Anda di halaman 1dari 40

DESKRIPSI UPACARA THAI PONGGEL PADA MASYARAKAT HINDU

TAMIL DI KUIL SHRI MARIAMMAN KOTA MEDAN

Laporan Mini Riset


Mata Kuliah Studi Masyarakat Indonesia

Dosen Pengampu :
Drs. Muhammad Arif, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Abdullah situmorang ( 3183131031 )
Farhan Pratama Tanjung ( 3181131004 )
Marshaulina Hasibuan ( 3183331017 )
Siti Nurhalimah ( 3181131005 )

KELAS A 2018

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Mini
Riset tentang Deskripsi Upacara Thai Ponggel Pada Masyarakat Hindu Tamil Di Kuil Shri
Mariamman Kota Medan.

Laporan Mini Riset ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan Mini Riset ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan Laporan Mini Riset ini.

Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki Laporan Mini Riset yang selanjutnya akan kami susun.

Akhir kata kami berharap semoga Laporan Mini Riset tentang Deskripsi Upacara
Thai Ponggel Pada Masyarakat Hindu Tamil Di Kuil Shri Mariamman Kota Medan ini dapat
memberikan manfaat maupun menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.

Medan, 21 November 2019

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................


DAFTAR ISI ...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................................................
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................................
1.3 Batasan Masalah .......................................................................................................
1.4 Rumusan Masalah .....................................................................................................
1.5 Tujuan Mini Riset ....................................................................................................
1.6 Manfaat Mini Riset ...................................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Kerangka Teori .........................................................................................................

BAB III METODE MINI RISET


3.1 Jenis Mini Riset .........................................................................................................
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................................
3.3 Sumber Data ......................................................................................................
3.4 Metode Penelitian ................................................................................................
3.5 Analisis Data .......................................................................................

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH


4.1 Letak Geografis Kota Medan dan Kuil Shri Mariamman .........................................
4.2 Gambaran Umum Kuil Shri Mariamman.......................................................

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Hasil Mini Riset .......................................................................................................
5.2 Pembahasan Hasil Mini Riset ..................................................................................
5.3 Cara Menanggulangi Kerusakan Ekosistem Mangrove..........................................
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ..................................................................................................
6.2 Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................


LAMPIRAN ........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku


bangsa dan agama, contohnya pada masyarakat Tamil sebagai salah satu etnis di
negara Indonesia yang menganut agama Hindu. Agama Hindu merupakan salah
satu agama yang diakui di Indonesia. Negara menjamin setiap warga untuk
memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan
itu1.Perkembangan agama Hindu dari India ke Indonesia disebarkan oleh para
Brahmana/Resi atau sarjana-sarjana agama Hindu (Ardhana, 2002: 23). Adapun
yang berwenang untuk mengatur materi ajaran dan tata cara peribadahan bagi
agama Hindu adalah Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI).

Penyebaran agama Hindu pada masyarakat Tamil ke Indonesia melewati


pantai timur Sumatera dan pantai barat Sumatera Utara sebelum Masehi.
Kedatangan masyarakat Tamil dari India ke Barus pada masa arus angin bulan
Nopember dan Desember. Hal ini ditandai dengan ditemukannya prasasti Lobu
Tua berbahasa Tamil yang dibuat pada tahun Saka (=1088 M) pada masa
pemerintahan Raja Cola yang diperintah oleh Kulotunggadewa-I. Prasasati Lobu
Tua berisi mengenai aktivitas perdagangan kumpulan konglemerat Tamil yang
dikenal dengan nama “MUPAKAT DEWAN 1500”. Anggotanya terdiri dari
berbagai sekte Brahmana, Wisnu, Mulabhadra dan lain-lain (Ibid, 2002: 24).

Dari berbagai riwayat masyarakat Tamil setelah zaman kemerdekaan


diperoleh, pada tanggal 3 Januari 1946 Departemen Agama Republik Indonesia
berdiri yang berfungsi sebagai salah satu bentuk jaminan pelaksanaan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945. Adanya pemantapan struktur organisasi
Departemen Agama, maka dapat dirasakan telah dapat memberikan pelayanan
kepada semua umat beragama termasuk umat Hindu di Indonesia. Dalam ajaran
agama umat Hindu terdapat 19 para dewa dan 3 dewa khusus agama Hindu yang
disebut dengan Trimurti yakni Brahma, Wisnu, Syiwa untuk dipuja dan disembah.
Oleh karena ajaran agama menganjurkan untuk beribadah di kuil, maka
masyarakat Hindu membangun kuil sebagai tempat beribadah atau sembahyang
untuk memuja Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa). Kuil Shri
Mariamman merupakan salah satu tempat beribadah atau sembahyang tertua di
kota Medan pada masyarakat Hindu. Pengertian dari kuil Shri Mariamman berasal
dari 2 kata yaitu Shri berarti “ibu atau seorang perempuan” dan Mariamman
adalah “nama dari ibu Dewa Wisnu.” Kuil Shri Mariamman berdiri pada tahun
1884 dengan jumlah jemaat sekitar 1000 jemaat. Kuil ini berwarna hijau toska dan
bercampur dengan warna lainnya sedangkan pada bagian dalam kuil terdapat
ukiran batu berbentuk patung para dewa sehingga jemaat dapat mengenal para
dewa yang disembah. Banyak peraturan yang wajib dilaksanakan para jemaat dan
umat yang ingin beribadah ketika sebelum memasuki kuil Shri Mariamman.

Masyarakat Hindu Tamil memiliki keyakinan sendiri dan upacara ritual.


Keyakinan sendiri pada agama Hindu Tamil berupa Panca Sradha yang berarti 5
keyakinan diantaranya adalah (1) Percaya dengan adanya Sang Hyang Widhi
Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), (2) Percaya adanya atman (Roh), (3) Percaya
adanya hukum karma, (4) Percaya terhadap adanya samsara (adanya kehidupan
kembali atau reinkarnasi), (5) Percaya terhadap adanya kebahagiaan rohani yaitu
menyatunya atma dengan samsara. Dalam masyarakat Hindu Tamil, ibu
merupakan seorang yang sangat dihormati 2 . Hal ini menunjukkan masyarakat
Hindu Tamil meyakini dari terbentuknya bumi dan pengertian bumi itu sendiri.
Sebagai kelompok orang yang membatasi identitas budayanya, masyarakat Tamil
memiliki cara hidup yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Masyarakat Tamil
masih sangat menghormati adat-istiadat. Meskipun tidak selalu terlihat
mengenakan identitas budayanya. Ini disebabkan agar mereka dapat dengan
mudah melebur dengan masyarakat setempat.

Untuk hal-hal yang bersifat system pengetahuan mengenai agama yang


mereka miliki relative rendah. Hanya sedikit orang, seperti tokoh tertua adat dan
pendeta saja yang mengerti. Kebanyakan mereka hanya menjalankannya karena
telah menjadi tradisi leluhurnya. Namun untuk hal-hal religious mereka sangat
percaya dan taat menjalaninya. Seperti yang dipaparkan dalam gambaran umum
masyarakat Tamil di Sumatera Utara khususnya masyarakat Tamil.

Upacara ritual pada masyarakat Hindu Tamil terdiri dari Niscchayam,


Parisam, Thirumanam, Walai Kappu, Patinaru, Deepawali, Thai Ponggel,
Thaipussam Maha Sivarattri, Pangguni Uttiram, Tamil Varudapirappu,
Navarattri Arambam, Tirukartigai dan Maha Siwa Ratri. Pada pembagian upacara
diatas yang terdapat dalam pembahasan adalah Upacara Thai Ponggel3.

