Makalah K3 (Kel 3)
Makalah K3 (Kel 3)
Nama Kelompok :
1. Hamidah Amatullah(1611311010)
2. Rettania Lorenza H. (1611311022)
3. Nadya Putri Badrina (1611312002)
4. Ulfa Mawaddah Ningsih(1611312013)
5. Meri Handayani (1611312016)
6. Yolanda Sukarma(1611313012)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudulkan “:K3 Dalam Keperawatan”. Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan Pasien Dan
Keselamatan Kesehatan Kerja dan juga bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai “Keselamatan Kesehatan Kerja”.
Terima kasih penulis ucapkan kapada kedua orang tua penulis yang telah
memberikan dukungan moril sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan ke
tingkat yang lebih tinggi lagi,selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada
Dosen Pembimbing mata kuliah Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kesehatan
Kerja telah membimbing penulis dalam penyusunanan makalah ini..
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Mamfaat…………...........………….......................……………........3
BAB III.PENUTUP 31
3.1 Kesimpulan 31
DAFTAR PUSTAKA 32
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa penyebab terjadinya adverse events terkait prosedur invasif?
2. Apa pentingnya, tujuan, manfaat, & etika K3 dalam keperawatan?
3. Bagaimana ruang lingkup K3 dalam keperawatan?
4. Bagaimana kebijakan K3 yang berkaitan dengan keperawatan di
Indonesia?
5. Bagaimana konsep dasar K3?
5
8. Mengetahui bagaimana risiko &hazard dalam implementasi asuhan
keperawatan
9. Mengetahui bagaimana risiko &hazard dalam evaluasi asuhan
keperawatan
1.4 Mamfaat
1. Bagi Praktisi Kesehatan
Sebagai bahan informasi dan pembelajaran tentang pentingnya
keselamatan kesehatan kerja dalam melakukan tindakan.
2. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bagaimana pentingnya
keselamatan kesehatan kerja
3. Bagi Peneliti
Memperoleh wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya adverse event di rumah
sakit diantaranya yaitu :
7
Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menurut Bennet dan
Rumondang (1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai “kejadian yang tidak
dapat diduga“. Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau
diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh
karena itu kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur peralatan serta
perlengkapan produksi sesuai dengan standar yang diwajibkan. Kecelakaan kerja
yang disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat memiliki porsi 80 % dan
kondisi yang tidak selamat sebayak 20%. Perbuatan berbahaya biasanya
disebabkan oleh:
Selain itu setiap upaya yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerj
a hanya akan berhasil jika kedua pihak yaitu melakukan kerjasama sinergis
dan harmonis. Setiap pelaku harus bertekad dan berdisiplin memperkecil
terjadinya kecelakaan kerja sampai nol.
8
Manfaat bagi kepentingan berupa keselamatan dan kesehatan kerja yang
maksimum dan begitu pula bagi perusahaan berupa keuntungan maksimum.
Untuk itu maka rumah sakit hendaknya:
1. Mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang dikeluarkan
pemerintah secara taat asas
2. Membuat prosedur dan manual tentang bagaimana mengatasi keselamatan
kerja
3. Memberikan pelatihan dan sosialisasi keselamatan kerja pada
karyawan/timkes
4. Menyediakan fasilitas keselamatan kerja yang optimum
5. Bertanggung jawab atas keselamatan kerja para karyawan/timkes
9
Pengurangan Biaya Klaim Kesehatan. Karyawan yang bekerja
pada perusahaan yang benar-benar memperhatikan kesehatan dan
keselamatan kerja karyawannya kemungkinan untuk mengalami
cedera atau sakit akibat kerja adalah kecil, sehingga makin kecil
pula kemungkinan klaim pengobatan/ kesehatan dari mereka.
Pengurangan Turnover Pekerja. Perusahaan yang menerapkan
program K3 mengirim pesan yang jelas pada pekerja bahwa
manajemen menghargai dan memperhatikan kesejahteraan mereka,
sehingga menyebabkan para pekerja menjadi merasa lebih bahagia
dan tidak ingin keluar dari pekerjaannya.
Peningkatan Produktivitas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wahyu Sulistyarini (2006) di CV. Sahabat klaten menunjukkan
bahwa baik secara individual maupun bersamasama program
keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh positif terhadap
produktivitas kerja.
