BFFK Uji Bioadhesif Kelompok 5C
BFFK Uji Bioadhesif Kelompok 5C
UJI BIOADHESIF
Disusun Oleh :
Kelompok 5C
Muthoharoh 11151020000046
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum
Biofarmasetika dan Farmakokinetika (BFFK) ini. Adapun laporan ini disusun
untuk memenuhi tugas setiap pasca Praktikum Biofarmasetika dan
Farmakokinetika (BFFK).
Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada para dosen
pembimbing praktikum Biofarmasetika dan Farmakokinetika (BFFK, rekan-rekan
kelompok dan pihak lainnya yang turut berpartisipasi dalam terselesaikannya
laporan praktikum Biofarmasetika dan Farmakokinetika (BFFK) ini.
September 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan Praktikum...................................................................................2
A. Bioadhesif...............................................................................................3
D. Rhinos SR...............................................................................................4
E. Vita-Long C............................................................................................5
B. Cara Kerja..............................................................................................7
A. Hasil Pengamatan..................................................................................9
B. Pembahasan..........................................................................................11
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................14
ii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15
LAMPIRAN.....................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sediaan dengan pelepasan obat yang dimodifikasi, salah satunya
adalah sediaan dengan pelepasan diperlambat. Banyak metode yang dapat
digunakan untuk membuat sediaan lepers lambat, salah satunya adalah
sediaan yang dirancang untuk tetap tinggal di dalam lambung. Bentuk
sediaan yang dapat dipertahankan di dalam lambung disebut Gastm
Retentive Drug Delivery System (GRDDS). Keuntungan GRDDS
diantaranya adalah mampu meningkatkan bioavailabilitas, mengurangi
obat yang terbuang dengan sia-sia, meningkatkan kelarutan obat-obatan
yang kurang larut pada Iingkungan pH yang tinggi. GRDDS juga memiliki
kemampuan untuk menghantarkan obat-obatan secara lokal di dalam
lambung (contoh: antacid dan anti Helicobacter pylori) dan usus kecil
bagian atas.
Sistem penghantaran obat tinggal di lambung sangat
menguntungkan untuk beberapa obat untuk meningkatkan bioavailabilitas
dan menurunkan dosis terapinya. Diantara berbagai sediaan sistem tinggal
di lambung, floating dan bio (muco)-adhesive adalah yang paling banyak
diteliti untuk meningkatkan efek terapi dan meningkatkan bioavailabilitas
sediaan yang tinggal di lambung (Malakar dan Nayak, 2013).
Daya mengapung sistem floating dibatasi jumlah cairan lambung
yang hanya mempunyai persentase yang sedikit pada komposisi isi
lambung untuk mengapung sehingga sediaan dapat jatuh dan terbawa
keluar dari lambung, daya mengapung dari sediaan mungkin sangat
terbatas yaitu hanya 3-4 jam (waktu pengosongan lambung normal).
Sistem bioadhesive menempel pada lapisan epitel mukosa lambung, yang
mana dapat terlepas dari mukosa dan dibawa keluar dari lambung akibat
adanya pengaruh dari motilitas lambung. Keterbatasan dari sistem floating
dan mucoadhesive tersebut memungkinkan untuk menggabungkannya
menjadi sistem floating bioadhesive yang akan dapat meningkatkan waktu
1
kontak dengan lapisan epitel lambung, efikasi terapetik dan
bioavailabilitas obat (Rathi, et al., 2012).
B. Tujuan Praktikum
Menguji kemampuan bioadhesif sediaan obat yang mengandung suatu
polimer tertentu
2
BAB II
DASAR TEORI
A. Bioadhesif
Bioadhesif dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu bahan
(hasil sintesis atau produk biologi) teradhesi pada suatu permukaan
jaringan biologi untuk periode waktu yang lebih lama. Permukaan biologi
tersebut dapat berupa jaringan epitel atau dapat berupa lapisan penutup
mukus yang terdapat pada permukaan jaringan. Jika keterikatan tersebut
terjadi pada permukaan mukus, fenomena ini dikenal dengan mukoadhesif.
Mukoadhesif biasanya didefinisikan sebagai terjadinya pelekatan
(adhesi) antara dua material yang salah satunya merupakan mukus (R.