Upacara Thai Ponggel adalah upacara perayaan menuai4 pada masyarakat


Hindu Tamil melalui pesta panen yang bertujuan untuk bersyukur kepada Tuhan
karena telah diberikan hasil panen yang melimpah. Thai Ponggel berasal dari
bahasa Tamil yang artinya dibagi menjadi dua, antara lain: Thai yang artinya
nama bulan dalam satu tahun almanak Tamil dan Madem yang artinya berlimpah.
Upacara Thai Ponggel dilaksanakan setahun sekali pada masyarakat Hindu Tamil
di kota Medan terutama di Kuil Shri Mariamman. Proses pelaksanaan upacara ini
berlangsung selama 7 jam dan dilakukan pada hari yang sama. Penetapan
pelaksanaan upacara Thai Ponggel dilakukan sesuai dengan kalender India yang
disebut dengan Almanak Tamil5 yaitu tepat pada tanggal 1 pada bulan Thai
Madem6. Upacara Thai Ponggel dapat dilaksanakan pada 2 tempat yaitu di rumah
dan di kuil.

Upacara ini dirayakan diseluruh dunia khususnya yang berkependudukan


masyarakat Hindu Tamil. Peranan penting upacara Thai Ponggel adalah sebagai
salah satu media penghormatan bagi masyarakat Hindu Tamil kepada Tuhan yaitu
dewa matahari. Hal ini menunjukkan penghormatan adalah sesuatu yang mutlak
dan merupakan tujuan dari setiap ritual pada masyarakat Hindu Tamil di kota
Medan. Ritual pada saat upacara Thai Ponggel dilakukan dengan hati, pikiran dan
kemauan dimana segenap diri ditujukan kepada Tuhan. Dalam ritual pada
rangkaian tata cara peribadatan upacara ini terdapat musik pengiring dan hiburan
sebagai ungkapan syukur terhadap karunia Tuhan.
Pelaksana ritual pada upacara Thai Ponggel ini adalah dari ketua kuil dan
pendeta kuil. Ketua kuil merupakan pihak yang merangkai seluruh isi acara dari
awal hingga akhir acara dan mengatur seluruh pendeta sebagai petugas melayani
jemaat pada saat ritual dilaksanakan. Pada masyarakat Hindu Tamil meyakini
bahwa upacara Thai Ponggel mendatangkan kemakmuran bagi setiap
umat.misalnya, banyak pernikahan pada bulan Thai. Selain ketua kuil dan pendeta
kuil, jemaat memiliki peran penting dalam pelaksana ritual pada upacara ini.
Peran jemaat dalam pelaksana ritual pada upacara ini adalah pihak yang memasak
hasil panen yang berada dalam wajan dan pihak yang menyanyikan juga
memainkan musik pengiring.

Dalam rangkaian ritual pada upacara Thai Ponggel terdapat 3 tempat


pelaksanaan di antaranya dihalaman kuil, didalam kuil Shri Mariamman dan di
kuil Kaliamman. Tata peribadatan dari setiap tempat pelaksanaan adalah berbeda,
misalnya di halaman kuil dilaksanakan proses memasak hasil panen dan proses
mengucap syukur kepada dewa matahari, pelaksanaan didalam kuil Shri
Mariamman dilaksanakan proses beribadah agar hasil panen di hari kemudian
lebih lancar dan pelaksanaan di dalam kuil Kaliamman dilaksanakan proses
hiburan yaitu makan bersama hasil panen yang telah dimasak dari kuil Shri
Mariamman. Bahasa yang digunakan dalam rangkaian ritual adalah bahasa Tamil.
Pakaian yang digunakan pendeta bagian atas disebut jepa dan bagian bawah
disebut weti sedangkan pakaian yang digunakan oleh kaum perempuan disebut
sari.

Musik pengiring pada upacara Thai Ponggel merupakan alat musik


tradisional khas Hindu Tamil yaitu seperti tabla, tamborin, sange, dan manjira
yang dibawakan secara langsung tanpa dalam bentuk rekaman audio. Musik
pengiring diikuti dengan nyanyian 7Bhajan. Musik dalam upacara ini memliki
peran dan juga fungsi yaitu sebagai pengatur ritem untuk nyanyian Bhajan dan
sebagai salah satu rangkaian penting dalam proses berjalannya upacara. Pemain
musik dapat dilakukan secara bergantian. Lirik dalam nyanyian adalah sebuah
cerita yang juga adalah pujian kepada Dewa yang diambil dari Kitab Suci Veda.
Yang menarik didalam upacara Thai Ponggel pada masyarakat Hindu Tamil
ini adalah upacara ini dilakukan setahun sekali yang beralokasikan di kota Medan
dan musik pengiringnya masih tradisional yaitu seperti masih dipengaruhi tradisi
Hindu kuno dan masih berdasarkan sejarah filsafah Veda sehingga dapat menjadi
ciri khas dalam konteks ini.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi
beberapa persoalan terkait bagaimana sebenarnya proses upacara thai ponggel pada
masyarakat hindu yang ada khususnya di kuill shri mariamman, medan petisah kota
medan, setelah dapat dikaji kemudian penyusun melakukan kesimpulan terhadap
hasil mini riset yang telah dilakukan

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah maka permasalahan yang akan di kaji
dalam Mini Riset ini di batasi pada proses pelaksanaan upacara adat thai ponggel
masyarakat hindhu di kuil shri mariamman, medan petisah , kota medan.

1.4 Rumusan Masalah


Setelah penulis melihat langsung upacara Thai Ponggel ternyata penulis
melihat banyak sekali yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian seperti
rangkaian prosesi upacara, kostum yang dikenakan pada saat upacara berlangsung,
durasi upacara, instrument dan musik pengiring. Oleh karena itu, untuk
menghindari kajian yang lebih luas maka penulis membatasi wilayah pembahasan
dalam tulisan ini dengan memfokuskan kebeberapa aspek saja walaupun secara
umum tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan uraian latarbelakang seperti di
atas,untuk memfokuskan kajian dan penelitian penulis dalam tulisan ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana deskripsi upacara Thai Ponggel pada masyarakat Hindu Tamil di kuil
Shri Mariamman kota Medan?

2. Bagaimana penyajian musik dalam upacara Thai Ponggel pada masyarakat


Hindu Tamil di kuil Shri Mariamman kota Medan?
1.5 Tujuan Mini Riset
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses upacara Thai Ponggel pada masyarakat Hindu Tamil
yang berlangsung di kuil Shri Mariamman.
2. Untuk mengetahui bagaimana penyajian musik dalam upacara Thai Ponggel di
kuil Shri Mariamman.

1.6 Manfaat Mini Riset


Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sarana untuk memperluas pengetahuan tentang proses berlangsungnya upacara


Thai Ponggel pada masyarakat Hindu Tamil di kuil Shri Mariamman.