10
penyakit akibat kerja, keluhan-keluhan tenaga kerja, kehilangan waktu bekerja,
banyaknya angka absensi, menurunnya angka produktifitas tenaga kerja, dan
sebagainya, memerlukan perhatian penuh pihak profesi Ahli Kesehatan Kerja,
hukum, agama dan masyarakat luas. Sebagai pemberi pelayanan yang
berhubungan dengan bidang kesehatan dan keselamatan kerja maka mudah
dipahami bahwa seseorang Ahli Kesehatan Kerja memerlukan etika tenaga
kesehatan karena harus bekerja sama dengan bidang-bidang lain yaitu misalnya
dokter, ahli higiene perusahaan, ergonomi, psikolog, ahli gizi dan yang paling
penting adalah tenaga kerja. Tenaga Kesehatan Kerja yang merupakan tenaga
profesional, seyogyanya selalu menerapkan etika dalam sebagian besar aktifitas
sehari-hari. Etika yang merupakan suatu norma perilaku atau biasa disebut dengan
asas moral, harus selalu dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat
kelompok manusia.
Etika yang berlaku dimasyarakat modern saat ini adalah Etika Terapan
(applied ethics) yang biasanya menyangkut suatu profesi, dimana didalamnya
membicarakan tentang pertanyaan-pertanyaan etis dari suatu individu yang
terlibat. Sehingga pada masing-masing profesi telah dibentuk suatu tatanan yang
dinamakan Kode Etik Profesi. Perilaku ini memang agak sulit menanganinya,
kecuali kesadaran sendiri masing-masing Tenaga Kesehatan dalam menerapkan,
mengaplikasikan, menghayati, memahami, kode etik profesinya. Karena, etika
profesi lebih bersifat moral, maka kesalahan yang terjadi apabila dilakukan oleh
tenaga kesehatan kerja, sanksi yang diberikan bersifat moral dan yang paling
dirugikan adalah para kliennya (tenaga kerja), sehingga untuk menangani
pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku pelayanan agar tidak terlalu
merugikan pengguna pelayanan, dibentuklah suatu Majelis Kode Etik Profesi
yang berlandaskan pada Etika dan Hukum yang berlaku.
11
b. Aspek perlindungan dalam K3 meliputi :
1. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2. Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4. Proses produksi
5. Karakteristik dan sifat pekerjaan
6. Teknologi dan metodologi kerja
c. Penerapan K3 dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan
hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/ perusahaan ikut bertanggung
jawab atas keberhasilan usaha K3.
4. Primary Care
12
Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan kecelakaan pada
tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan, pengobatan, rujukan dan perawatan
emergensi.
5. Counseling
7. Research
8. Legal-Ethical Monitoring
9. Community Organization
13
program pemeliharaan dan peningkatan kesehatan hendaknya selalu membantu
karyawan / tenaga kerja untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
14
6. Permenaker No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
Dari sudut pandang kesehatan kerja, sistem kerja mikro mencakup empat
komponen kerja, yaitu pekerja, lingkungan kerja, pekerjaan, pengorganisasian
pekerjaan dan budaya kerja. Setiap komponen kerja mempunyai sumber atau
situasi yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi kesehatan pekerja. Hal
tersebut dapat berupa luka atau gangguan kesehatan. Sumber atau situasi yang
potensial tersebut dikenal sebagai hazard atau faktor risiko. yang dapat berupa (1)
hazards tubuh pekerja (somatic hazards); (2) hazards perilaku kesehatan
(behavioural hazards); (3) hazards lingkungan kerja (enviromental hazards)
berupa faktor fisik, kimia dan biologik; (4) hazards pekerjaan (work hazards)
berupa faktor ergonomik; (5) hazards pengorganisasian pekerjaan (work
organization hazards) dan (6) hazards budaya kerja (work culture hazards) berupa
faktor psikosial.
Pada kondisi tertentu Hazard kesehatan dapat menjadi nyata dan menimbulkan
luka atau gangguan kesehatan. Peluang hazard kesehatan untuk menjadi
kenyataan disebut sebagai risiko yang diukur dengan konsekuensi dan peluang
kejadian konsekuensi tersebut. Risiko semakin besar jika konsekuensi gangguan
kesehatan yang ditimbulkan berat, peluang atau frekuensi kejadian tersebut kerap.
15
kesehatan kerja dibangun di atas empat komponen yang sama, dengan melakukan
serangkaian upaya kesehatan kerja, agar setiap komponen menjadi sehat Dengan
mengenal/rekognisi hazard yang bersumber dari (1) perilaku hidup, perilaku
bekerja, kapasitas kerja dan status kesehatan pekerja, (2) lingkungan kerja, (3)
pekerjaan, serta (4) pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja. Selanjutnya,
menilai besar risiko masing-masing hazard (faktor risiko); dan dilanjutkan
dengan intervensi, berupa upaya untuk meniadakan atau meminimalkan risiko
yang ditimbulkannya.
Definisi-definisi :
16
Penyakit yang terjadi pad populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di
tempat kerja, namun dapat diperbuat oleh kondisi pekerjaan yang buruk
bagi kesehatan.
