Anda di halaman 1dari 8

JUDUL (PENULIS)

Oleh : Alfi Saroiroh, Dimas Ariyadi, Iim Rohima Agustin, Irine Niandari, Mutia
Nandani, Nur Anggraini Putri

Dra. Hj. Dahlia, M.S.

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Malang

Jalan Semarang No 5 Malang

Abstrak : Osmosis merupakan proses perpindahan air (pelarut) melintasi


membrane selektif permeabel. Dehidrasi osmotik adalah metode
diterapkan untuk memindahkan air dari jaringan tanaman dengan
perendaman dalam larutan hipertonik terhadap bahan makanan seperti
ubi jalar dan kentang. Air berpindah dari bahan kedalam larutan di bawah
pengaruh gradient tekanan osmotic. Metode ini bertujuan untuk
mengamati terjadinya proses difusi dan osmosis pada tumbuhan kentang
(Solanum tuberrosum), ubi jalar (Ipomea batatas), dan ubi kayu
(Manihot esculenta). Perlakuan dengan berbagai konsentrasi larutan gula
dan garam masing-masing 15%, 35%, dan 50% menghasilkan bahwa sel
mengkerut dan mengembang. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan
bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka
air akan bergerak dari dalam keluar sel.
Keyword : Difusi, osmotik, potensial larutan.
Pendahuluan
Perpindahan zat dari satu daerah ke daerah lain yang sering disebut sebagai
translokasi. Mekanisme untuk translokasi dapat diklasifikasikan sebagai aktif atau
pasif. Hal ini kadang-kadang sulit untuk dibedakan antara transpor aktif dan pasif,
tetapi translokasi air jelas merupakan proses pasif. Perpindahan dari zat pasif dapat
dikatakan difusi. Perpindahan air melintasi penghalang selektif permiabel yang
dikenal sebagai osmosis, yang juga harus diperhitungkan. Perpindahan air melintasi
membran selektif permiabel disebut sebagai osmosis. Membran sel tumbuhan yang
selektif permeabel. Difusi air langsung di lipid bilayer difasilitasi oleh aquaporins,
yaitu protein membran integral yang membentuk saluran air-selektif melintasi
membran. Dalam osmosis aksimalisasi entropi diwujudkan dengan jumlah volume
pelarut melalui membran untuk mencairkan zat terlarut (Ordog, 2011)
Ubi jalar dan kentang merupakan salah satu tanaman pangan yang paling
penting di negara berkembang. Ini adalah salah satu tanaman pangan yang paling
efisien dalam hal nilai kalori per area dibudidayakan, yang relatif mudah tumbuh
bahkan di tanah yang buruk dan kering. Ubi jalar, yang merupakan salah satu umbi
yang paling penting, sebagian besar didistribusikan di daerah tropis. Hal ini
memainkan peran mendasar dalam diet rakyat dari negara-negara tropis. umbi tropis
baik rumah diproses atau industri olahan pada berbagai skala. Saat ini, proses industri
harus ditingkatkan dalam rangka meningkatkan penggunaan umbi dan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi (Embrapa, 2002)
Dehidrasi osmotik adalah metode diterapkan untuk memindahkan air terhadap
bahan makanan seperti ubi jalar dan kentang, dengan cara merendam potongan bahan
dalam larutan yang tekanan osmotiknya lebih tinggi, dan aktivitas air rendah dari
makanan. Hal ini disebut hipertonik. Air berpindah dari bahan ke dalam larutan di
bawah pengaruh gradien tekanan osmotik. Dalam proses ini, dinding sel dalam bahan
bertindak sebagai membran semi permiabel. Namun, membran tidak sepenuhnya
selektif. Beberapa bahan alami yang larut, seperti asam organik, gula, garam, dan
vitamin, mungkin akan hilang dengan air, sedangkan zat terlarut dari larutan dapat
menembus ke dalam bahan makanan (Antonio, 2008).
Dehidrasi osmotik secara luas digunakan untuk memindahkan sebagian air
dari jaringan tanaman dengan perendaman dalam hipertonik (osmotik) solusi.
Kekuatan pendorong untuk difusi air dari jaringan ke dalam larutan disediakan oleh
tekanan osmotik tinggi dari larutan hipertonik. Difusi air disertai dengan difusi
simultan zat terlarut dari larutan osmotik ke dalam jaringan. Karena membran
bertanggung jawab untuk transportasi osmotik selektif permiabel, zat terlarut lainnya
dalam sel juga dapat terlepas dalam larutan osmotik (Kowalska et al, 2001). Laju
difusi air dari setiap materi terdiri dari jaringan tersebut tergantung pada faktor-faktor
seperti: suhu dan konsentrasi larutan osmotik, ukuran dan geometri materi, rasio
massa antara solusi dan material, dan agitasi solusi. Sejumlah publikasi telah
menggambarkan pengaruh variabel-variabel ini kecepatan transfer massa selama
osmotik dehidrasi (Azoubel et al, 2004).
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengamati terjadinya proses difusi
dan osmosis pada tumbuhan kentang (Solanum tuberrosum), ubi jalar (Ipomea
batatas), dan ubi kayu (Manihot esculenta). Serta dapat membuat percobaan
mengenai terjadinya peristiwa difusi dan osmosis. Adapun manfaat penulisan artikel
iniuntuk memberikan informasi tentang proses difusi dan osmosis pada bahan
makanan yang ada di sekitar lingkungan kita.