2. Bermanfaat bagi penulis sebagai modal awal untuk mengasah dan membekali
kemampuan selaku mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi , Universitas
Negeri Medan.
3. Sebagai bahan refrensi untuk menjadi acuan pada penelitian yang relavan di
kemudian hari.
4. Syarat untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah studi masyarakat
indonesia.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

Teori merupakan hal pokok dan alat yang terpenting dari suatu
pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tantang rangkaian fakta saja,
tetapi tidak aka nada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973;10). Maka dari itu
penulis menggunakan pedoman dari beberapa teori yang berhubungan dengan
pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini.
Untuk mendeskripsikan upacara Thai Ponggel penulis menggunakan teori
upacara yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2002:377) secara khusus
mengandung empat aspek yang menjadi perhatian khusus dari para ahli
antropologi ialah: (i) tempat upacara keagamaan dilakukan (ii) saat upacara
keagamaan dijalankan (iii) benda-benda dan alat-alat upacara (iv) orang-orang
yang melakukan dan memimpin acara. Aspek pertama berhubungan dengan
tempat berlangsungnya upacara yaitu pada halaman kuil dan didalam kuil. Aspek
kedua adalah aspek mengenai saat upacara berlangsung. Aspek ketiga adalah
tentang benda-benda yang dipakai dalam upacara termasuk patung yang
melambangkan dewa-dewa, alat-alat bunyi-bunyian seperti lonceng suci. Aspek
keempat adalah aspek yang mengenai para pelaku upacara keagamaan yaitu para
pendeta, ketua kuil dan sebagainya.
Untuk mengetahui struktur musik dalam penyajian upacara Thai Ponggel
seperti ritme tamborin, tabla,sange dan manjira yang digunakan dalam mengiringi
upacara tersebut sehingga penulis mendengarkan berulangkali terhadap rekaman
musik guna proses transkripsi adalah penulis berpedoman menggunakan teori
Bruno Nettl (1964; 98) yang memberikan dua pendekatan 1. Kita dapat
menguraikan dan menganalisis apa yang kita dengar, 2. Kita dapat menulis apa
yang kita dengar tersebut keatas kertas dan kita dapat mendeskripsikan apa yang
kita lihat tersebut.
Menurut R. Merton dalam buku Koentjaraningrat, konsep merupakan
defenisi dari apa yang perlu diamati,; konsep menentukan antara variable-variabel
mana kita ingin menentukan adanya hubungan empiris. Konsep juga merupakan
unsur pokok dari suatu penelitian (Koentjaraningrat,1987:36). Berdasarkan
pengertian di atas, penulis menggambarkan hubungan beberapa konsep berkaitan
dengan tulisan ini melalui definisinya.
Kata deskriptif merupakan kata sifat dari deskripsi. Pengertian studi
deskriptif dapat diartikan sebagai menguraikan gambaran situasi atau kejadian-
kejadian yang terdapat didalam studi objek ilmiah. Menurut Echols Shadily
(1990:179) deskripsi mempunyai pengertian gambaran atau lukisan. Dalam hal ini
penulis mencoba menguraikan / menggambarkan tentang upacara Thai Ponggel
agar dapat dijadikan informasi bagi para pembaca yang membutuhkan.

Upacara adat merupakan keperluan simbolis manusia yang mengharapkan


keselamatan. Upacara adat itu sendiri merupakan rangkaian tindakan yang ditata
oleh adat yang berlaku yang berhubungan dengan berbagai peristiwa (Subagyo,
1981;116). Sedangkan (Koentjaraningrat,1977;241) berpendapat bahwa upacara
timbul karena adanya dorongan perasaan manusia untuk melakukan berbagai
perbuatan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib. Semua unsur
yang ada didalamnya baik itu saat upacara, benda-benda yang digunakan, juga
orang- orang yang terlibat didalamnya dianggap keramat. Suatu upacara dapat
dilihat sebagai suatu pertunjukan simbol, pertunjukan simbol ini biasanya
dilakukan melalui berbagai bentuk pertukaran yang pada pokoknya melibatkan
pihak pemberi dan pihak penerima. Maka Viktor Turner (1968) menegaskan
bahwa tanpa mempelajari simbol yang dipakai dalam suatu upacara maka kita
akan merasa sulit untuk memahami upacara tersebut dan masyarakat-
masyarakatnya.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau saling
“berinteraksi” menurut sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinue dan
yang terikat oleh satu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat 1980;157-161).
Masyarakat Hindu Tamil yang penulis maksudkan adalah sebagai asosiasi
manusia yang ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu yang terbatas sifatnya. Selain
itu, masyarakat Hindu Tamil yang dimaksud sangat erat kaitannya dengan nilai-
nilai, norma-norma, tradisi, kepentingan-kepentingan dan sebagainya. Oleh karena
itu, pengertian masyarakat tidak mungkin dipisahkan dari kebudayaan dan
kepribadian yang terdapat didalam kutipan Soerjono Soekanto (1983’106-107).
Keragaman musik memiliki fungsi dan peranan tertentu dalam kehidupan
masyarakat. Menurut Alan P.Merriam musik mempunyai sepuluh fungsi penting,
yang beberapa diantaranya fungsi yang dimaksudkan oleh penulis sesuai dengan
musik pengiring yang dibawakan pada saat upacara yaitu fungsi estetis dan fungsi
komunikasi.
Upacara Thai Ponggel merupakan upacara perayaan menuai pada
masyarakat Hindu Tamil melalui pesta panen yang bertujuan untuk bersyukur
kepada Tuhan karena telah diberikan hasil panen yang melimpah. Upacara ini
dilakukan setiap setahun sekali sesuai dengan almanak Tamil dan dilaksanakan
dengan berbagai rangkaian acara dimulai pada pagi hari hingga siang hari
Musik vokal yang pada upacara Thai Ponggel terdapat beberapa jenis
kidung. Namun dalam kepentingan transkripsi dan analisis, penulis memakai
Bhajan. Adapun alasan penulis menggunakan Bhajan sebagai bahan transkripsi
adalah pada upacara berlangsung terdapat pemujaan dan merupakan nyanyian suci
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Bhajan dinyanyikan oleh semua jemaat yang
sedang mengikuti upacara Thai Ponggel di kuil Shri Mariamman kota Medan.

2.2 Sistem Religi / Sistem Kepercyaan Masyarakat Tamil

Masyarakat Tamil di Kota Medan yang menyebar kebeberapa daerah


menganut agama islam, kristen, hindu dan budha namun mayoritas agama yang
dianut oleh masyarakat tamil adalah hindu. Masyarakat Hindu Tamil merupakan
penggabungan kata antara Hindu dan Tamil. Hindu merupakan salah satu agama
yang diakui di Indonesia dan di dunia sedangkan Tamil merupakan salah satu
etnis atau suku pendatang yang datang ke Indonesia pada abad ke-19 dan menetap
di Indonesia. Penggabungan kata ini menjadi suatu identitas yang dipakai oleh
orang Tamil yang memeluk agama hindu disuatu kelompok masyarakat.
Kata Hindu berasal dari kata sebutan orang Persia yang datang ke India.
Mereka menyebut sungai Shindu/Indus yang mengalir di daerah barat India
sebagai sungai Hindu. Pada waktu masuknya Islam ke India, kata Hindu muncul
kembali dalam bentuk Hindustan. Orang-orang India yang memeluk agamanya
disebut orang Hindu. Hindu biasanya disebut dengan Sanatana Dharma (Sanskrit)
yang berarti Kebenaran Abadi. Agama Hindu tidak mempunyai pendiri dan
penyebarannya dilakukan oleh Kaum Brahmana. Selain tidak mempunyai pendiri,
agama Hindu memiliki perbedaan dengan agama lain yaitu tidak memakai istilah
Nabi, yang ada adalah Guru, Rsi dan Maharsi. Pelaksanaan ibadah dilakukan
setiap hari selasa dan jumat di kuil, namun mereka harus melaksanakan ibadah
setiap hari di rumah. Untuk itu harus disediakan sebuah ruangan khusus sebagai
tempat melakukan ibadah tersebut. Bila tidak mampu menyediakan sebuah
ruangan khusus, paling tidak menyediakan sebuah peti sembahyang yang
berbentuk seperti rumah kecil. Peti sembahyang ini disebut dengan sami
kumberte. Sami kumberte biasanya dengan, Sodo yaitu wangi-wangian yang mirip
kapur barus (kanfer), tua kale yaitu mangkok tempat meletakkan bunga melati,
kama camawalki yaitu lampu, keno yaitu mangkok tempat air, kalima yaitu
gambar dewa yang diyakini. Pelaksanaan sembahyang disetiap rumah biasanya
dilakukan pada pagi dan sore hari, dan sembahyang ini selalu dikerjakan oleh
setiap orang. Pada ajaran agama Hindu, Tuhan merupakan pencipta alam semesta
dan isinya. Kitab suci agama Hindu yang dipercayai adalah Veda. Veda berarti
kata-kata yang diucapkan dengan aturan tertentu atau dilagukan. Umat Hindu di
Indonesia menyebut Tuhan dengan gelar Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha
Esa). Sebutan lain untuk gelar Sang Hyang Widhi adalah Bhatara sebagai
pelindung dewa tertinggi, Sang Hyang Parmeswara sebagai raja termulia.
BAB III

METODOLGI OBSERVASI

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif.
Bongdan dan Tylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian ini dilakukan secara mendalam dengan menggali data yang dibutuhkan
melalui observasi ke tempat pelaksanaan rtual dan wawancara yang mendalam
dengan narasumber yang bertujuan untuk mengetahui secara detail mengenai setiap
ritul yang terdapat dalam upacara pernikahan dalam agama Hindu.