Shaikh et.al., 2011). Material lainnya dapat berupa polimer baik sintetik
maupun polimer alam. Sediaan mukoadhesif ini memanfaatkan sifat
bioadhesif dari berbagai polimer larut air, yang akan menunjukkan sifat
adhesif pada waktu terjadi hidrasi, kemudian akan menghantarkan obat
mencapai sasaran tertentu untuk waktu yang lebih ama dibandingkan
sediaan konvensional.
Lapisan mukosa dapat mudah ditemukan di tubuh sehingga sistem
penghantaran obat mukoadhesif dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan sediaan bukal, sublingual, vaginal, rektal, nasal, okular
serta gastrointestinal. Prinsip penghantaran obat dengan sistem ini adalah
memperpanjang waktu tinggal obat pada organ tubuh yang mempunyai
lapisan mukosa. Sistem mukoadhesif akan dapat meningkatkan kontak
yang lebih baik antara sediaan dengan jaringan tempat terjadinya absorbsi,
sehingga konsentrasi obat terabsorbsi lebih banyak dan diharapkan akan
terjadi aliran obat yang tinggi melalui jaringan tersebut.
Beberapa teori menjelaskan tentang fenomena mukoadhesif yaitu
sebagai berikut :
1. Teori Pembasahan
3
Teori ini menjelaskan adhesi sebagai proses embedding, dimana
agen adhesif berpenetrasi kepada permukaan secara irregular,
menghasilkan banyak ‘jangkar’ adhesif.
2. Teori Elektrostatik
3. Teori Adsorpsi
Berdasarkan teori ini, setelah kontak pertama antar permukaan,
material teradhesi ke permukaan disebabkan karena gaya tarik
permukaan antar struktur kimia dua permukaan (A. Ahuja, 1997).
Absobsi secara kimiawi terjadi karena hasil dari satu gaya atau
gabungan beberapa gaya seperti gaya Van Der Waal’s, ikatan
hidrogen, ikatan hidrofobik (Hansberger JR, 1967)
4. Teori Fraktur
Teori ini mendeskripsikan gaya yang dibutuhkan untuk
memisahkan dua permukaan yang saling beradhesi. Kekuatan
fraktur setara dengan kekuatan adhesif berdasarkan persamaan
σ = (E × ε/L)1/2
4
1. Absorbsi obat di saluran cerna dipengaruhi oleh motilitas lambung
dan usus yang dapat melepaskan material atau obat yang teradhesi di
mukosa lambung
2. Kecepatan penggantian musin baik pada keadaan lambung kosong
maupun penuh dapat membatasi waktu tinggal sediaan mukoadhesif
karena jika mukus lepas dari membran maka polimer bioadhesif
tidak dapat menempel lebih lama.
3. Adanya faktor patologis yang dapat merubah sifat fisikokimia dari
mukus.
5
E. Vita-Long C
Vitalong C adalah suplemen vitamin C dengan modifikasi sediaan
lepas berkala. Obat ini dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan
harian vitamin C maupun membantu defisiensi vitamin C.
6
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan bahan
a. Alat
1. Sel Silindris
2. Alat Disintegran
3. Thermostat
b. Bahan
2. Granul
4. Lem Superglue
B. Cara Kerja
7
5. Granul pada jaringan dielusi menggunakan cairan lambung buatan pada
suhu 37 ± 0,5oC dengan kecepatan aliran 22 ml/menit.
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
a. Uji Bioadhesif
Bioadhesif C
Waktu Granul terjatuh Sisa Granul % Granul
10 15 35 70%
20 2 33 66%
30 3 30 60%
40 1 29 58%
50 1 28 56%
60 0 28 56%
Bioadhesif Kelas C
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Bioadhesif A
Waktu Granul terjatuh Sisa Granul % Granul
10 15 35 70%
20 0 35 70%
30 0 35 70%
40 0 35 70%
50 0 35 70%
Bioadhesif Kelas A
35.5
35
34.5
34
33.5
33
32.5
32
0 10 20 30 40 50 60 70
60 2 33 66%
9
b. Uji Wash OFF
Wash OFF C
Granul %
Waktu terjatuh Sisa Granul Granul
10 5 45 90%
20 0 45 90%
30 1 44 88%
40 0 44 88%
50 1 43 86%
60 1 42 84%
10
Wash OFF A
Granul %
Waktu terjatuh Sisa Granul Granul
10 27 23 46%
20 0 23 46%
30 1 22 44%
40 0 22 44%
50 0 22 44%
60 0 22 44%
11
Bentuk sediaan mukoadhesif berpotensi untuk memperbaiki dan
meningkatkan bioavailabilitas obat, selain itu bentuk sediaan ini memunculkan
interaksi yang kuat antara polimer dan lapisan mukus jaringan untuk membantu
meningkatkan waktu kontak (Winantari, A. N dkk, 2010).