Bahan dan Metode


Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Fisiolgi Tumbuhan di gedung O5
ruang 205 FMIPA Universitas Negeri Malang pada tanggal 2 September 2016. Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah alat pengebor gabus yang berdiameter 0,6-
0,8 cm, silet tajam, cawan petri, timbangan digital analitis, pinset dan mistar dengan
ukuran mm. Adapun bahan yang digunakan yaitu larutan gula dan larutan garam
dengan konsentrasi yang berbeda masing-masing yaitu 15%, 35%, dan 50%.
Prosedur kerja dalam kegiatan praktikum ini yaitu diiris dan dibor bahan
kentang, ubi jalar, dan ubi kayu menggunakan silet dan alat pengebor gabus. Adapun
bentuk bahan yang dihasilkan pada kentang dan ubi kayu berupa bentuk persegi
(kecil dan besar) dan bahan ubi kayu berbentuk silinder. Kemudian sebagai perlakuan
ke 0 masing-masing terlebih dahulu ditimbang massanya menggunakan timbangan
digital analitis dan diukur panjang, lebar, dan diameter menggunakan mistar.
Perlakuan selanjutnya yaitu direndam selama 15 menit semua bahan pada cawan petri
yang telah diberi akuades, larutan gula, dan larutan garam dengan konsentrasi yang
berbeda-beda. Setelah waktu 15 menit pertama selesai, diukur kembali panjang, lebar,
diameter dan massa bahan tersebut. Kemudian dilakukan hal yang serupa yaitu
perendaman 15 menit selanjutnya hingga pengulangan yang keempat. Setelah itu
dicatat hasil pengamatan tersebut.
HASIL

PEMBAHASAN

Osmosis diartikan sebagai proses perpindahan pelarut melewati sebuah


membran semipermiabel. Secara sederhana osmosis dapat diartikan sebagai proses
difusi air sebagai pelarut, melewati sebuah membran semi permeabel. Masuknya air
ini dapat menyebabkan teknan air yang disebut tekanan osmotik (Kustiyah, 2007).
konsentrasi terlarut dalam suatu larutan merupakan faktor utama yang menentukan
kelangsungan osmosis. Suatu sel bisa mengalami kondisi hipertonik ataupun
hipotonik sehingga menghasilkan sel yang krenasi atau plasmolisis karena adanya
osmosis tadi. Plasmolisis merupakan suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding
sel yang akibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisburi, 1995).