2. Waktu dan Tempat Penelitian


Adapun yang menjadi lokasi penelitian penulis tentang tulisan ini adalah
di Kuil Shri Mariamman, Jalan H.Zainul Arifin No.134, Medan. Penulis
menetapkan lokasi ini sebagai lokasi penelitian dengan alasan karena Kuil Shri
Mariamman merupakan salah satu kuil yang memiliki umat Hindu Tamil
terbanyak dibanding dengan kuil lainnya yang ada di Kota Medan dan merupakan
salah satu kuil yang tertua.
Untuk waktu penelitiannya kami melakukan penelitian ini pada:

Hari / Tanggal : Rabu, 20 November 2019

Waktu : Pukul 13:00 – 15:00

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan
sumber data sekunder.
a. Data Primer
Sumber data primer memberikan data kepada pengumpul data, atau data yang
diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan di catat untuk pertama kalinya.
Dalam proses penggalian data yang diinginkan, peneliti mendapatkan langsung dari
data yang hasil lapangan secara langsung di lokasi penelitian dengan instrumen yang
sesuai.21 Sumber data peneliti dapatkan dengan beberapa responden yang dinilai
mengerti dan memahami setiap ritual dalam upacara pernikahan agama Hindu ini
yang tak lain adalah ketua dan sekretaris dari Pura Jala Siddhi Amerta.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang biasanya didapatkan dari sumber lain atau informan
lain. Sumber data ini memberikan data kepada pengumpul data bukan dari penelitian
yang dilakukan peneliti. Tetapi data ini didapatkan dari orang lain atau dari dokumen
seperti majalah, Koran, dan internet yang terkait dengan penelitian.

4. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data mempunyai fungsi yang sangat dalam untuk melakukan
penelitian. Demi mendapatkan data yang diakui keabsahannya maka dalam
penyusunan penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode. Adapun metode-
metode tersebut:

a. Observasi.
Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala atau fenomena yang diselidi yaitu mengadakan pengamatan dan
pencatatan terhadap apa yang dijadikan obyek penelitian. Dalam penelitian ini,
peneliti juga didukung dengan menggunakan metode observasi, yang mana
didalamnya dapat dilakukan banyak hal yang lebih mendalam, seperti
mengumpulkan data secara langsung dilapangan, mengetahui secara apa saja yang
diperlukan dalam upacara tersebut, dan mengerti bahwa hal-hal terkecilpun sangat
berarti bagi kelangsungan upacara tersebut.

b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
unruk mendapatkan keterangan lisan melalui proses Tanya jawab secara lisan,
dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik yang dapat melihat satu
sama lain dan mendengarkan secara langsung. Wawancara yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah wawancaa yang terstruktur, dimana daftar pertanyaan yang
sudah disiapkan sebelumnya menjadi pedoman agar wawancara menjadi terarah.
wawancara ini peneliti tujukan kepada pengurus Pura Jala Siddhi Amerta serta umat
agama Hindu.

c. Dokumentasi
Proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik yang bersifat
tulisan, gambar sesuatu yang tercetak yang dapat digunakan sebagai bukti atau
keterangan. Dokumentasi merupakan sumber data sekunder yang berguna bagi
peneliti karena data-data tersebut dapat berupa gambar dan suara yang akan
melengkapi data yang bersifat tekstual. Arsip dalam penelitian ini adalah dokumen
yang dimiliki oleh Pura Jala Siddhi Amerta yang berupa ritual-ritual yang dilakukan
dalam upacara pernikahan agama Hindu yang berwujud foto.

5. Analisis Data
Dalam menganalisa data ini peneliti menggunata data kualitatif ata analisa non
statistic yang bersifat deskriptif yang bertujuan untuk memberikan deskripsi
mengenai subyek peneliti berdasarkan data dari konsep-konsep yang diperoleh dari
kelompok subyek yang diteliti. Sebelum menganalisis data, ada beberapa langkah-
langkah yang dilaksanakan dalam mengolah data yang meliputi reduksi data,
penyajian data, mengambil kesimpulan lalu di verifikasi.

a. Reduksi Data
Proses reduksi data adalah merangkum, menggolongkan, membuang data yang tidak
penting. dipilih hal-hal pokok dan memfokuskan pada data yang penting dan disusun
lebih sistematis. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambarang yang cukup jelas. Dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan terus mencari jika masih diperlukan.

b. Penyajian Data
Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah mensajikan data. Dalam
penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk narasi, tabel,
grafik dan lain sebagainya. Melalui penyajian data tersebut, maka data tersusun
dalam pola hubungan, sehingga semakin mudah untuk memahami apa yang terjadi.

c. Penarikan Keimpulan
Setelah reduksi dan penyajian data, langkah selanjutnya adalah penarikan
kesimpulan dari data-data yang sudah diperoleh selama penelitian dilakukan.
Kesimpulan tentang pernikahan yang dilakukan di Pura Jala Siddhi Amerta terus
berlangsung selama penelitian ini dilakukan, bagaimana jalannya ritual dari awal
upacara sampai akhir serta bagaimana nilai-nilai teologis yang terdapat dalam setiap
ritual, dan juga makna dan tujuan pernikahan dalam ajaran agama Hindu.
BAB IV

DESKRIPI WILAYAH

A. Letak Geografis Kota Medan dan Kuil Shri Mariamman

Kota Medan secara geografis terletak pada posisi utara Pulau Sumatera
dengan koordinatnya adalah 3◦35′LU dan 98◦40′BT. Dilihat dari topografinya, kota
Medan berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara, Kabupaten Deli Serdang
di sebelah barat, timur dan utara. Luas Kota Medan adalah sekitar 26.510 hektar
atau setara dengan 265.10km2. Kota Medan berada pada 2,5 hingga 3,5 meter di
atas permukaan laut.

Gambar 2.1

Peta Letak Kecamatan Kota Medan


Dokumentasi Penulis

Kota Medan terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Kota dipimpin

oleh seoarang walikota yang bernama Drs. H. T. Dzulmi Eldin, S. M.Si. . Kuil

Shri Mariamman terletak pada kecamatan Medan Petisah yang memiliki 8


kelurahan, jumlah KK sebanyak 21.125 jiwa dan yang dipimpin oleh seorang

camat yang bernama Rahmad ASP Harahap, S. STP. . Berikut merupakan tabel

daftar jumlah penduduk kecamatan Medan Petisah:

Kecamatan Kelurahan Jumlah LK PR Total

KK

Medan Petisah Petisah Tengah 3.226 5.893 6.353 12.246

Medan Petisah Sekip 2.572 4.643 5.040 9.683

Medan Petisah Sei Sikambing D 3.100 5.539 5.811 11.350

Medan Petisah Sei Putih Barat 4.104 7.676 7.886 15.562

Medan Petisah Sei Putih Tengah 2.973 5.628 5.737 11.365

Medan Petisah Sei Putih Timur 1 2.126 3.917 4.098 8.015

Medan Petisah Sei Putih Timur 2 3.024 5.506 5.857 11.373

JUMLAH 21.125 38.802 40.792 79.594

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

B. Gambaran umum Kuil Shri Mariamman

Kuil shri mariamman ini saya teliti secara langsung dengan mendatangi lokasi letak
kuil tersebut yang berada di jalan zainul arifin medan yang berada di dekat sun plaza dan di
dalam lokasi yang di sebut dengan litle india pada 2018.