Dalam Enskopedi ILO edisi ke-3 tahun 1983 didefenisikan bahwa PAK
adalah yang berhubungan dengan pekerjaan dan bukan akibat kerja masih
dipisahkan secara jelas, namun di beberapa negara penyakit yang disebabkan
pekerjaan dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan diberlakukan sama,
sebagai penyakit akibat kerja atau occupatinal dieses. Memang pengertian
penyakit akibat kerja dan penyakit yang berhubungan dengan kerja, selalu
menjadi topik pembahasan yang hangat .
Sehingga akhirnya pada tahun 1987, suatu komite pakar kesehatan kerja
dari WHO dan ILO, menawarkan gagasan, bahwa istilah “penyakit akibat
hubungan kerja” dapat digunakan tidak saja untuk penyakit akibat kerja yang
sudah diakui, tetapi juga untuk gangguan kesehatan dimana lingkungan kerja dan
prose kerja merupakan salah satu faktor penyebab yang bermakna disamping
faktor-faktor penyebab yang lin. Gagasan tersebut kemudian diadopsi oleh WHO
dan ILO pada tahun 1989.
1. Golongan Fisik
Bising, Vibrasi, Radiasi, Suhu ekstrem, Tekanan, dll
2. Golongan Kimiawi
Ada lebih kurang100.000 bahan kimia yang sudah digunakan dalam proses
industri, namun dalam daftar penyakit ILO, baru dapat diidentifikasi 31
17
bahan kimia sebagai penyebab, sehingga dalam daftar ditambah 1
penyakit, untuk bahan kimia lainnya.
3. Golongan Biologik
Bakteri, Virus, Jamur, Parasit, dll
4. Golongn Fisiologik
Disini tempat kerja yang kurang ergonomis, tidak sesuai dengan fisiologi
dan anatomo manusia.
5. Golongan Psikososial
Beban kerja terlalu berat, monotoni pekerjaan, dsb.
1. Pendekatan Epidemiologis
Digunakan terutama apabila ditemukan adanyagangguan kesehatan atau
keluhn pada sekelompok pekerja. Pendekatan ini diperlukan untuk
mengidentifikasi sdsnys hubungsn kausal antara suatu pejanan dan
penyakit. Sebagai hasil dari berbagai penelitian epidemiologis makin
banyak berhasil diidentifikasi pejanan yang dapat menyebabkan penykit.
Identifikasi tersebut mempertimbangkan :
Kekuatan asosiasi
Konsistensi
Spesifisitas
Adanya hubungan waktu dengan kejadian penyakit
Hubungan dosis
Penjelasan patofisiologi
2. Pendekatan Klinis (Individual)
18
Dilakukan untuk menentukan apakah seseorang menderita penyakit yang
diakibatkan oleh pekerjaan atau tidak.
19
Penyakit yang disebabkan oleh mangan, arsen, raksa, timbal, fluor,
karbon disulfida, derivat halogen, benzena atau homolognya,
derivat nitro dan amina dari benzena atau homolohnya, atau
persenyawaannya yang beracun
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit
yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko
kontaminasi khusus
Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau suhu rendah atau
panas radiasi atau kelembapan udara tinggi
Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic,
bitumen, minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk
atau residu dari zat tersebut
Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk
bahan obat
Dll
Penyakit hati akibat kerja merupakan salah satu penyakit yang sering
terdiagnosis setelah kondisi pasien lemah atau terlambat, diagnosis penyakit
akibat kerja sangat sulit ditegakkan pada keadaan dini karena sulit dipastikan
apakah didapat di tempat kerja atau tidak.
1. INFEKSI
20
a. Hepatitis virus A, penularan lewat makanan/minuman. B dan C
lewat kontak darah, tusukan
2. NON INFEKSI
Kegagalan fungsi liver akibat terpapar bahan kimia yang toksik
terhadap hati, bahan ini masuk melalui inhalasi, yaitu,:
1. 2- nitropan
2. Dimetil formaldehide bahan untuk serat acrylic dan
polyurethane
3. Acetylane tetrachlorida
4. Trinitrotulune
5. Tetrachlor methane
6. Ethylene bromide
7. Glycol bromide
8. Hydrochlorofluorocarbons
21
2.6 Risiko &hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan
A. Pengertian Resiko Dan Hazard
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien,agar dapat
mengidentifikasi,mengenali masalah-masalah,kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien baik fisik,mental,social,dan lingkungan.Pengkajian yang
sistematis(effendi,1996)
3. Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang di ajukan
perawat
Contoh Kasus :
Pada tanggal 27 maret 2016 di rumah sakit singapur terjadi kasus nyata kekerasan
fisik dan verbal pada saat perawat sedang melakukan pengkajian.perawat tersebut
22
pada saat melakukan pengkajian kepada pasien,mendapatkan kekerasan fisik
sekaligus verbal dari pasien yang ia kaji.seperti yang dikutip dalam suatu artikel
di media online:
23
5. Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susah
untuk di dekati, perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarga pasien
terlebih dahulu.