12
Uji wash off digunakan untuk melihat keterikatan suatu obat yang
menggunakan terknologi bioadhesif pada mukosa usus yang diujikan secara
invitro dengan menggunakan alat uni disintegrasi tablet. Yang dilakukan pertama
adalah menggambil jaringan usus tikus/mencit sebagai hewan uji yang sudah
dibersihkan menggunakan larutan NaCl fisiologis, digunakan NaCl fisiologis
karena memiliki pH yang netral yang dekat dengan pH usus sehingga tidak akan
merusak lapisan mukosa usus, jaringan usus memiliki pH 6,8 ± 0, 1. Selanjutnya
jaringan usus direkatkan ke kaca objek menggunakan lem sinoakrilat, perhatikan
bahwa lem yang digunakan benar benar kering sehingga tidak akan obat yang
menempel yang dapat mengganggu hasil dari uji wash off, perhatikan juga bahwa
bagian yang ditempelkan ke kaca objek adalah bagian luar dari usus karena obat
tentunya akan melekat pada bagian dalam usus.
Dari hasil kelas c juga terlihat bahwa yang jatuh dari uji pada lambung dan
usus memperlihatkan bahwa di lambung lebih banyak yang terlepas. Hal ini
disebabkan kelekatan obat di mukosa usus jauh lebih baik dibandingkan dengan
lambung karena kekasaran permukaan jaringan dimana jaringan usus memiliki
permukaan yang lebih kasar dari permukaan jaringan lambung karena banyaknya
fili pada permukaan jaringan usus berarti makin banyak celah untuk polimer
13
berpenetrasi sehingga kontak awal baik dan tedadi penjeratan mikropartikel lebih
lama sehingga daya adhesi pads usus lebih besar dibandingkan dengan daya
adhesi pada lambung. Sedangkan di lambung mempunyai lapisan tebal mukus
yang dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan antara polimer dengan mukus
ketika berkontak yang kemudian akibat alat disintegrator yang dinaik turunkan
menyebabkan penggumpalan yang terbentuk menjadi menipis dan akhirnya
terlepas, dan karena lambung mempunyai filli yang sedikit sehingga pada saat
uji wash off menyebabkan granul mudah terlepas (Umar, Ningsih, & Meliana,
2014).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Uji biadhesif dan uji wash off dilakukan untuk melihat seberapa kuat
pelekatan granul pada mukosa lambung dan usus. Pada praktikum kali ini
digunakan obat Rhinos SR dan vita-long C. Hasil menunjukkan Rhinos SR
memiliki pelekatan lebih bagus di usus daripada vita-long C dan vita-long C
memiliki pelekatan yang lebih bagus/baik di lambung dibanding Rhinos SR.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja A, Khar RK, Ali J. Mucoadhesive drug delivery systems. Drug Dev Ind
Pharm. 1997;23:489–515
Deraguin BV, Smilga VP. London: McLaren; 1969. Adhesion: Fundamentals and
Practice
Gu JM, Robinson JR, Leung SH. Crit Rev Ther Drug Carrier Syst. 1988; 5(1):21-
67.
Huntsberger JR. Mechanisms of adhesion. J Pain Technol. 1967;39:199–211.
Putri, kurnia sari setio; Sulistomo, Bambang; Surini, silvia. 2017 . Kompleks
Polielektrolit Kitosan-Xanthan sebagai Matriks Sediaan Mukoadhesif.
Jurnal Fakultas farmasi Universitas Indonesia. Jakarta
15
Klinis, 1(1), 48–53. Retrieved from
http://jsfkonline.org/index.php/jsfk/article/view/11
16
LAMPIRAN
Persiapan Uji
Uji Bioadhesif
17
18