Arsitektur India dikenal lewat rancangan kuilkuil sampai ke Asia Tenggara mulai
abad ke-5 hingga ke-13. Langgam Utara atau Hindu Arya, ditemukan hanya di wilayah
Himalaya yang berbatasan dengan ras Arya yang berbahasa Sancrit atau dikenal dengan The
Bengal Presidency. Langgam Kasmir atau Punjab, berbeda dari kedua diatas, akan tetapi
lebih mirip kepada langgam yang diselatan. (Santoso, 2008) .

Kuil yang diberi nama Shri Mariamman karena Shri Mariaman digambarkan sebagai
Ibu atau Dewi pelindung. Kuil Shri Mariaman dibagun pada tahun 1884 oleh masyarakat
Tamil yang tinggal di Medan dan di kepalai oleh Rangga Sami Naiher yang juga sebagai
donatur untuk pembangunan Kuil ini. Kuil ini dikelilingi tembok, dengan kitinggian 2,5
meter
BAB V

HASILDAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Mini Riset

Berdasarkan teknik/metode analisis data yang kami lakukan yaitu wawamcara,

dimana daftar wawancaranya telah kami lampirkan, maka dapat kami hasilkan

dari mini riset tentang Deskripsi Upacara Thai Ponggel Pada Masyarakat Hindu

Tamil Di Kuil Shri Mariamman Kota Medan yaitu sebagai berikut :

5.2 Pembahasan Hasil Mini Riset

A. Norma/ Adat Masyarakat Hindu Tamil

Masyarakat Hindu Tamil khususnya di kota Medan memiliki 2 jenis

upacara yang terbagi atas : (1) Upacara proses daur hidup (upacara adat) yang

berkaitan dengan kelahiran misalnya upacara walai kappu yaitu upacara yang

dilaksanakan pada seorang wanita yang telah menikah pada kehamilan 7 bulan

dan upacara pathinaru yaitu upacara buang sial, perkawinan dan kematian; (2)

upacara menurut hari besar atau disebut juga dengan upacara agama (yang

ditentukan Panjagham).

Masyarakat Hindu Tamil memiliki serangkaian upacara sendiri untuk

merayakan berbagai peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya. Tingkat

kedudukan seseorang dalam masyarakat biasanya menentukan hubungan dalam

suatu upacara yang akan dilakukan. Upacara tersebut pada dasarnya berfungsi

untuk memaparkan sistem atau tataran yang ada seperti pengetahuan local etnik

Tamil yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Hindu dan budaya Tamil.
1. Adat Istiadat Hindu Tamil

Thai Ponggel merupakan upacara perayaan menuai pada masyarakat


Hindu Tamil melalui pesta panen yang bertujuan untuk bersyukur kepada Tuhan
karena telah diberikan hasil panen yang melimpah. Di Punjabi India perayaan ini
dilaksanakan selama 3 hari dengan meriah yaitu pada hari pertama penyembahan
kepada dewa matahari yaitu dengan cara membakar barang-barang lama dengan
tunggul api dinyalakan semalaman hingga sebelum matahari terbit dan disambut
dengan pakaian-pakaian baru, pada hari ketiga penyembahan dilakukan kepada
lembu karena lembu merupakan lambang dari kemakmuran bagi masyarakat
Hindu Tamil dimana lembu telah banyak membantu para petani dalam membajak
sawah sehingga lembu yang ada pada acara tersebut dihiasi dengan cara tanduk
pada lembu dicat, dikenakan pakaian dan topi diatas kepala juga terdapat kalung
pada leher lembu dan hari ketiga disebut dengan Kanni Ponggel yaitu
dikhususkan bagi para remaja-remaja perempuan untuk memasak dan bangun
cepat yang bertujuan memanjatkan doa agar diberikan jodoh dan berdoa untuk
keluarga agar diberikan kesehatan14.

Thai Ponggel ditetapkan menurut almanak Tamil yaitu pada awal bulan
Thai Madem. Pada saat bulan panen berlangsung banyak melaksanakan
pernikahan dan rumah atau tempat tinggal masyarakat Hindu Tamil dihiasi
dengan lampu-lampu juga dihiasi dengan tumbuh-tumbuhan di pintu. Masyarakat
Hindu Tamil percaya bahwa pada bulan panen adalah bulan dimana Sang
Pencipta yaitu dewa matahari memberikan berkat yang melimpah dan diberikan
kemudahan dalam segala hal.
B. Tempat Pelaksanaan Upacara

Dalam membahas tempat pelaksanaan upacara Thai Ponggel, penulis akan


menyebutkan secara detail seperti penulis saksikan pada saat upacara dilaksankan.
Tempat pelaksanaan upacara diadakan pada 3 tempat yaitu di halaman kuil Shri
Mariamman, di dalam kuil Shri Mariamman dan di kuil Shri Kaliamman. Pada
halaman kuil Shri Mariamman, jemaat duduk diatas tikar dan posisi duduk
bersampingan dengan kuil. Pembagian posisi duduk antara wanita dan pria
dibedakan yaitu wanita duduk berdekatan dengan pintu kuil sedangkan pada pria
duduk berdekatan dengan gerbang masuk kuil. Mereka memulai upacara dengan
mengucapkan mantra atas ucapan syukur kepada dewa matahari yang dipimpin
oleh pendeta.

Tempat Pelaksanaan Pertama di halaman Kuil Shri Mariamman


Setelah selesai dari halaman kuil Shri Mariamman, selanjutnya tempat
pelaksanaan upacara pindah kedalam kuil Shri Mariamman. Seluruh umat yang
mengikuti proses upacara tersebut duduk diatas sajadah yang telah disediakan kuil.
Posisi duduk antara pria dan wanita dibedakan yaitu pria duduk disebelah kiri pintu
utama kuil dan wanita duduk sebelah kanan pintu utama kuil. Acara yang diadakan
didalam kuil yaitu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan terdapat khotbah yang
dipimpin dari pendeta diluar kuil. Selain itu tempat pelaksanaan upacara yang terakhir
adalah di kuil Kaliamman.

Tempat pelaksanaan ini berpindah kuil dikarenakan kuil ini merupakan cabang
kuil dari kuil Shri Mariamman dan Kaliamman merupakan anak laki-laki dari dewi Shri
Mariamman sehingga kuil ini menjadi salahsatu tempat pelaksanaan upacara Thai
Ponggel dilaksanakan. Pada kuil Kaliamman diadakan acara makan bersama dengan
seluruh masyarakat yang mengikuti upacara pesta panen. Selama upacara berlangsung
yaitu dari tempat pelaksanaan upacara yang pertama sampai yang terakhir, jemaat yang
mengikuti proses upacara menyanyikan nyanyian Bhajan yang bertujuan untuk memuji
dan menyembah dewa atas kemakmuran dan bersyukur dengan kemudahan yang
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Gambar 3.2 Di dalam Kuil Shri Mariamman


Gambar 3.3

Tempat Pelaksanaan Di Kuil Kaliamman

C. Latar Belakang dan Tujuan Pelaksanaan

Masyarakat Hindu meyakini bahwa orang menginginkan empat hal.