10. Memodifikasi lingkungan yang nyaman dirumah sakit mulai dari poli,
ruangan rawat inap, sampai ke unit gawat darurat dan ruang intensif untuk
menentramkan suasana hati pasien dan keluarga.
3. SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak
tertutup APD.
24
9. Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.
25
pasien memiliki emosionalyang tidak dapat terkontrol. Dalam proses pengkajian
sendriri, terdapat beberapa hal hang harus diperhatikan oleh perawat mulai dari
pemahaman akan pengertian pengkajian, tahap-tahap dalam melakukan
pengkajian, hingga metode yang digunakan dalam melakukan pengkajian. Dalam
melakukan pengkajian terhadap pasien, perawat harus tau akan adanya
hazard/resiko yang mungkin mereka akan dapatkan. Upaya yang dapat dilakukan
oleh perawat untuk meminimalisirkan resiko/hazard yang akan terjad, seperti
Perencanaan meliputi:
26
1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor resiko.
Rumah sakit harus melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya,
penilaian serta pengendalian faktor resiko.
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya resiko dengan jalan melakukan
penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan
keselamatan kerja.
2. Membuat peraturan
27
4. Indikator kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus
merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 rumah sakit.
5. Program kerja
6. Pengorganisasian
28
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.
2. konseling
29
Terdapat Juga Beberapa Upaya Pencegahan Lain,Antara Lain :
Contoh Kasus
Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, kota Cirebon, diketahui positf difteri
pasca menangani pasien yang menderita penyakit yang sama.
Analisa Kasus 1
Hazard biologis yaitu perawat tertular penyakit difteri dari pasien pasca
menangani dan melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri.
a. RS menyediakan APD yang lengkap sepeti masker, handskoon, dan scout dll.
30
b. Menyediakan sarana untuk mencui tangan atau alkohol gliserin untuk
perawat.
Alasan : cuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita sudah terlanjur
terpapar cairan pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak menularkan.
Cuci tangan merupakan tindakan aseptic awalawal sebelum ke pasien maupun
setelah ke pasien.
Alasan : bila sampah medis dan non medis tercampur dan di kelola dengan baik
akan menimbulkan penyebaran penyakit.
Alasan : agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang di tangani
meskipun pasien dari UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP RS.
Alasan : meskipun pasien di ruang UGD dan pertama masuk RS, perawat
sebaiknya lebih berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan tindakan
ke pasien dan perawat menciptakan dan menjaga keselamatan tempat kerja
31
supaya dalam tindakan perawat terhindar dari tertularnya penyakit dari pasien
dan pasien juga merasa aman.
32
c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta
pengembangan mutu.
Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit, identifikasi,
penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen puncak.
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kejadian tidak diharapkan (KTD)/ adverse event yaitu insiden
yang mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat
diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan
kesalahanmedis.Pentingnya K3 bisa dilihat atau ditelaah dari beberapa ka
sus terjadinya kecelakaan di tempat kerja sudah tidak menjadi rahasia
umum lagi. Hal demikian bisa muncul karena adanya keterbatasan
fasilitas keamanan kerja dan juga karena kelemahan pemahaman faktor-
faktor prinsip yang perlu diterapkan rumah sakit atau dalam suatu
perkerjaan. Filosofi keselamatan dan kesehatan kerja dalam memandang
setiap orang memiliki hak atas perlindungan kehidupan kerja yang
nyaman belum sepenuhnya dipahami baik oleh pihak suatu
pekerjaan.Karena itu perlu ditanamkan jiwa bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan bentuk kebutuhan.
34
Menurut Mangkunegara (2011),antara lain:agar setiap pegawai
mendapat jaminan k3 baik secara fisik, sosial, dan psikologis,agar setiap
perlengkapan dan peralatan kerja digunakan seselektif mungkin,agar
semua hasil produksi dipelihara keamanannya,agar adanya jaminan atas
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai,agar
meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
Manfaat K3 dalam Keperawatan diantaranya pengurangan
absentisme,pengurangan biaya klaim kesehatan,pengurangan turnover
pekerja,peningkatan produktivitas.Kontribusi Kesehatan Kerja dalam
sistem kerja yang utama adalah (1) mempertahankan, meningkatkan
derajat kesehatan dan kapasitas kerja fisik pekerja; (2) melindungi
pekerja dari efek buruk lingkungan, pekerjaan serta pengorganisasian
pekerjaan dan budaya kerja.
DAFTAR PUSTAKA
35