Pada percobaan yang telah dilakukan digunakan bahan ketela berbentuk


kotak, ketela berbentuk tabung, singkong kotak dan singkong tabung. Bahan diamati
dengan menggunakan larutan aquades, gula 15%, gula 35%, gula 50%, garam 15%,
garam 35%, dan garam 50%. Dalam percobaan perendaman dilakukan pengamatan
pada volume dan juga berat bahan amatan.

Pada pengamatan volume menggunakan larutan gula, pada grafik 1.1 saat
menggunakan larutan aquades dari 15 menit pertama hingga menit ketiga ukuran
volume singkong mengalami pengurangan dari pada volume awal. Saat kentang
direndam pada larutan gula 15% ukuran volume kentang awal sampai ke 15 menit
ketiga mengalami penurunan ukuran volume . Pengamatan saat mengunakan larutan
gula 35%, ukuran volume awal hingga perendaman 15 menit ketiga singkong
mengalami kenaikan ukuran volume. Pengamatan pada larutan gula 50% ukuran
volume awal sampai ke 15 menit ketiga singkong mengalami kenaikan ukuran
volume. Pada grafik 1.2 pengamatan volume saat peendaman singkong pada aquades
pengalami penambahan ukuran volume dari voume awal, saat perendaman
menggunakan larutan gula 15% singkong mengalami penambahan volume,
perendaman saat volume 35% singkong mengalami penambahan ukuran volume,
pada perendaman dengan larutan gula 50% juga menghasilkan penambahan ukuran
volume. Pada pengamatan volume menggunakan larutan gula, pada grafik 1.3 saat
menggunakan larutan aquades dari 15 menit pertama hingga menit ketiga ukuran
volume singkong mengalami kenaikan dari pada volume awal. Saat kentang direndam
pada larutan gula 15% ukuran volume kentang awal sampai ke 15 menit ketiga
mengalami penambahan volume . Pengamatan saat mengunakan larutan gula 35%,
ukuran volume awal hingga perendaman 15 menit ketiga singkong mengalami
kenaikan ukuran volume.pengamatan pada larutan gula 50% ukuran volume awal
sampai ke 15 menit ketiga singkong mengalami kenaikan ukuran volume.

Pada pengamatan volume menggunakan larutan garam, pada grafik 2.1 saat
menggunakan larutan aquades dari 15 menit pertama hingga menit ketiga ukuran
volume singkong mengalami penurunan dari pada volume awal. Saat kentang
direndam pada larutan garam 15% ukuran volume kentang awal sampai ke 15 menit
ketiga kentang mengalami penurunan ukuran volume. Pengamatan saat mengunakan
larutan garam 35%, ukuran volume awal hingga perendaman 15 menit ketiga
singkong mengalami penurunan ukuran volume. Pengamatan pada larutan garam
50% ukuran volume awal sampai ke 15 menit ketiga singkong mengalami penurunan
ukuran volume. Pada grafik 2.2 pengamatan volume saat perendaman singkong pada
aquades pengalami penambahan ukuran volume dari voume awal, saat perendaman
menggunakan larutan garam 15% singkong mengalami pengurangan ukuran volume,
perendaman saat volume 35% singkong mengalami penambahan ukuran volume,
pada perendaman dengan larutan garam 50% juga menghasilkan penurunan ukuran
volume. Pada pengamatan volume menggunakan larutan garam, pada grafik 2.3 saat
menggunakan larutan aquades dari 15 menit pertama hingga menit ketiga ukuran
volume singkong mengalami kenaikan dari pada volume awal. Saat kentang direndam
pada larutan garam 15% ukuran volume kentang awal sampai ke 15 menit ketiga
mengalami penambahan volume . Pengamatan saat mengunakan larutan garam 35%,
ukuran volume awal hingga perendaman 15 menit ketiga singkong mengalami
kenaikan ukuran volume.pengamatan pada larutan garam 50% ukuran volume awal
sampai ke 15 menit ketiga singkong mengalami kenaikan ukuran volume.