Mereka memulai dengan menginginkan kenikmatan. Selain itu masyarakat Hindu
percaya akan alam semesta beserta isinya baik yang berada di segala penjuru
bumi, di lautan maupun di angkasa merupakan bagian dari tubuh Sang Hyang
Widhi walaupun tidak tampak langsung oleh umat manusia. Keyakinan pada
masyarakat Hindu dapat dibuktikan dari dewa yang mereka percayai misalnya
masyarakat Hindu memiliki dewa matahari, meyakini dewa lembu dan
sebagainya. Tujuan umat Hindu mempercayai keyakinan Sang Hyang Widhi
adalah untuk kehidupan manusia ciptaanya. Dengan adanya keyakinan umat
Hindu maka berdirilah sebuah kuil ditempat-tempat yang indah, bersejarah atau
yang dapat membangkitkan kekaguman akan kebesaran Sang Hyang Widhi
disamping dekat dan mudah dicapai umatNya.
Masyarakat Hindu Tamil yang berada di daerah Punjabi melaksanakan
pesta panen selama 4 hari. Mereka melaksanakan upacara dibeberapa tempat yaitu
di rumah, dikandang lembu dan dikuil. Upacara pesta panen di daerah Punjabi
terbagi menjadi 4 jenis yaitu Kanni Ponggel merupakan pesta panen yang
dilaksanakan untuk kaum remaja wanita dan kaum wanita yang belum menikah,
Mate Ponggel merupakan pesta panen yang diadakan didalam rumah , Thai
Ponggel merupakan pesta panen yang dilaksanakan didalam kuil dan Bogi
Ponggel merupakan pesta panen yang dilaksanakan didalam kandang lembu.
Perbedaan perayaan pesta panen

pada masyarakat Hindu Tamil di Punjabi dan di Indonesia terjadi dikarenakan


mayoritas kependudukan pada daerah dimana di Punjabi banyak masyarakat
Hindu Tamil sedangkan di Indonesia hanya sedikit.
Perayaan pesta panen masyarakat Hindu Tamil merupakan upacara yang
dilaksanakan karena para petani mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas hasil panen petani subur dan menghasilkan banyak kamakmuran bagi
masyarakat Hindu Tamil. Masyarakat Hindu Tamil yang bukan petani dan juga
pekerja yang bukan menghasilkan hasil panen seperti gandum, susu, padi dan
sebagainya ikut serta merayakan pesta panen. Mereka melaksanakan dengan
tujuan yang sama karena selain hasil panen, mereka bersyukur atas kelestarian
alam yang telah memberikan kemudahan dalam upaya mencari nafkah sehingga
mendapat makanan dan minuman. Oleh sebab itu, upacara Thai Ponggel tidak
hanya dilaksanakan di daerah yang ada sawah atau daerah yang bisa menghasilkan
hasil panen. Kuil Shri Mariamman adalah salah satu contoh tempat pelaksanaan
upacara Thai Ponggel.

D. Komponen Upacara

1. Saat Upacara

Upacara Thai Ponggel dilaksanakan sekali dalam satu tahun yaitu pada
awal bulan Thai Madem sesuai dengan almanak Tamil. Upacara Thai Ponggel
berlangsung selama sehari dengan durasi 7 jam yang dihadiri oleh masyarakat
Hindu Tamil. Upacara berlangsung dengan tertib dan tepat waktu. Upacara selalu
diiringi dengan nyanyian Bhajan.

2. Benda-Benda dan Bahan-Bahan Upacara

Dalam sebuah upacara terdapat benda-benda dan bahan-bahan yang


dipakai untuk prosesi ataupun rangkaian pada saat acara berlangsung. Benda-
benda dan bahan-bahan upacara memiliki makna dan fungsi tertentu dipercayai
dapat mejadi sarana penyampaian pesan dan maksud bagi setiap etnis yang
mengikuti upacara khususnya pada masyarakat Hindu Tamil menyembah Sang
Hyang Widhi.

3. Benda-Benda Yang Digunakan

Adapun benda-benda yang digunakan dan masyarakat Hindu Tamil


menganggap sakral dan suci adalah sebagai berikut:
1. Lonceng Vaishnavaism
Lonceng yang memiliki makna sebagai tanda bahwa Sang Hyang Widhi satu-
satunya yang didengar dan dipatuhi dan juga menandakan bahwa Sang Hyang
Widhi adalah Tuhan Yang Maha Esa.
2. Lampu atau Pelita (Dipam)

Agama Hindu mengartikan pelita memiliki sinar terang yang berasal dari api
lampu yang dinyalakan. Pelita juga memiliki simbol sebagai cahaya penerang dan
memberikan arti kehidupan bagi manusia seperti sinar matahari yang menyinari
bumi dan menjaga kehidupan manusia melalui terangnya. Sinar yang berasal dari
pelita dapat disimbolkan sebagai cahaya dapat membinasakan kekuatan kegelapan
yang selalu mengganggu kedamaian kehidupan umat manusia. Setiap jenis
pembuatan pelita berbeda-beda sehingga makna dan fungsi yang terkandung
didalamnya mengalami perbedaan juga yaitu sebagai berikut:
a. kapas berfungsi untuk memberikan kedamaian dan hal yang terbaik
b. batang pohon teratai berfungsi untuk menghapuskan perbuatan salah sebelumnya
c. kulit pohon eru putih berfungsi untuk mengusir setan yang terdapat dalam tubuh
manusia
d. helai kain kuning (baru) berfungsi membebaskan dari usikan setan barang yang
dianggap memiliki roh halus
e. helai kain merah berfungsi untuk memberikan tanda larangan dan hambatan
nikah serta tidak dikaruniakan anak.

Setiap jenis pembuatan lampu yang berbeda maka berbeda pula jenis
minyak yang digunakan pada lampu. Adapun jenis minyak yang digunakan pada
lampu adalah sebagai berikut:
a. minyak sapi (Ghee) memiliki ciri khas warna yang terbaik dan mengandung arti
untuk memberikan kebahagiaan juga kemakmuran
b. minyak wijen (Sesame Oil) mengandung arti bebas dari penderitaan atau nasib
buruk
c. minyak jerai (Kastroli) mengandung arti untuk memberi keturunan keluarga
dan sanak saudara
d. minyak kelapa mengandung arti sebagai bebas dari penyakit

e. minyak kacang tanah mengandung arti larangan, membawa kehancuran dan sial

Lampu yang digunakan pada upacara Thai Ponggel terdiri dari dua bagian
yaitu sebagai berikut:
a. lampu Pancarati merupakan lampu yang memiliki lima sumbu dan terbagi dari
dua makna kata panca berarti lima dan Arthai berarti api. Lima api atau lima
kuasa Tuhan yang dikenal dalam agama Hindu sebagai Pancabhutam (lima
elemen) yaitu air, api, tanah, udara dan angkasa.
b. lampu Mahakarpuram merupakan api yang memiliki sumbu sebanyak satu dan
melambangkan dari energy perana atau dikenal dengan cahaya Tuhan juga energi
Tuhan. Fungsi lampu ini sebagai sarana pertemuan antara jemaat dan Tuhan.
3. Kemenyan (Thdhupaf)

Masyarakat Hindu mengenal kemenyan sebagai wewangian yang difungsikan


sebagai menetralkan energy dari energi negatif menjadi energi positif.
Selain benda-benda upacara pada Thai Ponggel yang dianggap sakral,
masyarakat Hindu memakai benda-benda yang biasa digunakan untuk memasak
hasi panen dengan fungsi yang sama seperti dandang, wajan, sendok pengaduk,
wadah untuk susu dan tungku masak.

