEDA
3. Up-dating Tahunan
- Updating Program dan Kegiatan Pokja AMPL KabupatenTanah Laut
- Internalisasi hasil up-dating program dan kegiatan Pokja AMPL KabupatenTanah Laut
- Penyerahan hasil up-dating ke Pokja Provinsi Pokja AMPL KabupatenTanah Laut
- Kesepakatan program dan kegiatan tahun depan Pokja AMPL KabupatenTanah Laut,
dan 2 tahun kedepan Prov. & Satker terkait
- Kesiapan Implementasi Pokja AMPL KabupatenTanah Laut