Pada pengamatan berat dengan melakukan perendaman ketela bentuk kotak


dengan larutan, pada grafik 3.1 saat menggunakan aquades dari 15 menit pertama
hingga menit ketiga berat ketela mengalami penurunan dari berat awal. Saat ketela
direndam pada larutan gula 15% berat ketela awal sampai ke 15 menit ketiga ketela
mengalami kenaikan dari berat. Pengamatan saat mengunakan larutan gula 35%,
berat awal hingga perendaman 15 menit ketiga ketela mengalami kenaikan berat.
Pengamatan pada larutan gula 50% berat awal sampai ke 15 menit ketiga berat ketela
mengalami kenaikan berat. Pada grafik 3.2 pengamatan berat saat perendaman ketela
bentuk tabung pada aquades pengalami penambahan berat dari berat awal, saat
perendaman menggunakan larutan gula 15% ketela mengalami kenaikan berat,
perendaman saat volume 35% berat ketela konstan atau tidak ada perubahan dari
berat awal, pada perendaman dengan larutan gula 50% ketela menghasilkan kenaikan
berat. Pada grafik 3.3 pengamatan berat saat perendaman singkong bentuk kotak ,
saat menggunakan larutan aquades dari 15 menit pertama hingga menit ketiga berat
singkong mengalami kenaikan dari pada berat awal. Saat singkong direndam pada
larutan gula 15% berat singkong awal sampai ke 15 menit ketiga mengalami
penambahan berat. Pengamatan saat mengunakan larutan gula 35%, berat awal
hingga perendaman 15 menit ketiga singkong mengalami kenaikan berat. Pengamatan
pada larutan gula 50% berat awal sampai ke 15 menit ketiga singkong mengalami
kenaikan berat bahan. Pada grafik 3.4 pengamatan berat saat perendaman singkong
bentuk tabung pada aquades pengalami penambahan berat dari berat awal, saat
perendaman menggunakan larutan gula 15% singkong mengalami kenaikan berat,
perendaman saat volume 35% singkong mengalami penurunan berat, pada
perendaman dengan larutan gula 50% berat singkong konstan atau tidak ada
perubahan dari berat awal.

Pada pengamatan berat dengan melakukan perendaman dengan larutan, pada


grafik 4.1 saat menggunakan larutan aquades dari 15 menit pertama hingga menit
ketiga berat ketela bentuk kotak mengalami kenaikan dari berat awal. Saat ketela
direndam pada larutan garam 15% berat ketela awal sampai ke 15 menit ketiga
konstan atau tidak mengalami perubahan dari berat awal. Pengamatan saat
mengunakan larutan garam 35%, berat awal hingga perendaman 15 menit ketiga
ketela mengalami penurunan berat. Pengamatan pada larutan garam 50% berat awal
sampai ke 15 menit ketiga berat ketela mengalami penurunan berat. Pada grafik 4.2
pengamatan berat saat perendaman ketela bentuk tabung pada aquades pengalami
kenaikan berat dari berat awal, saat perendaman menggunakan larutan garam 15%
ketela konstan atau tidak mengalami perubahan dari berat awal, perendaman ketela
menggunakan garam 35% ketela mengalami penurunan berat bahan, pada
perendaman dengan larutan garam 50% menghasilkan kenaikan berat bahan. Pada
grafik 4.3 pengamatan berat saat perendaman singkong bentuk kotak pada saat
menggunakan larutan aquades dari 15 menit pertama hingga menit ketiga berat
singkong mengalami kenaikan dari pada berat awal. Saat kentang direndam pada
larutan garam 15% berat singkong awal sampai ke 15 menit ketiga mengalami
penambahan berat . Pengamatan saat mengunakan larutan garam 35%, berat awal
hingga perendaman 15 menit ketiga singkong mengalami kenaikan berat. Pengamatan
pada larutan garam 50% berat awal sampai ke 15 menit ketiga singkong mengalami
penurunan berat bahan. Pada grafik 4.4 pengamatan berat saat perendaman singkong
bentuk tabung pada aquades pengalami penambahan berat dari berat awal, saat
perendaman menggunakan larutan garam 15% ketela konstan atau tidak ada
perubahan dari berat awal. Pengamatan saat mengunakan larutan garam 35% , berat
singkong konstan atau tidak ada perubahan dari berat awal. Pada perendaman dengan
larutan garam 50% berat singkong menghasilkan penurunan berat.

Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan hipertonik,


maka arah gerak air ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan
nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke
dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya
sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada
kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak
dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan
sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel-sel
kentang kekurangan air (isi sel), akibatnya terjadi plasmolisis yang mengakibatkan
penurununan tekanan turgor. Jika tekanan turgor menurun akibatnya kentang menjadi
empuk dan lembek, terjadi penurunan berat kentang akibat perpindahan air dari sel-
sel kentang ke larutan. Kelunakan dan pengurangan berat bergantung pada
konsentrasi larutan. Semakin hipertonis larutannya, maka semakin lembek
kentangnya, juga semakin banyak pengurangan beratnya. Untuk kentang yang
direndam dalam aquades, peristiwa yang berkebalikan terjadi. Air dari larutan masuk
ke dalam sel-sel kentang, karena sel-sel kentang hipertonis dibandingkan air. Akibat
masuknya air ini menyebabkan isi sel bertambah, dan sel dalam keadaan turgid
(tekanan turgor tinggi). Inilah yang menyebabkan ketela, kentang dan singkong
menjadi keras dan beratnya bertambah (Uddin, 2004). Jadi pada kentang dan
singkong yang direndam pada larutan gula ukuran volumenya akan mengalami
penurunan, sedangkan saat di rendam menggunakan aquades ketela, kentang dan
singkong mengalami penambahan volume.

Pada percobaan terdapat beberapa data yang tidak sesuai dengan literatur yang
ada, dikarenakan pada saat pengamatan ukuran bahan awal yang digunakan tidak
sama antar konsentrasi larutan yang digunakan, keteidaktelitian praktikan saat
mengukur dan menimbang bahan. Sehingga hasil yang didapatkan juga tidak falid
atau menyimpang dari teori yang ada.

KESIMPULAN YA MUT .. BAGIANNYA PENULIS..


SEMANGATTTTTTTT

Daftar Rujukan
Antonio, G. C. Osmotic dehydration of sweet potato (Ipomoea batatas) in ternary
solutions.Journal of Food Technology, 28(3): 696-701, 2008.
Azoubel, P. M. Mass transfer kinetics of osmotic dehydration of cherry
tomato.Journal of Food Engineering, 61:291-295, 2004.
Embrapa, Cnph. 2002.EmpresaBrasileira de PesquisaAgropecuária.(Online),
(http://www.cnph.embrapa.br/cultivares/batdoce.html) diakses 17 September
2016.
Kowalska, H. Mass exchange during osmotic pretreatment of vegetables.Journal of
Food Engineering, 49, 137– 140, 2001.
Kustiyah, 2007, Miskonsepsi Difusi dan Osmosis Pada Siswa MAN Model
Palangkaraya,  Jurnal Ilmiah Guru Kanderang Tingang , Vol. 1, No. 1, Hal:
24-37.
Ördög, Vince. 2011. Plant Physiology: Water and nutrients in plant, 2 (4). (Online),
(http://www.sinauer.com/media/
0010/1A/Book/angol/01/novenyelettan.html) diakses 17 September 2016.
Salisbury, Frank B. et al. 1995. Plant Physiology 2nd Edition. New York: Mc Graw
Hill Company.

Tjitrosomo. 1987. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa, Bandung.

Uddin, M. B.; Ainsworth, P.; Ibanoglu, S. (2004) Evaluation of mass exchange


during osmotic dehydration of carrots using response surface methodology.
Journal of Food Engineering, 65, 473-477.

Anda mungkin juga menyukai