4. Bahan-Bahan Yang Digunakan


Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam upacara Thai Ponggel adalah
sebagai berikut:
a. buah kelapa merupakan simbol dari kehidupan
b. bunga (puspa) merupakan bentuk persembahan yang paling indah dan megah
jika dilihat dari fisiknya. Umat Hindu menggunakan bunga sebagai keperluan
sembahyang dari pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kegiatan
sembahyang dan pemujaan biasanya dipakai bunga yang masih segar dan indah
serta dirangkai sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk yang bagus dan
megah. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Hindu Tamil memberikannya
dengan penuh keihklasan sebagai wujud rasa terimakasih dan bakti kepada
Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi).
c. susu bermanfaat untuk memperoleh umur yang panjang
d. pohon tebu sebagai kemakmuran
e. pohon kunyit sebagai menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik
f. pohon pisang sebagai kesuburan dan dapat menyerap energy matahari
g. beras sebagai lambang hasil panen yang telah diberikan oleh Surya Banuan

Gambar 3.4

Bunga segar yang dirangkai sedemikian rupa dalam kegiatan sembahyang dan
kegiatan pemujaan
E. Pendukung Upacara

1. Pendeta/Pemimpin Upacara

Pimpinan dalam tahapan-tahapan pelaksanaan upacara Thai Ponggel


adalah seorang pendeta yang bernama Dharma. Pendeta Dharma bertugas
menyampaikan mantra atas nama seluruh Bhakta yang sedang ikut melaksanakan
upacara Thai Ponggel. Selain pendeta yang bercampur tangan dalam hal
mengurus upacara, ketua kuil adalah salah satu yang berwenang mengurus seluruh
persiapan pelaksanaan upacara seperti dalam persiapan menyiapkan bahan-bahan
dan benda- benda untuk rangkaian pelaksanaan upacara dan mengatur jadwal
acara tahap demi tahap. Meskipun demikian, ketua kuil tidak berhak untuk
menyampaikan mantra atas nama seluruh Bhakta. Ketua kuil juga merupakan
salah satu pendeta yang cukup lama berada dalam mengurus kuil. Ketua kuil
bertugas hanya menyampaikan kata sambutan pada saat upacara berlangsung
didalam kuil Shri Mariamman.

Pendeta yang menyampaikan mantra dan ketua kuil menggunakan pakaian


yang berbeda yaitu pendeta menggunakan pakaian pendeta yang biasa gunakan
yaitu kain yang beberbentuk segi empat panjang yang dianggarkan sepanjang 5
meter yang dililit disekitar pinggang dan kaki yang disebut dengan dhoti
sedangkan ketua kuil memakai pakaian seperti jemaat kaum pria kenakan yaitu
memakai kurta pula. Pada masyarakat Hindu Tamil, penggunaan baju ataupun
kostum tidak diperkenankan memakai secara berlebihan. Penggunaan baju
ataupun kostum pada saat beribadah harus melambangkan kesederhanaan dan
masyarakat Hindu Tamil berfokus pada dewa yang ingin dipuja.

2. Panitia

Upacara Thai Ponggel didukung oleh panitia. Panitia upacara terdiri dari
beberapa anggota dan memiliki susunan kepengurusan yang diketuai oleh Bapak
Pendeta Chandra Boss, dibantu dengan wakil ketua Bapak Kuna Segra, sekretaris
dengan Nadya dan bendahara Silen. Sistem kepengurusan kuil dan panitia
pelaksanaan upacara memiliki anggota kepengurusan yang sama. Setiap anggota
kepengurusan melakukan tugas sesuai dengan jabatan. Sedangkan kepengurusan
dalam hal musik dan konsumsi merupakan jemaat yang telah dipilih oleh ketua
perhimpunan kuil.

3. Bhakta/Undangan

Bhakta yang hadir dalam upacara Thai Ponggel merupakan pendukung


upacara. Bhakta berasal dari dalam lingkungan sekitar kuil Shri Mariamman dan
ada juga yang berasal dari luar kuil Shri Mariamman seperti dari daerah Tanjung
Morawa, Pakam bahkan dari Malaysia. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat
yang mengikuti upacara Thai Ponggel sangat antusias. Tidak hanya masyarakat
Hindu Tamil yang ikutserta menyaksikan upacara Thai Ponggel namun terdapat
etnis lain yaitu seperti etnis Cina, Jawa dan Toba. Adanya etnis luar dari
masyarakat Hindu Tamil dikarenakan upacara terbuka untuk umum dan seluruh
kalangan dapat menyaksikan berjalannya upacara tersebut. Masyarakat Hindu
Tamil yang turut melaksanakan upacara tidak mengasingkan ataupun memandang
sebelah mata terhadap etnis lain yang tidak serumpun dengan mereka.
Gambar 3.5

Bhakta yang sedang mengikuti upacara Thai Pongge

4. Pemusik

Upacara Thai Ponggel menggunakan empat alat musik yaitu sange, manjira,
tabla dan tamborin. Keempat alat musik dimainkan oleh beberapa pemain musik
seperti pada alat musik sange dimainkan oleh satu orang, manjira dimainkan oleh
dua orang, tabla dimainkan oleh dua orang secara bergantian dan tamborin
dimainkan oleh dua orang secara bergantian. Untuk memainkan alat musik, pemusik
tidak terdapat syarat khusus misalnya syarat harus pria ataupun wanita namun
pemusik wajib mahir dalam memainkan alat musik.

Pemusik memakai kostum yang resmi seperti pemusik kaum wanita memakai
kostum yang disebut sari yaitu pakaian tradisional India yang banyak dikenal oleh
seluruh masyarakat sedangkan pemusik kaum pria memakai baju yang disebut
dengan kurta pula yaitu pakaian tradisional pria kaum India dengan menggunakan
kemeja panjang yang sampai ke lutut yang diperbuat daripada kain kapas atau lime
dan sutera. Selain alat musik, terdapat nyanyian yang dinyanyikan oleh jemaat,
jemaat yang menyanyikan secara bergantian dengan bersahut-sahutan. Musik pada
upacara Thai Ponggel dimainkan secara langsung tanpa menggunakan suara yang
berbentuk rekaman.
F. Deskripsi Jalannya Upacara Thai Ponggel

Upacara Thai Ponggel dimulai pada pukul tujuh pagi dan sebelum upacara
dimulai, panitia pelaksana mempersiapkan bahan dan benda-benda upacara pada
malam hari. Panitia pelaksana dan jemaat yang mengikuti upacara Thai Ponggel
pada jam empat subuh terlebih dahulu melakukan mediasi individu dengan tujuan
berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada pukul lima subuh, pendeta kuil
memandikan arca yaitu dengan menggunakan susu, tepung kunyit, beras, kayu
cendana, air kelapa muda, madu, air tebu dan air mawar. Ketika matahari telah
terbit, pendeta melaksanakan ritual puja yaitu ritual sambutan kepada matahari.

Upacara Thai Ponggel dilaksanakan pada waktu matahari telah bersinar


atau hari mulai terang yaitu pukul tujuh pagi. Pelaksanaan pertama yaitu pendeta
memecahkan kelapa muda yang telah dibersihkan dari serabut menggunakan
parang. Air kelapa dalam masyarakat Tamil melambangkan suatu kehidupan.
Setelah itu, pendeta melakukan pemujaan terhadap dewa Ganesha dengan tujuan
segala karma dan bala akan hilang. Setelah melakukan pemujaan kepada Ganesha,
pendeta melanjutkan pemujaan terhadap dewa surya karena telah diberikan hasil
panen. Jemaat yang ikutserta melaksanakan upacara pada saat pemujaan, jemaat

berdoa dan mengambil cahaya yang diberikan pendeta kepada jemaat. Cahaya
merupakan sarana energi postif yang diberikan oleh dewa.

Pelaksanaan upacara Thai Ponggel setelah pemujaan terhadap dewa adalah


jemaat berdiri menuangkan susu yang telah disediakan oleh panitia dihari
sebelumnya sambil menyanyikan Bhajan. Jemaat bergantian dan berbaris
menunggu giliran untuk menuangkan susu. Jemaat kaum wanita terlebih dahulu
menuangkan susu setelah itu jemaat kaum pria. Susu dituangkan sebanyak satu
sendok pengaduk, apabila susu telah tumpah maka resmi sudah upacara Thai
Ponggel. Makna dari susu tumpah meluap dari wadah merupakan lambang dari
hasil panen yang melimpah ruah bagi masyarakat Hindu Tamil. Setelah susu telah
meluap, selanjutnya panitia dan pendeta menuangkan beras kedalam wadah susu.
Proses tersebut sama dengan proses pertama yaitu menunggu hingga beras masak
hingga meluap. Proses pemujaan dan proses memasak hasil panen dilakukan di
halaman kuil Shri Mariamman.
Proses pemujaan dan proses memasak hasil panen telah selesai, jemaat
yang hadir pada saat upacara Thai Ponggel dan seluruh panitia melajutkan
upacara didalam kuil Shri Mariamman. Jemaat dan panitia pelasana melakukan
meditasi Tyanem didalam kuil Shri Mariamman selama lima menit dengan tujuan
untuk menyerap energy yang telah dipantulkan oleh dewa. Setelah itu dilanjutkan
dengan nyanyian Bhajan yang diawali dengan mantra. Pada pertengahan upacara
didalam kuil Shri Mariamman terdapat khotbah dan kata sambutan. Pelaksanaan
terakhir didalam kuil Shri Mariamman adalah jemaat dan panitia pelaksana
menyanyikan lagu pemujaan yang disebut dengan nama nyanyian Jyothi dan
dilakukan sambil berdiri menyembah dan mengambil arati (energi positif) yang
diberikan dewa melewati lampu Mahakarpuram. Proses kedua yaitu didalam kuil
Shri Mariamman selesai dan seluruh jemaat yang hadir bersalaman.

Proses yang ketiga yaitu di kuil Kaliamman, jemaat dan panitia pelaksana
bernyanyi Bhajan sambil menyembah dewa Suryabanuan sebagai ucapan syukur
dengan apa yang telah disajikan padasaat upacara. Jemaat yang mengikuti upacara
terlebih dahulu berdoa dan mengelilingi arca sebanyak tujuh kali sebagai
penyembahan. Apabila jemaat yang telah berdoa, jemaat dan seluruh panitia
bersama-sama menyanyikan nyanyian Bhajan selama satu jam.

Akhir upacara Thai Ponggel, seluruh jemaat yang turut mengikuti upacara
makan bersama dengan hidangan nasi kuning yang biasanya disebut dengan
Brianivegetarian, nasi putih yang direbus dengan campuran daun salam dan elka
(kapulaga India/kayu manis) , pawaso merupakan manisan yang berisi campuran
susu, mata ikan, kacang mete, kismis dan gula, diperte yaitu kentang dan labu
yang dihancurkan dengan menggunakan tangan, rending kentang, pacidi yaitu
masakan dengan menggunakan manga muda atau mangga yang masih mentah
dicampur gula merah dan elka, kari yaitu kentang, terong, wortel, buah kelor, dan
parpu merupakan masakan yang menggunakan campuran sejenis kacang-
kacangan seperti kedelai yang direndam semalaman kemudian dimasak.
Gambar 3.6

Hidangan Upacara Thai Ponggel


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada penjelasan bab-bab yang telah dibahas, penulis
menyimpulkan pembahasan dari hasil penelitian lakukan. Penulis menyimpulkan
bahwa upacara Thai Pongel adalah upacara menuai pada masyarakat Hindu Tamil
melalui pesta panen yang bertujuan untuk bersyukur kepada Tuhan karena telah
diberikan hasil panen yang melimpah. Thai Pongel diadakan sekali setahun pada
awal bulan Thai menurut almanak Tamil dan dilaksanakan dilaksanakan di kuil
Shri Mariamman. Kuil Shri Mariamman merupakan kuil tertua di kota Medan dan
memiliki luas 2 hektar. Semua umat Hindu Tamil dapat mengikuti upacara Thai
Pongel ini dengan memakai pakaian yang sopan misalnya pada kaum pria
memakai dhoti atau kurta dan pada kaum wanita memakai sari atau salwar
kameez. Upacara berlangsung selama 1 hari dengan durasi 7 jam. Penyajian musik
pada upacara Thai Ponggel terdiri dari 4 alat musik yaitu manjira, tabla, tamborin
dan sange. Musik yang disajikan dalam upacara dimainkan tidak menggunakan
rekaman melainkan secara live. Upacara Thai Pongel terdapat nyanyian. Nyanyian
yang dipakai dalam upacara adalah nyanyian bhajan dan dinyanyikan secara
bergantian. Bhajan merupakan memuja, menyembah, bersujud, dihadapan Tuhan
yaitu dengan menyanyikan lagu-lagu suci dan diartikan kedalam bahasa
Indonesia. Bhajan terdiri dari 10 bhajan dan bhajan yang dipakai adalah bhajan
Shiva.

B. Saran

Upacara Thai Ponggel di Kuil Shri Mariamman Kota Medan diharapkan


dapat mempertahankan tradisi yang masih melekat dalam upacara sehingga tidak
mengalami kemunduran dan dilupakan oleh generasi muda yang diakibatkan oleh
perubahan jaman dan gaya hidup dari masyarakat pendukungnya juga berubah.
Penulis mengakui bahwa dalam upacara ini tidak banyak yang mengetahui tentang
adanya keberadaannya. Oleh karena itu penulis menyarankan kepada pihak
penyelenggara dapat mempublikasikan upacara kepada masyarakat.
Selain itu, penulis juga menyadari bahwa penelitian yang penulis lakukan
masih banyak kekurangan dan perlu mendapatkan penyempurnaan. Penelitian ini
hanyalah sebahagian kecil permasalahan yang terkandung didalamnya. Oleh
karena itu, penulis menyarankan dan mengharapkan kepada siapa saja yang
berminat untuk melanjutkan penelitian ini untuk lebih mendalam lagi, sehingga
dapat bermanfaat
DAFTAR PUSTAKA

Ardana, I Gusti Gede. 1989. Sejarah Perkembangan Hinduisme. Denpasar: Tanpa

Penerbit.

Basarsyah, Tuanku Luckman Sinar. 2008. Orang India Di Sumatera Utara.

Medan: Forkala.

Bachtiar, Harja W. 1990. Pengamatan Sebagai Suatu Metode Penelitian. Jakarta:

Gramedia.

xc

Universitas Sumatera
Utara
LAMPIRAN DOKUMENTAS

 Daftar Pedoman Wawancara

1. Apa sajakah norma/adat masyarakat hindu thamil di kuil shri mahriamman


ini ?
2. Tempat pelaksanaan upacara Thai Ponggel ini dimana saja dilakukan ?
3. Mengapa dilakukan acara Thai Ponggel itu ?
4. Apa saja tujuan dilakukannya acara Thai Ponggel itu ?
5. Komponen-komponen apa saja yang diperlukan saat akan melaksanakan
acara Thai Ponggel ini ?
6. Apa-apa saja pendukung upacara Thai Ponggel ini?
7. Kira-kira bisa tidak memberikan sedikit gambaran mengenai proses jalannya
upacara Thai Ponggel ini yang biasa dilaksanakan di Kuil Shri Mariamman
ini ?

 Lampiran Foto dokumentasi saat melakukan mini riset

91

Universitas Sumatera
Utara

Anda mungkin juga menyukai